Anda di halaman 1dari 5

BAB II

KAJIAN TEORI
A. Pengertian Kejahatan
Masalah kejahatan dalam masyarakat akhir-akhir ini merupakan fenomena
yang selalu menjadi topik pembicaraan karena senantiasa melingkupi kehidupan
bermasyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa kejahatan pasti terjadi dimana-mana
apa lagi di masa pandemi seperti ini terdapat manusia-manusia yang mempunyai
kepentingan berbeda-beda. Kejahatan merupakan delik hukum, yakni peristiwa-
peristiwa yang berlawanan atau bertentangan dengan asas-asas hukum yang hidup
di dalam keyakinan hidup manusia dan terlepas dari undang-undang. Departemen
Pendidikan Nasional (2008: 557) memberikan batasan pengertian kejahatan
sebagai perbuatan yang jahat yang melanggar hukum, perilaku yang bertentangan
dengan nilai dan norma yang telah disahkan oleh hukum tertulis. Dilihat dari segi
hukum, kejahatan dapat didefinisikan sebagai berikut:

Kejahatan adalah perbuatan manusia yang melanggar atau bertentangan dengan


apa yang ditentukan dalam kaidah hukum, tegasnya perbuatan yang melanggar
larangan yang ditetapkan dalam kaidah hukum, dan tidak memenuhi atau
melawan perintah-perintah yang telah ditetapkan dalam kaidah hukum yang
berlaku dalam masyarakat, beberapa ahli juga memberikan definisi tentang
kejahatan, antara lain: 18 a. Bonger (1982: 21-24) dalam bukunya Pengantar
Tentang Kriminologi, mendefinisikan kejahatan dirasakannya sebagai perbuatan
immoril dan anti-sosial, yang tidak dikehendaki oleh kelompok pergaulan yang
bersangkutan, dan secara sadar ditentang oleh pemerintah (negara) dengan
pemberian penderitaan yang berupa hukuman atau tindakan. David M. Gordon
mendefinisikan kejahatan merupakan usaha pelanggar untuk hidup dalam suatu
situasi ekonomi tidak menentu yang terbentuk dalam tatanan sosial tertentu.
Berdasarkan definisi tentang kejahatan seperti yang telah dijelaskan di atas, pada
intinya sama yakni menyebutkan bahwa kejahatan adalah suatu perbuatan yang
melanggar peraturan/hukum yang berlaku di mana masyarakat itu tinggal serta
merugikan masyarakat lainnya. Kejahatan termasuk dalam semua jenis
pelanggaran publik Atas pelanggaran yang dilakukan tersebut membawa
konsekuensi berupa sanksi hukuman atau tindakan dari aparat yang berwenang.
Ditambahkan pula bahwa tidak jarang suatu kejahatan diakibatkan oleh situasi
ekonomi yang tidak menentu dalam masyarakat. Akibatnya seseorang nekat
melakukan tindak kejahatan agar tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup.

B. Teori Penanggulangan Kejahatan


Pada masa-masa silam reaksi penghukuman atas kejahatan sangat berat
dimana tujuannya adalah untuk menakut-nakuti masyarakat agar jangan
melakukan kejahatan, dan siksaan sebagai pembalasan Akan tetapi, untuk
masa sekarang usaha-usaha untuk mengurangi kejahatan lebih diarahkan
pada pembinaan serta pemberian efek jera agar para pelaku bisa
menginsafi kejahatan yang telah mereka lakukan. Kebijakan atau upaya
penanggulangan kejahatan pada hakikatnya merupakan bagian integral
dari upaya perlindungan masyarakat (social defence) dan upaya mencapai
kesejahteraan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa tujuan akhir yang ingin
dicapai dari upaya penanggulangan kejahatan adalah memberikan
perlindungan, rasa aman dan kesejahteraan kepada masyarakat.
Penanggulangan kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum
terjadi dan memperbaiki pelaku yang dinyatakan bersalah dan dihukum di
penjara atau lembaga permasyarakatan. Namun demikian, bahwa
efektifitas kejahatan hanya mungkin dapat dicapai dengan melalui
keikutsertaan 20 masyarakat secara meluas meliputi kesadaran dan
ketertiban yang nyata
upaya penangulangan kejahatan dapat ditempuh dengan:
1. Penerapan hukum pidana (criminal law application);
2. Pencegahan tanpa pidana(prevention without punishment);
3. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan
pemidanaan lewat mass media (influencing views of society on
crime and punishment/mass media) upaya penanggulangan
kejahatan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yakni:
a. Jalur Penal
Upaya penanggulangan lewat jalur penal ini bisa juga disebut sebagai
upaya yang dilakukan melalui jalur hukum pidana. Upaya ini merupakan
upaya penanggulangan yang lebih menitik beratkan pada sifat represif,
yakni tindakan yang dilakukan sesudah kejahatan terjadi dengan
penegakan hukum dan penjatuhan hukuman terhadap kejahatan yang telah
dilakukan. Selain itu, melalui upaya penal ini, tindakan yang dilakukan
dalam rangka menanggulangi kejahatan sampai pada tindakan pembinaan
maupun rehabilitasi.
b. Jalur Nonpenal
Upaya penanggulangan lewat jalur nonpenal ini bisa juga disebut
sebagai upaya yang dilakukan melalui jalur di luar hukum 21
pidana. Upaya ini merupakan upaya penanggulangan yang lebih
menitikberatkan pada sifat preventif, yakni tindakan yang berupa
pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Melalui upaya nonpenal
ini sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif
penyebab terjadinya kejahatan, yakni meliputi masalah-masalah
atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau tidak
langsung dapat menimbulkan atau menumbuhsuburkan kejahatan.
1. Adapun jenis-jenis kejahatan
a. Kejahatan tanpa Korban (crimes without victims)
Yaitu kejahatan yang tidak membawa korban tetapi
dianggap sebagai perbuatan tercela oleh masyarakat
ataupun kelompok yang berkuasa. Contoh: mabuk-
mabukan,pecandu narkoba.
b. Kejahatan Terorganisasi (organized crime)
Yaitu komplotan berkesinambungan untuk
memperoleh uang atau kekuasaan dengan jalan
menghindari hukum melalui penyebaran rasa takut
atau melalui korupsi. Contoh: monopoli secara tidak
sah atas jasa tertentu,pemutaran uang hasil
kejahatan dalam bentuk saham.
c. Kejahatan Organisasi Transnasional (transnasional
organized crime)
Yaitu kejahatan terorganisasi yang melampaui
batas negara yang dilakukan o
leh organisasi-organisasi dengan jaringan global.
Contoh: penyelundupan senjata dan mesiu.
d. Kejahatan Kerah Putih (white-collar crime) Yaitu
kejahatan yang dilakukan oleh orang terpandang
atau orang yang berstatus tinggi dalam rangka
pekerjaannya. Contoh: penggelapan uang
perusahaan
e. Corporate Crime
Yaitu kejahatan yang dilakukan atas organisasi
formal dengan tujuan menaikkan keuntungan dan
menekan kerugian.Dibedakan menjadi 4 jenis antara
lain: kejahatan terhadap konsumen, publik, pemilik
perusahaan, dan karyawan. Menurut Polisi Republik
Indonesia (POLRI) kejahatan dibedakan menjadi 4
yaitu :
1) Konvensional
Jenis kejahatan ini antara lain : kejahatan terhadap ketertiban umum,
membahayakan keamanan umum bagi orang/ barang, sengaja
menimbulkan kebakaran/ pembakaran, sumpah palsu dan keterangan
palsu, pemalsuan materai, pemalsuan surat, perzinahan, perkosaan,
cabul, pornografi, aborsi, pernikahan dibawah umur, perjudian,
penghinaan, penculikan, perbuatan tidak menyenangkan, pembunuhan,
penganiayaan berat, kekerasan terhadap orang/ barang secara
bersamasama, mengakibatkan orang mati, mengakibatkan orang luka,
lakalantas korban meninggal dunia, laka lantas korban luka berat, laka
lantas korban luka ringan, dan seterusnya.
2) Transnasional
Jenis kejahatan ini antara lain : narkotika dan psikotropika, terorisme,
perompakan, pembajakan, perdagangan manusia, pencucian uang,
kejahatan dunia maya, penyelundupan senjata api, kejahatan ekonomi
lintas negara, dan kejahatan transnasional lainnya.
3) Kejahatan terhadap kekayaan negara
Jenis kejahatan ini antara lain : korupsi, illegal logging, illegal fishing,
illegal mining, lingkungan hidup, fiskal, bbm illegal, penyelundupan,
cukai, karantina (hewan, ikan, tumbuhan), Hak Kekayaan Intelektual
(HAKI), kejahatan terhadap benda bersejarah, kejahatan terhadap
kekayaan negara lainnya.
4) Kejahatan Kontinjensi Jenis kejahatan ini antara lain : konflik suku/
agama/ ras/ sara, konflik adat, separatisme, keamanan negara, konflik
aparat, konflik aparat dengan masyarakat, bentrok masa, pemogokan
buruh, unjuk rasa anarkis.

Anda mungkin juga menyukai