PROPOSAL
Diajukan Oleh :
191003612012043
2022
PENGARUH VARIASI PRODUK DAN SUASANA TERHADAP
KEPUASAN PELANGGAN PADA HIDEOUT CORNER SEMARANG
NPM.191003612012043
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Variasi Produk
dan Suasana Terhadap Kepuasan Konsumen pada Hideout Corner Semarang”.
1. Ibu Dra. Nurchayati, MM, AK.CA selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.
2. Bapak Drs. Ribut Musprihadi,MM, selaku dosen pembimbing yang telah
dengan sabar memberikan arahan serta bimbingan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal ini.
3. Bapak dan Ibu dosen yang telah mengasuh seta memberikan banyak bekal
ilmu, selama penulis menempuh studi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.
4. Ibu dan keluarga yang selalu mendukung dan memberi semangat agar
penulis dalam keadaan apapun.
5. Seluruh teman-teman yang selalu membantu dengan cara mereka sendiri.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan. Semoga proposal ini dapat bermanfaat,
secara teoritis maupun praktis.
Semarang, 1 januari 2023
Penulis
Halaman
1. Pendahuluan
Kemajuan teknologi saat ini telah mendorong perdangan bisnis dan gaya
hidup manusia pun kian ikut berubah. Trend bisnis kuliner saat ini menjadi sebuah
usaha yang menjanjikan. Karena pada dasarnya makanan adalah kebutuhan pokok
manusia. Salah satu bisnis yang sedang mengalami perkembangan pesat saat ini
adalah cafe atau coffee shop. Menurut Marsum (2005) dan Kristina (2013:14) cafe
adalah tempat untuk makan dan minum sajian cepat saji dan menyuguhkan suasana
santai dan tidak resmi. Kebanyakan pengunjung cafe adalah kaum muda yang ingin
“nongkrong” dengan teman untuk mengerjakan tugas, berkumpul keluarga, atau
sekedar menghabiskan waktu luang. Cafe telah menjadi gaya hidup kaum dewasa
saat ini. Dalam bisnis cafe dan restoran, untuk menarik konsumen maka produk
yang ditawarkan harus mempunyai kelebihan serta perbedaan rasa, varian, menu,
dan suasana yang nyaman. Inovasi menu dan suasan tempat yang nyaman dapat
membantu meningkatkan volume penjualan.
Semakin tinggi peminat bisnis kuliner membuat banyak orang ingin
memulai usaha kuliner. Keadaan tersebut membuat persaingan bisnis dibidang ini
semakin ketat. Banyaknya cafe di Kota Semarang dengan berbagi macam
perbedaan varian produk dan suasana yang ditawarkan tentu akan memberikan
kesan yang berbeda. Kepuasan pelanggan sangat penting bagi bisnis, menurut
(Kotler & Keller, 2014). Ketika konsumen telah membandingkan variasi produk
dan suasana tempat akan muncul perasaan senang atau kecewa karena tidak sesuai
dengan apa yang di ekspektasikan. Untuk bertahan dalam persaingan bisnis ini,
pelaku bisnis cafe harus memperhatika kepuasan konsumen.
Berkembangnya cafe di Semarang yang menarik perhatian saya adalah cafe
Hideout Corner yang berada di jalan Jenderal Sudirman 212 Semarang. Cafe ini
sudah berdiri sejak tahun 2019 dan masih eksis hingga sekarang. Cafe ini
menyediakan banyak jenis kopi dan makanan. Konsep yang diterapkan dalam
pemasarannya adalah melakukan promosi secara offline dan online. Untuk promosi
offline Hideout Corner sering mengadakan event-event live music, diskon
peringatan tertentu, nonton bareng atau nobar piala dunia untuk menarik konsumen
datang untuk melakukan pembelian. Untuk pemasaran onlinenya dengan
melakukan promosi melalui media sosial instagram dan aplikasi instan seperti
gofood, shopee food, dan grab food. Berikut ini adalah tabel penjualan Hideout
Corner selama periode 1 tahun :
Tabel 2.1
Data penjualan Hideout Corner Semarang Bulan November 2021-November
2022
Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa terjadi fluktuasi setiap bulannya. Pada
bulan November sampai Desember terjadi kenaikan sebesar 0,97%. Tetapi pada
bulan Januari hingga November mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak
stabil di setiap bulannya. Terjadinya fluktuasi penjualan yang Hideout Corner
dapat disebabkan oleh kepuasan konsumen saat mengunjungi cafe Hideout Corner.
Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab penurunan penjualan di
Hideout Corner maka penulis melakukan pra survey terhadap konsumen yang
melakukan pembelian. Berikut Hasil pra survey konsumen Hideout Corner :
Tabel 2.2
Berdasarkan dari hasil pra survey konsumen tersebut, dapat diketahui bahwa
suasana dan variasi menu hanya ada sedikit orang yang setuju. Konsumen yang
menjawab suasana nyaman hanya 4 orang yang artinya suasana di Hideout Corner
belum memberikan kesan nyaman, tentram, dan aman. orang menyatakan variasi
produk atau menu Hideout Corner yang kurang bervariasi. Menurut hasil
wawancara dari Faiz salah satu karyawan Hideout Corner pada tanggal 7 Januari
2023, menyatakan bahwa konsumen yang datang rata-rata adalah pengunjung yang
biasa datang.
Variasi produk merupakan nilai jual utama dalam berbisnis. Dengan adanya
keragaman produk yang ditawarkan maka akan memperoleh kepuasan dari
konsumen. Adapun selain variasi produk, suasana tempat menjadi faktor yang sangat
penting juga, penciptaaan suasana yang aman, nyaman, dan tentram menjadi
pertimbangan tersendiri bagi konsumen untuk mengunjungi sebuah cafe atau
restoran.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa berkaitan dengan variasi menu,
kualitas layanan, suasana tempat. Secara ringkas terdapat dalam tabel berikut :
Tabel 2.3
Research Gap
Manfaat teoritis yang di dapatkan dari penelitian ini adalah : Untuk membuktikan
teori dan mendukung penelitian sebelumnya tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan konsumen. Dapat memberi pemikiran teoritis dan ilmiah
dalam menambah wawasan tentang variasi produk dan suasana terhadap kepuasan
pelanggan. Dapat menjadi referensi untuk mahasiswa
1. Expectations (harapan)
2. Performance (kinerja)
3. Comparison (perbandingan)
Strauss & Neuhaus (2016:2) membedakan ada tiga tipe kepuasan dan dua tipe
ketidakpuasan, berdasarkan emosi yang timbul secara spesifik terhadap penyedia
produk dan jasa.
1. Demanding Customer Satisfaction. Tipe ini merupakan tipe kepuasan yang aktif.
Relasi dengan penyedia jasa diwarnai emosi positif, terutama optimisme dan
kepercayaan. Berdasarkan pengalaman positif di masa lalu, pelanggan dengan tipe
kepuasan ini berharap bahwa penyedia jasa bakal mampu memuaskan ekspektasi
mereka yang semakin meningkat di masa depan.
2. Stable Customer Satisfaction. Pelanggan dalam tipe ini memiliki tingkat aspirasi
pasif dan perilaku yang demanding. Emosi positifnya terhadap penyedia jasa
bercirikan steadiness dan trust dalam relasi yang terbina saat ini. Mereka
menginginkan segala sesuatunya tetap sama. Berdasarkan pengalaman pengalaman
positif yang telah terbentuk hingga saat ini, mereka bersedia melanjutkan relasi
dengan penyedia pelayanan.
3. Resigned Customer Satisfaction. Pelanggan dalam tipe ini juga merasa puas.
Namun, kepuasannya bukan disebabkan oleh pemenuhan ekspektasi, namun lebih
didasarkan pada kesan bahwa tidak realistis untuk berharap lebih. Perilaku
pelanggan tipe ini cenderung pasif. Mereka tidak bersedia melakukan berbagai
upaya dalam rangka menuntut perbaikan situasi.
4. Stable Customer Dissatisfaction. Pelanggan dalam tipe ini tidak puas terhadap
kinerja penyedia pelayanan, namun mereka cenderung tidak melakukan apaapa.
Relasi mereka dengan penyedia pelayanan diwarnai emosi negatif dan asumsi
bahwa ekspektasi mereka tidak bakal terpenuhi di masa datang. Mereka juga tidak
melihat adanya peluang untuk perubahan atau perbaikan.
1. Sistem Keluhan dan Saran. Setiap pemasar yang berorientasi pada pelanggan
wajib memberikan kesempatan kepada pelanggannya untuk menyampaikan saran,
kritik, pendapat, gagasan, masukan dan keluhan mereka. Ide-ide baru dapat
diperoleh melalui informasi dari metode ini. Sehingga memungkinkan perusahaan
untuk bereaksi dengan tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah - masalah yang
timbul.
1. Kualitas Produk Konsumen puas jika setelah membeli dan menggunakan produk,
ternyata kualitas produknya baik. Kualitas barang yang diberikan bersama-sama
dengan pelayanan akan mempengaruhi persepsi konsumen. Ada delapan elemen
dari kualitas produk, yakni kinerja, fitur, reliabilitas, daya tahan, pelayanan,
estetika, sesuai dengan spesifikasi, dan kualitas penerimaan.
2. Harga Pembeli biasanya memandang harga sebagai indikator dari kualitas suatu
produk. Konsumen cenderung menggunakan harga sebagai dasar menduga kualitas
produk. Maka konsumen cenderung berasumsi bahwa harga yang lebih tinggi
mewakili kualitas yang tinggi.
4. Kualitas pelayanan Kualitas pelayanan sangat bergantung pada tiga hal, yaitu
sistem, teknologi dan manusia. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa sangat
bergantung pada kualitas jasa yang diberikan.
2. Variasi Produk
2.1 Pengertian Variasi Produk
Variasi Produk merupakan suatu yang bisa ditawarkan kepasar buat
dicermati, dipakai, dimiliki, ataupun dikonsumsi sehingga bisa memuaskan
kemauan ataupun kebutuhan konsumen. Ini bisa disimpulkan kalau hampir seluruh
yang tercantum hasil produksi merupakan barang nyata yang bisa dilihat serta
dialami. Seba produk merupakan barang yang nyata.
Menurut Asep dalam Jenni Anggraeni dkk keberagaman produk atau variasi
produk yaitu banyaknya opsi dari ketersediaa produk yang berjumlah besar dan
bervariasi hal inilah yang menjadikan timbul proses belanja konsumen.
Dari 2 pendapat sebagian pakar diatas bisa disimpulkan bahwasanya keberagaman
produk adalah strategi dari perusahaan dengan menganekaragamkan produknya
dengan tujuan untuk mencukupi kemauan konsumen sehingga tertarik guna
melakukan pembelian suatu produk.
c. Variasi ukuran produk mulai dari model, bentuk, sturktur fisik paling kecil
sampai paling besar.
Terciptanya dari variasi produk yang dihasilkan oleh pemasar adalah sebagai
berikut:
a. Pelangan mempunyai minat serta kemauan yang berbeda dengan yang lainya jika
pemasar mampu menyediakan opsi atau tipe produk yang berbagai macam,
sehingga konsumen memiliki daya tarik tersendiri untuk melakukan pembelian.
b. Penyediaan variasi produk dalam sebuah store yang di lakukan oleh pemasar
dalam suatu produk, akan mempermudah konsumen dalam memilih sebuah produk
untuk memenuhi kebutuhan ataupun keinginanya.
Levy and Weitz, (dalam Dian & Artanti, 2013:416) suasana atau
atmosphere adalah penciptaan suasana melalui visual, penataan cahaya, music, dan
aroma yang dapat menciptakan lingkungan pembelian yang nyaman sehingga dapat
mempengaruhi persepsi dan emosi konsumen untuk melakukan pembelian.
Bagian ini terdiri dari tata letak ruangan bagian luar, pencahayaan diluar
ruangan, papan nama, tata letak ruang parkir, dan tata letak pintu masuk untuk
memberikan kesan nyaman untuk konsumen dan membangun ekspektasi agar
konsumen merasa puas.
a) Store front (depan coffee shop) harus sesuai dengan citra coffee shop tersebut.
b) Marquee (papan nama) digunakan untuk menampilkan nama atau logo yang
merupakan bagian dari papan nama coffee shop.
a) Layout : Seperti warna dan jenis pada lantai contohnya kayu, keramik, desain
karpet karena dapat mempengaruhi persepsi apa yang pelanggan lihat.
b) Lighting : Warna dan tata cahaya yang dapat memberikan image kepada
pelanggan. Warna yang cerah dan terang akan memberikan dampak langsung
atau tidak langsung. Tata cahaya yang baik mempunyai kualitas dan warna yang
membuat produk yang ditawarkan lebih menarik, dibandingkan dengan yang
sebenarnya.
f) Dead areas: Dimana display ruangan di dalam coffee shop yang normal tidak
bisa diterapkan karena terasa janggal, misalnya pintu masuk, sudut ruangan dan
toilet. Pengelola juga harus dapat menerapkan barang pajangan biasa untuk
memperindah dan memberikan kesan yang menarik seperti cermin atau
tanaman.
g) Personal : Karyawan yang ramah, sopan, berpenampilan menarik dan
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai produk yang dijual agar
meningkatkan citra dan loyalitas pelanggan untuk berbelanja. . Store Layout
(Tata letak) adalah rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan pengaturan
dari jalan di dalam coffee shop yang cukup lebar yang memudahkan para
pelanggan untuk berlalu-lalang di dalamnya.
Tabel 2.4
Gambar 2.1
Kepuasan Konsumen(Y1)
Suasana (X2)
3. Metode Penelitian
Menurut Husnaini Usman (2006:181), populasi ialah semua nilai baik hasil
perhitungan maupun pengukuran, baik kualitatif maupun kuantitatif, dari
karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan pembelian di cafe
Hideout Corner Semarang. Berikut merupakan data pelanggan yang melakukan
pembelian di Hideout Corner selama 1 bulan yaitu pada tanggal 7 Desember
hinggan 28 Desember 2022 :
Tabel 3.1
Jumlah Populasi
Sampel yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan
adalah seluruh konsumen yang melakukan pembelian di Hideout Corner Semarang.
𝑁
n=1+𝑛𝑒2
Dimana :
n : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
206
Jadi, n=1+206(0,1)2
n= 67,3 responden
Variasi produk adalah nilai jual utama dalam kepuasan konsumen. Berikut
adalah indikator-indikator dalam variasi produk :
Tabel 3.2
Selain variasi produk, salah satu faktor yang dapat menarik konsumen
adalah atmosphere atau suasana cafe yang nyaman agar konsumen pun betah
berlama-lama di cafe. Berikut adalah indikator suasana cafe:
Tabel 3.3
1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku yang berkaitan untuk menjadi
sumber bahan data.
2. Studi Lapangan
Studi lapangan yaitu mencari dan memperolah data dari konsumen dan pegawai
sebagai responden dengan cara kuisioner.
Uji validitas adalah untuk mengetahui sah atau tidaknya instrumen kuisioner
yang digunakan dalam pengumpulan data. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan dalam kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesutau yang diukur
kuesioner tersebut Sujarweni (2016). Jadi validitas jika ingin mengukur apakah
suatu pertanyaan dalam kuisioner yang sudah kita buat benar-benar dapat mengukur
apa yang ingin kita ukur. Dalam mengukur validitas dapat dilakukan dengan cara
melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor
konstruk atau variabel. Uji validitas dilakukan dengan cara membandingkan nilai
rhitung dengan rtabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah
jumlah sampel (Ghozali, 2018).
2. Cronbach Alpha (α) < 0,60, maka kuesioner tergolong tidak realibel.
3.5. Teknik Analisis Data
Keterangan:
Y = Kepuasan Konsumen
α = Konstanta
e = Error Distrubance
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang didapatkan dari sebaran data untuk
mengetahui apakah data tersebut memiliki distribusi normal atau mendekati
normal. Menurut Saeful dan Bahruddin (2014:113), uji normalitas adalah uji untuk
mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data yang nantinya akan berkaitan
dengan dengan pemilihan uji statistik.
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistic yang harus dipenuhi pada
analisis regresi linear berganda yang berbasis Ordinary Leas Square (OLS). Untuk
memastikan bahwa model regresi yang diperoleh merupakan model model yang
terbaik, dalam hal ketepatan estimasi, tidak bias, serta konsisten, maka perlu
dilakukan pengujian asumsi klasik (Juliandi et al., 2014). Uji asumsi klasik untuk
memastikan persamaan regresi yang difungsikan tepat dan valid. Sebelum
melakukan analisa regresi berganda dan pengujian hipotesis, maka harus
melakukan beberapa uji asumsi klasik yang bertujuan untuk mengetahui apakah
model regresi yang digunakan sudah terbebas dari penyimpangan asumsi dan dan
memenuhi ketentuan untuk mendapatkan linear yang baik.
a. Uji Multikolinearitas
Model regresi yang baik tidak terjadi multikolinearitas. Uji multikolinearitas
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah pada suatu model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pengujian multikolinearitas
bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel independen atau variabel bebas (Ghozali, 2016). Hal tersebut berarti
standar error, akibatnya ketika koefisien diuji, t-hitung akan bernilai kecil dari t-
tabel. Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan linear antara variabel
independen yang dipengaruhi dengan variabel dependen.
b. Uji Autokorelasi
Suatu model regresi dapat dikatakan baik ketika terbebas dari autokorelasi. Uji
autokorelasi yang dapat muncul karena adanya observasi yang berurutan sepanjang
waktu dan saling berkaitan satu sama lainnya (Ghozali, 2016). Permasalahan ini
muncul karena residual tidak bebaspada suatu observasi ke observasi lainnya. Uji
autokorelasi bertujuan untuk menunjukkan korelasi anggota observasi yang
diurutkan berdasarkan waktu atau ruang (Ajija, 2011).
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi autokorelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2018, 137), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dalam residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3. Uji Goodness of Fit (Uji Model)
Uji Goodness of Fit untuk satu sampel tertentu dapat dipakai menguji
apakah data sebuah sampel yang diambil secara acak atau tidak menunjang
hipotesis yang menyatakan bahwa populasi asal sampel tersebut diambil setelah
mengikuti distribusi yang telah ditetapkan (distribusi normal atau binomial).
Uji Goodness of Fit digunakan untuk menguji apakah data sampel cocok
dengan distribusi dari populasi tertentu.
a. Uji Koefisien Determinasi
b. Uji F
a. Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh dari
masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Uji T (Test
T) adalah salah satu tes statistik yang dipergunakan untuk menguji kebenaran atau
kepalsuan hipotesis yang menyatakan bahwa di antara dua buah mean sampel yang
diambil secara random dari populasi yang sama, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan (Sudjiono, 2010). T-statistics merupakan suatu nilai yang digunakan
guna melihat tingkat signifikansi pada pengujian hipotesis dengan cara mencari
nilai T-statistics melalui prosedur bootstrapping. Pada pengujian hipotesis dapat
dikatakan signifikan ketika nilai T-statistics lebih besar dari 1,96, sedangkan jika
nilai T-statistics kurang dari 1,96 maka dianggap tidak signifikan (Ghozali, 2016).
Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai signifikansi pada
tabel coefficients. Biasanya dasar pengujian hasil regresi dilakukan dengan tingkat
kepercayaan sebesar 95% atau dengan taraf signifikannya sebesar 5% (α = 0,05).
Adapun kriteria dari uji statistik t (Ghozali, 2016):
1. Jika nilai signifikansi uji t > 0,05, maka H₀ diterima dan Hₐ ditolak. Artinya tidak
ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi uji t < 0,05, maka H₀ ditolak dan Hₐ diterima. Artinya
terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.