Anda di halaman 1dari 8

TUTORIAL SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN

“TEORI PEMBENTUKAN BUMI DAN LANDFORM”

Disusun oleh:

Nama : Badrul Munir


NIM 215040200111214
Kelas :F

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
A. TEORI PEMBENTUKAN BUMI
Tata surya dan planet bumi membentuk sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu
dan kehidupan muncul beberapa ratus juta tahun kemudian. Bumi adalah sebuah
planet yang merupakan salah satu anggota dari tata surya matahari. Planet bumi
merupakan planet ketiga paling dekat dari bintang induk, Matahari. Planet bumi
memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh planet manapun di tata surya ini.
Planet bumi ini memiliki keistimewaan tersendiri yaitu mampu mendukung proses
kehidupan (tempat tinggal makhluk hidup). Hal ini dikarenakan planet bumi
memiliki ketersediaan air dalam bentuk yang dapat digunakan, memiliki lapisan
pelindung yang biasa disebut dengan atmosfer menurut Husni (2019). Bumi terdiri
dari lapisan yang berbeda beda yaitu inti bumi, mantel bumi, kerak bumi, atmosfer
dan juga hidrosfer. Bumi juga terdiri dari daratan dan lautan, dengan 70% daerah
perairan dan 30% daerah daratan. Bumi terbentuk melalui berbagai macam proses
dengan waktu yang lama. Menurut Hananto (2018) terdapat beberapa teori
maupun hipotesis tentang pembentukan bumi menurut para ahli yaitu sebagai
berikut:
1. Teori Georges-Louis Leclerc
Teori ini digagas oleh ilmuan Prancis Georges dan Louis Leclerc pada
tahun 1778 yang mengatakan bahwa dahulu terjadi tumbukan antara sebuah
komet dan matahari yang selanjutnya mengakibatkan separuh dari massa matahari
terpental ke area luar yang membentuk suatu planet-planet.
2. Teori Planetisimal
Teori ini dikemukakan oleh Forest Ray Moulton yang seorang ahli
astronomi Amerika dan T.C. Chamberlain yang seorang ahli geologi. Pada teori
ini dijelaskan bahwa matahari terdiri dari gas bermassa besar yang pada suatu saat
didekati oleh sebuah bintang lainnya yang melintas dengan kecepatan tinggi. Pada
saat melintas di dekat matahari dan jarak keduanya relatif dekat mengakibatkan
sebagian massa dari matahari tertarik ke luar karena adanya gravitasi dari bintang
yang melintas tersebut. Sebagian massa yang tertarik berada pada lintasan
bintang, dan sebagian lain berputar mengelilingi matahari. Ketika bintang yang
melintas sudah berlalu, terjadi pendinginan dan pembentukan cincin pada massa
gas yang mengelilingi matahari. Massa tersebut lambat laun menjadi padat dan
membentuk
planetisimal. Beberapa dari planetisimal saling tarik menarik dan bergabung
membentuk suatu planet.
3. Teori Tidal
Teori ini dikemukakan oleh dua ilmuwan Inggris yaitu James Jeans dan
Harold Jeffreys pada tahun 1918. Teori ini mengatakan bahwa ketika bintang
melintas dekat dengan matahari, maka sebagian massa dari matahari akan tertarik
keluar yang membentuk bagian semacam cerutu. Bagian tersebut kemudian
mengalami pendinginan dan membentuk planet planet.
4. Teori Kuiper
Teori ini digagas oleh Gerald P. Kuiper yang mengatakan bahwa awal
mula terdapat sebuah nebula besar yang berbentuk seperti piringan cakram. Pusat
dari piringan cakram tersebut adalah protomatahari, kemudian massa gas yang
berputar mengelilingi protomatahari adalah protoplanet. Dalam teori ini juga
terdapat unsur ringan seperti hidrogen dan helium. Selanjutnya protomatahari
yang merupakan pusat piringan menjadi sangat panas, sementara protoplanet yang
mengelilingi menjadi dingin. Unsur hidrogen dan helium mengalami penguapan
dan menggumpal menjadi planet.
5. Teori Whipple
Teori ini digagas oleh ahli astronom Amerika bernama Fred L. Whipple
yang mengemukakan bahwa awal mulanya tata surya terdiri dari kabut debu dan
gas yang mengandung nitrogen yang sedikit kosmis dan berotasi membentuk
semacam piringan. Debu dan gas tersebut berotasi dan mengakibatkan terjadinya
pemekatan massa dan menggumpal padat, sementara kabutnya hilang ke luar
angkasa. Gumpalan-gumpalan yang memadat kemudian bertabrakan dan
membentuk planet-planet.
6. Teori Konveksi
Teori ini dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess yang
kemudian dikembangkan oleh Robert Diez. Teori ini mengatakan bahwa di dalam
bumi yang masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah
lapisan lava sampai ke permukaan bumi di punggung tengah samudra (mid
oceanic ridge). Lava tersebut kemudian membeku membentuk lapisan kulit bumi
yang baru dan menggeser lapisan yang lebih tua.
7. Teori Kontraksi
Teori ini dikemukakan oleh Descrates (1596-1650), yang mengatakan
bahwa bumi semakin lama semakin semakin susut dan mengkerut yang
disebabkan oleh adanya proses pendinginan sehingga pada bagian permukaan
terbentuk sebuah relief seperti pegunungan, lembah, dataran dan lain sebagainya.
Teori ini kemudian didukung oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant
(1852) yang berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena terjadi proses
pendinginan pada bagian dalam bumi yang mengakibatkan bentuk permukaan
bumi mengerut membentuk pegunungan dan lembah-lembah.
8. Teori Apungan
Teori ini dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener yang disebut
“Apungan dan Pergeseran Benua-Benua” pada tahun 1912. Teori ini dinyatakan
pertama kali dalam sebuah buku pada tahun 1915 yang berjudul Dje Ensfehung
der Konfjnenfe und Ozeane atau Asal Usul Benua dan Lautan. Namun, sejak
pertama kali dikenalkan, buku ini menimbulkan kontroversial di lingkup ahli
geologi dan akhirnya pada tahun 60-an teori Apungan Benua Wegener mendapat
banyak dukungan dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan yang ada.
9. Teori Kabut
Teori kabut pertama kali dikemukakan oleh Imanuel Kant pada tahun 1755
yang menyatakan bahwa pada mulanya alam raya merupakan kabut atau nebula
yang mengandung debu dan gas (helium dan hidrogen). Kebut tersebut kemudian
bergerak dan berputar dengan kecepatan yang sangat lambat dan mengakibatkan
suhunya menurun dengan massa yang terkonsentrasi. Selanjutnya perputarannya
menjadi lebih cepat membentuk cakram dengan massa terpusat berada di tengah.
Perputaran yang semakin cepat membentuk cincin yang memisahkan diri yang
kemudian memadat membentuk planet seperti bumi. Teori kabut selanjutnya
dikemukakan oleh Piere Simon La Place pada tahun 1796 dengan nama Nebular
Hypothesis. Teori ini mengatakan bahwa tata surya berasal dari kabut panas dan
berpilin yang membentuk bola besar. Selanjutnya terjadi pendinginan dan
pengerutan yang membentuk cakram yang putarannya semakin cepat. Kemudian,
sebagian massa pada bagian luar cakram menjauh dari gumpalan inti dan
membentuk cincin. Cincin tersebut menjadi gumpalan padat sehingga terbentuk
planet seperti bumi.
10. Teori Big Bang
Teori ini dikemukakan oleh George Gamow, Ralph Alpher, dan Robert
Herman pada tahun 1948. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta beserta
dimensi materi dan waktu muncul karena adanya suatu ledakan raksasa yang
terjadi dalam sekejap pada 15 milyar tahun lalu. Hasil dari ledakan itu kemudian
memadat dan menjadi benda-benda langit seperti sekarang ini. Teori Big Bang
didasarkan pada penelitian bahwa jagat raya ini mengembang dan semakin
meluas. Seluruh bintang dan planet bergerak saling menjauh seolah-olah seluruh
benda langit itu berasal dari satu titik.
B. GRUP LANDFORM
Landform merupakan bentuk lahan atau bentukan alam di permukaan
bumi terjadi karena proses pembentukan tertentu melalui serangkaian evolusi
tertentu pula. Dalam perkembangannya, banyak klasifikasi landform yang dikenal,
dimana masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga perlu kehati-
hatian dalam pemilihannya. Menurut Marsoedi (1997) landform atau bentuk lahan
diklasifikasikan menjadi 9 kelompok yaitu alluvial landform (A), marine landform
(M), fluvio marin landform (B), gambut landform (G), eolian landform (E), karst
landform (K), vulkanik landform (V), tektonik dan structural landform (T), dan
aneka landform (X).
1. Grup Aluvial - Alluvial Landform (A)
Landform aluvial merupakan wilayah yang terbentuk dari endapan
permukaan yang bersumber dari hasil rombakan kompleks batuan metamorf,
batuan intrusi, dan batuan sedimen molase, yang membentuk wilayah perbukitan
dan pegunungan di bagian atasnya. Tanah-tanah pada landform aluvial terbentuk
dari hasil pengendapan bahan-bahan pada wilayah datar atau agak datar melalui
proses fluviasi dan/atau koluviasi yang diendapkan oleh tenaga air atau gravitasi.
Oleh sebab itu, tanah di daerah demikian memperlihatkan variasi sifat baik fisika,
kimia, maupun mineralogi, sebagai akibat akumulasi bahan-bahan pembentuk
tanah dari berbagai sumber.
2. Grup Marin - Marine Landform (M)
Landform yang terbentuk oleh atau dipengaruhi oleh proses marin baik
proses yang bersifat konstruktif (pengendapan) maupun destruktif (abrasi), daerah
yang terpengaruh air asin ataupun daerah pasang surut tergolong dalam landform
marin.
3. Grup Fluvio Marin - Fluvio Marine Landform (I)
Landform yang terbentuk oleh gabungan proses fluvial dan marin.
Keberadaan landform ini dapat terbentuk pada lingkungan laut (berupa delta)
ataupun di muara sungai yang terpengaruh langsung oleh aktivitas laut. Bentuk
lahan fluvio-marine terbentuk dari kombinasi fluvial dan proses laut. Keberadaan
bentuk lahan ini dapat terbentuk di lingkungan laut (delta) atau di muara sungai
yang dipengaruhi langsung oleh aktivitas air laut (Hikmat et al., 2021).
4. Grup Gambut - Peat Landform (G)
Grup gambut merupakan landform yang terbentuk pada daerah rawa
pedalaman serta di daerah pantai dengan akumulasi bahan organik yang cukup
tebal. Landform jenis ini dapat berupa dome atau kubah maupun bukan kubah.
5. Grup Eolian - Eolian Landform (E)
Grup eolian merupakan landform yang terbentuk oleh adanya aktivitas
pengendapan bahan halus seperti pasir dan debu yang kemudian terbawa angin.
6. Grup Karst - Karst / Kaustic Landform (K)
Grup karst merupakan landform yang banyak mengandung bahan batu
gamping yang kebanyakan keadaan morfologi daerah tersebut tidak teratur. Ciri
dari landform ini adalah terdapat proses pelarutan bahan batuan penyusun yang
ditandai adanya sungai bawah tanah dan gua-gua dengan stalagtit serta stalagmit.
7. Grup Volkanik - Volcanic Landform (V)
Grup volkanik merupakan landform yang terebentuk karena terdapat
aktivitas gunung berapi. Ciri dari landform jenis ini adalah adanya bentukan
kerucut atau volkan, aliran lahar, lava ataupun dataran yang merupakan akumulasi
bahan volkan. Proses sekunder menjadikan landform mengalami proses patahan-
lipatan dan tidak termasuk ke dalam landform volkanik.
8. Grup Tektonik dan Struktural – Tectonic and Structural Landform (T)
Grup tektonik dan struktural merupakan landform yang terbentuk dari
adanya proses tektonik yang meliputi orogenesis dan epirogenesis, berupa
angkatan, lipatan dan/atau patahan. Bentukan dari landform jenis ini ditentukan
oleh proses-proses tersebut serta karena sifat litologinya atau strukturalnya.
9. Grup Aneka - Miscellaneous (X)
Grup aneka merupakan landform yang terbentuk dari adanya kegiatan
manusia dan tidak termasuk grup yang sudah dijelaskan sebelumnya, seperti lahan
rusak dan bangunan-bangunan buatan manusia lain.
DAFTAR PUSTAKA
Hananto, W. 2018. Teori Pembentukan Bumi. Yogyakarta: Istana Media.
Hikmat, M., Yatno, E., dan Suryani, E. 2021. Salinity of Paddy Field in Main
Landforms in Indramayu Regency, West Java. In IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science. 648(1): 12036. IOP Publishing.
Sudarto, D. I. 2011. Petunjuk Praktikum Analisis Lansekap Terpadu. Malang. Lab
Pedologi Universitas Brawijaya.
Sudarto. 2011. Petunjuk Praktikum Analisis Lansekap Terpadu. Lab Pedologi dan
Informasi Sumberdaya Lahan Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya Malang.
Sukarman. 2017. Pedoman Pengamatan Tanah di Lapangan. Jakarta: IAARD Press.

Anda mungkin juga menyukai