Disusun Oleh :
Kelas X-1
Kata Pengantar
Pertama - tama kami ingin mengucapkan puji syukur kami kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memudahkan kami dalam proses pencarian
data serta wawancara yang kami lakukan di desa Nuha sebagai awal dari
penulisan ini. Laporan ini kami buat berdasarkan hasil wawancara yang telah
kami lakukan dan dipertanggungjawabkan dan tanpa adanya paksaan serta
rekayasa atau data fiktif.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada seluruh
guru pendamping yang telah mendampingi kami selama berlangsungnya
kegiatan di desa Nuha serta atas bimbingannya selama berada di lokasi. Juga
kepada seluruh pihak yang telah membantu kami serta ikut menyukseskan
kegiatan program penguatan profil pelajar pancasila.
Dalam pembuatan laporan ini, satu hal yang kami sadari adalah betapa
pentingnya kita dalam mencari tahu sebuah fakta yang tentunya didukung
dengan data yang jelas dari mereka yang benar benar mengetahui hal tersebut.
Kami juga menyadari bahwa ada begitu banyak hal yang dapat kita ketahui dari
bertanya, dan tentunya pengetahuan ini akan menambah wawasan kita sebagai
seorang pelajar.
“Tak ada gading yang tak retak”, begitulah bunyi sebuah peribahasa
yang menggambarkan seorang manusia yang tak luput dari yang namanya
kesalahan, dan itulah yang kami sadari sebagai penulis dari laporan ini. Maka
dari itu kami ucapkan mohon maaf sebesar besarnya apabila dalam laporan ini
terdapat hal hal yang menurut pembaca tidak sesuai maupun menyinggung
pihak tertentu.. Sebagai penutup kami ucapkan semangat dan selamat belajar.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar………………………………………………………………………ii
Daftar isi……………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………17
3.2 Saran……………………………………………………………………………...17
3.3 Lampiran………………………………………………………………………….19
BAB I
Pendahuluan
1. 1 Latar Belakang
Pelaksanaan Penelitian
1. Wawancara
Wawancara atau biasa juga disebut interview adalah salah satu metode
yang paling efektif dalam mendapatkan suatu data yang valid. Dengan
melakukan wawancara kepada seorang narasumber, kita dapat mengajukan
pertanyaan secara langsung tentang apapun yang ingin kita ketahui. Namun
yang perlu menjadi catatan penting adalah untuk mencari narasumber yang ahli
ataupun memiliki pengetahuan tentang hal yang ingin kita tanyakan.
2. Observasi
Dalam proses penelitian yang telah kami lakukan di desa Nuha, salah
satu metode yang kami gunakan adalah observasi atau pengamatan. Objek yang
kami amati adalah tabel data monografi atau rincian data dan statistik
pemerintahan, sumber daya alam, sumber daya manusia, ekonomi,pendidikan,
dan geografis dari suatu wilayah yang terpampang di kantor desa Nuha. Tabel
tersebut memuat berbagai informasi yang kemudian kami amati. Data-data
tersebut antara lain data tentang luas serta batas wilayah desa Nuha, jumlah
penduduk, tingkat pendidikan penduduk di desa Nuha, Agama, Fasilitas umum,
Sarana pendidikan dan kesehatan, serta alat transportasi yang ada di desa Nuha.
3. Metode Diskusi
A. Geografis Nuha
1.Luas:18.031 km²
2.Batas wilayah:
● Sebelah Utara: Sulawesi Tengah
● Sebelah Selatan: Sorowako
● Sebelah Barat: Matano
● Sebelah Timur: Soluro
B. Demografis Nuha
1. Jumlah penduduk: 638 Jiwa
- Laki-laki: 305 jiwa
- Perempuan: 533 jiwa
2. Kepala keluarga: 196 jiwa
3. Jumlah penduduk menurut usia:
● 00-03 Tahun: 45 jiwa
● 04-05 Tahun : 40 jiwa
● 08-12 Tahun: 123 jiwa
● 13-15 Tahun: 83 jiwa
● 16-18 Tahun: 150 jiwa
● 19-60 Tahun: 110 jiwa
● 61 Tahun ke atas: 87 jiwa
Namun di lain sisi desa Nuha memiliki segudang hal tersembunyi yang
tentunya akan sangat menarik untuk diteliti dan dipelajari. Hal-hal seperti
bagaimana sejarah terbentuknya dan perkembangan dari desa Nuha, kehidupan
sosial masyarakat desa Nuha, kegiatan ekonomi yang mereka lakukan guna
memenuhi kebutuhan hidup, serta hal yang tak kalah menariknya yakni
kebudayaan yang masih terus terpelihara dengan baik oleh seluruh masyarakat
desa Nuha.
C. Aspek Sosial
Aspek sosial adalah salah satu aspek yang menjadi fokus utama dalam
penelitian kami. Ketika berbicara tentang sosial maka segala sesuatu yang
menyangkut manusia serta segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia adalah
bahan kajian utama dalam aspek ini. Dalam penelitian kami aspek sosial
meliputi
Kondisi Nuha saat ini : jalan penghubung antara Desa Nuha dan
Sulawesi Tengah sudah sangat bagus, hal ini sangat berdampak positif bagi
kelancaran warga Desa Nuha. Untuk masalah keamanan, desa Nuha ini sudah
terjamin keamanannya, terbukti dengan pos polisi yang disediakan sudah terisi.
Keberadaan PT. Vale berdampak positif bagi warga Nuha, karena ada beberapa
bantuan yang didapatkan. Bantuan yang didapatkan itu berupa pipa dan
pembangunan bak air, tetapi belum terealisasikan. Ada beberapa penduduk
yang pindah dari desa nuha ke sulawesi tengah ketika jalan penghubung sudah
bagus. Penduduk desa nuha sendiri, rata-rata merupakan penduduk asli, hanya
sekitar 30% saja yang pendatang, itupun karena menikah dengan warga asli
nuha.
Kehidupan masyarakat Nuha: Aktivitas khas atau yang sudah menjadi
kebiasaan dari masyarakat Nuha ini yaitu bermain Voli setiap sore dilakukan
ibu-ibu, futsal pada hari libur, adapun kegiatan sosial yang biasa dilakukan oleh
masyarakat nuha itu mappadungku (acara pesta panen) dan juga mereka
melakukan gotong royong. Mereka melakukan hal tersebut agar bisa menjalin
kekerabatan, saling bersilaturahmi, mengumpulkan semua keluarganya agar
bisa berkumpul bersama- sama. Ada juga ketika ada anak yang ingin merantau,
mereka juga melakukan acara. Masyarakat Nuha juga sangat menjunjung
kebersamaan dan persatuan, contohnya dalam mengambil keputusan di desa
tersebut mereka mengutamakan musyawarah, dan ketika ada kegiatan seperti
pernikahan, pembangunan rumah, atau berduka masyarakat Nuha akan
membantu dalam kegiatan tersebut dalam bentuk tenaga. Dan yang paling
menarik perhatian adalah gotong royong masyarakat Nuha, kegiatan gotong
royong membangun masjid yang biasa dilakukan pada hari sabtu, menolong
sesama warga seperti saat ada warga yang sakit, warga yang lain saling
mengumpulkan uang. Di Nuha ini terdapat beberapa Organisasi yang dibentuk
di desa Nuha seperti PKK dan Karang taruna dengan kegiatan seperti
mengadakan turnamen olahraga.
Fasilitas umum sosial:Nuha memiliki fasilitas kesehatan (Postu 1),
fasilitas sekolah (TK 1,SD 1), fasilitas jual-beli (Pujasera 1,Pasar 1), fasilitas
tempat ibadah (Masjid 1,mushola 1). Di Nuha tidak ada pasar, jadi masyarakat
memenuhi kebutuhan dengan harus menyebrang ke Sorowako ke pasar
Sorowako. Dan Terdapat unit pelayanan kesehatan masyarakat. Tetapi tidak
terlalu lengkap atau memadai, hanya ada POSTU untuk pengambilan obat
terdapat 2 bidan, 2 kamar tidur, serta alat kesehatan yang terbatas membuat para
warga yang mengalami sakit yang tergolong sedang ke atas perlu dirujuk ke
rumah sakit daerah yang berada di Kecamatan Wotu, dan untuk sekolah hanya
ada SD (SDN 248 Nuha), dengan tenaga pengajar yang terbatas sebanyak 7
guru. Sedangkan untuk SMP pernah ada, tetapi hanya bertahan 3 bulan akibat
siswanya kurang dan sebagian memilih atau harus menyebrang ke Sorowako
menggunakan raft sekitar 30-40 menit dan mereka tidak sekolah saat ombak
kencang.
Sejarah terbentuknya desa Nuha
Arti dari kata 'Nuha' adalah besar. Nuha dinamai Nuha karena adanya
pulau-pulau kecil disekitar Nuha pada jaman dulu yang dinamakan nuha-nuha
(dineako Nuha). Perkembangan pada Nuha sudah tidak bisa dinilai. Kemajuan
yang terjadi tidak bisa ditandingi karena jumlah penduduk yang sedikit.
Pada awalnya Nuha bukanlah perkampungan melainkan tempat
persinggahan antara Sorowako, Malili, dan Sulawesi Tengah. Baru pada tahun
1930-an, Nuha sudah dihuni oleh orang yang berasal dari Sorowako dan
merekalah yang membangun Nuha. Orang-orang Sorowako yang datang ke
Nuha datang melalui jalur laut dan menggunakan transportasi berupa perahu
dayung.
Orang - orang yang datang pertama kali ke Nuha merupakan orang yang
berasal dari Sorowako. Jumlah keluarga yang datang pada saat itu kurang lebih
20 keluarga. Untuk melakukan pembangunan di desa Nuha masyarakat
Sorowako yang datang ke Nuha melakukannya dengan cara gotong royong.
Budaya gotong royong di desa Nuha masih dilakukan hingga sekarang untuk
mempererat rasa kekeluargaan dan mempererat tali silaturahmi.
Setelah masa pergerakan DI/TII warga Nuha memilih berpencar di
beberapa tempat salah satu nya Sorowako. Sebagian berada di tanah merah
selama 9 tahun yang terletak di daerah Bone Baito. Setelah masa pergerakan
DI/TII sudah mau selesai, masyarakat Nuha kembali dan membangun kembali
Nuha pada tahun 1960-an lalu warga nuha pindah ke Bone Pute selama 1 tahun
dengan berjalan kaki lalu kembali ke Nuha dan membangun Nuha
bersama-sama. Tapi tidak semua keluarga kembali ke Nuha pada saat itu.
Pada masa penjajahan Belanda, Nuha dijadikan distrik oleh Belanda atau
yang sekarang setara dengan Kecamatan Nuha. Keadaan daerah Nuha pada
masa penjajahan merupakan daerah yang tandus, tumbuhan sangat sedikit dan
terdapat pohon kaloju. Para orang tua zaman dahulu berjalan kaki ke daerah
Sulawesi Tengah, Larohea, dan Wasuponda untuk mendapatkan pohon sagu
yang akan digunakan dan berfungsi menjadi bahan mentah makanan untuk
bertahan hidup pada masa itu. Kehidupan pada masa itu sangat menderita,
terlebih lagi pada masa pergolakan. Para warga mendeskripsikan penderitaan
pada saat itu di atas kata “penderitaan” lagi. Para orang tua zaman dahulu
berharap para anak-anak mereka tidak merasakan hal yang sama dengan
mereka.
Nuha memilih tidak bergabung dengan daerah Sorowako dan kemudian
memilih bergabung dengan daerah Matano dan Rahampulu. Lalu, pada tahun
1990 Nuha dimekarkan menjadi Desa Nuha. Pada tahun 1993 Nuha secara
resmi menjadi Desa Nuha dan pada saat itu diadakan suatu acara yang
dinamakan "Padungku" disertai dengan tarian monsado, dero, dan pertunjukan
alat musik bambu.
Desa Nuha sudah berkembang dengan pesat walau tidak memiliki
banyak warga. Disana terdapat TK, SD, Pustu, Pujasera, dll. Di Nuha juga
terdapat Masjid yang sudah direnovasi sebanyak 5 kali sejak dahulu. Para
warga yang ada disana juga memiliki rasa kekeluargaan yang kuat dan sikap
gotong royong yang sering dilakukan. Walau desa Nuha tidak sebagus
desa-desa lainnya dan masih memiliki kekurangan, akan tetapi para warga yang
ada disana sangat sejahtera dan hidup dalam damai.
D. Aspek Ekonomi
Desa Nuha rata-rata masyarakatnya berasal dari sorowako yang pindah ke Nuha
karena alasan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Berikut
wawancara yang telah kita lakukan kepada masyarakat sekitar desa Nuha.
1. Wirausaha, Rahmania (22 Tahun)
sudah berjualan 15 tahun sejak dia masih di jenjang sekolah
dengan tujuan membantu keluarganya dan juga untuk biaya dia
membayar uang sekolah. Untuk modal awalnya dia hanya memakai 500
ribu dan mendapatkan omzet kira-kira 20 juta/bulan. Kak Rahmania
menjual sembako dan snack karena banyak yang membutuhkan
barang-barang tersebut. Saat ada harga barang yang naik, dia hanya
menambahkan harganya sekitaran seribu/2 ribu dan paling tinggi itu 5
ribu. Untuk orang-orang yang membuka toko seperti ini mereka cuman
membuat spanduk yang bagus agar bisa dikenal dan bisa diketahui apa
yang dia jual.
(Di Nuha, terdapat 7 toko yang menjual sembako/snack dan ada 1 toko
lesehan makanan).
E.Aspek Budaya
Masyarakat yang ada di Nuha ini mereka tidak hanya satu suku tertentu
tapi campuran. Karena dulunya Nuha ini tempat persinggahan jadi banyak suku
dari luar yang masuk yaitu Jawa, Bugis, Kupang, dan Flores. Tetapi mayoritas
suku penduduk desa Nuha adalah Bugis Padoe. Untuk agama masyarakatnya
mayoritas beragama Islam dan hanya ada 2 orang yang beragama Kristen yang
merupakan pendatang dari luar. Untuk bahasa yang digunakan masyarakat
Nuha adalah bahasa Indonesia, bahasa Nuha, dan bahasa Sorowako. Karena
adanya masyarakat campuran jadi mereka menggunakan Bahasa Indonesia
cuma logatnya berbeda-beda mengikuti daerah asal masing-masing. Dari hasil
wawancara dengan ibu Suhaima, pendapatnya mengenai kerajinan Nuha
meliputi anyaman yang berbahan baku teduhu dan juga pandan hutan, dan raft.
Kebudayaan lain berupa makanan khas yaitu kapurung dan singkong disamakan
pepaya muda.
Dan kebudayaan berupa adat istiadat yang masih dilakukan di Nuha
yaitu pesta panen. Pesta panen ini akan dilaksanakan ketika dana yang dimiliki
mencukupi, akan dilaksanakan di sawah setelah panen padi. Ada juga adat
istiadat dinamakan Musik bambu, musik bambu dilakukan saat ada kegiatan
penjemputan orang Sorowako yang datang ke Nuha seperti tokoh/orang
penting, dan ditampilkan juga saat ada acara di Sorowako dimulai oleh orang
tua dulu yang kemudian diteruskan hingga sekarang oleh anaknya yang
bernama Amiruddin Karim. Musik bambu ini biasanya dilakukan saat acara
adat dan acara penyambutan. Musik bambu adalah alat musik tiup yang
dimainkan secara bersamaan. Lagu-lagu yang dimainkan biasanya adalah 'bunyi
sayang-sayang', 'Mita Nuha', 'sorak-sorak bergembira', dan masih banyak lagi.
Selain itu ada juga budaya yg bernama Nohu Bangka. Namun sekarang, Nohu
Bangka ini sudah jarang dilakukan rutin oleh masyarakat Nuha kecuali ada
yang mengundang untuk tampil. Nuha juga mempunyai beberapa veteran yaitu
Duruma, Potaka (yang pertama kali datang ke Nuha), dan Lampudu (yang
membangun Nuha).
Masyarakat Nuha juga mempunyai permainan tradisional berupa gasing
(Hule) permainan ini dibagi menjadi 2 tim yaitu tim pengumpan dan tim
pelempar. Cara bermainnya seperti berikut pertama tim pengumpan yang
memutar gasing di arena yang sama dengan syarat gasingnya harus mengenai
gasing lawan agar keluar dari arena. Pada permainan tradisional ini terdiri dari
5 orang per tim. Gasing ini terbuat dari kayu kaloju, berbentuk agak lonjong
dengan ada ujung runcing di 2 sisi atas dan bawah. Mabuttu` adalah permainan
melempar kemiri hampir sama dengan cara bermain kelereng. Arenanya
berbentuk lingkaran dalam arena tersebut ada banyak kemiri. Masing-masing
pemain menggenggam dua kemiri satu di tangan kanan dan satu di tangan kiri
dua kemiri. Kemudian saling ditumbukkan supaya panas selanjutnya salah satu
kemiri dilempar ke dalam arena tersebut lalu kemiri yang keluar arena lah yang
kita ambil. Dan yang mempunyai banyak kemiri itulah pemenangnya.
Disisi lain Nuha juga mempunyai peninggalan sejarah berupa Keris dan
pedang Ponai’, Pisau Kawali (Nuha terkenal dengan besinya untuk membuat
senjata), Kayu Kaloju,Batu Tamponu Nuha (sekarang tertutup air).
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Hal lainnya yang juga perlu untuk dibenahi adalah fasilitas kesehatan
dan pendidikan yang ada di desa Nuha. Kesehatan dan pendidikan adalah dua
hal penting yang dapat mempengaruhi kualitas masyarakat Nuha. Dengan
segala perbaikan yang dilakukan pada kedua bidang tersebut bisa menjadi titik
awal dari perubahan di desa Nuha yang sudah diimpikan oleh para warga Nuha.
Itulah hal-hal yang menurut kami perlu dilakukan agar desa Nuha bisa
berkembang dan terus berkembang.
Lampiran