Anda di halaman 1dari 19

Laporan Hasil Program

Penguatan Profil Pelajar


Pancasila (P5)

Disusun Oleh :

Kelas X-1
Kata Pengantar
Pertama - tama kami ingin mengucapkan puji syukur kami kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memudahkan kami dalam proses pencarian
data serta wawancara yang kami lakukan di desa Nuha sebagai awal dari
penulisan ini. Laporan ini kami buat berdasarkan hasil wawancara yang telah
kami lakukan dan dipertanggungjawabkan dan tanpa adanya paksaan serta
rekayasa atau data fiktif.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada seluruh
guru pendamping yang telah mendampingi kami selama berlangsungnya
kegiatan di desa Nuha serta atas bimbingannya selama berada di lokasi. Juga
kepada seluruh pihak yang telah membantu kami serta ikut menyukseskan
kegiatan program penguatan profil pelajar pancasila.

Dalam pembuatan laporan ini, satu hal yang kami sadari adalah betapa
pentingnya kita dalam mencari tahu sebuah fakta yang tentunya didukung
dengan data yang jelas dari mereka yang benar benar mengetahui hal tersebut.
Kami juga menyadari bahwa ada begitu banyak hal yang dapat kita ketahui dari
bertanya, dan tentunya pengetahuan ini akan menambah wawasan kita sebagai
seorang pelajar.

“Tak ada gading yang tak retak”, begitulah bunyi sebuah peribahasa
yang menggambarkan seorang manusia yang tak luput dari yang namanya
kesalahan, dan itulah yang kami sadari sebagai penulis dari laporan ini. Maka
dari itu kami ucapkan mohon maaf sebesar besarnya apabila dalam laporan ini
terdapat hal hal yang menurut pembaca tidak sesuai maupun menyinggung
pihak tertentu.. Sebagai penutup kami ucapkan semangat dan selamat belajar.

Sorowako, 5 September 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar………………………………………………………………………ii

Daftar isi……………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang….………………………………………………………………….4


1.2 Rumusan Masalah……….…………………………………………………………5
1.3 Ruang lingkup penelitian….………………………………...……………………..6

1.4 Tujuan penulisan….………………………………………………………………..3

BAB II PELAKSANAAN PENELITIAN

2.1 Metode penelitian…….…………………………………………………………….7


2.2 Hasil... penelitian……….………………………………………………………….9

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………17
3.2 Saran……………………………………………………………………………...17
3.3 Lampiran………………………………………………………………………….19
BAB I

Pendahuluan
1. 1 Latar Belakang

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


(Kemendikburistek) mengeluarkan kebijakan dalam pengembangan Kurikulum
Merdeka yang diberikan kepada satuan pendidikan sebagai opsi tambahan
dalam rangka melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024.
Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler
yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki
cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Kurikulum
Merdeka dirancang sebagai bagian dari upaya Kemendikbud Ristek untuk
mengatasi krisis belajar yang telah lama kita hadapi, dan menjadi semakin
parah karena pandemi.

Kurikulum merdeka memiliki tujuan untuk menciptakan pendidikan


yang menyenangkan, Mengejar ketertinggalan pembelajaran, dan meningkatkan
potensi peserta didik. Menciptakan pendidikan yang menyenangkan memiliki
arti untuk menekankan pendidikan Indonesia pada pengembangan aspek
keterampilan dan karakter sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia.
Kurikulum ini juga ditujukan untuk mengejar ketertinggalan pembelajaran yang
disebabkan oleh pandemi covid-19. Kurikulum ini memiliki keunggulan
dimana kurikulum ini lebih menekankan pada kebebasan peserta didik.
Kurikulum merdeka juga dinilai lebih relevan dan interaktif.
Pembelajaran melalui kegiatan proyek (project based learning) memberikan
kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi
isu-isu aktual, seperti masalah lingkungan, kesehatan, dan lainnya. Project
based learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang menjadikan peserta
didik sebagai subjek atau pusat pembelajaran, menitikberatkan proses belajar
yang memiliki hasil akhir berupa produk sebagai hasil belajar siswa.
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah cara yang
dilakukan pihak sekolah untuk memenuhi salah satu tujuan dari kurikulum ini
yaitu, membentuk karakter dari para pelajar. Pelaksanaan P5 ini mengusung
tema “Kearifan Lokal” dengan menargetkan dimensi sikap gotong royong dan
berkebhinekaan global bagi peserta didik. Salah satu syarat kenaikan kelas pada
kurikulum ini, adalah menyelesaikan 3 proyek dalam satu tahun. Proyek ini
merupakan agenda rutin yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan sasaran
siswa siswi kelas 10. Sebelumnya proyek ini bernama PLT (Praktek Lapangan
Terpadu) pada kurikulum 2013.
Sebagai tindak lanjut dari proyek penguatan profil pelajar pancasila yang
telah dilaksanakan, maka disusunlah sebuah laporan hasil penelitian sosial yang
telah dilakukan sebelumnya di desa Nuha. Sebagaimana penelitian lainnya yang
telah dilakukan oleh seluruh peneliti di berbagai negara, maka penyusunan
laporan menjadi hal yang wajib dilakukan. Penyusunan laporan ini merupakan
salah satu dari tiga proyek yang menjadi syarat kenaikan kelas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas,maka pokok


permasalahan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Dalam aspek sosial:
1. Bagaimana asal usul Desa Nuha?
2. Apa saja aktivitas-aktivitas yang dilakukan penduduk Nuha?
3. Apa saja fasilitas - fasilitas umum yang ada di desa Nuha?
4. Bagaimana kondisi sosial-ekonomi masyarakat desa Nuha?
5. Bagaimana perbedaan kondisi sebelum dan sesudah adanya jalan
penghubung ke Sulawesi Tengah?
6. Apakah terdapat Organisasi yang dibentuk di masyarakat serta apa saja
kegiatan yang dilakukan organisasi tersebut?

Dalam aspek budaya:


1. Apa saja kerajinan khas desa Nuha?
2. Apa makanan khas desa Nuha?
3. Apa adat istiadat masyarakat desa Nuha?
4. Siapa saja veteran yang tinggal di desa Nuha?
5. Apa saja permainan tradisional khas di desa Nuha?
6. Apa peninggalan bersejarah di desa Nuha?

Dalam aspek ekonomi:


1. Apa saja mata pencaharian masyarakat desa Nuha?
2. Bagaimana kondisi perekonomian masyarakat di desa Nuha?
3. Bagaimana cara masyarakat Nuha memenuhi kebutuhannya?
4. Berapa penghasilan yang didapatkan dari mata pencaharian masyarakat
desa Nuha?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada di atas, telah dikemukakan pada
bagian sebelumnya proyek yang dilakukan pada hari senin- selasa di desa nuha
bertujuan untuk mengetahui aspek aspek yang ada di desa nuha beserta
kebudayaannya. Proyek ini wajib diikuti karena merupakan salah satu syarat
kenaikan kelas dan merupakan tujuan dari kurikulum Merdeka. adapun juga
beberapa tujuan dari penulisan proposal penelitian ini, yakni sebagai berikut:
1. Mengetahui keadaan di desa Nuha.
2. Menambah wawasan mengenai sejarah Nuha.
3. Mengetahui kondisi masyarakat Nuha sampai sekarang.
4. Mengetahui perkembangan desa Nuha dari awal berdirinya hingga
sekarang.
5. Mengetahui bagaimana cara masyarakat Nuha dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
6. Memperoleh pengetahuan baru tentang budaya-budaya yang ada di
Nuha.
7. Untuk menganalisis fakta-fakta mengenai kegiatan ekonomi yang ada di
Nuha.
8. Berbagi wawasan untuk pembaca maupun penulis.
9. Penulis juga berharap agar dari penelitian ini bisa menghadirkan
inovasi-inovasi baru.
BAB II

Pelaksanaan Penelitian

2.1 Metode Penelitian

Selama berada di desa Nuha, kami melakukan penelitian sosial dimana


masyarakat desa Nuha sebagai objek penelitian kami. Dalam proses penelitian,
kami mengumpulkan data-data dari masyarakat maupun instansi pemerintah,
dimana data-data tersebut berkaitan dengan aspek sosial, aspek ekonomi, serta
aspek budaya yang kami gali dari masyarakat yang ada di desa Nuha.

Dalam proses penelitian kami melakukan beberapa metode penelitian


untuk menggali sebanyak-banyaknya data dari para warga maupun instansi
pemerintah desa Nuha. Beberapa metode tersebut kami lakukan guna
mengefisienkan waktu, mengingat waktu yang kami miliki untuk melakukan
penelitian terbatas. Juga untuk bisa mendapatkan data yang maksimal yang
tentunya dapat menunjang laporan kami agar memiliki data-data yang jelas dan
bukan hanya sekedar opini.

Adapun beberapa metode yang kami gunakan selama melaksanakan penelitian


kami adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara atau biasa juga disebut interview adalah salah satu metode
yang paling efektif dalam mendapatkan suatu data yang valid. Dengan
melakukan wawancara kepada seorang narasumber, kita dapat mengajukan
pertanyaan secara langsung tentang apapun yang ingin kita ketahui. Namun
yang perlu menjadi catatan penting adalah untuk mencari narasumber yang ahli
ataupun memiliki pengetahuan tentang hal yang ingin kita tanyakan.

Dalam proses wawancara yang kami lakukan dengan warga Nuha,


kami memberikan secara langsung pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek budaya. Semua narasumber
adalah mereka yang ahli ataupun pelaku dalam bidang tersebut. Seperti
pertanyaan tentang modal serta keuntungan penjualan yang kami tanyakan
kepada seorang pedagang sembako dan pengrajin raff. Dengan cara seperti ini
kami bisa mendapatkan data yang valid serta dengan waktu yang cepat hanya
dalam satu pertanyaan.

2. Observasi

Observasi adalah proses pemerolehan data informasi dari tangan pertama,


dengan cara melakukan pengamatan. Observasi sendiri dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung. Dalam sebuah penelitian sosial, observasi
dilakukan dengan mengamati grafik atau tabel data yang biasa terdapat di
kantor pemerintahan setempat. Tak jarang observasi juga dilakukan dengan
mengamati setiap tindakan yang dilakukan oleh masyarakat yang sedang
diteliti.

Dengan melakukan observasi, kita bisa dengan mudah mendapatkan


sebuah data yang terjamin keasliannya. Data-data seperti jumlah penduduk,
jenis pekerjaan, dll adalah hal yang biasa nya diamati oleh seorang peneliti
dalam penelitian sosialnya. Namun perlu diingat bahwa sebelum melakukan
observasi, terlebih dahulu memastikan bahwa tidak ada data yang merupakan
hasil pemalsuan yang tentunya dapat merusak penelitian.

Dalam proses penelitian yang telah kami lakukan di desa Nuha, salah
satu metode yang kami gunakan adalah observasi atau pengamatan. Objek yang
kami amati adalah tabel data monografi atau rincian data dan statistik
pemerintahan, sumber daya alam, sumber daya manusia, ekonomi,pendidikan,
dan geografis dari suatu wilayah yang terpampang di kantor desa Nuha. Tabel
tersebut memuat berbagai informasi yang kemudian kami amati. Data-data
tersebut antara lain data tentang luas serta batas wilayah desa Nuha, jumlah
penduduk, tingkat pendidikan penduduk di desa Nuha, Agama, Fasilitas umum,
Sarana pendidikan dan kesehatan, serta alat transportasi yang ada di desa Nuha.

3. Metode Diskusi

Selain dengan cara wawancara dan observasi, kami juga menggunakan


metode diskusi dimana terjadi diskusi antara narasumber dan penanya. Terdapat
hubungan timbal balik antara dua pihak yang terlibat dalam interaksi untuk
mendapatkan sebuah data. Dalam metode diskusi, aktivitas tanya jawab juga
merupakan bentuk dari penggunaan metode diskusi.

Dalam penelitian yang kami lakukan, penggunaan metode diskusi kami


lakukan saat kegiatan Tudang Sipulung atau disebut juga metortoro me
walewale dalam bahasa Nuha. Dalam kegiatan tersebut Narasumber bercerita
tentang sejarah pembentukan desa Nuha dan perkembangannya hingga saat ini.
Setelah itu diadakan kegiatan tanya jawab antara siswa dengan narasumber. Di
kegiatan inilah terjadi diskusi antara narasumber dengan siswa tentang sejarah
pembentukan desa Nuha dimana narasumber menjawab pertanyaan yang
kemudian ditanggapi oleh para siswa.

2.2 Hasil Penelitian


Desa Nuha sebagai tempat penelitian berlangsung, adalah salah satu desa
di antara 5 desa/kelurahan lainnya yang berada di wilayah kecamatan Nuha.
Desa Nuha adalah sebuah desa yang terletak di kaki pegunungan verbeek dan
berbatasan dengan Sulawesi Tengah. Selain berada di kaki gunung, hal lainnya
yang membuat desa Nuha makin terlihat sebagai desa terpencil adalah akses
untuk menuju ke desa tersebut. Orang-orang perlu melewati danau matano
untuk sampai ke desa tersebut yang memakan waktu sekitar 45 menit menaiki
kapal feri.

A. Geografis Nuha
1.Luas:18.031 km²
2.Batas wilayah:
● Sebelah Utara: Sulawesi Tengah
● Sebelah Selatan: Sorowako
● Sebelah Barat: Matano
● Sebelah Timur: Soluro

B. Demografis Nuha
1. Jumlah penduduk: 638 Jiwa
- Laki-laki: 305 jiwa
- Perempuan: 533 jiwa
2. Kepala keluarga: 196 jiwa
3. Jumlah penduduk menurut usia:
● 00-03 Tahun: 45 jiwa
● 04-05 Tahun : 40 jiwa
● 08-12 Tahun: 123 jiwa
● 13-15 Tahun: 83 jiwa
● 16-18 Tahun: 150 jiwa
● 19-60 Tahun: 110 jiwa
● 61 Tahun ke atas: 87 jiwa

Namun di lain sisi desa Nuha memiliki segudang hal tersembunyi yang
tentunya akan sangat menarik untuk diteliti dan dipelajari. Hal-hal seperti
bagaimana sejarah terbentuknya dan perkembangan dari desa Nuha, kehidupan
sosial masyarakat desa Nuha, kegiatan ekonomi yang mereka lakukan guna
memenuhi kebutuhan hidup, serta hal yang tak kalah menariknya yakni
kebudayaan yang masih terus terpelihara dengan baik oleh seluruh masyarakat
desa Nuha.

Setelah melaksanakan penelitian selama kurang lebih sehari semalam,


kami mendapatkan banyak hal yang belum diketahui sebelumnya tentang desa
Nuha. Melalui berbagai metode dalam penelitian untuk mendapatkan data dari
para penduduk sekitar, juga dari kantor pemerintahan desa setempat, kami dapat
merangkum hasil penelitian kami yang terbagi dalam tiga aspek utama, yakni
aspek sosial, aspek ekonomi serta aspek budaya sebagai fokus utama dalam
penelitian ini.

C. Aspek Sosial
Aspek sosial adalah salah satu aspek yang menjadi fokus utama dalam
penelitian kami. Ketika berbicara tentang sosial maka segala sesuatu yang
menyangkut manusia serta segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia adalah
bahan kajian utama dalam aspek ini. Dalam penelitian kami aspek sosial
meliputi
Kondisi Nuha saat ini : jalan penghubung antara Desa Nuha dan
Sulawesi Tengah sudah sangat bagus, hal ini sangat berdampak positif bagi
kelancaran warga Desa Nuha. Untuk masalah keamanan, desa Nuha ini sudah
terjamin keamanannya, terbukti dengan pos polisi yang disediakan sudah terisi.
Keberadaan PT. Vale berdampak positif bagi warga Nuha, karena ada beberapa
bantuan yang didapatkan. Bantuan yang didapatkan itu berupa pipa dan
pembangunan bak air, tetapi belum terealisasikan. Ada beberapa penduduk
yang pindah dari desa nuha ke sulawesi tengah ketika jalan penghubung sudah
bagus. Penduduk desa nuha sendiri, rata-rata merupakan penduduk asli, hanya
sekitar 30% saja yang pendatang, itupun karena menikah dengan warga asli
nuha.
Kehidupan masyarakat Nuha: Aktivitas khas atau yang sudah menjadi
kebiasaan dari masyarakat Nuha ini yaitu bermain Voli setiap sore dilakukan
ibu-ibu, futsal pada hari libur, adapun kegiatan sosial yang biasa dilakukan oleh
masyarakat nuha itu mappadungku (acara pesta panen) dan juga mereka
melakukan gotong royong. Mereka melakukan hal tersebut agar bisa menjalin
kekerabatan, saling bersilaturahmi, mengumpulkan semua keluarganya agar
bisa berkumpul bersama- sama. Ada juga ketika ada anak yang ingin merantau,
mereka juga melakukan acara. Masyarakat Nuha juga sangat menjunjung
kebersamaan dan persatuan, contohnya dalam mengambil keputusan di desa
tersebut mereka mengutamakan musyawarah, dan ketika ada kegiatan seperti
pernikahan, pembangunan rumah, atau berduka masyarakat Nuha akan
membantu dalam kegiatan tersebut dalam bentuk tenaga. Dan yang paling
menarik perhatian adalah gotong royong masyarakat Nuha, kegiatan gotong
royong membangun masjid yang biasa dilakukan pada hari sabtu, menolong
sesama warga seperti saat ada warga yang sakit, warga yang lain saling
mengumpulkan uang. Di Nuha ini terdapat beberapa Organisasi yang dibentuk
di desa Nuha seperti PKK dan Karang taruna dengan kegiatan seperti
mengadakan turnamen olahraga.
Fasilitas umum sosial:Nuha memiliki fasilitas kesehatan (Postu 1),
fasilitas sekolah (TK 1,SD 1), fasilitas jual-beli (Pujasera 1,Pasar 1), fasilitas
tempat ibadah (Masjid 1,mushola 1). Di Nuha tidak ada pasar, jadi masyarakat
memenuhi kebutuhan dengan harus menyebrang ke Sorowako ke pasar
Sorowako. Dan Terdapat unit pelayanan kesehatan masyarakat. Tetapi tidak
terlalu lengkap atau memadai, hanya ada POSTU untuk pengambilan obat
terdapat 2 bidan, 2 kamar tidur, serta alat kesehatan yang terbatas membuat para
warga yang mengalami sakit yang tergolong sedang ke atas perlu dirujuk ke
rumah sakit daerah yang berada di Kecamatan Wotu, dan untuk sekolah hanya
ada SD (SDN 248 Nuha), dengan tenaga pengajar yang terbatas sebanyak 7
guru. Sedangkan untuk SMP pernah ada, tetapi hanya bertahan 3 bulan akibat
siswanya kurang dan sebagian memilih atau harus menyebrang ke Sorowako
menggunakan raft sekitar 30-40 menit dan mereka tidak sekolah saat ombak
kencang.
Sejarah terbentuknya desa Nuha
Arti dari kata 'Nuha' adalah besar. Nuha dinamai Nuha karena adanya
pulau-pulau kecil disekitar Nuha pada jaman dulu yang dinamakan nuha-nuha
(dineako Nuha). Perkembangan pada Nuha sudah tidak bisa dinilai. Kemajuan
yang terjadi tidak bisa ditandingi karena jumlah penduduk yang sedikit.
Pada awalnya Nuha bukanlah perkampungan melainkan tempat
persinggahan antara Sorowako, Malili, dan Sulawesi Tengah. Baru pada tahun
1930-an, Nuha sudah dihuni oleh orang yang berasal dari Sorowako dan
merekalah yang membangun Nuha. Orang-orang Sorowako yang datang ke
Nuha datang melalui jalur laut dan menggunakan transportasi berupa perahu
dayung.
Orang - orang yang datang pertama kali ke Nuha merupakan orang yang
berasal dari Sorowako. Jumlah keluarga yang datang pada saat itu kurang lebih
20 keluarga. Untuk melakukan pembangunan di desa Nuha masyarakat
Sorowako yang datang ke Nuha melakukannya dengan cara gotong royong.
Budaya gotong royong di desa Nuha masih dilakukan hingga sekarang untuk
mempererat rasa kekeluargaan dan mempererat tali silaturahmi.
Setelah masa pergerakan DI/TII warga Nuha memilih berpencar di
beberapa tempat salah satu nya Sorowako. Sebagian berada di tanah merah
selama 9 tahun yang terletak di daerah Bone Baito. Setelah masa pergerakan
DI/TII sudah mau selesai, masyarakat Nuha kembali dan membangun kembali
Nuha pada tahun 1960-an lalu warga nuha pindah ke Bone Pute selama 1 tahun
dengan berjalan kaki lalu kembali ke Nuha dan membangun Nuha
bersama-sama. Tapi tidak semua keluarga kembali ke Nuha pada saat itu.
Pada masa penjajahan Belanda, Nuha dijadikan distrik oleh Belanda atau
yang sekarang setara dengan Kecamatan Nuha. Keadaan daerah Nuha pada
masa penjajahan merupakan daerah yang tandus, tumbuhan sangat sedikit dan
terdapat pohon kaloju. Para orang tua zaman dahulu berjalan kaki ke daerah
Sulawesi Tengah, Larohea, dan Wasuponda untuk mendapatkan pohon sagu
yang akan digunakan dan berfungsi menjadi bahan mentah makanan untuk
bertahan hidup pada masa itu. Kehidupan pada masa itu sangat menderita,
terlebih lagi pada masa pergolakan. Para warga mendeskripsikan penderitaan
pada saat itu di atas kata “penderitaan” lagi. Para orang tua zaman dahulu
berharap para anak-anak mereka tidak merasakan hal yang sama dengan
mereka.
Nuha memilih tidak bergabung dengan daerah Sorowako dan kemudian
memilih bergabung dengan daerah Matano dan Rahampulu. Lalu, pada tahun
1990 Nuha dimekarkan menjadi Desa Nuha. Pada tahun 1993 Nuha secara
resmi menjadi Desa Nuha dan pada saat itu diadakan suatu acara yang
dinamakan "Padungku" disertai dengan tarian monsado, dero, dan pertunjukan
alat musik bambu.
Desa Nuha sudah berkembang dengan pesat walau tidak memiliki
banyak warga. Disana terdapat TK, SD, Pustu, Pujasera, dll. Di Nuha juga
terdapat Masjid yang sudah direnovasi sebanyak 5 kali sejak dahulu. Para
warga yang ada disana juga memiliki rasa kekeluargaan yang kuat dan sikap
gotong royong yang sering dilakukan. Walau desa Nuha tidak sebagus
desa-desa lainnya dan masih memiliki kekurangan, akan tetapi para warga yang
ada disana sangat sejahtera dan hidup dalam damai.

D. Aspek Ekonomi
Desa Nuha rata-rata masyarakatnya berasal dari sorowako yang pindah ke Nuha
karena alasan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Berikut
wawancara yang telah kita lakukan kepada masyarakat sekitar desa Nuha.
1. Wirausaha, Rahmania (22 Tahun)
sudah berjualan 15 tahun sejak dia masih di jenjang sekolah
dengan tujuan membantu keluarganya dan juga untuk biaya dia
membayar uang sekolah. Untuk modal awalnya dia hanya memakai 500
ribu dan mendapatkan omzet kira-kira 20 juta/bulan. Kak Rahmania
menjual sembako dan snack karena banyak yang membutuhkan
barang-barang tersebut. Saat ada harga barang yang naik, dia hanya
menambahkan harganya sekitaran seribu/2 ribu dan paling tinggi itu 5
ribu. Untuk orang-orang yang membuka toko seperti ini mereka cuman
membuat spanduk yang bagus agar bisa dikenal dan bisa diketahui apa
yang dia jual.
(Di Nuha, terdapat 7 toko yang menjual sembako/snack dan ada 1 toko
lesehan makanan).

2. Petani Beras, Ibu Aidin (30 Tahun) dan Sekeluarga


Mereka sudah lebih dari 10 tahun menjadi petani. Biaya
operasional yang biasa digunakan untuk merawat sawahnya itu sekitar 1
juta dan mungkin lebih (selalu berubah ubah). Yang ditanam/panenkan
adalah beras putih, ada juga beras merah dan beras hitam. Saat ada hama
atau ulat yang terdapat ditanamannya mereka cuman memakai yang
namanya ''Tangki Malesia'', sama saja seperti pembasmi hama. Dan ini
bisa dibilang membuat ibu/bapak ini rugi karena tanamannya akan rusak
jika disiram terus menerus. Hasil panen mereka bisa mencapai sebanyak
15 karung bahkan 20 karung, mereka panen 2 kali dalam setahun. Ada
kala mereka tidak panen karena pengaruh cuaca yang mengakibatkan
tidak ada air sehingga tanamannya mengering dan mati. Mereka tidak
menjual berasnya tetapi ketika ada masyarakat yang ingin membelinya
mereka kasih dengan harga 10.000 ribu per kilogram.

3. Nelayan, Ibu Mardia (43 Tahun)


Ibu Mardia pergi memancing disaat pagi jam 08.00 atau siang jam
13.00, bahkan dia juga pergi memancing di malam hari jam 20.00. Dia
biasanya mendapatkan ikan butini dan ikan lohan. Kendala atau masalah
yang biasa terjadi itu saat cuacanya yang tidak menentu seperti hujan
dan dia harus terpaksa kembali ke rumahnya atau menundanya untuk
sementara agar tidak terjadi hal-hal yg dia tidak inginkan. Kendala
lainnya terdapat di alat pancing yang biasanya tali pancing tersebut
putus. Ibu Mardia biasanya mengajak warga untuk ikut memancing.
Untuk ikannya dia tidak menjualnya juga tetapi jika ada tetangga atau
warga lain yang ingin/butuh ikan, maka dia akan menjualnya atau dia
berikan secara cuma-cuma. Namun, sekarang ibu Mardia memutuskan
untuk berhenti menjadi nelayan akibat faktor umur.

4. Kepala Desa, Bapak Padaro (53 Tahun )


sudah bekerja sebagai kepala desa sejak 2004-2015, lalu sempat berhenti
hampir selama 6 tahun. Kemudian pada bulan oktober tahun 2022 beliau
kembali terpilih sebagai kepala desa. Kantor desanya ada di belakang
sekolah SDN 248 Nuha. Kata ibu kepala desa, mereka ada kegiatan yang
dilakukan setiap hari rabu yaitu ''Khatam Qur'an'' dan melakukan senam.

5. Guru, Ibu Roshina (29 Tahun)


Bu roshina ini adalah wali kelas 4, dia mengajarkan semua jenis mata
pelajaran. Dia menjadi guru karena cita-citanya dari kecil. Faktor
penghambat pendidikannya itu karena Penyusunan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) yang diubah menjadi seperti sekarang sudah
tidak ada namanya bab tetapi menjadi tema.
(Bu Roshina ingin membuat anak muridnya menjadi orang yang sukses
kedepannya. Pesan Yang diberikan oleh Bu Roshina untuk kita adalah
belajar dari pengalaman dan mendengarkan perkataan guru).

6. Pengrajin Anyaman, Ibu Rahia


Usaha ini merupakan usaha yang diturunkan oleh orang-orang terdahulu
yang mewarisi keterampilan tersebut kepada generasi selanjutnya.
Namun sayangnya, di jaman sekarang tidak ada anak muda yang tertarik
untuk mewarisi keterampilan tersebut. Hal ini juga disebabkan karena
terbatasnya orang yang dapat mewarisi keterampilannya karena orang
terdahulu tersebut sudah meninggal dunia. Awalnya bahan bakunya
merupakan tiu dan pandan. Namun sekarang anyaman ini terbuat dari
daun teduhu yang didapatkan di hutan. Bahan ini juga biasa dijual
dengan harga 50 ribu satu ikat. Orang-orang nuha membuat anyaman ini
ketika ada waktu senggang dan sebagian besar orang yang
melakukannya adalah perempuan. Untuk menyelesaikan kerajinan ini
biasa membutuhkan kurang lebih satu minggu. Hasil anyaman ini biasa
dipasarkan di daerah sorowako seharga 150-250 ribu.

7. Perbaikan mesin, Pak Thamo


Usaha ini menyediakan layanan perbaikan untuk mesin raft dan juga
johnson. Tarif harga yang dikenakannya tidak menentu sesuai dengan
tingkat kesulitan perbaikannya. Waktu pengerjaannya juga tidak
menentu dan dari pengalaman pak Thamo waktu paling lama
pengerjaannya sekitar 3 hari. Dampak dari pandemi bagi pekerjaan pak
thamo membuat usahanya sepi bahkan tidak ada pelanggan sama sekali.
Menurut pendapat pak thamo saat itu Nuha diisolasi karena terjadi
penyebaran virus covid-19.
8. Pembuat perahu, Pak Rudi
Pak Rudi adalah salah satu pekerja yang membuat perahu. Untuk
pembuatannya mereka membutuhkan waktu sekitar 2-3 minggu yang
terbuat dari kayu metao, biasanya biaya pembuatannya sekitar 75 juta.

E.Aspek Budaya
Masyarakat yang ada di Nuha ini mereka tidak hanya satu suku tertentu
tapi campuran. Karena dulunya Nuha ini tempat persinggahan jadi banyak suku
dari luar yang masuk yaitu Jawa, Bugis, Kupang, dan Flores. Tetapi mayoritas
suku penduduk desa Nuha adalah Bugis Padoe. Untuk agama masyarakatnya
mayoritas beragama Islam dan hanya ada 2 orang yang beragama Kristen yang
merupakan pendatang dari luar. Untuk bahasa yang digunakan masyarakat
Nuha adalah bahasa Indonesia, bahasa Nuha, dan bahasa Sorowako. Karena
adanya masyarakat campuran jadi mereka menggunakan Bahasa Indonesia
cuma logatnya berbeda-beda mengikuti daerah asal masing-masing. Dari hasil
wawancara dengan ibu Suhaima, pendapatnya mengenai kerajinan Nuha
meliputi anyaman yang berbahan baku teduhu dan juga pandan hutan, dan raft.
Kebudayaan lain berupa makanan khas yaitu kapurung dan singkong disamakan
pepaya muda.
Dan kebudayaan berupa adat istiadat yang masih dilakukan di Nuha
yaitu pesta panen. Pesta panen ini akan dilaksanakan ketika dana yang dimiliki
mencukupi, akan dilaksanakan di sawah setelah panen padi. Ada juga adat
istiadat dinamakan Musik bambu, musik bambu dilakukan saat ada kegiatan
penjemputan orang Sorowako yang datang ke Nuha seperti tokoh/orang
penting, dan ditampilkan juga saat ada acara di Sorowako dimulai oleh orang
tua dulu yang kemudian diteruskan hingga sekarang oleh anaknya yang
bernama Amiruddin Karim. Musik bambu ini biasanya dilakukan saat acara
adat dan acara penyambutan. Musik bambu adalah alat musik tiup yang
dimainkan secara bersamaan. Lagu-lagu yang dimainkan biasanya adalah 'bunyi
sayang-sayang', 'Mita Nuha', 'sorak-sorak bergembira', dan masih banyak lagi.
Selain itu ada juga budaya yg bernama Nohu Bangka. Namun sekarang, Nohu
Bangka ini sudah jarang dilakukan rutin oleh masyarakat Nuha kecuali ada
yang mengundang untuk tampil. Nuha juga mempunyai beberapa veteran yaitu
Duruma, Potaka (yang pertama kali datang ke Nuha), dan Lampudu (yang
membangun Nuha).
Masyarakat Nuha juga mempunyai permainan tradisional berupa gasing
(Hule) permainan ini dibagi menjadi 2 tim yaitu tim pengumpan dan tim
pelempar. Cara bermainnya seperti berikut pertama tim pengumpan yang
memutar gasing di arena yang sama dengan syarat gasingnya harus mengenai
gasing lawan agar keluar dari arena. Pada permainan tradisional ini terdiri dari
5 orang per tim. Gasing ini terbuat dari kayu kaloju, berbentuk agak lonjong
dengan ada ujung runcing di 2 sisi atas dan bawah. Mabuttu` adalah permainan
melempar kemiri hampir sama dengan cara bermain kelereng. Arenanya
berbentuk lingkaran dalam arena tersebut ada banyak kemiri. Masing-masing
pemain menggenggam dua kemiri satu di tangan kanan dan satu di tangan kiri
dua kemiri. Kemudian saling ditumbukkan supaya panas selanjutnya salah satu
kemiri dilempar ke dalam arena tersebut lalu kemiri yang keluar arena lah yang
kita ambil. Dan yang mempunyai banyak kemiri itulah pemenangnya.
Disisi lain Nuha juga mempunyai peninggalan sejarah berupa Keris dan
pedang Ponai’, Pisau Kawali (Nuha terkenal dengan besinya untuk membuat
senjata), Kayu Kaloju,Batu Tamponu Nuha (sekarang tertutup air).
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan

Setelah melakukan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang


kami lakukan di Desa Nuha, dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan P5 ini
dapat mengembangkan karakter yang dimiliki oleh para siswa yang
mengikutinya dengan metode-metode yang ada, serta dapat meningkatkan
wawasan tentang Desa Nuha. Dari zaman dahulu hingga kini Desa Nuha sudah
banyak berkembang, entah itu dari aspek ekonomi, sosial, dan bahkan hingga
budaya.
Perekonomian yang ada di Desa Nuha pada saat ini bisa dibilang
sederhana, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Walau Desa Nuha
adalah desa yang kecil, disana terdapat beberapa mata pencaharian yang ada
dan cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya. Kebanyakan para warga
yang datang ke Desa Nuha adalah orang yang ingin memperbaiki
perekonomian keluarga yang ada.
Dalam aspek sosial, para warga yang ada disana hidup dengan rasa
kekeluargaan yang kuat dan tetap menjaga sikap gotong royong yang terjadi
dari zaman dahulu. Terdapat juga kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh
para warga yang ada untuk mempertahankan rasa kekeluargaan yang ada.
Fasilitas-fasilitas yang ada di Desa Nuha juga terbilang cukup memadai,
terdapat fasilitas kesehatan, sekolah, tempat ibadah, dan juga fasilitas jual-beli.
Terdapat juga dermaga yang sering digunakan untuk menyebrang ke desa
lainnya atau juga orang yang ingin datang ke Desa Nuha melalui jalur perairan.
Hal inilah yang diharapkan oleh para orang tua zaman dahulu, agar para
anak-anak mereka tidak merasakan penderitaan yang mereka rasakan.
Budaya yang ada di Desa Nuha sudah cukup memudar, dikarenakan
pada zaman dahulu Desa Nuha adalah tempat persinggahan yang menyebabkan
bercampurnya suku dari luar sehingga budaya yang ada di sana cukup beragam.
Tetapi mayoritas suku Desa Nuha adalah Bugis Padoe. Agama yang dianut di
Desa Nuha kebanyakan agama Islam. Dalam segi bahasa yang digunakan di
Desa Nuha masyarakat sering menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Nuha
dan bahasa Sorowako, ada juga yang menggunakan bahasa daerah
masing-masing,cuma dalam komunikasi antar warga hanya berbeda logat. Adat
istiadat yang sering masyarakat Desa Nuha lakukan adalah pesta panen, Nohu
Bangka, dan Musik bambu. Terdapat permainan tradisional yang juga sering
dilakukan oleh anak-anak yang ada di Desa Nuha berupa Gasing (Hule) dan
Mabuttu` (Melempar kemiri). Ada banyak peninggalan sejarah di Desa Nuha
yang diturunkan dari orang tua zaman dahulu berupa Keris dan pedang Ponai',
Pisau Kawali, Kayu Kaloju, Batu Tomponu Nuha.

3.2 Saran

Sebagai harapan kami terhadap hasil penelitian yang telah dikemukakan,


besar harapan kami agar desa Nuha bisa terus berkembang di dalam semua
aspek. Desa Nuha memiliki banyak potensi mulai dari sumber daya alam
hingga sumber daya manusia. Dalam beberapa tahun ke depan kami meyakini
bahwa desa Nuha dapat berkembang jauh lebih baik dari saat ini, seperti halnya
desa Sorowako yang telah melalui perkembangan yang begitu pesat.

Pembinaan serta penyuluhan menjadi hal yang sangat penting untuk


dilakukan di desa Nuha. Seperti pembinaan untuk para pelaku usaha mikro
kecil menengah atau UMKM. Dengan pemberian pengetahuan tentang ilmu
bisnis kami meyakini bahwa usaha-usaha yang telah ditekuni masyarakat Nuha
bisa berkembang bahkan menjangkau pasar internasional. Kerajinan tangan
yang dibuat oleh sekelompok warga Nuha adalah sebuah potensi yang apabila
bisa menembus pasar nasional bahkan internasional dapat meningkatkan taraf
kehidupan mereka.

Hal lainnya yang juga perlu untuk dibenahi adalah fasilitas kesehatan
dan pendidikan yang ada di desa Nuha. Kesehatan dan pendidikan adalah dua
hal penting yang dapat mempengaruhi kualitas masyarakat Nuha. Dengan
segala perbaikan yang dilakukan pada kedua bidang tersebut bisa menjadi titik
awal dari perubahan di desa Nuha yang sudah diimpikan oleh para warga Nuha.
Itulah hal-hal yang menurut kami perlu dilakukan agar desa Nuha bisa
berkembang dan terus berkembang.

Namun selain melakukan pembangunan pada beberapa infrastruktur, hal


lainnya yang perlu dilakukan oleh seluruh warga Nuha adalah menjaga seluruh
kebudayaan yang mereka miliki sebagai salah satu kekayaan desa Nuha. Juga
yang tak kalah pentingnya adalah menjaga rasa kekeluargaan serta kebersamaan
yang telah terpelihara sejak dulu. Tanpa adanya rasa kekeluargaan yang kuat,
sebuah impian untuk membangun desa hanya akan menjadi angan-angan
belaka. Tanpa adanya rasa kebersamaan di antara masyarakat hanya akan
mengakibatkan konflik dan perpecahan. Keduanya adalah hal penting yang
sudah dimiliki oleh warga Nuha dan harus terus dijaga demi sebuah kemajuan
untuk desa Nuha.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai