Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH VARIASI PRODUK DAN SUASANA TERHADAP KEPUASAN

PELANGGAN PADA HIDEOUT CORNER SEMARANG

PROPOSAL

Untuk Memenuhi Persyaratan

Guna Mencapai Derajad Sarjana S-1

Program Studi Manajemen

Diajukan Oleh :

FARIDA AINUR ROHMAH

191003612012043

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

2022
PENGARUH VARIASI PRODUK DAN SUASANA TERHADAP
KEPUASAN PELANGGAN PADA HIDEOUT CORNER SEMARANG

Dipersiapkan dan disusun oleh

FARIDA AINUR ROHMAH

NPM.191003612012043

Telah Disetujui Pembimbing


Pada Tanggal
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Variasi Produk
dan Suasana Terhadap Kepuasan Konsumen pada Hideout Corner Semarang”.

Tujuan penulisan proposal ini adalah untuk memenuhi persyaratan guna


mencapai derajad sarjana S-1 Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.

Mulai perencanaan sampai dengan penyelesaian proposal ini, penulis telah


mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dra. Nurchayati, MM, AK.CA selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.
2. Bapak Drs. Ribut Musprihadi,MM, selaku dosen pembimbing yang telah
dengan sabar memberikan arahan serta bimbingan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal ini.
3. Bapak dan Ibu dosen yang telah mengasuh seta memberikan banyak bekal
ilmu, selama penulis menempuh studi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.
4. Ibu dan keluarga yang selalu mendukung dan memberi semangat agar
penulis dalam keadaan apapun.
5. Seluruh teman-teman yang selalu membantu dengan cara mereka sendiri.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan. Semoga proposal ini dapat bermanfaat,
secara teoritis maupun praktis.
Semarang, 1 januari 2023
Penulis

(Farida Ainur Rohmah)


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN COVER ............................... Error! Bookmark not defined.


HALAMAN JUDUL .................................. Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ..................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR .................................................................................. 3
DAFTAR ISI ................................................................................................. 4
DAFTAR TABEL .......................................................................................... 5
DAFTAR GAMBAR .................................... Error! Bookmark not defined.
II. Bagian Inti ............................................ Error! Bookmark not defined.
1. Pendahuluan ............................................... Error! Bookmark not defined.
1.1. Latar Belakang Penelitian .................... Error! Bookmark not defined.
1.2. Rumusan Masalah ................................. Error! Bookmark not defined.
1.3. Pertanyaan Penelitian ............................ Error! Bookmark not defined.
1.4. Tujuan Penelitian................................... Error! Bookmark not defined.
1.5. Manfaat Penelitian ................................ Error! Bookmark not defined.
2. Tinjauan Pustaka........................................ Error! Bookmark not defined.
2.1. Telaah Teori.......................................................................................... 5
2.2. Penelitian Terdahulu ................................ Error! Bookmark not defined.
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Rumusan Hipotesis .................... 23
3. Metode Penelitian........................................... Error! Bookmark not defined.
3.1. Populasi dan Sampel ............................... Error! Bookmark not defined.
3.2. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel ... Error! Bookmark not
defined.
3.3 Metode Pengumpulan Data .................... Error! Bookmark not defined.
3.4 Deskripsi dan Analisis Hasil Penelitian Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL

Tabel 1 ................................................................................. Error! Bookmark not defined.


Tabel 2 ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 3 ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
II. Bagian Inti

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi saat ini telah mendorong perdangan bisnis dan gaya
hidup manusia pun kian ikut berubah. Trend bisnis kuliner saat ini menjadi sebuah
usaha yang menjanjikan. Karena pada dasarnya makanan adalah kebutuhan pokok
manusia. Salah satu bisnis yang sedang mengalami perkembangan pesat saat ini
adalah cafe atau coffee shop. Menurut Marsum (2005) dan Kristina (2013:14) cafe
adalah tempat untuk makan dan minum sajian cepat saji dan menyuguhkan suasana
santai dan tidak resmi. Kebanyakan pengunjung cafe adalah kaum muda yang ingin
“nongkrong” dengan teman untuk mengerjakan tugas, berkumpul keluarga, atau
sekedar menghabiskan waktu luang. Cafe telah menjadi gaya hidup kaum dewasa
saat ini. Dalam bisnis cafe dan restoran, untuk menarik konsumen maka produk
yang ditawarkan harus mempunyai kelebihan serta perbedaan rasa, varian, menu,
dan suasana yang nyaman. Inovasi menu dan suasan tempat yang nyaman dapat
membantu meningkatkan volume penjualan.
Semakin tinggi peminat bisnis kuliner membuat banyak orang ingin
memulai usaha kuliner. Keadaan tersebut membuat persaingan bisnis dibidang ini
semakin ketat. Banyaknya cafe di Kota Semarang dengan berbagi macam
perbedaan varian produk dan suasana yang ditawarkan tentu akan memberikan
kesan yang berbeda. Kepuasan pelanggan sangat penting bagi bisnis, menurut
(Kotler & Keller, 2014). Ketika konsumen telah membandingkan variasi produk
dan suasana tempat akan muncul perasaan senang atau kecewa karena tidak sesuai
dengan apa yang di ekspektasikan. Untuk bertahan dalam persaingan bisnis ini,
pelaku bisnis cafe harus memperhatika kepuasan konsumen.
Berkembangnya cafe di Semarang yang menarik perhatian saya adalah cafe
Hideout Corner yang berada di jalan Jenderal Sudirman 212 Semarang. Cafe ini
sudah berdiri sejak tahun 2019 dan masih eksis hingga sekarang. Cafe ini
menyediakan banyak jenis kopi dan makanan. Konsep yang diterapkan dalam
pemasarannya adalah melakukan promosi secara offline dan online. Untuk promosi
offline Hideout Corner sering mengadakan event-event live music, diskon
peringatan tertentu, nonton bareng atau nobar piala dunia untuk menarik konsumen
datang untuk melakukan pembelian. Untuk pemasaran onlinenya dengan
melakukan promosi melalui media sosial instagram dan aplikasi instan seperti
gofood, shopee food, dan grab food. Berikut ini adalah tabel penjualan Hideout
Corner selama periode 1 tahun :
Tabel 2.1
Data penjualan Hideout Corner Semarang Bulan November 2021-November
2022

Bulan/Tahun Jumlah Peningkatan


(%)
November 30.141.000
Desember 33.066.000 0,97%
Januari 2022 21.839.000 -2,8%
Febuari 26.402.000 0,20%
Maret 34.107.000 0,29%
April 28.287.000 -0,17%
Mei 32.210.000 0,13%
Juni 24.633.000 -0,23%
Juli 28.146.000 0,14%
Agustus 22.912.000 -0,18%
September 20.223.000 -0,11%
Oktober 22.251.000 0,10%
November 21.020.000 -0,5%
Jumlah 345.237.000

Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa terjadi fluktuasi setiap bulannya. Pada
bulan November sampai Desember terjadi kenaikan sebesar 0,97%. Tetapi pada
bulan Januari hingga November mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak
stabil di setiap bulannya. Terjadinya fluktuasi penjualan yang Hideout Corner
dapat disebabkan oleh kepuasan konsumen saat mengunjungi cafe Hideout Corner.
Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab penurunan penjualan di
Hideout Corner maka penulis melakukan pra survey terhadap konsumen yang
melakukan pembelian. Berikut Hasil pra survey konsumen Hideout Corner :

Tabel 2.2

Hasil Pra survey dari 30 orang customer Hideout Corner.

Pertanyaan Jawaban Presentase


1. Mengapa anda Harga yang 40% (12 orang)
melakukan transaksi di terjangkau
Hideout corner? Suasana yang 15% (6 orang)
nyaman
Kualitas pelayanan 25% (8 orang)
Variasi produk 10%(4 orang)

Berdasarkan dari hasil pra survey konsumen tersebut, dapat diketahui bahwa
suasana dan variasi menu hanya ada sedikit orang yang setuju. Konsumen yang
menjawab suasana nyaman hanya 4 orang yang artinya suasana di Hideout Corner
belum memberikan kesan nyaman, tentram, dan aman. orang menyatakan variasi
produk atau menu Hideout Corner yang kurang bervariasi. Menurut hasil
wawancara dari Faiz salah satu karyawan Hideout Corner pada tanggal 7 Januari
2023, menyatakan bahwa konsumen yang datang rata-rata adalah pengunjung yang
biasa datang.

Variasi produk merupakan nilai jual utama dalam berbisnis. Dengan adanya
keragaman produk yang ditawarkan maka akan memperoleh kepuasan dari
konsumen. Adapun selain variasi produk, suasana tempat menjadi faktor yang sangat
penting juga, penciptaaan suasana yang aman, nyaman, dan tentram menjadi
pertimbangan tersendiri bagi konsumen untuk mengunjungi sebuah cafe atau
restoran.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa berkaitan dengan variasi menu,
kualitas layanan, suasana tempat. Secara ringkas terdapat dalam tabel berikut :

Tabel 2.3

Research Gap

Research gap Hasil Peneliti


Ada perbedaan hasil 1. Positif dan signifikan (Sihombing et al, 2022)
penelitian pengaruh 2. Negatif dan Signifikan (Sudarto Usuli dan
variasi produk terhadap Ummu Kalsum, 2021)
kepuasan konsumen.
Ada perbedaan hasil 1. Positif dan signifikan (Isna Aminatus Sholihah,
penelitian pengaruh 2020)
suasana terhadap 2. Negatif dan Signifikan Clara A.M.Rurooh, Dkk,
kepuasan konsumen. 2020)

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, maka dapat


ditarik judul penelitian “ Pengaruh Suasana dan Variasi Produk terhadap
Kepuasan Konsumen pada Hideout Corner Semarang ”

1.2. Rumusan Masalah

Terjadinya fluktuasi pendapatan penjualan Hideout Corner. Untuk


mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan penurunan penjualan maka
dilakukan pra survey terhadap konsumen Hideout Corner. Dari hasil pra survey
menunjukan dua faktor penyebabnya yaitu variasi produk yang kurang dan suasana
yang kurang nyaman yang menyebabkan kurangnya kepuasan pelanggan.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pengaruh variasi produk terhadap kepuasan konsumen Hideout


Corner Semarang?
2. Bagaimana pengaruh suasana terhadap kepuasan konsumen Hideout Corner
Semarang? Tujuan Penelitian

1.4. Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh variasi produk terhadap kepuasan konsumen


Hideout Corner Semarang
2. Untuk mengetahui pengaruh suasana terhadap kepuasan konsumen Hideout
Corner Semarang

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis yang di dapatkan dari penelitian ini adalah : Untuk membuktikan
teori dan mendukung penelitian sebelumnya tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan konsumen. Dapat memberi pemikiran teoritis dan ilmiah
dalam menambah wawasan tentang variasi produk dan suasana terhadap kepuasan
pelanggan. Dapat menjadi referensi untuk mahasiswa

Manfaat praktis Bagi wirausahawan hasil penelitian dapat digunakan sebagai :


Analisis permasalahan yang dialami Hideout Corner dari luar dan dalam cafe.
Digunakan sebagai penetapan strategi yang sesuai untuk masa depan Hideout
Corner Semarang.
2. Tinjuan Pustaka

2.1. Telaah Teori


2.1.1 Grand Theory
1. Kepuasan Konsumen
1.1 Pengertian Kepuasan Konsumen
Menurut Tjiptono dan Chandra (2016:204) kata kepuasan (satisfaction)
berasal dari bahasa latin yaitu “satis” dan “facio”, satis berarti cukup baik atau
memadai sedangkan facio memiliki arti melakukan atau membuat. Jika diartikan
kepuasan adalah sebagai upaya memenuhi suatu kebutuhan yang diinginkan.

Kotler & Keller (2002) mendefinisikan kepuasan konsumen adalah


perasaan senang atau kecewa yang timbul dari hasil perbandingan penampilan
produk dengan apa yang di ekspektasikan. Apabila penampilan produk yang
diharapkan oleh konsumen tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, maka
konsumen akan merasa tidak puas dan apabila penampilan produk sesuai atau lebih
baik dari yang diharapkan konsumen, maka kepuasan atau kesenangan akan
dirasakan konsumen.

Kepuasan konsumen menurut Wilkie (1994) yaitu merupakan respon


emosional terhadap evaluasi pengalaman mengkonsumsi produk, toko atau jasa.
Kepuasan merupakan tingkat perasaan konsumen yang diperoleh setelah konsumen
melakukan atau menikmati sesuatu.

Kepuasan konsumen adalah persepsi individu terhadap performansi suatu


produk atau jasa dikaitkan dengan harapan konsumen tersebut (Sciffman dan
Kanuk, 2004). Kepuasan konsumen didefinisikan sebagai penilaian evaluasi
pascapembelian dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberi hasil
sama atau melampaui harapan konsumen.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, pengertian kepuasan konsumen


dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Wilkie (1994) yaitu merupakan respon
emosional terhadap evaluasi pengalaman mengkonsumsi produk, toko atau jasa.
Kepuasan merupakan tingkat perasaan konsumen yang diperoleh setelah konsumen
melakukan atau menikmati sesuatu dimana alternatif yang dipilih sekurang-
kurangnya memberi hasil sama atau melampaui harapan konsumen.

1.2 Elemen Kepuasan Konsumen

Wilkie (1994) menyatakan bahwa ada 5 elemen pada kepuasan konsumen


yaitu:

1. Expectations (harapan)

Sebelum melakukan pembelian terhadap suatu produk, konsumen menaruh harapan


yang tinggi untuk sebuah produk yang akan dibeli. Pada saat proses pembelian
dilakukan, konsumen berharap bahwa produk yang mereka terima sesuai dengan
harapan, keinginan, dan keyakinan mereka.

2. Performance (kinerja)

Performance merupakan pengalaman konsumen terhadap kinerja terhadap produk


ketika digunakan tanpa dipengaruhi oleh harapan mereka. Selama menggunakan
atau mengkonsumsi produk, konsumen menyadari kegunaan produk aktual dan
menerima kinerja produk tersebut sebagai dimensi yang penting bagi konsumen.

3. Comparison (perbandingan)

Setelah mengkonsumsi suatu produk maka konsumen akan membandingkan


harapan terhadap kinerja produk sebelum membeli dengan kinerja dari produk
tersebut.

4. Confirmation atau disconfirmation

Harapan konsumen dipengaruhi oleh pengalaman mereka terhadap penggunaan sari


produk yang berbeda dari pengalaman orang lain. Melalui penggunaan produk lain
konsumen membandingkan harapan kinerja dari produk yang dibeli dengan kinerja
aktual produk tersebut. Confirmation terjadi ketika harapan sesuai dengan kinerja
aktual produk. Disconfirmation terjadi ketika harapan lebih tinggi atau lebih rendah
dari kinerja aktual produk. Konsumen akan merasa puas ketika terjadi confirmation
dan disconfirmation yaitu ketika harapan melebihi kinerja aktual produk tersebut.
5. Discrepancy (ketidak sesuaian)

Discrepancy adalah bagaimana perbedaan antara level kinerja dengan harapan.


Negative disconfimations yaitu ketika kinerja aktual berada dibawah level harapan,
kesenjangan yang lebih luas lagi akan mengakibatkan tingginya level
ketidakpuasan. Sebaliknya positive disconfimations yaitu ketika kinerja aktual
berada diatas level harapan. Ketika konsumen puas, maka konsumen akan
menggunakan produk yang sama, dan ketika konsumen merasa tidak puas maka
konsumen akan menuntut perbaikan atau komplain terhadap perusahaan.

1. 3 Tipe-Tipe Kepuasan Konsumen

Strauss & Neuhaus (2016:2) membedakan ada tiga tipe kepuasan dan dua tipe
ketidakpuasan, berdasarkan emosi yang timbul secara spesifik terhadap penyedia
produk dan jasa.

Tipe-tipe kepuasan dan ketidakpuasan tersebut adalah :

1. Demanding Customer Satisfaction. Tipe ini merupakan tipe kepuasan yang aktif.
Relasi dengan penyedia jasa diwarnai emosi positif, terutama optimisme dan
kepercayaan. Berdasarkan pengalaman positif di masa lalu, pelanggan dengan tipe
kepuasan ini berharap bahwa penyedia jasa bakal mampu memuaskan ekspektasi
mereka yang semakin meningkat di masa depan.

2. Stable Customer Satisfaction. Pelanggan dalam tipe ini memiliki tingkat aspirasi
pasif dan perilaku yang demanding. Emosi positifnya terhadap penyedia jasa
bercirikan steadiness dan trust dalam relasi yang terbina saat ini. Mereka
menginginkan segala sesuatunya tetap sama. Berdasarkan pengalaman pengalaman
positif yang telah terbentuk hingga saat ini, mereka bersedia melanjutkan relasi
dengan penyedia pelayanan.

3. Resigned Customer Satisfaction. Pelanggan dalam tipe ini juga merasa puas.
Namun, kepuasannya bukan disebabkan oleh pemenuhan ekspektasi, namun lebih
didasarkan pada kesan bahwa tidak realistis untuk berharap lebih. Perilaku
pelanggan tipe ini cenderung pasif. Mereka tidak bersedia melakukan berbagai
upaya dalam rangka menuntut perbaikan situasi.

4. Stable Customer Dissatisfaction. Pelanggan dalam tipe ini tidak puas terhadap
kinerja penyedia pelayanan, namun mereka cenderung tidak melakukan apaapa.
Relasi mereka dengan penyedia pelayanan diwarnai emosi negatif dan asumsi
bahwa ekspektasi mereka tidak bakal terpenuhi di masa datang. Mereka juga tidak
melihat adanya peluang untuk perubahan atau perbaikan.

5. Demanding Customer Dissatisfaction. Tipe ini bercirikan tingkat aspirasi aktif


dan perilaku demanding. Pada tingkat emosi, ketidakpuasannya menimbulkan
protes dan oposisi. Hal ini menyiratkan bahwa mereka akan aktif dalam menuntut
perbaikan. Pada saat bersamaan, mereka juga merasa tidak perlu tetap royal pada
penyedia jasa. Berdasarkan pengalaman negatifnya, mereka tidak akan memilih
penyedia jasa yang sama lagi di kemudian hari.

1.4 Metode dalam mengukur kepuasan pelanggan

Beberapa metode dalam mengukur kepuasan pelanggan menurut Tjiptono


dan Chandra (2016:219) berikut:

1. Sistem Keluhan dan Saran. Setiap pemasar yang berorientasi pada pelanggan
wajib memberikan kesempatan kepada pelanggannya untuk menyampaikan saran,
kritik, pendapat, gagasan, masukan dan keluhan mereka. Ide-ide baru dapat
diperoleh melalui informasi dari metode ini. Sehingga memungkinkan perusahaan
untuk bereaksi dengan tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah - masalah yang
timbul.

2. Ghost/Mystery Shopping. Salah satu metode untuk memperoleh gambaran


mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang
ghost shoppers untuk berperan sebagai pelanggan potensial perusahaan dan
pesaing. Mereka diminta melaporkan berbagai temuan penting berdasarkan
pengalamannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk maupun layanan
perusahaan dibandingkan pesaing. Selain itu para ghost shoppers juga dapat
melakukan observasi (bisa pula merekam menggunakan kamera tersembunyi) cara
perusahaan dan pesaingnya melayani permintaan spesifik pelanggan, menjawab
pertanyaan pelanggan, dan menangani setiap masalah/keluhan pelanggan.

3. Lost Customer Analysis. Perusahaan sebisa mungkin menghubungi para


pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih pemasok, agar dapat
memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan
perbaikan/penyempurnaan selanjutnya. Kesulitan dari metode ini adalah
mengidentifikasi dan mengkontak mantan pelanggan yang bersedia memberikan
masukan dan evaluasi terhadap kinerja perusahaan.

4. Survei Kepuasan Pelanggan. Sebagian besar riset kepuasan pelanggan


menggunakan metode survei, baik via pos, telepon, e-mail, website, maupun
wawancara langsung. Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan
umpan balik langsung dari pelanggan dan juga memberikan sinyal positif bahwa
perusahaan menaruh perhatian terhadap mereka.

1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen

Zeithaml dan Bitner (1996) mengemukakan bahwa kepuasan konsumen


dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :

1. Kualitas Produk Konsumen puas jika setelah membeli dan menggunakan produk,
ternyata kualitas produknya baik. Kualitas barang yang diberikan bersama-sama
dengan pelayanan akan mempengaruhi persepsi konsumen. Ada delapan elemen
dari kualitas produk, yakni kinerja, fitur, reliabilitas, daya tahan, pelayanan,
estetika, sesuai dengan spesifikasi, dan kualitas penerimaan.

2. Harga Pembeli biasanya memandang harga sebagai indikator dari kualitas suatu
produk. Konsumen cenderung menggunakan harga sebagai dasar menduga kualitas
produk. Maka konsumen cenderung berasumsi bahwa harga yang lebih tinggi
mewakili kualitas yang tinggi.

3. Situasi dan personal

Faktor situasi atau lingkungan dan pribadi, mempengaruhi tingkat kepuasan


seseorang terhadap barang atau jasa yang dikonsumsinya. Faktor situasi seperti
kondisi dan pengalaman akan menuntut konsumen untuk datang kepada suatu
penyedia barang atau jasa, hal ini akan mempengaruhi harapan terhadap barang atau
jasa yang akan dikonsumsinya. Efek yang sama terjadi karena pengaruh faktor
personal seperti emosi konsumen.

4. Kualitas pelayanan Kualitas pelayanan sangat bergantung pada tiga hal, yaitu
sistem, teknologi dan manusia. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa sangat
bergantung pada kualitas jasa yang diberikan.

2. Variasi Produk
2.1 Pengertian Variasi Produk
Variasi Produk merupakan suatu yang bisa ditawarkan kepasar buat
dicermati, dipakai, dimiliki, ataupun dikonsumsi sehingga bisa memuaskan
kemauan ataupun kebutuhan konsumen. Ini bisa disimpulkan kalau hampir seluruh
yang tercantum hasil produksi merupakan barang nyata yang bisa dilihat serta
dialami. Seba produk merupakan barang yang nyata.

Keberagaman produk atau variasi produk ialah kumpulan berbagai semua


produk dan barang yang ditawarkan dari pemasar kepada kosumen. Dalam
melakukan keputusan pembelian suatu produk, perilaku konsumen dan variasi
poduk memiliki kaitan yang sangat erat dengan kelangsunganya penjualan suatu
perusahaan.

Menurut Maharani Vinci keberagaman produk adalah proses dimana


penyusunan dan pengelolaan ragam produk dalam satu kelompok. Kunci
kesuksekan dalam persaingan bisnis eceran adalah adanya keberagaman produk
yang di sediakan oleh perusahaan untuk meningkatkan penjualan.

Menurut Asep dalam Jenni Anggraeni dkk keberagaman produk atau variasi
produk yaitu banyaknya opsi dari ketersediaa produk yang berjumlah besar dan
bervariasi hal inilah yang menjadikan timbul proses belanja konsumen.
Dari 2 pendapat sebagian pakar diatas bisa disimpulkan bahwasanya keberagaman
produk adalah strategi dari perusahaan dengan menganekaragamkan produknya
dengan tujuan untuk mencukupi kemauan konsumen sehingga tertarik guna
melakukan pembelian suatu produk.

2.2 Indikator Variasi

Kotler dan Keller menjelaskan mengenai variasi produk meliputi empat


macam :

a. Variasi brand atau citra produk yang di hasilkan oleh perusahaan.

b. Variasi kelengkapan produk mengacau pada ketersediaan suatu produk.

c. Variasi ukuran produk mulai dari model, bentuk, sturktur fisik paling kecil
sampai paling besar.

d. Variasi kualitas produk atau mutu dari suatu produk.

2.3 Tujuan Variasi Produk

Terciptanya dari variasi produk yang dihasilkan oleh pemasar adalah sebagai
berikut:

a. Pelangan mempunyai minat serta kemauan yang berbeda dengan yang lainya jika
pemasar mampu menyediakan opsi atau tipe produk yang berbagai macam,
sehingga konsumen memiliki daya tarik tersendiri untuk melakukan pembelian.

b. Penyediaan variasi produk dalam sebuah store yang di lakukan oleh pemasar
dalam suatu produk, akan mempermudah konsumen dalam memilih sebuah produk
untuk memenuhi kebutuhan ataupun keinginanya.

3.Suasana Cafe Pengertian suasana

3.1 Pengertian Suasana

Menurut utami (2006:238) suasana atau atmosphere adalah desain


lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan wangi-
wangian, untuk merancang respon emosional dan persepsi pelanggan untuk
mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih tempat itu.

Levy and Weitz, (dalam Dian & Artanti, 2013:416) suasana atau
atmosphere adalah penciptaan suasana melalui visual, penataan cahaya, music, dan
aroma yang dapat menciptakan lingkungan pembelian yang nyaman sehingga dapat
mempengaruhi persepsi dan emosi konsumen untuk melakukan pembelian.

3.2 Indikator suasana cafe

Menurut Berman dan Evan (2014:545) indikator dalam store atmosphere


atau suasan ada 4 elemen yaitu :

1. Store Exterior (Bagian depan coffee shop)

Bagian ini terdiri dari tata letak ruangan bagian luar, pencahayaan diluar
ruangan, papan nama, tata letak ruang parkir, dan tata letak pintu masuk untuk
memberikan kesan nyaman untuk konsumen dan membangun ekspektasi agar
konsumen merasa puas.

Beberapa bagian yang termasuk dari elemen store exterior yaitu;

a) Store front (depan coffee shop) harus sesuai dengan citra coffee shop tersebut.
b) Marquee (papan nama) digunakan untuk menampilkan nama atau logo yang
merupakan bagian dari papan nama coffee shop.

c) Pintu masuk merupakan sarana utama yang menghubungkan antara luar


coffee shop dan bagian dalam coffee shop, sehingga harus direncanakan dengan
baik agar menciptakan rasa tertarik pelanggan dan mengajak pelanggan untuk
melihat dan masuk ke dalam coffee shop.

2. General Interior (Bagian dalam coffee shop):

Dirancang untuk memaksimalkan visual merchandising. Iklan akan menarik


pembeli untuk datang ke coffee shop, dan hal terpenting yang dapat
menghasilkan penjualan setelah pembelian di dalam coffee shop adalah
tampilan pajangannya. Tampilan pajangan yang baik adalah tampilan yang
dapat menarik minat pelanggan dan memudahkan mereka untuk mengamati,
memeriksa dan memilih produk yang akan dibeli ketika pelanggan memasuki
coffee shop.

Beberapa bagian yang termasuk general interior yaitu :

a) Layout : Seperti warna dan jenis pada lantai contohnya kayu, keramik, desain
karpet karena dapat mempengaruhi persepsi apa yang pelanggan lihat.

b) Lighting : Warna dan tata cahaya yang dapat memberikan image kepada
pelanggan. Warna yang cerah dan terang akan memberikan dampak langsung
atau tidak langsung. Tata cahaya yang baik mempunyai kualitas dan warna yang
membuat produk yang ditawarkan lebih menarik, dibandingkan dengan yang
sebenarnya.

c) Fixture : Memilih peralatan dan cara penyusunan barang dilakukan dengan


baik agar dapat hasil yang sesuai dengan keinginan karena barang tersebut
berbeda karakter, bentuk, maupun harganya, sehingga penempatannya berbeda.
d) Temperature : Pengelola coffee shop harus mengatur suhu udara, agar udara
yang di dalam ruangan tidak terlalu panas atau dingin. Suhu udara sangat
berpengaruh terhadap kenyamanan pelanggan. Sehingga image coffee shop juga
dapat dipengaruhi dengan penggunaan AC baik sentral maupun unit, jendela
terbuka, dan kipas angin.

e) Distance : Rak barang diatursedemikian rupa yang membuat pelanggan lebih


mudah dalam memilih barang agar pelanggan merasa nyaman dan betah tinggal
di coffee shop.

f) Dead areas: Dimana display ruangan di dalam coffee shop yang normal tidak
bisa diterapkan karena terasa janggal, misalnya pintu masuk, sudut ruangan dan
toilet. Pengelola juga harus dapat menerapkan barang pajangan biasa untuk
memperindah dan memberikan kesan yang menarik seperti cermin atau
tanaman.
g) Personal : Karyawan yang ramah, sopan, berpenampilan menarik dan
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai produk yang dijual agar
meningkatkan citra dan loyalitas pelanggan untuk berbelanja. . Store Layout
(Tata letak) adalah rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan pengaturan
dari jalan di dalam coffee shop yang cukup lebar yang memudahkan para
pelanggan untuk berlalu-lalang di dalamnya.

3. Store layout yang bagus dapat mengundang masuk atau menyebabkan


pelanggan tertarik untuk masuk coffee shop ketika pelanggan tersebut melihat
bagian dalam coffee shop melalui jendela etalase atau pintu masuk. Layout yang
baik akan mampu mengundang pelanggan untuk betah berkeliling lebih lama
dan membelanjakan uangnya lebih banyak.

4. Interior display (Papan pengumuman) adalah tanda yang digunakan untuk


memberikan informasi kepada pelanggan agar dapat mempengaruhi suasana
lingkungan coffee shop dan termasuk interior display.

2.1.2 Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel independen dan variabel dependen. Variasi


produk dan suasana sebagai varibel independent. Dan kepuasan konsumen sebagai
variabel dependen.

2.1.3 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.4

No Peneliti, Tahun, dan Variabel Alat Hasil Penelitian


Judul Analis
is
1. H Karya (2019) Independen: Analis 1. Variasi menu, harga,
“Pengaruh Variasi 1. Variasi is dan suasana tempat
Menu, Harga, dan menu regresi berpengaruh positif
Suasana Tempat 2. Harga linear secara parsial terhadap
Terhadap Kepuasan 3. Suasana kepuasan konsumen di
Konsumen Warunk Dependen: bergan Warunk Upnormal
Upnormal di Kota 1. Kepuasan da Makassar
Makassar” konsumen 2. Variasi menu, harga,
dan suasana tempat
berpengaruh positif
secara simultan
terhadap kepuasan
konsumen
3. Suasana tempat
merupakan variabel
yang paling dominan
berpengaruh terhadap
kepuasan konsumen.
2. Isna Aminatus Sholihah Independen: Analis 1. Suasana cafe dan
(2020) 1. Suasana cafe is kualitas layanan secara
“Pengaruh Suasana 2. Kualitas linear parsial maupun
Cafe dan Kualitas layanan regresi simultan berpengaruh
Layanan terhadap Dependen : bergan positif signifikan
Kepuasan Konsumen 1. Kepuasan da terhadap kepuasan
cafe Nganjuk” konsumen konsumen cafe
nganjuk.
3. Febila Kusuma Independen: Analis 1. Store atmosphere dan
Wardhani (2021) 1. Store is keragaman produk
“Pengaruh Store Atmosphere linear berpengaruh positif
Atmosphere dan 2. Keragaman regresi terhadap kepuasan
Keragaman Produk produk bergan pelanggan di coffeshop
terhadap Kepuasan Dependen : da Rustic Surabaya.
Pelanggan: Studi pada 1. Kepuasan
Pelanggan Coffeshop Pelanggan
Rustic Surabaya”
4. H Popo Suryana (2019) Independen: Anilisi 1. Dari hasil uji
“Pengaruh Kualitas 1. Kualitas s uji hipotesis secara parsial
Produk, Display Produk asumsi (uji T) bahwa masing
Layout, dan Variasi 2. Display klasik, masing variabel
Produk terhadap Layout regresi independen memiliki
Kepuasan Konsumen” 3. Variasi linear pengaruh positif
produk bergan signifikan terhadap
Dependen : da, variabel dependen.
1. Kepuasan koefisi
konsumen en
determ
inasi(
R2),
dan uji
hipote
sis
5. Meika Marito Independen: Analis 1. Variasi menu
Sihombing, dkk (2021) 1. Variasi is berpengaruh positif
“Pengaruh Variasi menu linear signifikan
Menu, Harga, dan 2. Harga regresi terhadap kepuasan
Suasana cafe Terhadap 3. Suana Cafe bergan konsumen.
Kepuasan Konsumen Dependen : da 2. Harga berpengaruh
cafe Miltie Garden 1. Kepuasan positif signifikan
Mulawarman Pelanggan terhadap kepuasan
Banjarmasin” konsumen.
3. Suasana cafe
berpengaruh positif
signifikan
terhadap kepuasan
konsumen.
6. Ni Putu Indah Sri Independen: Analis Promosi, suasana,
Antari, dkk (2022) “ 1. Promosi is kualitas pelayanan
Pengaruh Promosi , 2. Suasana linear berpengaruh positif
Suasana Cafe dan 3. Kualitas regresi signifikan
Kualitas Pelayanan Pelayanan bergan terhadap kepuasan
Terhadap Kepuasan Dependen : da konsumen.
Pelanggan pada 1. Kepuasan
Hangout Acoustic Cafe Pelanggan
Gianyar”
7. Donny Arif, Ratna Independen: Analis Kualitas pelayanan,
Ekasari (2020) 1. Kualitas is harga, dan suasana cafe
“Pengaruh Kualitas Pelayanan, linear berpengaruh positif dan
Pelayanan, Harga, dan 2. Harga regresi signifikan terhadap
Suasana cafe Terhadap 3. Suana Cafe bergan kepuasan konsumen.
Kepuasan Konsumen” Dependen : da
1. Kepuasan
Pelanggan

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Rumusan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh variasi produk terhadap kepuasan konsumen

Variasi produk merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi


kepuasan konsumen. Setiap konsumen memiliki keinginan dan selera yang
berbeda-beda. Jika sebuah cafe dapat menyediakan beragam menu dan variasi
produk maka keinginan dan selera konsumen dapat terpenuhi dan memperoleh
kepuasan. Jika bisnis cafe selalu mengikuti perkembangan zaman dan membuat
inovasi produk yang bervariasi maka akan mampu bersaing dan dapat
meningkatkan volume penjulan. Maka dapat disimpulkan hipotesis dalam
penelitian ini adalah :

H1 : Variasi menu berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.


2.3.2 Pengaruh suasana terhadap kepuasan konsumen

Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen adalah


suasana cafe atau atmosphere. Suasana tempat yang nyaman menjadi bahan
pertimbangan tersendiri bagi konsumen sebelum mengunjungi sebuah cafe.
Konsumen menginginkan suasana seperti apa yang mereka harapakan. Suasana
atau atmosphere yang tercipta akan mempengaruhi emosi dan perasaan konsumen
yang datang. Mulai dari eksterior dan interior cafe, tata letak ruangan, suara atau
gemuruh, musik yang sesuai, dan penerangan akan mempengaruhi apa yang
dirasakan oleh konsumen baik perasaan senang atau kecewa.

H2 : Suasana berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.

Gambar 2.1

Kerangka pemikiran Teoritis

Variasi produk (X1)

Kepuasan Konsumen(Y1)

Suasana (X2)
3. Metode Penelitian

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek yang mempunyai satu karakteristik yang


sama. (Nfn Purwanto, 2019).

Menurut Husnaini Usman (2006:181), populasi ialah semua nilai baik hasil
perhitungan maupun pengukuran, baik kualitatif maupun kuantitatif, dari
karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan pembelian di cafe
Hideout Corner Semarang. Berikut merupakan data pelanggan yang melakukan
pembelian di Hideout Corner selama 1 bulan yaitu pada tanggal 7 Desember
hinggan 28 Desember 2022 :

Tabel 3.1

Jumlah Populasi

Hari Jumlah Konsumen


7 Desember 2022 59
14 Desember 2022 54
21 Desember 2022 50
28 Desember 2022 43
Jumlah 206 konsumen
Sumber : Hasil observasi penulis

Sampel yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan
adalah seluruh konsumen yang melakukan pembelian di Hideout Corner Semarang.

Pemilihan dan pengambilan sampel merupakan hal yang sangat penting


dalam penelitian. Cara menentukan ukuran sampel dengan metode slovin, sebagai
berikut :

𝑁
n=1+𝑛𝑒2
Dimana :

n : Ukuran sampel

N : Ukuran populasi

e : Batas tolenrasi kesalahan (error tolerance)

206
Jadi, n=1+206(0,1)2

n= 67,3 responden

Jadi, (N)=206 responden, sedangkan (n)=67 responden (dibulatkan).

Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah


random sampling (probability sampling). Teknik random sampling adalah teknik
pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi baik secara sendiri
atau bersama-sama diberi kesempatan untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Random sampling disebut juga dengan pengambilan sampel tanpa pilih atau
pandang bulu, yang didasarkan oleh prinsip matematis yang sudah teruji praktek.

3.2 Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel

3.2.1 Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel independen dan variabel dependen.


Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepuasan konsumen, dengan
variabel independen variasi produk dan suasana.

Variasi produk adalah nilai jual utama dalam kepuasan konsumen. Berikut
adalah indikator-indikator dalam variasi produk :

Tabel 3.2

Definisi operasional dan pengukuran variabel

Variabel Indikator Sub indikator


1. Merek produk Jenis produk yang
1. Variasi produk
ditawarkan
2. Kelengkapan Produk Tersedia lengkap
3. Ukuran produk Produk yang
menawarkan ukuran
yang bervariasi.

Selain variasi produk, salah satu faktor yang dapat menarik konsumen
adalah atmosphere atau suasana cafe yang nyaman agar konsumen pun betah
berlama-lama di cafe. Berikut adalah indikator suasana cafe:

Tabel 3.3

Definisi operasional dan pengukuran variabel

Variabel Indikator Sub indikator


1. Exterior/Store front 1. Papan nama
2. Desain bangunan
3. Pintu Masuk
4. Layout
2. General interior 1. Lightning
2. Aroma dan
temperature
3. Store layout 1. Layout Produk
2. Suasana cafe
2. Konsep cafe yang
sesuai dengan desain
4. Interior display 1. Dekorasi di cafe
Hideout Corner yanf
sangat menarik
2. Tanda petunjuk (toilet,
parkir)
3. Kebersihan cafe
3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data digunnakan sebagai bahan yang diperlukan untuk


pembahasan data penelitian. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah :

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku yang berkaitan untuk menjadi
sumber bahan data.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan yaitu mencari dan memperolah data dari konsumen dan pegawai
sebagai responden dengan cara kuisioner.

Kuesioner yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner terbuka,


dengan menanyakan nama, usia, dan tempat tinggal. Selain itu peneliti juga
menggunakan pertanyaan tertutup, yaitu dengan cara responden
memberikan jawaban dari pertanyaan yang telah disediakan oleh peneliti.
Pengukuran peneliti menggunakan Skala Likert, yaitu cara pengukuran
dengan menghadapkan seorang responden menggunakan pertanyaan,
kemudian diminta untuk membrikan jawaban dan selanjutnya jawaban
tersebut diberi skor seperti pada tabel berikut :
1. Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
2. Tidak Setuju (TS) = 2
3. Netral (N) = 3
4. Setuju (S) = 4
5. Sangat Setuju (SS) = 5

3.4 Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian istrumen penelitian meliputi uji validitas dan reabilitas. Tujuan


pengujian validitas dan reabilitas adalah meyakinkan bahwa kuisioner yang disusun
akan benar-benar baik dalam mengukur gejala dan menghasilkan data yang valid.
3.4.1 Uji validitas

Uji validitas adalah untuk mengetahui sah atau tidaknya instrumen kuisioner
yang digunakan dalam pengumpulan data. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan dalam kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesutau yang diukur
kuesioner tersebut Sujarweni (2016). Jadi validitas jika ingin mengukur apakah
suatu pertanyaan dalam kuisioner yang sudah kita buat benar-benar dapat mengukur
apa yang ingin kita ukur. Dalam mengukur validitas dapat dilakukan dengan cara
melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor
konstruk atau variabel. Uji validitas dilakukan dengan cara membandingkan nilai
rhitung dengan rtabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah
jumlah sampel (Ghozali, 2018).

1. 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔>𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka item pertanyaan tergolong valid.

2. 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔>𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka item pertanyaan tergolong tidak valid. Dalam penelitian


ini, responden sebanyak 67 orang, sehingga 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dibandingkan dengan 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
sesuai dengan hasil pengolahan data.

3.4.2. Uji Realibitas

Uji Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang


merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner bisa dikatakan realibel atau
handal jika jawaban dari seorang responden bisa konsisten atau stabil dari waktu
kewaktu. Pengukuran realibilitas dapat dikatakan dengan cara one shot atau
pengukuran sekali saja.

Dalam penelitian ini, pengujian realibilitas dengan cara mengukur korelasi


antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur realibilitas
dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha (α) > 0,60 (Ferdinand, 2011).

1. Cronbach Alpha (α) > 0,60, maka kuesioner tergolong realibel.

2. Cronbach Alpha (α) < 0,60, maka kuesioner tergolong tidak realibel.
3.5. Teknik Analisis Data

3.5.1. Analisis Deskripsi

Analisis deskripsi dapat digunakan bila penelitian hanya ingin


mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku
untuk populasi dimana sampel diambil (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini yang
dianalisis adalah hasil tanggapan responden dari pernyataan yang diajukan yaitu
berhubungan dengan variasi produk dan suasana terhadap kepuasan konsumen
Hideout Corner Semarang.

3.5.2. Analisis Hasil Penelitian

3.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Regresi linear berganda merupakan model regresi yang melibatkan lebih


dari satu model regresi yang melibatkan lebih dari satu variabel independen.
Analisis regresi linear bergandadilakukan untuk mengetahui arah dan seberapa
besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Gozali, 2018).

Dalam penelitian ini uji regresi linear berganda dilakukan untuk


mendapatkan gambaran bagaimana variabel independen Variasi Produk dan
Suasana mempengaruhi variabel dependen yaitu Kepuasan Konsumen dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,05.

Y = α + b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + b₄X₄ + e

Keterangan:

Y = Kepuasan Konsumen

α = Konstanta

b₁₂₃₄ = Koefisien Regresi (IOS, FS, DER, dan ROE).

e = Error Distrubance

1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang didapatkan dari sebaran data untuk
mengetahui apakah data tersebut memiliki distribusi normal atau mendekati
normal. Menurut Saeful dan Bahruddin (2014:113), uji normalitas adalah uji untuk
mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data yang nantinya akan berkaitan
dengan dengan pemilihan uji statistik.

Pada uji normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji


Kolmogorov Smirnov, yaitu dengan ketentuan apabila nilai signifikansi di bawah
5% atau 0,05 maka data tidak memiliki distribusi normal.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistic yang harus dipenuhi pada
analisis regresi linear berganda yang berbasis Ordinary Leas Square (OLS). Untuk
memastikan bahwa model regresi yang diperoleh merupakan model model yang
terbaik, dalam hal ketepatan estimasi, tidak bias, serta konsisten, maka perlu
dilakukan pengujian asumsi klasik (Juliandi et al., 2014). Uji asumsi klasik untuk
memastikan persamaan regresi yang difungsikan tepat dan valid. Sebelum
melakukan analisa regresi berganda dan pengujian hipotesis, maka harus
melakukan beberapa uji asumsi klasik yang bertujuan untuk mengetahui apakah
model regresi yang digunakan sudah terbebas dari penyimpangan asumsi dan dan
memenuhi ketentuan untuk mendapatkan linear yang baik.

Tujuan pengujian asumsi klasik ini adalah untuk memberikan kepastian


bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak
bias, dan konsisten. Asumsi klasik adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi pada
model regresi linear OLS agar model tersebut menjadi valid sebagai alat penduga.

a. Uji Multikolinearitas
Model regresi yang baik tidak terjadi multikolinearitas. Uji multikolinearitas
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah pada suatu model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pengujian multikolinearitas
bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel independen atau variabel bebas (Ghozali, 2016). Hal tersebut berarti
standar error, akibatnya ketika koefisien diuji, t-hitung akan bernilai kecil dari t-
tabel. Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan linear antara variabel
independen yang dipengaruhi dengan variabel dependen.

b. Uji Autokorelasi
Suatu model regresi dapat dikatakan baik ketika terbebas dari autokorelasi. Uji
autokorelasi yang dapat muncul karena adanya observasi yang berurutan sepanjang
waktu dan saling berkaitan satu sama lainnya (Ghozali, 2016). Permasalahan ini
muncul karena residual tidak bebaspada suatu observasi ke observasi lainnya. Uji
autokorelasi bertujuan untuk menunjukkan korelasi anggota observasi yang
diurutkan berdasarkan waktu atau ruang (Ajija, 2011).
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi autokorelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2018, 137), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dalam residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3. Uji Goodness of Fit (Uji Model)
Uji Goodness of Fit untuk satu sampel tertentu dapat dipakai menguji
apakah data sebuah sampel yang diambil secara acak atau tidak menunjang
hipotesis yang menyatakan bahwa populasi asal sampel tersebut diambil setelah
mengikuti distribusi yang telah ditetapkan (distribusi normal atau binomial).
Uji Goodness of Fit digunakan untuk menguji apakah data sampel cocok
dengan distribusi dari populasi tertentu.
a. Uji Koefisien Determinasi

Pengujian koefisien determinasi ini dilakukan dengan maksud mengukur


kemampuan model dalam menerangkan seberapa pengaruh variabel independen
secara bersama-sama (stimultan) mempengaruhi variabel dependen yang dapat
diindikasikan oleh nilai adjusted R – Squared (Ghozali, 2016). Koefisien
determinasi menunjukkan sejauh mana kontribusi variabel bebas dalam model
regresi mampu menjelaskan variasi dari variabel terikatnya. Koefisien determinasi
dapat dilihat melalui nilai R-square (R2) pada tabel Model Summary.
Menurut Ghozali (2016), nilai koefisien determinasi yang kecil memiliki arti
bahwa kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen sangat terbatas, sebaliknya jika nilai mendekati 1 (satu) dan menjauhi 0
(nol) memiliki arti bahwa variabel-variabel independen memiliki kemampuan
memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel
dependen.

b. Uji F

Uji F bertujuan untuk mencari apakah variabel independen secara bersama-


sama (stimultan) mempengaruhi variabel dependen. Uji F dilakukan untuk melihat
pengaruh dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel
terikat. Tingkatan yang digunakan adalah sebesar 0,05 atau 5%, jika nilai signifikan
F < 0,05 maka dapat diartikan bahwa variabel independent secara simultan
mempengaruhi variabel dependen ataupun sebaliknya (Ghozali, 2016).
Uji simultan F digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
secara bersama-sama atau simultan antara variabel independen terhadap variabel
dependen. Pengujian statistik Anova merupakan bentuk pengujian hipotesis dimana
dapat menarik kesimpulan berdasarkan data atau kelompok statistik yang
disimpulkan. Pengambilan keputusan dilihat dari pengujian ini dilakukan dengan
melihat nilai F yang terdapat di dalam tabel ANOVA, tingkat signifikansi yang
digunakan yaitu sebesar 0,05.
Adapun ketentuan dari uji F, yaitu sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikan F < 0,05 maka H₀ ditolak dan H₁ diterima. Artinya semua
variabel independent/bebas memiliki pengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen/terikat.
2. Jika nilai signifikan F > 0,05 maka H₀ diterima dan H₁. Artinya semua variabel
independent/bebas tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen/terikat.
4. Uji Hipotesis

Uji bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel bebas


terhadap variabel dependen.

a. Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh dari
masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Uji T (Test
T) adalah salah satu tes statistik yang dipergunakan untuk menguji kebenaran atau
kepalsuan hipotesis yang menyatakan bahwa di antara dua buah mean sampel yang
diambil secara random dari populasi yang sama, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan (Sudjiono, 2010). T-statistics merupakan suatu nilai yang digunakan
guna melihat tingkat signifikansi pada pengujian hipotesis dengan cara mencari
nilai T-statistics melalui prosedur bootstrapping. Pada pengujian hipotesis dapat
dikatakan signifikan ketika nilai T-statistics lebih besar dari 1,96, sedangkan jika
nilai T-statistics kurang dari 1,96 maka dianggap tidak signifikan (Ghozali, 2016).
Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai signifikansi pada
tabel coefficients. Biasanya dasar pengujian hasil regresi dilakukan dengan tingkat
kepercayaan sebesar 95% atau dengan taraf signifikannya sebesar 5% (α = 0,05).
Adapun kriteria dari uji statistik t (Ghozali, 2016):

1. Jika nilai signifikansi uji t > 0,05, maka H₀ diterima dan Hₐ ditolak. Artinya tidak
ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi uji t < 0,05, maka H₀ ditolak dan Hₐ diterima. Artinya
terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Anda mungkin juga menyukai