PENDAHULUAN
Proyek pengolahan air limbah kawasan permukiman penduduk dengan system perpipaan
air limbah di Desa Eti, Desa Neniari, Desa Piru Dusun Waimeteng dan Desa Piru Belakang
Terminal Kecamatan Seram Barat Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan proyek
dari Pekerjaan Fasilitasi Penyusunan Masterplan Pengelolaan Air Limbah dan
Perencanaan Teknis Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat. Standar operasi dan
pemeliharaan ini disusun untuk dapat menjadi pegangan bagi para pengguna atau
pelanggan dalam mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana pengolahan air
limbah kawasan permukiman penduduk yang ada.
Maksud
Standar Operasional dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah di Desa Eti, Desa
Neniari, Desa Piru Dusun Waimeteng dan Desa Piru Belakang Terminal Kecamatan Seram
Barat Kabupaten Seram Bagian Barat dimaksudkan untuk dijadikan acuan dan
pengoperasian serta pemeliharaan dilapangan.
Tujuan
Standar operasi dan pemeliharaan ini disusun untuk dapat menjadi panduan bagi para
pelanggan dalam mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana pengolahan air
limbah kawasan.
Pengaliran air limbah sejak dari sumber (KM & WC) sampai dengan di IPAL, dilakukan
secara gravitasi, demikian pula pengaliran effluent dari IPAL ke badan air penerima.
IPAL di Desa Eti, Desa Neniari, Desa Piru Dusun Waimeteng dan Desa Piru Belakang
I-1
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
Terminal Kecamatan Seram Barat Kabupaten Seram Bagian Barat ini direncanakan
menggunakan pengolahan tangki septic dengan sistem pengolahan Anaerobic Buffle
Reactor (ABR).
Cara Operasional Dan Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pengolahan Air Limbah
Sistem Jaringan Perpipaan
Untuk menghasilkan sistem dan pengelolaan yang sempurna, maka diperlukan suatu
pedoman yang harus diikuti, baik dalam mengoperasikan maupun cara pemeliharaan dan
perawatan terhadap semua peralatan pada elemen sistem.
Sistem Pengaliran
Sistem sanitasi perpipaan ini berfungsi untuk menampung, mengalirkan dan mengolah
air limbah rumah tangga yang berasal dari kamar mandi, cuci dan closet (WC).
Pengaliran dari sumber air limbah ke perpipaan servis sampai dengan pengolahan air
limbah (IPAL) dilakukan secara gravitasi. Air limbah yang diolah didalam IPAL kemudian
dengan mempergunakan pipa dibuang/dialirkan ke badan air penerima.
I-3
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
- Tidak mengalirnya air limbah yang sudah diolah (effluent), yaitu aliran air pada
pipa mulai dari lokasi pengolahan air limbah (IPAL) sampai dengan di outlet pada
badan air penerima. Hal ini menandakan mampetnya pipa pada jalur pipa effluent
Waktu Penggelontoran
Ada 2 (dua) waktu penggelontoran yang harus dilakukan untuk menghindarkan dan
sekaligus menanggulangi kemungkinan terjadinya mampet/tidak lancarnya aliran air
limbah di dalam perpipaan, yaitu :
- Pada saat kondisi normal, yaitu bila aliran air dalam pipa lancer/tidak ada
hambatan
- Pada saat kondisi aliran air di dalam pipa tidak lancar/mampet. Yaitu pada
bagian-bagian segmen pipa yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Ambil alat sogrok (dapat menggunakan belahan bambu panjang elastis yang pada
bagian ujungnya dipasang ijuk) dan masukan atau tekan ke dalam pipa melalui
manhole tersebut. Sambil menekan dan menarik alat sogrok tersebut yang
dilakukan berulang-ulang, gelontor dengan air, baik secara langsung dari bak
penampung air untuk manhole yang letaknya dekat, ,maupun dengan menuangkan
air dari ember-ember yang ada di gerobak dorong untuk manhole yang letaknya
jauh dari bak penggelontor. Pemakaian sogrok dan penggelontoran dengan air
tersebut dilakukan berulang kali sampai aliran air di dalam pipa tersebut lancer
kembali
Ambil dan keluarkan endapan yang terjadi/ada di dasar manhole (akibat
disogrok/digelontor tersebut) dan buang ke tempat pembuangan yang ditentukan
Amati aliran air pada dasar manhole tempat air digelontor dan pada dasar
manhole di bagian hilirnya. Bila aliran air pada dasar manhole tersebut lancar,
berarti endapan penyebab mampetnya pipa tersebut sudah tidak ada.
Prosedur yang harus dilakukan oleh pengelola sistem adalah sebagai berikut :
Periksa jadwal terakhir pengurasan lumpur. Bila sudah mencapai 2(satu) tahun,
berarti sudah saatnya untuk dilakukan pengurasan lumpur
Hubungi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Tengah, untuk meminta jasa
penyedotan lumpur tinja dengan menggunakan mobil truk tangki tinja
Buka tutup manhole/lubang yang terpasang pada tangki septik/IPAL
I-6
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
Masukan pipa penyedot dari mobil truk tangki tinja sampai mencapai dasar bak
tangki septic sehingga lumpur yang terjadi/berada di dasar tangki septic dapat
diambil keluar
Setelah diprkirakan lumpur yang ada di dasar terambil, berartti proses pengurasan
lumpur sudah selesai. Sebaiknya lumpur tinja tidak terambil seluruhnya, agar
proses penguraian tinja berikutnya tidak terhambat akibat kurangnya
mikroorganisme pengurai
I-7
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
Menjaga nilai investasi dari peralatan. Sistem penyaluran air Iimbah merupakan asset
masyarakat, harus dipelihara dan dijaga dengan baik. Jika tidak dikelola dengan benar,
maka akan teriadi kerusakan pada sistem ini yang disebtkan oleh umur alat yang
sudah tua atau Pemakaian normal alat.
Menjaga penggunaan alat sehingga mampu bekerja dengan balk sepanjang masa
berlakunya.
Mengumpulkan data data yang akurat dan merupakan dasar untuk mengambil
keputusan pada pengoperasian dan pemeliharaan.
Biaya. Biaya dapat dibuat seefektif mungkin karena adanya perencanaan
pemeliharaan dan perbaikan pipa yang dapat dilakukan dengan material yang tepat
dan pada waktu kerja.
Petunjuk operasional dan pemeliharaan yang akan dijelaskan meliputi petunjuk operasional
dan pemeliharaan tangki septik, pipa aliran masuk (Inflow), Anaerobic Baffled Reactor (ABR),
filter dan pipa aliran keluar (Outflow).
1. Tangki Septik
Adapun petunjuk teknis operasional septik tank terdiri dari langkah-langkah sebagai
berikut:
a. L i m b a h b e r u p a k o t o r a n m a n u s i a ( t i n j a ) d a r i W a t e r C l o s e t ( W C ) m e n g a l i r
m e n u j u bejana/tangki yang biasa disebut septik tank.
b. Limbah tinja tersebut akan mengendap dan terpisah antara air limbah dengan
limbah padatnya yang berupa lumpur.
c. Limbah padat mengendap di dasar tangki selama kurun waktu tertentu yang
disesuaikan dengan volume septik tank yang telah direncanakan. Limbah padat
yang berada di dasar tangki tersebut dalam keadaan tanpa udara dan akan
diproses secara anaerobik oleh bakteri sehingga kandungan organik di dalamnya
akan terurai.
d. Setelah kurun waktu tertentu septik tank dengan volume yang telah
direncanakan akan penuh lumpur, sehingga lumpur tersebut harus dikeluarkan. Pada
umumnya, pengurasan ini dilakukan minimal 2 tahun sekali, namun disesuaikan
dengan volume septik tank yang direncanakan.
e. Air limbah yang berasal dad septik tank setelah terpisah dengan lumpumya, karena di
dalam cairan tersebut masih mengandung sejumlah mikroba, yang mungkin masih
bersifat pathogen (dapat menyebebkan penyakit). Oleh karena itu, septik tank harus
menggunakan resapan.
I-8
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
f. Air limbah dari septik tank (air limbah yang terpisah dari lumpur tinja) akan
mengalir ke sumur resapan.
g. Air limbah tersebut akan melalui lapisan sumur resapan yang terdiri dari batu
kerikil di bawah tanah sehingga air yang meresT masih mendTatkan suplai
oksigen (aerobik), sehingga mikroba patogen akan mati.
Pemeliharaan tangki septik bertujuan mempertahankan fungsi dan efisiensi sistem
agar tetap stabil dan menambah usia teknis. Beberapa contoh kegiatan pemeliharaan
tangki septik
a) Menjaga kebersihan jamban dengan menyiram dengan air secukupnya.
b) Tidak membuang bungkus sabun, bungkus odol dan tissue pada jamban.
c) Memeriksa kelengkapan fasilitas MCK.
d) Penyedotan lumpur tinja secara berkala.
I-9
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
I - 10
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
I - 11
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
sedangkan sisanya diisi dengan air PDAM yang diberi nutrien tambahan yang terdiri
dari campuran glukosa sebagai sumber karbon, p upuk urea sebagai sumber nitrogen
dan pupuk NPK sebagai sumber phosphat.
b. Pada tahap pembenihan dilakukan pemberian nutrien terlebih dahulu hingga
bekteri dapat berkembang dengan bak, bare kemudian diganti dengan air limbah
sebenamya pada tahap aktimatisasi.
c. Pemberian nutrien menggunakan rasio C:N:P = 100:5:1 yakni 1,2 mg glukosa, 0,06
mg pupuk urea, dan 0,012 mg pupuk NPK yang dilarutkan dalam satu liter air yang
dimasukkan dalam reaktor setiap hari.
d. Campuran lumpur dan nutrien didiamkan secara batch selama tiga had dengan
dilakukan pengamatan gas yang terbentuk untuk mengetahui adanya bakteri
anaerobik yang hidup dan beraktivitas rrenghasikan gas methan.
Setelah pembenihan selesai, dilakukan aklimatisasi pada reaktor ABR.
Aklimatisasi ini bertujuan untuk menumbuhkan lapisan film mikroorganisme
(biofilm) yang akan menguraikan zat organik pada air Iimbah. Aklimatisasi
dilakukan dengan mengalirkan air Iimbah dengan persentase yang bertahap
hingga 100% pada reaktor ABR.
f. Setelah reaktor ABR mengalami aklimatisasi, maka reaktor diuji kebocoran
dengan mengisi tangki ABR dengan air PDAM sampai penuh, sedangkan uji
kebocoran gas dengan meniupkan udara dengan blower ke dalam reaktor dalam
kondisi semua lubang tertutup rapat.
g. Setelah reaktor ABR lobos uji kebocoran, maka reaktor siap dioperasikan.
h. Pada mulanya air Iimbah mengalir masuk melalui pipa inlet ke bak
pengend4) awal untuk memisahkan air Iimbah dari padatan seperli lumpur, pasir,
dan kotoran Iainnya.
i. Setelah itu, air Iimbah mengalir menuju kompartemen pertama reaktor (zona
asidifikasi) dimana terjadi penurunan pH akibat adanya pembentukan volatile
fatty acid dan selanjutnya akan naik karena meningkatnya kapasitas buffer.
j. Setelah melalui komartemen pertama (zona asidifikasi), air Iimbah mengalir ke
kompartemen kedua (zona methanasi). Pada zona ini methanasi terjadi sehingga
membentuk gas urethan.
k. Kemudian air Iimbah mengalir ke kompartemen ketiga (zona buffer). Adanya
zone buffer ini digunakan untuk memepertahankan agar proses dalam
reaktordapat berjalan dengan baik.
I - 12
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
l . Lalu air Iimbah yang telah melalui proses di reaktor ABR tersebut dialirkan ke
badan air melalui pipa outlet ABR.
Pemeliharaan bangunan pengolahan air limbah sistem terpusat merupakan upaya menjamin
operasional banguan berjalan optimal sesuai dengan tujuan dari pengelolaan yang dilakukan.
I - 13
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
1. Bak Penampung
Dibawah ini dijelaskan tentang gambaran sistem, cara melakukan start
up, dan pemeliharaan dari bak penampung.
1. Gambaran sistem
a. Sumber air yang dimanfaatkan berasal dari grey water (air Iimbah
domestik). Air Iimbah domestik berasal dari kegiatan domestik (kamar
mandi, cud, buangan dapur, dan resapan dari septic tank), tidak termasuk
Iimbah padat dari WC (water closet) atau yang disebut black water.
b. Pengoperasian reaktor grey water menggunakan aliran gravitasi sejak
penyadapan air limbah domestik sampai sump well. Setelah air limbah
terkumpul di sump well dalam volume tertentu, aliran air menuju bak
penampung menggunakan pompa. Pompa akan mengalirkan air limbah menuju
bak pembagi kemudian bak kontrol selanjutnya ke bak penampung. Aliran dari
bak pembagi ke bak kontrol diatur menggunakan valve.
c. Grey water dialirkan ke bak penampung, yang memiliki fungsi
menghomogenkan karakterisasi dari air limbah dan jugs berfungsi sebagai
pengatir debit yang akan masuk ke dalam unit IPAL selanjutnya.
I - 14
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
2. Start up
a. Grey water yang terkumpul di sump well dialirkan ke bak penampung secara
pemompaan, Oleh karena itu, kondisi pompa hams dalam keadaan
bisa digunakan pada waktu pengoperasian.
b. Sebelum menuju ke bak penampung terdapat bak kontrol. Bak kontrol ini
berfungsi untuk mengecek apakah saluran inlet tersumbat oleh kotoran-
kotoran yang berasal dari grey water. Setelah itu bare menuju ke bak
penampung.
3. Pemeliharaan
a. Pada bagian atas bak penampung terdapat manhole (tulip reaktor/bak)
yang berfungsi sebagai tempat untuk mengontrol atau memenksa apakah
terjadi penyumbatan karena terdapat kotoran atau benda-benda asing yang
ikut masuk, dan digunakan sebagai tempat pengurasan.
b. Setiap 6 bulan sekali perlu dilakukan pengurasan untuk menjaga agar
kualitas dari air limbah yang terolah tetap terjaga.
2. Anaerobic Baffled Reactor (ABR)
Dibawah ini dijelaskan tentang gambaran sistem, cara melakukan
st art up, dan pem eliharaan dari bak Anaerobic Baffled Reactor (ABR).
1. Gambaran sistem
a. Sistem ABR terdiri dari 3 zona. Zona pertama yaitu zona asidogenesis, yang
menyebabkan terjadinya penurunan pH akibat terbentuknya VFA (Volatile
Fatty Acid). Pada kompartemen selanjutnya merupakan zona
methanogenesis, yang merupakan zona terbentuknya gas m e t h a n . Z o n a
terakhir merupakan zona buffer yang merupakan zona untuk
mempertahankan penurunan pH, pada zona tersebut pH naik kembali karena
meningkatnya kapasitas buffer.
b. Grey water yang akan diolah tidak boleh mengandung fenol (desinfektan)
yang sebagian besar berasal dari pembersih lantai dan bleaching. Karena
akan berakibat pada matinya mikroorganisme yang terdapat didalam
reaktor ABR. Sehingga proses pengolahan tidak akan mendapatkan hasil yang
maksimal.
c. Lumpur aktif yang akan digunakan sebagai mikroorganisme berasal dari
activated sludge atau oxidation ditch. Lumpur aktif yang dimasukkan pada
ABR sebanyak 20% dal volume efektif.
I - 15
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
2. Start up
a. Start up dimulai dengan memasukkan mikroorganisme yang berasal dari
lumpur aktif sebelum proses pengoperasian dimulai. Caranya adalah
dengan memasukkan grey water ke dalam bak, lalu dibiarkan selama
kurang lebih 3 minggu, dimana aliran air limbah dioperasikan secara
kontinyu. Lumpur aktif yang dimasukkan sebanyak 20% dari volume efektif.
b. Apabila mikroorganisme telah tumbuh dengan balk, harus dijaga agar bak atau
reaktor tidak terbuka (harus dalam keadaan tertutup) untuk menjaga dalam
kondisi anaerobik. Lndikator bakteri telah tumbuh balk adalah apabila
bebatuan dalam filter telah ditumbuhi oleh lapisan biofilm/slime/lendir yang
berwama ke abu-abuan. Selanjutnya bak slap untuk dioperasikan, apabila
effluent telah menunjukkan hal-hal berikut : pH normal (6 8), secara visual
kualitas effluent telah jemih, tidak berbau dan terjadi penurunan COD sekitar
60% dari COD inffluent.
c. Bak ini beroperasi dengan aliran ke atas (up flow), tanpa adanya
pemompaan. Air yang masuk dari dasar mengalir ke atas. Air hasil olahan
yang berasal dari bak penangkap minyak dan lemak mengalir menuju ke ABR
secara gravitasi.
d. Gas methan yang terbentuk selama proses pengolahan secara anaerobik
dikeluarkan melalui lubang ventilasi. Gas methan terbentuk jika limbah
memiliki bahan organik yang tinggi, dimana 1 gr BOD dapat menghasilkan
sekitar 0,05 m 3 biogas, Gas methan yang terbentuk dapat dimanfaatkan
sebagai sumber biogas untuk kegiatan di dapur seperti memasak.
1. Pemeliharaan
a. Pada stem ABR terdapat tutup reaktor/bak (manhole) yang digunakan
untuk melakukan pengurasan.
b. Hindari api/merokok di daerah ini, karena gas methan yang dihasilkan
sangat mudah terbakar.
c. Dalam kurun waktu tertentu (sekitar 1 tahun sekali) sebagian lumpur yang
telah tumbuh perlu untuk dikuras dengan cara membuka tutup reaktor
(manhole) terlebih dahulu. Setelah pengurasan selesai, tutup reaktor
(manhole) hams ditutup rapat untuk menjaga ABR dalam keadaan anaerobik
(tidak ada udara keluar masuk).
I - 16
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
Sumber air yang dimanfaatkan berasal dari grey water (air limbah domestik). Air
limbah domestik berasal dari kegiatan domestik (kamar mandi, cuci, buangan
dapur, dan resapan dari septic tank), tidak termasuk limbah padat dari WC (water
closet) atau yang disebut black water. Air limbah domestik (grey water) dialirkan
secara gravitasi dari sumber menuju ke sump well dengan menggunakan
perpipaan.
Petunjuk operasional dan pemeliharaan yang akan dijelaskan meliputi
permasalahan operasi yang sering terjadi dan penanganannya.
1. Permasalahan Operasi yang Sering Terjadi dan Penanganannya
a. Permasalahan Hidrolis
Air buangan biasanya mengandung lumpur yang dapat tertinggal pada dasar saluran.
Hal ini dapat mengakibatkan kekasaran pipa menjadi besar dan mengecilnya ruang
dalam pipa, di samping itu emisi gas H2S tidak dapat dihindari.
Altematif penanganan :
- Menjaga agar kotoran padat dari luar tidak masuk ke dalam pipa dengan
membuat saringan pada setiap inlet pemasukkan, misal pada bak kontrol pada
tanah persil.
- Pembersihan saluran diintensifkan, terutama pembilasan air dari teminal clear
out sering dilakukan, serta sistem penggebntoran yang ada diefektifkan.
- Elevasi setiap bak kontrol dibuat lebih tinggi dari evasi permukaan tanah di
sekitamya, agar tidak terbenam oleh limpasan air hujan yang mungkin dapat masuk
dan membawa kotoran yang hanyut.
- Sistem drainase jalan yang dilalui jalur perpipaan diperbaiki, agar air infiltrasi
yang masuk celah-celah lubang tutup manhole tidak membawa hanyutan benda-
benda padat kasar yang berpontensi menyebabkan penyumbatan.
Program kerja pemeliharaan pencegahan melipufi pekerjaan rutin terjadwal pengawasan
dan pembersihan saluran. Dimulai dengan pengawasan pendahuluan, dari pengawasan
pendahuluan diperoleh metoda yang jenis pemeliharaan pencegahan berikutnya sehingga
dapat diketahui peralatan yang diperlukan.
Tanda-tanda pipa tersumbat dapat dilihat pada gambar 6 dan bila terjadi penyumbatan
pada pipa servis, maka dapat dilakukan beberapa langkah penanganan seperti pada
gambar 7.
I - 17
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
- Perlu membangun kesadaran masyarakat melalui penyuluhan dan penetapan peraturan agar
tidak membuang sampah ke dalam manhole.
- Inspeksi run sistem penyaluran air limbah balk kinerja maupun peralatan dan periengkapan.
Air hujan dan air roof tidak boleh masuk ke dalam bak kontrol serta tidak diperbolehkan
membuang sampah ke dalamnya (Gambar 3). Perawatan bak kontrol yang benar dapat
dilihat seperti pada Gambar 4.
Alternatif Penanganan :
- Dilarang menanam pohon terialu dekat dengan jalur perpipaan, terutama jenis
pohon berakar panjang dan berserabut
- Pemeliharaan rutin. Bila terjadi, dilakukan pembersihan dengan alat (root cutting
saw).
I - 19
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
I - 21
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
3. Mesin pengangkut dengan ember penjepit (bucket machine). Mesin pengangkut ini
adalah suatu mesin yang dilangkapi dengan alat angkat dengan gulungan mesin
dilengkapi dengan suatu rangka dengan alat penarik dipasang pada kendaraan atau
traktor trailer
4. Mesin Pembersih
Terdapat 2 tipe yaitu lipe manual dan tipe tenaga penggerak. Pembersih dipasang
pada kepala tongkat (ma) yang dapat diputar dengan handle dan bergerak maju
mundur untuk membuang tanah, pasir dan sampah.
I - 22
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
I - 23
I - 24
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
Untuk yang terlalu dalam diperlukan mesin pompa dan drop manhole.
5. Peralatan Pemeliharan
Peralatan pemeliharan terdiri dad
Root cutting saw (gergaji putar)
Spear Head
Auger
Sand cup & Auger
Lateral Locator
Blade Cutter
Large-Auger
Bucket-Cleaning-Machine
Culvert Scrapper
Procopine
Scraper
Jet cleaning nozzle
I - 25
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
PEKERJAAN PERSIAPAN
A. Survey Topografi
Survey topografi merupakan bagian dari pekerjaan persiapan yang mengawali seluruh
rangkaian pekerjaan, meliputi kegiatan:
Pengecekan ulang elevasi rencana.
Menyebarkan titik-titik panduan diseluruh wilayah kerja.
Menentukan titik-titik (koordinat) posisi manhole.
I - 26
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
I - 27
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
Dalam pelaksanaan survey topografi digunakan titik acuan yang ditentukan oleh
perencana dan menggunakan titik Benchmark (BM) yang tersebar di seluruh wilayah
survey. Titik referensi utama adalah Benchmark Titik Tinggi Geodesi (TTG) 1615 yang
ditetapkan oleh Badan Koordinator Survey dan Pemetaan Nasional (BAKORSURTANAL)
serta benchmark yang ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) 13.
2. Penyebaran titik panduan di seluruh wilayah kerja dan menentukan titik (koordinat)
posisi manhole
Tujuan dari penyebaran titik-titik panduan bantuan ini adalah bila di suatu lokasi
hendak dilakukan pemasangan pipa, maka titik panduan bantuan tersebut dapat
dipergunakan sebagai acuan dalam menentukan elevasi invert saluran. Titik lokasi
manhole dan titik panduan bantuan tersebut harus dilengkapi informasi mengenai
nomor, koordinat, elevasi invert, dan elevasi permukaan jalan.
B. Test Pit
Test pit adalah kegiatan untuk mengetahui utilitas yang ada di bawah permukaan
tanah. Utilitas tersebut berupa pipa PDAM, kabel PLN dan Telkom, serta utilitas lainnya
yang mungkin ada. Bila ternyata dalam test pit ditemukan adanya utilitas yang
menghalangi jalur pipa, maka jalur pipa tersebut harus disesuaikan.
Penyesuaian dengan memindahkan posisi pipa (dari tepi jalan ke tengah jalan atau
sebaliknya). Atau bila ternyata memungkinkan, perubahan yang dilakukan adalah
memindahkan utilitas bersangkutan dengan berkoordinasi dengan instansi terkait.
I - 28
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
Diameter Bahan
200 Pipa PVC (Polyvinyl Chloride)
250 Pipa PVC (Polyvinyl Chloride)
300 Pipa Beton (Reinforced Concrete Pipe/ RCP)
400 Pipa Beton (Reinforced Concrete Pipe/ RCP)
500 Pipa Beton (Reinforced Concrete Pipe/ RCP)
600 Pipa Beton (Reinforced Concrete Pipe/ RCP)
700 Pipa Beton (Reinforced Concrete Pipe/ RCP)
800 Pipa Beton (Reinforced Concrete Pipe/ RCP)
b. Metoda Pemasangan Pipa Dengan Metode Clean Construction
Clean Construction adalah prinsip kerja pemasangan pipa yang bersih, rapi dan tertib
sehingga dapat mengurangi gangguan terhadap lingkungan sekitarnya.
Penggalian dan pemasangan pipa untuk tiap segmen sepanjang 50 m.
Tanah galian langsung diangkut dengan dump truck ke tempat pembuangan
sementara untuk digunakan kembali nantinya
Tidak diperkenankan menaruh material di jalan/trotoar kecuali dalam area di
tempat kerja.
Dilengkapi pagar pengaman dan rambu lalu lintas yang memadai. Untuk pekerjaan
pada malam hari dilengkapi dengan lampu penerangan / pengaman
Penyiraman dengan air di sekitar tempat kerja dilakukan setiap hari untuk
menghindari debu.
I - 29
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
I - 30
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
2. Pekerjaan galian
Jalur pipa yang telah siap kemudian digali. Metode pelaksanaan galian disatu
lokasi dengan lokasi lain adakalanya tidak sama. Terdapat beberapa hal penting
yang menjadi faktor utama dalam menentukan metode pelaksanaan penggalian,
yaitu; Lebar daerah milik jalan (Damija), Jenis tanah, Elevasi muka air tanah dan
Kepadatan lalu lintas.
Berdasarkan lebar Damija, metode pelaksanaan terbagi menjadi 2 yaitu secara
manual (tenaga manusia) dan dengan mesin gali (excavator). Bahan galian
langsung diangkut ke tempat pembuangan. Di lokasi - lokasi tertentu penggalian
I - 31
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
dilakukan dengan mesin dan manual. Bagian atas, dilakukan secara manual untuk
menghindari kerusakan utilitas, dan selanjutnya dengan excavator.
a. Pemasangan Turap
Berdasarkan jenis karakteristik tanah, metode pelaksanaan terbagi menjadi 2
yaitu galian dengan turap dan tanpa turap. Secara umum jenis tanah yang
dikategorikan yaitu tanah yang tidak runtuh (butiran padat) dan tanah yang
mudah runtuh (butiran lepas). Penggalian tanpa turap umumnya dilaksanakan
untuk pemasangan pipa dengan diameter kecil, galian tidak terlalu dalam dan
kondisi tanah stabil. Untuk tanah yang mudah runtuh, maka penggunaan turap
sangat diperlukan untuk memastikan galian tetap pada kondisi yang diharapkan.
Jenis turap yang digunakan antara lain turap kayu, sheeting plate dan sheet pile.
I - 32
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
Sheet pile seperti terlihat pada gambar di samping dapat dipergunakan sebagai
material untuk turap karena bila sheet pile tersebut dirangkai dengan sheet pile
lainnya, maka akan diperoleh permukaan turap yang dapat menahan runtuhan
tanah juga menahan masuknya air tanah ke dalam lubang galian.
Sheet pile seperti terlihat pada gambar di samping dapat dipergunakan sebagai
material untuk turap karena bila sheet pile tersebut dirangkai dengan sheet pile
lainnya, maka akan diperoleh permukaan turap yang dapat menahan runtuhan
tanah juga menahan masuknya air tanah ke dalam lubang galian.
b. Dewatering
Berdasarkan elevasi muka air tanah, pekerjaan galian harus disertai dengan usaha
membuang air (dewatering) bila elevasi air tanah lebih dangkal dari dasar galian.
Artinya tanah galian terendam air sehingga mengganggu proses penggalian dan
pemasangan pipa. Pada galian tanah yang dalam, dengan muka air tanah tinggi,
mudah terhanyutkan oleh aliran air bawah tanah, maka galian harus diamankan
I - 33
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
dengan penggunaan turap yang kedap air (sheet pile). Air dipompa ke saluran
terdekat atau dengan menggunakan tempat penampungan.
3. Pemasangan Pipa
Pemasangan pipa sangat terkait dengan pemasangan manhole. Data yang sangat
diperlukan diawal pemasangan pipa adalah elevasi invert manhole awal dan akhir
(pipa terpasang dari manhole ke manhole). Elevasi ini menentukan kemiringan
pipa karena terjadi beda tinggi antara invert awal dan akhir. Berdasarkan data-
data tersebut, surveyor yang terlibat dalam pemasangan pipa harus mengawasi
dan mengecek elevasi dari masing-masing pipa karena pipa dipasang satu per
satu.
Pada prinsipnya pipa dipasang setelah manhole selesai dipasang namun kenyataan
dilapangan, seringkali jaringan pipa dipasang terlebih dahulu. Pemasangan pipa
seperti ini biasanya akan berhenti menjelang manhole dengan menyisakan 2
batang pipa. Pemasangan 2 pipa terakhir tersebut akan dilakukan dalam rangkaian
pemasangan manhole. Cara ini dipilih karena manhole memiliki lebar galian yang
lebih besar dari galian pipa dan terutama untuk manhole yang posisinya pada
I - 34
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
persimpangan jalan, potensi untuk menimbulkan kemacetan arus lalu lintas sangat
besar sehingga diperlukan konsentrasi dan penanganan khusus.
Hal yang penting dalam pelaksanaan pemasangan pipa adalah penyambungan,
pengukuran elevasi/kemiringan, dan pengukuran kelurusan pipa. Ketiga hal
tersebut di atas bila tidak dapat terlaksanakan dengan benar, maka jaringan pipa
akan berisiko bocor, terjadi genangan atau endapan, dan bahkan tidak mengalir.
a. Penyambungan pipa
Pipa diturunkan dengan penggantung dan diletakkan di atas tumpukan karung
yang diisi pasir. Maksud dari tumpukan karung pasir adalah agar pipa memperoleh
dudukan yang baik dan stabil. Dengan demikian saat pipa disambung dan ditimbun
secara keseluruhan, elevasi dapat dipertahankan.
b. Pengukuran elevasi/kemiringan pipa
Pipa yang diturunkan dan sudah disambung, harus diperiksa elevasi/
kemiringannya. Pengecekan ini dilakukan pada dua titik yaitu pada titik
sambungan (sekaligus untuk mengetahui apakah ada perubahan setelah
disambung) dan pada ujung lainnya. Bila kedua titik tersebut telah sesuai
kemiringannya, maka pipa dapat disambung dengan pipa lainnya.
c. Pengukuran kelurusan pipa
Selain elevasi/kemiringan pipa harus benar, kelurusan pipa secara keseluruhan
juga harus benar. Apabila pipa tidak tepat lurus, maka akan berpengaruh pada
posisi manhole dan pengaturan jaringan pipa berikutnya. Pengukuran kelurusan
dilakukan dengan cara menarik benang as pipa dari manhole ke manhole. Benang
ini berada di atas galian. Untuk memastikan apakah pipa sudah lurus, harus ditarik
garis tegak lurus dari benang tersebut ke permukaan pipa atau dapat juga
menggunakan rantai penggantung pipa. Dapat juga menggunakan batang kayu
atau aluminium yang diberi tanda pada bagian tengahnya. Dengan demikian,
kelurusan pipa dapat diperiksa dari tanda pada tengah batang kayu atau
aluminium tersebut.
I - 35
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
lapisan aspal (AC) setebal 40 mm. Tahapan penimbunan kembali dilakukan seperti
alur kegiatan di samping berikut ini.
a. Timbunan / urugan pasir
Proses penimbunan pasir dibantu dengan mengalirkan air pada pasir
timbunan.Tujuan dari memberikan aliran air adalah agar pasir ikut hanyut dan
mengisi celah-celah antara pipa dengan tanah. Timbunan pasir tidak dipadatkan
dengan alat bantu mekanis tetapi hanya disiram air dan ditusuk-tusuk dengan
kayu. Pemadatan dengan alat bantu mekanis pada timbunan pasir (sand bedding)
tidak dibenarkan karena dapat merusak pipa.
b. Timbunan/urugan material pilihan
Timbunan pasir dilanjutkan dengan timbunan menggunakan material pilihan.
Material yang digunakan adalah tanah hasil galian yang memenuhi syarat material
pilihan. Urugan dengan material pilihan harus dipadatkan lapis per lapis setiap
tebal lapisan 20 cm. Selanjutnya adalah pengisian dengan agregat A dan B.
Pemadatan urugan material pilihan menggunakan alat pemadat mekanis.
Untuk mendapatkan kepadatan yang optimal pada pekerjaan timbunan kembali,
perlu iperhatikan teknik pemadatannya dan alat yang digunakan. Kepadatan yang
kurang baik akan menimbulkan rongga antar butiran yang berukuran besar dan
dalam jumlah yang banyak. Rongga-rongga tersebut bila dibiarkan akan
mengakibatkan turunnya permukaan jalan dikemudian hari. Hal pertama yang
harus diperhatikan adalah kadar air material timbunan. Kadar air yang tinggi akan
menyebabkan tanah timbunan tidak padat karena butiran selalu bergerak bersama
gerakan hidrostatik air. Kadar air yang kurang juga akan menyebabkan pemadatan
tidak optimal karena tanah timbunan sulit bergerak dan hanya mengakibatkan
padat permukaan saja. Kadar air yang baik adalah kadar air optimal sesuai dengan
hasil pengujian laboratorium. Kondisi inilah yang seharusnya diterapkan di
lapangan, namun kenyataannya sering kali tidak dilakukan. Untuk mendapatkan
kadar air yang cukup kontraktor melakukan penyiraman atau menggenangi
timbunan dengan air untuk keesokan harinya dipadatkan dengan alat bantu
mekanis. Peralatan yang memadai juga berperan untuk menghasilakan pemadatan
yang baik. Penggunaan alat pemadat mekanis seperti stamper, tendem, baby
roller sangat membantu menghasilkan pemadatan yang baik. Selain itu jumlah
lintasan alat pemadat juga harus cukup dan merata. Pemadatan yang kurang baik
dapat menyebabkan penurunan permukaan jalan di tempat bekas galian sehingga
membahayakan kendaraan / pengguna jalan.
I - 36
DOKUMEN STANDAR
RI SPAL Dan DED Air Limbah Kabupaten Seram Bagian Barat
OPERASIONAL PROSEDUR
c. Pengaspalan
Pengembalian kondisi permukaan jalan yang dilalui pipa sewer Medan dibedakan
dalam 2 tipe penanganan sesuai kelas jalan sebaga berikut :
1) Jalan negara, pengembalian kondisi dengan hot mix ATB tebal 5 cm dan AC
tebal 4 cm hanya selebar galian pipa .
2) Jalan provinsi dan jalan kota, pengembalian kondisi dengan ATB tebal 5 cm
selebar galian pipa sewer dan AC tebal 4 cm selebar perkerasan aspal jalan
tersebut.
Adapun proses penghamparan hot mix (ATB & AC) sebagai berikut :
Hot mix diproduksi pada instalasi pencampur aspal (AMP) sesuai
proporsi material job mix formula yang sudah disetujui.
Persiapan lahan hamparan dengan alat compressor untuk
membersihkan permukaan hamparan dari debu dan kotoran sampah
Aspal prime coat dengan volume + 0,8 liter/m2 disemprotkan di atas
permukaan agregat A sebagai perekat hamparan ATB, dilanjutkan proses
pemadatan ATB dengan alat roda bagi tandem seberat 5-8 ton pada suhu
(110-125)°C dengan jumlah lintasan 1-2 PP. Kemudian dilanjutkan dengan
mesin pemadat roda karet (tire roller) pada suhu antara (95-110)°C dengan
jumlah lintasan 12-16 PP.
Asphalt take coat dengan volume + 0,3 ltr / m2 disemprotkan di atas
permukaan perkerasan aspal lama sebagai perekat hamparan AC baru,
dilanjutkan proses pemadatan AC denganalat roda besi tandem (5-8 ton)
pada suhu (110-125)°C dengan lintasan 1-2 PP. Kemudian dilanjutkan dengan
mesin pemadat roda karet (tire roller) pada suhu antara (95-110)°C dengan
jumlah lintasan 12-16 PP.
Hari berikutnya dilakukan pengambilan sampel hamparan ATB & AC di
lapangan untuk uji laboratorium dengan core drill. Adapun pengujian yang
dilakukan antara lain untuk mengetahui kepadatan lapangan yaitu minimal 98
% dari kepadatan laboratorium (JMF) dan tst Extraksi( Kadar aspal dan gradasi
agregat ).
Setelah hamparan AC berumur minimal 2 minggu dilanjutkan dengan
pembuatan marka jalan sesuai marka yang lama.
I - 37