FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2023 A. TEORI PEMBENTUKAN BUMI Tata surya dan planet bumi membentuk sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu dan kehidupan muncul beberapa ratus juta tahun kemudian. Bumi adalah sebuah planet yang merupakan salah satu anggota dari tata surya matahari. Planet bumi merupakan planet ketiga paling dekat dari bintang induk, Matahari. Planet bumi memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh planet manapun di tata surya ini. Planet bumi ini memiliki keistimewaan tersendiri yaitu mampu mendukung proses kehidupan (tempat tinggal makhluk hidup). Hal ini dikarenakan planet bumi memiliki ketersediaan air dalam bentuk yang dapat digunakan, memiliki lapisan pelindung yang biasa disebut dengan atmosfer menurut Husni (2019). Bumi terdiri dari lapisan yang berbeda beda yaitu inti bumi, mantel bumi, kerak bumi, atmosfer dan juga hidrosfer. Bumi juga terdiri dari daratan dan lautan, dengan 70% daerah perairan dan 30% daerah daratan. Bumi terbentuk melalui berbagai macam proses dengan waktu yang lama. Menurut Hananto (2018) terdapat beberapa teori maupun hipotesis tentang pembentukan bumi menurut para ahli yaitu sebagai berikut: 1. Teori Georges-Louis Leclerc Teori ini digagas oleh ilmuan Prancis Georges dan Louis Leclerc pada tahun 1778 yang mengatakan bahwa dahulu terjadi tumbukan antara sebuah komet dan matahari yang selanjutnya mengakibatkan separuh dari massa matahari terpental ke area luar yang membentuk suatu planet-planet. 2. Teori Planetisimal Teori ini dikemukakan oleh Forest Ray Moulton yang seorang ahli astronomi Amerika dan T.C. Chamberlain yang seorang ahli geologi. Pada teori ini dijelaskan bahwa matahari terdiri dari gas bermassa besar yang pada suatu saat didekati oleh sebuah bintang lainnya yang melintas dengan kecepatan tinggi. Pada saat melintas di dekat matahari dan jarak keduanya relatif dekat mengakibatkan sebagian massa dari matahari tertarik ke luar karena adanya gravitasi dari bintang yang melintas tersebut. Sebagian massa yang tertarik berada pada lintasan bintang, dan sebagian lain berputar mengelilingi matahari. Ketika bintang yang melintas sudah berlalu, terjadi pendinginan dan pembentukan cincin pada massa gas yang mengelilingi matahari. Massa tersebut lambat laun menjadi padat dan membentuk planetisimal. Beberapa dari planetisimal saling tarik menarik dan bergabung membentuk suatu planet. 3. Teori Tidal Teori ini dikemukakan oleh dua ilmuwan Inggris yaitu James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918. Teori ini mengatakan bahwa ketika bintang melintas dekat dengan matahari, maka sebagian massa dari matahari akan tertarik keluar yang membentuk bagian semacam cerutu. Bagian tersebut kemudian mengalami pendinginan dan membentuk planet planet. 4. Teori Kuiper Teori ini digagas oleh Gerald P. Kuiper yang mengatakan bahwa awal mula terdapat sebuah nebula besar yang berbentuk seperti piringan cakram. Pusat dari piringan cakram tersebut adalah protomatahari, kemudian massa gas yang berputar mengelilingi protomatahari adalah protoplanet. Dalam teori ini juga terdapat unsur ringan seperti hidrogen dan helium. Selanjutnya protomatahari yang merupakan pusat piringan menjadi sangat panas, sementara protoplanet yang mengelilingi menjadi dingin. Unsur hidrogen dan helium mengalami penguapan dan menggumpal menjadi planet. 5. Teori Whipple Teori ini digagas oleh ahli astronom Amerika bernama Fred L. Whipple yang mengemukakan bahwa awal mulanya tata surya terdiri dari kabut debu dan gas yang mengandung nitrogen yang sedikit kosmis dan berotasi membentuk semacam piringan. Debu dan gas tersebut berotasi dan mengakibatkan terjadinya pemekatan massa dan menggumpal padat, sementara kabutnya hilang ke luar angkasa. Gumpalan-gumpalan yang memadat kemudian bertabrakan dan membentuk planet-planet. 6. Teori Konveksi Teori ini dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess yang kemudian dikembangkan oleh Robert Diez. Teori ini mengatakan bahwa di dalam bumi yang masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan lava sampai ke permukaan bumi di punggung tengah samudra (mid oceanic ridge). Lava tersebut kemudian membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru dan menggeser lapisan yang lebih tua. 7. Teori Kontraksi Teori ini dikemukakan oleh Descrates (1596-1650), yang mengatakan bahwa bumi semakin lama semakin semakin susut dan mengkerut yang disebabkan oleh adanya proses pendinginan sehingga pada bagian permukaan terbentuk sebuah relief seperti pegunungan, lembah, dataran dan lain sebagainya. Teori ini kemudian didukung oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852) yang berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena terjadi proses pendinginan pada bagian dalam bumi yang mengakibatkan bentuk permukaan bumi mengerut membentuk pegunungan dan lembah-lembah. 8. Teori Apungan Teori ini dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener yang disebut “Apungan dan Pergeseran Benua-Benua” pada tahun 1912. Teori ini dinyatakan pertama kali dalam sebuah buku pada tahun 1915 yang berjudul Dje Ensfehung der Konfjnenfe und Ozeane atau Asal Usul Benua dan Lautan. Namun, sejak pertama kali dikenalkan, buku ini menimbulkan kontroversial di lingkup ahli geologi dan akhirnya pada tahun 60-an teori Apungan Benua Wegener mendapat banyak dukungan dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan yang ada. 9. Teori Kabut Teori kabut pertama kali dikemukakan oleh Imanuel Kant pada tahun 1755 yang menyatakan bahwa pada mulanya alam raya merupakan kabut atau nebula yang mengandung debu dan gas (helium dan hidrogen). Kebut tersebut kemudian bergerak dan berputar dengan kecepatan yang sangat lambat dan mengakibatkan suhunya menurun dengan massa yang terkonsentrasi. Selanjutnya perputarannya menjadi lebih cepat membentuk cakram dengan massa terpusat berada di tengah. Perputaran yang semakin cepat membentuk cincin yang memisahkan diri yang kemudian memadat membentuk planet seperti bumi. Teori kabut selanjutnya dikemukakan oleh Piere Simon La Place pada tahun 1796 dengan nama Nebular Hypothesis. Teori ini mengatakan bahwa tata surya berasal dari kabut panas dan berpilin yang membentuk bola besar. Selanjutnya terjadi pendinginan dan pengerutan yang membentuk cakram yang putarannya semakin cepat. Kemudian, sebagian massa pada bagian luar cakram menjauh dari gumpalan inti dan membentuk cincin. Cincin tersebut menjadi gumpalan padat sehingga terbentuk planet seperti bumi. 10. Teori Big Bang Teori ini dikemukakan oleh George Gamow, Ralph Alpher, dan Robert Herman pada tahun 1948. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta beserta dimensi materi dan waktu muncul karena adanya suatu ledakan raksasa yang terjadi dalam sekejap pada 15 milyar tahun lalu. Hasil dari ledakan itu kemudian memadat dan menjadi benda-benda langit seperti sekarang ini. Teori Big Bang didasarkan pada penelitian bahwa jagat raya ini mengembang dan semakin meluas. Seluruh bintang dan planet bergerak saling menjauh seolah-olah seluruh benda langit itu berasal dari satu titik. B. GRUP LANDFORM Landform merupakan bentuk lahan atau bentukan alam di permukaan bumi terjadi karena proses pembentukan tertentu melalui serangkaian evolusi tertentu pula. Dalam perkembangannya, banyak klasifikasi landform yang dikenal, dimana masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga perlu kehati- hatian dalam pemilihannya. Menurut Marsoedi (1997) landform atau bentuk lahan diklasifikasikan menjadi 9 kelompok yaitu alluvial landform (A), marine landform (M), fluvio marin landform (B), gambut landform (G), eolian landform (E), karst landform (K), vulkanik landform (V), tektonik dan structural landform (T), dan aneka landform (X). 1. Grup Aluvial - Alluvial Landform (A) Landform aluvial merupakan wilayah yang terbentuk dari endapan permukaan yang bersumber dari hasil rombakan kompleks batuan metamorf, batuan intrusi, dan batuan sedimen molase, yang membentuk wilayah perbukitan dan pegunungan di bagian atasnya. Tanah-tanah pada landform aluvial terbentuk dari hasil pengendapan bahan-bahan pada wilayah datar atau agak datar melalui proses fluviasi dan/atau koluviasi yang diendapkan oleh tenaga air atau gravitasi. Oleh sebab itu, tanah di daerah demikian memperlihatkan variasi sifat baik fisika, kimia, maupun mineralogi, sebagai akibat akumulasi bahan-bahan pembentuk tanah dari berbagai sumber. 2. Grup Marin - Marine Landform (M) Landform yang terbentuk oleh atau dipengaruhi oleh proses marin baik proses yang bersifat konstruktif (pengendapan) maupun destruktif (abrasi), daerah yang terpengaruh air asin ataupun daerah pasang surut tergolong dalam landform marin. 3. Grup Fluvio Marin - Fluvio Marine Landform (I) Landform yang terbentuk oleh gabungan proses fluvial dan marin. Keberadaan landform ini dapat terbentuk pada lingkungan laut (berupa delta) ataupun di muara sungai yang terpengaruh langsung oleh aktivitas laut. Bentuk lahan fluvio-marine terbentuk dari kombinasi fluvial dan proses laut. Keberadaan bentuk lahan ini dapat terbentuk di lingkungan laut (delta) atau di muara sungai yang dipengaruhi langsung oleh aktivitas air laut (Hikmat et al., 2021). 4. Grup Gambut - Peat Landform (G) Grup gambut merupakan landform yang terbentuk pada daerah rawa pedalaman serta di daerah pantai dengan akumulasi bahan organik yang cukup tebal. Landform jenis ini dapat berupa dome atau kubah maupun bukan kubah. 5. Grup Eolian - Eolian Landform (E) Grup eolian merupakan landform yang terbentuk oleh adanya aktivitas pengendapan bahan halus seperti pasir dan debu yang kemudian terbawa angin. 6. Grup Karst - Karst / Kaustic Landform (K) Grup karst merupakan landform yang banyak mengandung bahan batu gamping yang kebanyakan keadaan morfologi daerah tersebut tidak teratur. Ciri dari landform ini adalah terdapat proses pelarutan bahan batuan penyusun yang ditandai adanya sungai bawah tanah dan gua-gua dengan stalagtit serta stalagmit. 7. Grup Volkanik - Volcanic Landform (V) Grup volkanik merupakan landform yang terebentuk karena terdapat aktivitas gunung berapi. Ciri dari landform jenis ini adalah adanya bentukan kerucut atau volkan, aliran lahar, lava ataupun dataran yang merupakan akumulasi bahan volkan. Proses sekunder menjadikan landform mengalami proses patahan- lipatan dan tidak termasuk ke dalam landform volkanik. 8. Grup Tektonik dan Struktural – Tectonic and Structural Landform (T) Grup tektonik dan struktural merupakan landform yang terbentuk dari adanya proses tektonik yang meliputi orogenesis dan epirogenesis, berupa angkatan, lipatan dan/atau patahan. Bentukan dari landform jenis ini ditentukan oleh proses-proses tersebut serta karena sifat litologinya atau strukturalnya. 9. Grup Aneka - Miscellaneous (X) Grup aneka merupakan landform yang terbentuk dari adanya kegiatan manusia dan tidak termasuk grup yang sudah dijelaskan sebelumnya, seperti lahan rusak dan bangunan-bangunan buatan manusia lain. DAFTAR PUSTAKA Hananto, W. 2018. Teori Pembentukan Bumi. Yogyakarta: Istana Media. Hikmat, M., Yatno, E., dan Suryani, E. 2021. Salinity of Paddy Field in Main Landforms in Indramayu Regency, West Java. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science. 648(1): 12036. IOP Publishing. Sudarto, D. I. 2011. Petunjuk Praktikum Analisis Lansekap Terpadu. Malang. Lab Pedologi Universitas Brawijaya. Sudarto. 2011. Petunjuk Praktikum Analisis Lansekap Terpadu. Lab Pedologi dan Informasi Sumberdaya Lahan Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Sukarman. 2017. Pedoman Pengamatan Tanah di Lapangan. Jakarta: IAARD Press.