Anda di halaman 1dari 43

BAB III

TINJAUAN PELAKSANAAN

3. 1. Tinjauan Umum.
Dalam pelaksanaan pekerjaan suatu konstruksi jalan raya ada
beberapa tahapan kegiatan yang merupakan pelaksanaan atas sebuah
hasil

perencanaan

pemeliharaan.

mulai

Pelaksanaan

dari

pengukuran

proyek

ini

sampai

dimulai

selesai

dari

masa

pengukuran,

pengambilan dokumentasi, pembersihan lokasi, dan pekerjaan Lapis AC


Base serta lapis AC WC.
3.1.1 Data Umum Proyek
Nama Paket

Peningkatan Kapasitas Jalan Batas Besikama-Webua

Lokasi

Kabupaten Belu

Nomor kontrak

Hk.02.03/APBN/69/PPK-07/III/2013

Nilai Kontrak

Rp 31.638.400.000 (PPN 10 %)

Tanggal Kontrak

15 Maret 2013

Nomor SPMK

HK.02.02/APBN/85/PK-07/III/2013

Tanggal SPMK

25 Maret 2013

Tahun anggaran

2013

Waktu pelaksanaan

210 hari kelender

Waktu pemeliharaan :

720 hari kelender

Sumber dana

APBN Murni

Kontraktor

PT. MODERN-NAVIRI, KSO

Konsultan

PT. INDEC INTERNUSA

20

Gambar 3.1 Papan Proyek


3.1.2. Lokasi Proyek
Proyek peningkatan jalan Besikama - Webua, berdasarkan APBN
Propinsi Nusa Tenggara Timur. Proyek ini berada di Kabupaten BELU
dengan panjang efektif dari STA 12 + 925 STA 21 + 175 dengan panjang
8.250 Km.
3.1.3. Ruang Lingkup Pekerjaan
Pelaksanaan suatu proyek pembangunan jalan pada ruas jalan
Besikama-Webua dikerjakan oleh kontraktor PT. Modern-Naviri, KSO.
Pada pelaksanaan konstruksi ini mencakup berbagai pekerjaan antara lain :
a. Pekerjaan persiapan lahan
Pekerjaan Penyiapan Lahan meliputi penyiapan, penggaruan, dan pemadatan
tanah dasar atau permukaan jalan kerikil lama.
Pertama-tama Motor Grader membersihkan rumput dan material lain yang tidak
diperlukan pada daerah badan jalan, seperti yang ditentukan oleh gambar kerja.
Selanjutnya Motor Grader melakukan penggaruan dan pembentukan badan
jalan, setelah badan jalan terbentuk dan kemiringan tercapai, dilanjutkan dengan
pemadatan dengan Vibro Roller. Pemadatan dilakukan sampai mencapai
pemadatan yang optimum seperti yang ditentukan oleh Spesifikasi Teknik.
21

b. Pekerjaan galian untuk saluran drainase dan saluran air


Setelah melakukan pengukuran dan pemasangan bouplank, maka Pekerjaan
Galian drainase untuk alur Saluran dilaksanakan dengan menggunakan alat
penggali mekanis (Excavator), dan sekelompok pekerja merapikan batas galian
disesuaikan dengan gambar rencana yang telah disetujui oleh Direksi. Hasil
galian akan dibuang ke areal disposal yang telah ditentukan, dan diangkut
menggunakan alat angkut Dump Truck. Pelaksanaan pekerjaan sementara
(apabila diperlukan), misal pembuatan saluran sementara untuk mengalihkan
air.

c. Lapisan pondasi agregat B


Pekerjaan ini

adalah untuk mencapai penambahan lebar perkerasan lama

sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan dalam rancangan. Lebar untuk
lapisan agregat B adalah 2M dan tebal agregat B 20CM, seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
Pekerjaan Lapis Pondasi Aggregat Klas B untuk pelebaran perkerasan badan
jalan dilaksanakan setelah Pekerjaan Galian Biasa untuk pelebaran perkerasan
badan jalan selesai.

d. Lapisan pondasi angregat A


Pekerjaan ini adalah untuk mencapai lebar perkerasan lama sampai lebar jalur
lalu lintas yang diperlukan dalam rancangan. Lebar untuk lapisan agregat A
adalah 6 M dan tebal agregat A 15CM, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Pekerjaan Lapis Pondasi Aggregat Klas A untuk pelebaran perkerasan badan
jalan dilaksanakan setelah Pekerjaan Aggregat Klas B untuk pelebaran
perkerasan selesai.

22

e. Lapis pengikat (Prime Coat)


Pekerjaan Lapis Resap Pengikat Aspal Cair ini dilaksanakan pada permukaan
lapis aggregate klas A badan jalan yang telah selesai dikerjakan dan diterima
dengan baik, serta benar-benar bersih dan kering serta kualitas pelaksanaannya
harus menutup seluruh permukaan secara merata.

f. Lapis Perekat (Teak Coat)


Pekerjaan Lapis Perekat Aspal Cair ini dilaksanakan diatas permukaan Laston
Lapis Antara (AC-BC) yang benar-benar bersih serta kualitas pelaksanaannya
harus menutup seluruh permukaan secara merata. Dan juga dilaksanakan diatas
Laston Lapis Antara Perata (AC-BC) dengan komposisi yang berbeda dari
Lapis Perekat yang ada di atas Laston Lapis Antara.

g. Lapis perkerasan AC Base


Pekerjaan Laston Lapis Antara (AC-BC) ini merupakan lapis hotmix dasar
untuk Laston Lapis Aus ( AC-WC) yang terdiri dari campuran antara Agregat
Kasar, Agregat Halus, Pengisi dan Aspal dicampur, dihampar dan dipadatkan
dalam keadaan panas di atas permukaan jalan. Tebal AC-Base adalah 6 CM dan
lebar untuk lapisan AC-Base 2 M.

h. Lapis perkerasan AC - WC
Pekerjaan Laston Lapis Aus (AC-WC) ini merupakan lapis hotmix paling atas
yang terdiri dari campuran antara Agregat Kasar, Agregat Halus, Pengisi dan
Aspal dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas di atas
permukaan jalan. Tebal AC-WC adalah 4 CM dan lebar untuk lapisan AC-WC 6
M.

Dalam pelaksanaan pekerjaan lapisan perkerasan AC WC ada beberapa hal


penting agar pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat berjalan dengan baik
adalah sebagai berikut :
A. Peralatan yang di gunakan
Peralatan merupakan suatu sarana penunjang yang sangat diperlukan dalam
pekerjaan

ini.

Ketersediaan

dan

kesiapan

mempengaruhi jalannya pekerjaan tersebut.


23

dari

peralatan

sangat

Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan terbagi dalam peralatan


dilaboratorium dan dilapangan :
a. Peralatan di Laboratorium
1. AMP (Asphalt Mixing Plant)
Asphalt mixing plant (AMP) merupakan seperangkat peralatan
mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan, dikeringkan, dan
dicampurkan dengan aspal untuk menghasilkan campuran beraspal
panas yang memenuhi persyaratan tertentu. AMP yang digunakan
dalam konstruksi ini adalah AMP takaran. Proses pencampuran ini
dilakukan

pada

temperature

145 C

dihamparkan dilokasi dan dipadatkan.

Gambar 3.2. AMP

24

165 C

sehingga

siap

2. Stone Crusher
Stone Crusher digunakan untuk pemecah batu kali menjadi batu pecah
sesuai ukuran atau gradasi yang diinginkan dalam pekerjaan konstruksi
jalan. Stone Crusher dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pemecah batu
jenis konus (cone) dan pemecah batu jenis bentur (impact).

Gambar 3.3. Stone Crusher


b. Peralatan Di lapangan.
1. Asphalt Sprayer
Asphalt Sprayer digunakan dalam pekerjaan jalan baik dalam prime coat
(lapis resap pengikat) dan pekerjaan tack coat (lapis perekat).
2. Tandem Roller
Tadem

Roller

merupakan

alat

pemadatan

dengan

roda

baja,

mempunyai roda belakang dan depan. Berat dari Tandem Roller bervariasi
dari 3 14 ton atau lebih tergantung lebar roda bajanya. Alat ini biasanya
digunakan setelah penghamaparan material Aspal beton atau pemadatan
awal (Breakdown Rolling). Banyak lintasan Tandem Roller sebanyak 3
passing.

25

Gambar 3.4. Tandem Roller

3. Tire Phneumatic Roller


Alat pemadatan roda karet Pneumatic merupakan alat pemadatan dengan
roda karet, mempunyai dua gandar dengan roda karet 3 4 roda di bagian
depan dan 4 - 5 roda di bagian belakang. Berat total alat ini bervariasi
dari 10 35 ton tergantung pada ukuran

dan

jenisnya.

Alat ini

biasanya digunakan pada saat pemadatan antara (Intermediate Rolling).


Banyak lintasan Tire Phneumatic Roller sebanyak 12 passing.

Gambar 3.5.Tire Roller


4. Aphalt Finisher
Aphalt Finisher merupakan alat penghampar material beraspal dan memberikan
pemadatan

sehingga

diperoleh

hamparan
26

dengan

tekstur yang seragam,

alur, ketebalan, dan kemiringan yang sesuai dengan rencana. Secara garis besar
bagian utama dari finisher dibedakan menjadi dua, yaitu unit Tracktor dan unit
sepatu (screed).

Gambar 3.6. Asphalt Finisher


5. Dump Truk
Dump Truk digunakan untuk mengangkut tanah galian, material serta campuran
aspal beton panas. Dalam pekerjaan ini Dump truck yang digunakan ada dua
jenis menurut kapasitasnya. Kapasitas 5 ton untuk material lapisan pondasi dan
bahu jalan dan kapasitas 13 ton untuk campuran aspal beton panas sekali angkut.

Gambar 3.7.Dump Truck

6. Water Tank
Alat ini berfungsi sebagai penyedia air bersih yang digunakan dalam
proses pemadatan agregat dan material beraspal panas oleh alat berat.
27

Gambar 3.8.Water Tank

7. Motor Greader (Mesin Penghampar)


Motor Greader digunakan untuk penggusuran tanah, perataan tanah dan
membentuk permukaan badan jalan serta bahu jalan.

Gambar 3.9. Grader


8. Compressor
Alat ini berfungsi membersikan kotoran dan debu yang berada dipermukaan
asphalt lama sebelum dan sesudah proses peleburan lapis pengikat (prime coat)
dan lapisan perekat (teak coat).

28

9. Wheel Loader
Whell Loader digunakan untuk menggali, mengeruk material berupa
pasir dan krikil di quary serta mengangkut material ke bin dingin atau
kedalam dump truck.

Gambar 3.10. Wheel Loader


10. Excavator
Alat ini berguna sebagai penggali untuk penyiapan lahan pekerjaan
jalan serta pergerukan tanah galian atau material dari quary ke dalam
dump truck.

Gambar 3.11. Excavator

B. Sumber dan Macam Macam Material


Kebutuhan

berbagai

macam

material

yang

dibutuhkan

dalam

pelaksanaan proyek tersebut diambil dari quary yang terdekat dengan


base camp yakni quari Benenai. Semua material tersebut harus terlebih
dahulu dilakukan pengujian di laboratorium dan harus memenuhi persyaratan
2
9

yang telah ditentukan. Adapun material material yang dibutuhkan dalam


pelaksanaan proyek tersebut adalah :
1. Batu Pecah
Material ini diperoleh dari quary Benenai yang kemudian dipecahkan
dengan menggunakan alat pemecah batu (stone crusher). Dari stone
crusher tersebut dihasilkan batu pecah , batu pecah 1/2, dan abu batu
(filler) :

Gambar 3.12. batu pecah


Pecah

Gambar 3.13. Batu

2. Aspal
Aspal yang didapat dari pertamina dengan perbandingan campuran aspal
60/70
3. Pasir alam
Pasir alam diperoleh dari Benenai karena pasir benenai sudah memenuhi
syarat spesifikasi Bina Marga.

Gambar 3.14.Pasir Alam Benenai


3
0

3.2. Manajemen Proyek


Menurut Ervianto, 2007 tentang Manajemen Proyek Konstruksi.
Manajemen proyek adalah pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari
awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan
proyek secara tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu. Fungsi dasar
manajemen proyek terdiri dari :
a. Pengelolaan lingkup proyek
Lingkup proyek adalah total jumlah kegiatan atau item pekerjaan yang
harus dilakukan untuk menghasilkan produk yang diinginkan proyek
tersebut.
b. Pengelolaan waktu atau jadwal
waktu atau jadwal adalah salah satu sasaran proyek, sehingga
keterlambatan

akan

mengakibatkan

berbagai

bentuk

kerugian,

pengelolaan ini meliputi perencanaan penyusunan dan pengendalian


jadwal.
c. Pengelolaan biaya
Pengelolaan biaya meliputi segala aspek yang berkaitan dengan
hubungan antara dana dan kegiatan proyek, agar pengelolaan biaya bisa
efektif terutama dalam aspek perencanaan dan pengendalian proyek,
maka disusun berbagai macam - macam teknik dan metode, misalnya
teknik menyusun anggaran biaya proyek ataupun konsep nilai hasil.

d. Pengelolaan kualitas mutu


Mutu dalam kaitanya dengan proyek diartikan sebagai memenuhi
syarat untuk penggunaan yang telah ditentukan.

3
1

3
2

Ada 3 faktor penentu keberhasilan pada proyek peningkatan Ruas jalan Besikama
Webua di Kab. Belu yaitu :
1.

Biaya yang ditetapkan proyek tersebut dikerjakan dengan biaya yang


disepakati yaitu sebesar Rp 31.638.400.000 (Tiga puluh satu miliyar
Enam ratus Tiga puluh delapan juta Empat ratus ribu rupiah) yang berasal
dari APBN murni.

2. Mutu yang disyaratkan harus diselesaikan sesuai dengan kontrak kerja


antara Dinas Pekerja Umum Provinsi NTT Bidang Bina Marga dan
PT. Modern-Naviri, KSO sebagai pelaksana.
3. Waktu yang ditetapkan dalam proyek peningkatan ruas jalan Besikama
webua selama 210 hari.
3.2.1. Pihak Pihak yang Terkait dalam Proyek
Pihak pihak yang terlibat dalam proyek Peningkatan Ruas Jalan
Besikama webua dan tugasnya masing masing :
1. Pemilik (Owner)
Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah
orang/badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau
menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan
membayar biaya pekerjaan tersebut.
Hak dan kewajiban pengguna jasa :
1. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
2. Meminta

Laporan

secara

periodik

mengenai

pelaksnaaan

pekerjaan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.


3. Menyediakan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
4. Menyediakan lahan untuk pelaksanaan pekerjaan.

3
3

5. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak


penyedia jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan
sebuah bangunan.
6. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan
dengan jalan menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang
untuk bertindak atas nama pemilik.
7. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
8.

Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai


dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan
apa yang dikendaki.

2. Konsultan
Pihak atau badan yang disebut sebagai konsultan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :
konsultan perencana dan konsultan pengawas.
a. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah orang/badan yang membuat perencanaan
bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil, maupun bidang
lain yang melekat erat dan membentuk sebuah sistem bangunan.
b. Konsultan Pengawas
Konsultan Pengawas adalah orang/badan yang ditunjuk pengguna jasa
untuk

membantu

pembangunan

mulai

dalam
dari

pengelolaan
awal

hingga

pelaksanaan

pekerjaan

berakhirnya

pekerjaan

pembangunan.
Hak dan Kewajiban Konsultan Pengawas :
1. Menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan
2. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodic dalam
pelaksanaan pekerjaan
3. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan
4. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan konstruksi

3
4

serta aliran informasi antar berbagai bidang agar pelaksanaan


pekerjaan berjalan lancar.
5. Menghindari

kesalahan

yang

mungkin

terjadi

sedini

mungkin serta menghindari pembengkakan biaya.


6. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan
agar dicapai hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan
kualitas, kuantitas, serta waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan.
7. Menerima/menolak material/peralatan yang didatangkan oleh
kontraktor
8. Menghentikan

sementara

bila

terjadi

penyimpangan

dari

peraturan yang berlaku.


9.

Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).

10. Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan tambah atau


berkurangnya pekerjaan.
3. Kontraktor
Kontraktor

adalah

orang/badan

yang

menerima

pekerjaan

dan

menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang telah


ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan dan syarat-syarat
yang telah ditetapkan.
Hak dan Kewajiban Kontraktor adalah :
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan
dan syarat- syarat, risalah penjelasan pekerjaan, dan syarat-syarat
tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa.
2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan
pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.
3. Menyediakan alat keselamatan pekerjaan seperti yang diwajibkan dalam
peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat
4. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan,
bulanan.
5. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan.

3
5

Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek meliputi beberapa kelompok


antara lain sebagai berikut :

PEMILIK `
PROYEK

KONSULTA
N
SUPERVI
SI

KONTRAKTOR

Hubungan
Kontraktual
Hubungan
Koordinasi
Gambar.3.14. Skema Hubungan Kerja
Hubungan kerja ketiga pihak yang terjadi yaitu pemilik proyek,
Konsultan supervisi dan Kontraktor yaitu :
1. Hubungan Antara Pemilik Proyek dan Konsultan
Hubungan antara kedua unsur pengelola proyek ini erat sekali, dimana
konsultan merupakan wakil pemilik proyek dalam hal menyangkut
pengawasan seperti tertera dalam bagan diatas.
2. Hubungan Antara Kontraktor dan Konsultan Pengawas
Hubungan antara kedua unsur pengelola ini dimana semua kegiatan
menyangkut pelaksanaan yang dilaksanakan oleh kontraktor baru dapat
dikerjakan melalui konsultasi atau koordinasi dengan konsultan pengawas.

3
6

3. Hubungan antara pemilik proyek dan kontraktor


Hubungan ini terbatas pada halhal yang bersifat prinsip-prinsip tertentu
antara lain memberikan penjelasan kepada pemilik proyek jika pemilik
proyek mengadakan peninjauan atau inpeksi lapangan dan melakukan
pembayaran atas kemajuan proyek.

3.2.2.

Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah struktur hubungan tugas, wewenang dan
tanggung jawab dari setiap komponen kerja dengan orang orang dalam
organisasi untuk mencapai tujuan. Personalia yang menduduki jabatan
dan struktur organisasi biasanya disesuaikan dengan tugas pokok dan
fungsi, serta keahlian dan kemampuan dari masing- masing tenaga kerja
sehingga dapat bekerja dengan hasil yang optimal. Pada proyek pekerjaan
jalan Besikama Webua Kabupaten Belu, PT. MODERN - NAVIRI,
KSO (sebagai kontraktor pelaksana) dan PT. INDEC INTERNUSA
(sebagai konsultan pengawas).

A.

Uraian Tugas dan Jabatan


1. General Superintendent
-

Bertanggungjawab secara keseluruhan terhadap pelaksanaan proyek meliputi


personil proyek, keuangan, logistik dan administrasi proyek

Mewakili perusahaan pada proyek yang sedang dikerjakan.

Mewakili direksi menemui Pelanggan ( Pembeli Pekerjaan )

Mengadakan komunikasi dengan Wakil Managemen.

Mengontrol penggunaan uang muka di proyek.

Melaporkan laporan bulanan berita acara yang diajukan kepada Pemberi


Tugas (Pimpro)

Membuat penagihan Termyn MC kepada Pemberi Kerja ( Pimpro )

Bertanggung jawab terhadap pekerjaan teknik dilapangan untuk memenuhi


standard-standard yang digunakan dalam proyek ini

Mengadakan pengawasan, pegarahan dan koordinasi kegiatan dengan Site


Manager untuk pekerjaan teknik dilapangan.

Menentukan keputusan-keputusan secara teknik di lapangan bilamana


diperlukan.

2. HighWay Engineer
-

Menjadwalkan pemakaian peralatan proyek.

Bertanggung jawab terhadap pekerjaan teknik dilapangan untuk memenuhi


standard-standard yang digunakan dalam proyek ini.

Mengadakan hubungan diskusi laporan-laporan mengenai kegiatan pekerjaan


dan pemasalahan-pemasalahan teknik kepada General Superintendent.

Mengadakan pengawasan, pengarahan dan koordinasi kegiatan dengan


Pelaksanan untuk pekerjaan teknik dilapangan.

Menentukan keputusan-keputusan secara teknik di lapangan bilamana


diperlukan.

Memastikan proses pelaksanaan pekerjaan dilapangan sudah sesuai dengan


spesifikasi teknik yang disyaratkan.

Memberi intruksi kerja dilapangan kepada Pelaksana.

Melakukan pengendalian atas pelaksanaan pekerjaan.

Melaporkan kepada General Superintendent kinerja proyek dan setiap


kebutuhan untuk perbaikan.

Merencanakan dan mengkoordinir pelaksanaan rapat lapangan.

Melaksanakan instruksi-instruksi dan Pelanggan ( Pemberi Kerja )

Menindak lanjuti keluhan dari Pelanggan ( Pemberi Kerja )

3. Material Engineer
-

Melakukan pemeriksaan kualitas pekerjaan proyek

Melakukan pekerjaan kualitas hasil pekerjaan yang dilakukan Subkontraktor

Mengkoordinasikann tes-tes kualitas selama pelaksanaan pekerjaan baik yang


dilakukan secara internal dan eksternal.

Melakukan pengujian-pengujian untuk mendapatkan atau membuat Job Mix


Formula.

Mengajukan Job Mix Formula ( JMF ) untuk persetujuan.

4. Administrasi Teknik
-

Membuat laporan harian mengenai proses pekerjaan

Monitoring pemakaian material dilapangan

Monitoring Time Sheet Alat

Mengatur surat masuk dan surat keluar proyek

5. Pelaksana
-

Menyerahkan laporan harian mengenai proses pekerjaan.

Membuat gambar kerja ( Shop Drawing ) pelaksanaan pekerjaan.

Mengajukan permintaan pengadaan material yang telah disetujui oleh Kepala


Pelaksana.

Mengajukan mobilisasi peralatan yang telah disetujui oleh General


Superintenden

Mengajukan permintaan perbaikan peralatan.

Mangajukan permintaan keuangan lapangan yang telah disetujui oleh


Koordinator Pelaksana.

6. Quantity Engineer
-

Bertanggung jawab dalam pelaksanaan survey dan penentuan quantity


pekerjaan

Melakukan pekerjaan survey atas instuksi Engineer.

Membuat gambar kerja pelaksanaan pekerjaan.

Melakukan koordinasi dengan surveyor dan helper dalam melakuakn survey.

Melakukan perhitungan kuantitas hasil pekerjaan sebagai dasar penagihan.

7. Surveyor
-

Melakukan pekerjaan survey sesuai instruksi dan Engineer

Mengukur dan menetapkan elevasi dilokasi survey.

Menghitung volume hasil kerja dilapangan.

8. Administrasi/Keuangan
-

Membuat pengajuan kas mingguan proyek yang diajukan oleh Koordinator


Pelaksanan.

Mempersiapkan pembayaran kas mingguan proyek setelah mendapat


persetujuan dari bagian Keuangan.

Membayar kepada Supllier atas barang/jasa yang dibeli setelah ada


persetujuan dari bagian keuangan.

Membuat laporan Kas dan Buku Kas serta dokumen bukti pengeluaran kas
dan dilaporkan kebagian keuangan.

Membukuan semua laporan keuangan proyek dan diserahkan kebagian


keuangan.

9. Logistik
-

Menerima Surat Permintaan Barang (SPB) dari Logistik Lapangan yang telah
disetujui oleh Ka. Base Camp.

Menyerahkan SPB kepada pembelian untuk diadakan barangnya.

Bagian Logistik kantor melakukan vertikal terhadap barang/material yang


dikirim supplier, sekiranya barang tidak sesuai dikembalikan lagi kepada
supplier.

Membuat surat jalan barang dari kantor ke logistik Lapangan.

Logistik Lapanagan membantu Ka. Base Camp untuk memonitor kebutuhan


logistik lapangan.

Membukukan pemakaian/pengeluaran material bahan-bahan yang digunakan


proyek.

Logistik Lapangan mengatur penerimaan dan pengeluaran barang.

Melakukan verivikasi terhadap barang datang.

3.2.3. Rencana waktu pelaksanaan proyek


Melaksanakan suatu proyek tidak akan terarah secara jelas tanpa
adanya suatu rencana kerja. Seringkali terdapat banyak keterlambatan
pekerjaan atau masalah-masalah lain yang sering timbul, oleh karena itu
tim proyek perlu membuat jadwal pelaksanaan proyek/time schedule (Lihat
di Lampiran) sehingga hal-hal tersebut bisa diatasi.
Sistem pengendalian waktu ini sangat berguna untuk mengatahui
kemajuan (Realisasi) suatu proyek, hal ini bertujuan untuk menghindari
keterlambatan dalam pelaksanaan proyek.

Pada proyek ini prestasi kemajuan atau lebih cepat dari rencana. Hal ini
menurut pengamatan dilapangan karena tenaga kerja cukup, peralatan yang
digunakan

memadai

dan

sudah

berada

dilapangan

saat

akan

digunakan, saat memulai suatu pekerjaan, material yang dibutuhkan


telah siap dilapangan, dan cuaca baik.
Jadwal pelaksanaan proyek adalah cara yang dapat menunjukan
kapan berlangsungnya setiap kegiatan-kegiatan proyek. Rencana kerja
yang paling sering digunakan adalah diagram batang (bar charts) karena
sederhana, mudah dalam pembentukannya dan mudah dimengerti oleh
pemakainya.
Bar charts adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam
kolom arah vertikal. Kolom arah horisontal menunjukan skala waktu.
Saat mulai dan akhir dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas,
sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang.
Proses penyusunan diagram batang dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
1) Daftar item kegiatan, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang
ada dalam rencana pelaksanaan pembangunan
2) Urutan pekerjaan, dari daftar item tersebut diatas disusun urutan
pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item kagiatan yang akan
dilaksanakan kemudian, dan tidak mengesampingkan kemungkinan
pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.
3) Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan dari
seluruh kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai seluruh
kegiatan berakhir.
3.2.4.

Rencana Anggaran Biaya Proyek


Sistem manajemen proyek harus dapat memberikan cara yang logis
untuk dapat menyusun anggaran keuangan proyek yang realistis dan

bertahap waktu, atau disebut sebagai anggaran yang berorientasi pada


keluaran-keluaran.
Anggaran yang berorientasi pada keluaran-keluaran mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan sistem anggaran tradisional yang biasanya
didasarkan pada kegiatan dan jenis pengeluaran. Penyusunan anggaran
tradisional memusatkan pada jenis-jenis pengeluaran (mata anggaran),
sedangkan anggaran yang berorientasikan pada pengeluaran memusatkan
pada keluaran-keluaran dan kegiatan-kegiatannya. Dengan sistem anggaran
tradisional, sukar menetukan pengaruh perubahan tingkat sumber daya
terhadap proyek, sedangkan dengan anggaran yang berorientasi pada
keluaran-keluaran memudahkan untuk menentukan bagaimana perubahan
pada sumber daya akan mempengaruhi proyek. Sistem anggaran
teadisional tidak memperlihatkan saat kapan dana dibutuhkan atau arus
pembayaran (cash flow), sedangkan sistem anggaran yang berorientasi
pada keluaran memperlihatkan waktunya dengan mengkaitkan biaya
proyek dengan jadwal proyek. Penyusunan anggaran yang berorientasi
pada keluaran merupakan penjabaran yang logis dari daftar kegiatan dan
jadwal kegiatan.
Untuk setiap keluaran proyek, lukiskan kegiatan-kegiatan menurut
kerangka waktunya, kemudian perkiraan biaya untuk setiap kegiatan
menurut jenis pengeluaran yang bisa (seperti : peralatan, tenaga kerja,
tanah dan sebagainya). Lakukan seperti ini untuk setiap pengeluaran,
kemudian tambahkan untuk memperoleh seluruh jumlah. Dengan
penyusunan anggaran belanja seperti diuraikan diatas, tim proyek akan
berkeyakinan lebih besar tentang perkiraan pembiayaan yang realistis.
Dengan demikian, urutan langkah-langkah penyusunan anggaran
keuangan proyek adalah sebagai berikut :
1) Menetukan keluaran-keluaran yang harus dicapai
2) Menentukan

kegiatan-kegiatan

yang

diperlukan

untuk

dapat

menghasilkan pengeluaran yang telah ditetapkan.


3) Menetukan sumber daya yang diperlukan untuk setiap kegiatan dalam
rangka upaya mencapai pengeluaran tersebut.
4) Menyusun jadwal waktu kegiatan-kegiatan berupa bagan balok
5) Menentukan
kegiatan

pembiayaan

yang

dibutuhkan

untuk

setiap

dengan mengkaitkan pula sumber daya yang diperlukan

6) Menentukan arus pembayaran (cash flow) setiap periode waktu tertentu


berdasarkan jadwal waktu kegiatan yang telah tersusun, misalnya setiap
triwulan

3.3.

Tinjauan Khusus
Pada tinjauan khusus ini penulis akan membahas pada pekerjaan
AC-WC, produksi campuran, penghamparan dan pemadatan lapisan ACWC.

3.3.1. Pengertian dan Fungsi AC-WC


Lapisan AC-WC adalah lapisan penutup yang terdiri dari
campuran antara agregat bergradasi senjang, filler, zat aditif, semen dan
aspal keras dengan berbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan
0

dalam keadaan panas dengan suhu 145 C 165 C. Lapisan AC - WC


memiliki sifat fleksibel yang tinggi, mempunyai kemampuan mengikuti
deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas yang berulang ulang, dan
memiliki keawetan menerima gesekan antara roda kendaraan dengan
permukaan jalan serta pengaruh cuaca atau iklim seperti udara, air, dan
perubahan temperature (Durabilitas). Campuran AC - WC ini terdiri dari
batu pecah , batu pecah , pasir, abu batu, semen, bahan tambahan (zat
aditif), dan aspal dengan komposisi tertentu sesuai JMF (Job Mix Formula)
0

dengan suhu 145 C - 165 C sehingga campuran menjadi homogen.

3.3.2. Pengertian AMP dan Komponen dari AMP


Asphalt Mixing Plant merupakan alat penghasil material Hotmix
yang setiap harinya mampu memproduksi 110 ton material Hotmix.
Tipe pencampuran yang digunakan jenis penakaran (Type batch plant)
dengan kapasitas batch 800 kg. AMP ini memiliki komponen komponen
yang dapat mengatur pemasukan bahan mentah dengan kwalitas yang tepat
pada setiap takaran campuran dengan demikian pengontrolan lebih baik
dilakukan. Bagian bagian dari AMP jenis Timbangan (Batch Plant)
sebagai berikut:

Gambar 3.16. AMP

a.

Bin Dingin (Cold Bin)


Bin Dingin merupakan bak tempat penampung material agregat dari tiap
tiap fraksi dari agregat kasar sampai agregat halus yang diperlukan dalam
produksi campuran panas. Bin dingin dalam proyek ini terdapat 4 bak
penampung (Bin) yang masing masing bin berisi agregat.

b.

Pintu pengaturan pengeluaran agregat dari bin dingin (Cold Feed Gate)
Bagian ini merupakan pintu bukaan agregat pada bin dingin yang dipasang
di bagian bawah dimana pintu ini dilengkapi dengan skala yang angkanya
menunjukkan besarnya lubang bukaan yang dapat diatur sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan.

c.

Sistem pemasok agregat dingin (Cold Elevator)


Sistem pemasok agregat dingin ini bertujuan untuk mengangkut agregat
dari Bin dingin menuju kedrum pengering (Dryer)

d.

Pengering (Dryer)
Pada bagian ini agregat dikeringkan dengan cara dipanaskan dan
dikeringkan dengan temperatur yang diminta. pengeringan ini berfungi
untung menghilangkan kadar air yang terkandung dalam agregat dan
memanaskan agregat.

e.

Pengumpul debu (Dust Collector)


Pengumpul debu berfungsi sebagai alat pengontrol polusi udara di
lingkungan lokasi AMP yang ditimbulkan dari blower dan disalurkan lewat
cerobong asap pembakar.

f.

Cerobong pembuangan (Exhaust Stack)


Alat ini merupakan cerobong pembuangan asap pembakaran.

g.

Unit ayakan panas (Hot Screening Unit)


Unit ayakan panas berupa saringan yang membagi dalam beberapa ukuran
yang selanjutnya dikirim ke bin panas.

h.

Bin panas (Hot Bin)


Bin panas adalah tempat penyimpanan/penampung sementara agregat panas
sebelum dicampur dalam pugmill.

i.

Sistem pemasok bahan pengisi (Filler Elevator)


Sistem pemasok bahan pengisi berfungsi untuk pemasok bahan pengisi.

j.

Tangki aspal (Asphalt Storage)


Tangki Aspal merupakan tempat untuk menampung aspal yang sudah
dipanaskan dan siap untuk ditimbang dan dimasukkan ke dalam campuran.

k.

Timbangan Agregat (Weight Hopper)


Timbangan Agregat berfungsi untuk menimbang sesuai dengan komposisi
yang sudah direncanakan sebelum dimasukkan kedalam unit pencampuran.

l.

Unit Pencampuran (Mixer atau Pugmil)


Unit pencampuran yang dimulai dari fraksi yang paling kecil sampai fraksi
yang paling kasar. Mixer pug mill terdiri dari as kembar dengan arah
gerak yang berlawanan. Pencampuran ini berlangsung selama 40 detik.

m.

Ruang sistem control operasi ( Operasi Control System)


Ruang sistem control operasi merupakan tempat untuk mengontrol seluruh
kegiatan operasi unit peralatan pencampuran aspal panas (AMP). Dimana
pengoperasiaan dilakukan dengan mengatur sekelar menggunakan tangan
atau secara manual.

3.3.3. Proses pembuatan material Hot Mix (AC-WC)


a.

Asphalt dicairkan dan dipanaskan dalam ketel sampai suhu 160 C dan
dipompa ke dalam timbangan AMP.

b. Material agregat kasar (batu pecah 3/4 dan ) dan agregat halus (pasir dan abu
batu) diangkut dan ditempatkan terpisah dalam cold bin masing masing, yang
selanjutnya diangkut ke Blower atau pengering dengan mengunakan cold
elevator.
c. Jumlah material yang dikeluarkan dari cold bin ditentukan berdasarkan
kebutuhan yang ditentukan sesuai JMF dengan menyetel pembukaan Hopper,
dimana terlebih dahulu dilakukan proses kalibrasi.
d. Setelah bahan dipanaskan dalam Blower, material dibawa dengan hot elevator
ke unit ayakan yang berupa saringan panas untuk dipisahkan berdasarkan
ukurannya.
e. Sebelum material dimasukkan dalam unit pencampuran (Pugmill),
masing masing material ditimbang.
f. Setelah material selesai ditimbang baik itu batu pecah , , pasir, abu batu,
semen, dan zat aditif, campuran agregat tersebut ditambahkan asphalt panas
yang terlebih dahulu telah ditimbang sehingga didapat suatu campuran yang
homogen .
g. Setelah campuran Hot Mix telah siap, campuran tersebut di bawah ke lokasi
penghamparan dengan menggunakan Dump Truck yang disertakan dengan
tiket pengiriman
Aspal
Panaskan

Timbu
nan
agreg
at

Bin
din
gin

Pema
nas

keras

Sarin
gan

Penyimpanan
aspal panas

Penyimp
an
agregat

Timbangan

Timban
gan

camp
ur

Campur
an
panas

panas

Penyimpanan bahan tambahan

Timbangan

Gamabar 3.17. alir pengoperasiaan AMP Jenis takaran

3.3.4.

Komposisi Campuran Hot Mix Di AMP


Kapasitas Asphalt Mixing Plant (AMP) = 800 Kg.
Job Mix Formula untuk lapisan AC WC
a. CA ( batu pecah )

28.17

225.36 Kg

b. MA ( batu pecah )

17.84 %

142.73 Kg

c. SN ( pasir alam)

25.35

202.82 Kg

d.

DC ( abu batu)

20.66

165.26 Kg

e.

Semen

1.88

15.02

f.

Asphalt

= 6.10

=
+

48.80
800.00

Volume Hotmix AC WC yang digunakan dalam proyek peningkatan


jalan Besikama - Webua Kab. Belu adalah :
Dimana, Panjang jalan yang dikerjakan

= 8200 m

Tebal

= 0,04 m

Lebar jalan

= 6

Bj AC - WC

= 2,276 T/m

Rumus Volume Hotmix :


= Panjang jalan x Tebal x Lebar jalan x Bj AC - WC
= 8200 m x 0,04 m x 6 m x 2,276
= 4479.1 Ton
Jadi total volume Hotmix yang digunakan dalam section ini : 4479.1 Ton

m
3

Kg
Kg
Kg

3.3.5. Kebutuhan Bahan


Kebutuhan bahan yang digunakan untuk lapis AC WC pada ruas Jalan Besikama
webua dengan volume Hotmix 4479.1 ton sebagai berikut :
1 Ton = 1000 kg
Maka, 4479.1 ton = 4.479.100 Kg
1. Batu Pecah
a. Batu pecah dengan komposisi 28.17 %
Jumlah batu pecah yang digunakan 28.17 % 4479.1 Ton
100 2.276

= 554.3 m3
b. Batu pecah dengan komposisi 17.84%
Jumlah batu pecah yang digunakan

17.84 % 4479.1 Ton


1002.276
=

351.08 m3

c. Pasir dengan komposisi 25.35 %


Jumlah pasir yang digunakan

25.35 % 4479.1 Ton


100 2.276
= 498.8

m3

d. Abu batu dengan komposisi 20.66 %


Jumlah abu batu yang digunakan

20.66 % 4479.1 Ton


100 2.276

= 406.5 m3
e. Semen dengan komposisi 1.88 %
jumlah semen yang digunakan

1.88 % 4479.1 Ton


100
= 84,20 Ton

= 84. 200 kg

1 zak semen

= 50 kg

Jadi jumlah semen yang digunakan dalam zak 84.200 kg


50 kg
= 1.684 zak
f. Aspal dengan komposisi 6.10 %
Jumlah aspal yang digunakan

6,10 % 4.479.100 Kg
100
= 273.225 kg

1 zak Aspal

= 50 kg

Jadi jumlah aspal yang dibutuhkan dalam zak = 273.225 kg


50 kg
= 5464,5 zak = 5.465 zak aspal

3.3.6. Gambar Sketsa


Seperti yang dikemukakan oleh penulis pada batasan masalah yaitu
penulis hanya meninjau pada pekerjaan lapisan AC - WC. Dibawah ini adalah
gambar profil melintang jalan.
AC- WC
TIMBUNAN PILIHAN

AGREGAT A

PILIHAN

GALIAN BIASA
TIMBUNAN PILIHAN

Gambar 3.18 Gambar Melintang Jalan

3.3.7. Prosedur Pelaksanaan


1. Persiapan Pelaksanaan
a. Mempelajari gambar kerja yang diberikan direksi teknik
b. Menentukan lebar dan panjang jalan
2. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pengangkutan
Campuran Hotmix diangkut kelokasi dengan menggunakan dump truck
sejauh 25 km. Sebelum dump truck di gunakan untuk pengangkutan
terlebih dahulu di periksa dan diberi pelapis pada bak truck dengan
menggunakan solar. Sebelum dump truck diberangkatkan, dilakukan
0

pengetesan suhu berkisar 145 C 165 C dan pada saat tiba dilokasi
0

penghamparan dilakukan pengetesan suhu 130 C 150 C.


pengangkutan

campuran

Hotmix

ditutup

dengan

Selama

terpal,

agar

terlindung dari cuaca dan perubahan suhu secara dratis.


b. Penghamparan
Prosedur pelaksanaannya adalah :
1. Sebelum penghamparan permukaan jalan di patching dan di
beri tack out (lapisan perekat) dimana tebal lapisan tack out 0.15
liter
2. Sebelum hotmix dihamparkan maka dilakukan pemeriksaan suhu
0

yaitu berkisar 130 C 150 C. Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan


untuk mengetahui suhu dari campuran. Sebab suhu terlalu rendah
maka campuran beraspal tidak dapat dihamparkan sebaliknya kalau
suhu diatas dari suhu yang direncanakan maka aspal tidak dapat di
hamparkan karena agregat tidak dapat memikul beban lagi karena
panas berlebihan.

3.

Setelah dilakukan pengetesan suhu dan sesuai dengan suhu yang


direncanakan maka pekerjaan penghamparan dapat dilakukan dengan

menggunakan Aspalt Finisher.


4. Sebelum dijalankan maka ditentukan ketebalan hamparan dan
kemiringan. Ketebalan aspal yang dihampar 5 cm.
5. Campuran Hotmix dipindahkan dari dump truck ke hopper finisher.
6. Operator menjalankan aspal finisher sehingga campuran Hotmix di
hamparkan secara merata.
7. Ketebalan

hamparan

harus

selalu

dikontrol

dengan

jalan

memasukkan kawat penghampar, sehingga diketahui ketebalan


Hotmix yang diinginkan.
c. Pemadatan
Pemadatan

campuran

beraspal

adalah

proses

pemadatan

dan

pengurangan volume udara pada campuran beraspal. Pemadatan ini


bertujuan untuk memperoleh kekuatan dan stabilitas campuran serta
menggurangi rongga udara agar kedap air. sifat kedap tersebut dapat
mencegah penuaan aspal akibat oksidasi dan mencegah masuknya air ke
lapis pondasi agregat.
Pada pemadatan campuran Hotmix digunakan cara pemadatan
sebagai berikut :
1. Pada bagian jalan lurus, pemadatan dimulai dari tepi perkerasan
menuju ke tengah jalan.
2.

Pada bagian mendaki dan menurun, dimulai dari bagian yang


rendah jalan menuju kebagian jalan yang agak tinggi

3. Mesin gilas roda 2 ditempatkan pada lintasan pertama dan roda


karet pada bagian kedua, di mana masing masing sudah diisi
dengan air bersih.
Dalam pelaksanaan pemadatan dapat dilakuakan dengan 3 cara :
1. Pemadatan awal (Breakdown Rolling)
Pemadatan awal adalah pemadatan yang dilakukan setelah

pada selang temperature yang disyaratkan. Pemadatan ini berfungsi


memberi pemadatan awal agar campuran beraspal menjadi relatife
stabil untuk dilewati pemadatan berikutnya. Jumlah lintasan pada
pemadatan awal ini yaitu 3 passing dengan menggunakan alat
Tandem Roller.
2. Pemadatan antara (Intermediate Rolling)
Pemadatan
berfungsi

antara

merupakan

pemadatan

utama

yang

untuk mencapai kepadatan yang diinginkan, dengan

jumlah pemadatn sebanyak 12 passing. Pemadatan antara harus


segera dilakukan setelah pemadatan awal selesai. Pemadatn antara
umumnya dilakukan alat pemadatan ban karet pneumatic (Pneumatic
Tireal Roller) .
3. Pemadatan akhir (Finish Rolling)
Pemadatn akhir umunya dilakukan untuk meningkatkan penampakan
permukaan. Jumlah lintasan pada pemadatan akhir 1 lintasan
2 lintasan. Pemadatan ini dilakukan dengan alat pemadatan mesin
gilas roda baja statis (dalam proyek ini tidak dilakukan pemadatan
akhir)
3.4. Pengendalian Pelaksanaan Pekerjaan
Sistem pengendalian kontruksi dalam proyek merupakan salah satu
komponen yang sangat penting untuk mengontrol pelaksanaan setiap
pekerjaan pada proyek tersebut.Sistem pengendalian dilakukan karena hal
hal yang terjadi dalam pelaksanaan sebuah proyek bisa saja menyimpang
dari rencana semula.hal ini dapat menimbulkan masalah pada proyek
tersebut.
Dengan adanya suatu sistem pengendalian yang baik segala kesulitan
yang terjadi dapat diselesaikan dengan baik,sehingga tujuan dari proyek
tersebut dapat tercapai.

Dalam menjalankan sistem pengendalian dalam sebuah proyek


kontruksi,ada tiga(3) aspek yang perlu diketahui yaitu :
a. Pengendalian Waktu
b. Pengendalian Biaya
c. Pengendalian Mutu
3.4.1. Pengendalian Waktu
Sistem pengendalian waktu ini sangat berguna untuk mengatahui
kemajuan suatu proyek. Hal ini bertujuan untuk menghindari keterlambatan
dalam pelaksanaan proyek.
Pada proyek ini prestasi mengalami kemajuan atau lebih cepat dari
rencana. Hal ini menurut pengamatan dilapangan karena :
1. Tenaga kerja cukup
2. Peralatan yang digunakan cukup memadai dan sudah berada
dilapangan saat akan digunakan
3. Saat memulai suatu pekerjaan, material yang dibutuhkan telah
siap dilapangan (material yang digunakan berada tepat waktu
dilapangan).
4. Cuaca baik
Jadwal pelaksanaan pekerjaan dalam 1 hari lamanya 11 jam yang
terhitung dari pukul 08.00 18.00 WITA dengan waktu istirahat
dari pukul 12.00 - 13.00 WITA. Biasanya pada waktu tertentu
dilakukan rapat koordinasi untuk mengevaluasi masalah masalah yang
dihadapi selama proyek berjalan.
3.4.2. Pengendalian Biaya
Tujuan utama dari sistem pengedalian biaya adalah untuk memberi
peringatan

dini

jika

terjadi

penyimpangan

atau

kesalahan

yang

berakibatkan pada peningkatan pengeluaaran yang tidak sesuai dengan


Rencana Anggaran Biaya (RAB). Yang harus diperhatikan dalam sistem
pengendalian biaya ini adalah:
a.

Bahan
Biaya yang dikeluarkan untuk memasok bahan material dalam
perkerjaan lokasi proyek harus sesuai dengan Rencana Anggaran
Biaya (RAB).

b.

Upah Tenaga Kerja


Dalam pengaturan pembiayaan upah tenaga kerja haruslah memakai
perhitungan analisa tenaga kerja yang sesuai dengan kontrak kerja.
Perhitungan analisa kerja bertujun untuk mengetahui beberapa
banyak jumlah tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan agar tidak
terjadi kesalahan dalam perekrutan tenaga kerja kelokasi proyek.

c.

Peralatan
Analisa perhitungan peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan adalah alat berat, sedangkan peralatan pertukangan tidak
temasuk

dalam

perhitungan analisa peralatan. Karena biasanya

dalam pelaksanaan pekerjaan mulai kerjanya haruslah sesuai dengan


time schedule. Sehingga pengadaan alat berat ke lokasi proyek harus
bertepatan dengan waktu alat bekerja, karena apabila alat berat
diturunkan kelokasi proyek sebelum waktu alat berat tersebut bekerja,
maka akan terjadi pembengkakan biaya.
3.4.3. Pengendalian Mutu
Memenuhi standar mutu merupakan salah satu sasaran dari sebuah
pengelolaan disamping biaya dan waktu. Namun untuk mendapatkan mutu
pekerjaan sesuai yang diharapkan tidaklah gampang. Dalam hal ini, bahan

material dan metode pelaksanaan yang digunakan harus memehuhi kriteria


dan spesifikasi sehingga pekerjaan yang dilaksanakan dapat berfungsi
selama kurun waktu yang direncanakan. Pengendalian mutu meliputi:
1.

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam proyek ini adalah bahan
yang memenuhi persyaratan spesifikasi. Dalam pengendalian mutu
dilakukan pengujian exktrasi untuk melihat kadar aspal dan gradasi
bahan sesuai spesifikasi yang ada.

2.

Metode pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang digunakan dalam proyek ini mulai
dari penghamparan campuran Hotmix dan pemadatan sesuai
spesifikasi.

Anda mungkin juga menyukai