Edisi terkini dan arsip teks lengkap jurnal ini tersedia di Emerald Insight di:
www.emeraldinsight.com/2443-4175.htm
Abstrak
Tujuan – Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
auditor dalam menyelesaikan proses audit yang diproksikan dengan audit report lag. Faktor-faktor yang digunakan
dalam penelitian ini dipilih dengan melihat karakteristik perusahaan dan karakteristik seorang auditor.
Desain/metodologi/pendekatan – Karakteristik perusahaan diproksikan dengan efektivitas komite audit, kondisi
keuangan, kompleksitas akuntansi dan profitabilitas, sedangkan karakteristik auditor diproksikan dengan reputasi
auditor, masa kerja audit dan spesialisasi industri auditor. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014–2016. Berdasarkan metode purposive sampling,
jumlah sampel yang diperoleh dari 231 perusahaan adalah 77. Metode regresi linier berganda digunakan untuk
menganalisis penelitian ini. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik t-test (parsial).
Temuan – Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel efektivitas komite audit dan profitabilitas
berpengaruh negatif signifikan terhadap audit report lag sedangkan variabel kondisi keuangan berpengaruh positif
signifikan terhadap audit report lag. Sedangkan variabel kompleksitas akuntansi, reputasi auditor, audit tenure dan
spesialisasi industri auditor tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap audit report lag.
Orisinalitas/Nilai – Penelitian ini menguji karakteristik perusahaan dan auditor terhadap audit report lag yang sejauh
pengetahuan penulis belum pernah diuji secara bersamaan.
Kata Kunci Efektivitas Komite Audit, Kompleksitas Akuntansi, Karakteristik Auditor, Kondisi
Keuangan, Karakteristik Perusahaan Jenis
makalah Makalah penelitian
1. Pendahuluan
Pemegang Saham berhak memperoleh informasi mengenai kondisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan. Informasi tersebut digunakan oleh pemegang saham untuk mengevaluasi kinerja
manajemen dan mengambil keputusan apakah perusahaan memberikan manfaat atau tidak
kepada mereka. Oleh karena itu, laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban
manajemen atas pengelolaan sumber daya entitas yang dipercayakan kepadanya. Selain itu,
laporan keuangan juga menjadi sarana komunikasi pihak manajemen kepada pemegang saham.
Agar laporan keuangan dapat bernilai bagi pemakainya pada saat pengambilan keputusan,
maka laporan keuangan harus memuat karakteristik kualitatif yang menjadi ciri informasi
laporan keuangan. Karakteristik kualitatif laporan keuangan berdasarkan Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan adalah dapat
dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Karakteristik kualitatif yang relevan dan
dapat diandalkan merupakan karakteristik kualitas utama sebuah laporan keuangan. Laporan
keuangan dikatakan mengandung
AJAR informasi yang relevan jika laporan keuangan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi keputusan
manajer atau pengguna laporan keuangan sehingga keberadaan laporan keuangan mampu mengubah
4,1
atau mendukung harapan mereka mengenai hasil atau akibat dari tindakan yang diambil.
Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan kepada masyarakat sangat penting untuk menjaga
relevansi informasi dalam laporan keuangan. Akibat keterlambatan penyampaian laporan keuangan yang
tidak disengaja, informasi yang dihasilkan dalam laporan keuangan akan kehilangan kemampuan untuk
130
mempengaruhi keputusan pengguna (Praditya dan Fitriany, 2013). Bagi investor, penyampaian laporan
keuangan yang tepat waktu akan mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan investasi
(Ashton et al., 1989) dan penyebaran informasi asimetris di kalangan investor di pasar modal (Jaggi dan
Tsui, 1999). Penyampaian laporan keuangan yang tepat waktu akan membantu mengurangi terjadinya
kebocoran, rumor dan insider trading di pasar saham (Owusu-Ansah, 2000). Ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan juga memberikan informasi berharga bagi pemegang saham dalam proses pengambilan
keputusan (Al-Ajmi, 2008).
Oleh karena itu, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) membuat
peraturan mengenai batas waktu penyampaian laporan keuangan.
Peran Bapepam dan LK digantikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mulai tanggal 27 Oktober 2011
melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011. Ketentuan yang mengatur tentang batas waktu penyampaian
laporan keuangan tahunan emiten atau perusahaan publik adalah Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal Nomor KEP-346/BL/2011. Dalam Peraturan Nomor XK2 yang menyatakan laporan keuangan
tahunan disajikan secara komparatif dengan periode yang sama tahun sebelumnya, disertai dengan laporan
akuntan dalam dalam rangka pemeriksaan laporan keuangan dan disampaikan kepada Bapepam dan LK
serta diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah laporan keuangan
tahunan. Namun bagi perusahaan yang sahamnya dicatatkan di Bursa Asing, tanggal penyampaian laporan
keuangannya mengikuti tanggal yang ditetapkan oleh Bursa Asing.
Namun ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan sesuai ketentuan yang berlaku masih
dihadapkan pada kendala, salah satunya adalah laporan keuangan harus diaudit oleh akuntan publik
independen. Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan tergantung pada jangka waktu selesainya
proses audit. Hal ini disebabkan karena laporan keuangan tidak dapat dipublikasikan sebelum audit selesai
(Johnson, 1998).
Dalam proses penyelesaian audit, auditor harus mematuhi standar audit yang ditetapkan oleh Asosiasi
Akuntan Publik. Salah satu standar auditing yang harus dipenuhi oleh auditor independen adalah Standar
Kerja Lapangan. Selain itu, dalam penerapan standar audit, auditor juga harus mempertimbangkan risiko
audit yang akan dihadapi. Oleh karena itu, agar pemenuhan pelakasanaan audit sesuai standar dan karena
risiko audit yang dihadapi auditor memerlukan waktu yang lebih lama dalam proses penyelesaian auditnya
sehingga hal ini akan berdampak pada ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Intinya, ketepatan waktu penyelesaian tugas audit menunjukkan bahwa auditor harus bekerja secara efisien
tanpa mengesampingkan keandalan informasi yang dihasilkan dalam laporan keuangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi waktu dalam
penugasan. Peneliti menghasilkan efisiensi waktu dalam penugasan dengan menggunakan audit report lag.
Pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag kemungkinan besar akan
memberikan pemahaman mengenai efisiensi waktu dalam penugasan audit (Habib dan Bhuiyan, 2011).
Beberapa laporan audit report lag sebelumnya sering disebut dengan tanda tangan auditor atau audit delay.
Al-Ajmi (2008) mendefinisikan lag tanda tangan auditor, yaitu jumlah hari terhitung sejak tanggal penutupan
buku perusahaan sampai dengan tanggal tanda tangan auditor dalam laporan audit setelah auditor
memberikan opini mengenai laporan keuangan perusahaan.
Machine Translated by Google
Faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag telah diteliti oleh beberapa penelitian
terdahulu, baik yang telah diteliti di dalam negeri maupun luar negeri. Terkait dengan penelitian-
Keterlambatan laporan au
penelitian tersebut, peneliti memilih faktor atau variabel yang mempengaruhi audit report lag
dengan melihat dari sisi karakteristik perusahaan dan karakteristik auditor. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya audit report lag
berkaitan dengan karakteristik perusahaan, seperti ukuran industri, keberadaan item luar biasa,
dll. (Ashton et al., 1989), dan karakteristik auditor, seperti luasnya laporan audit. pekerjaan
131
auditor, pengalaman staf audit, ketidakpekaan auditor dan tenure audit (Bamber et al., 1993).
Penelitian ini berfokus pada faktor-faktor yang berasal dari karakteristik perusahaan dan
karakteristik auditor. Sebab, faktor utama penyebab lamanya audit report lag berasal dari dalam
kedua entitas tersebut. Setiap perusahaan (auditee) mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda sehingga risiko yang dihadapi dan prosedur yang digunakan oleh auditor juga akan
berbeda-beda sedangkan auditor sebagai pelaksana juga mempunyai keahlian dan keahlian
yang berbeda-beda dalam melakukan audit perusahaan.
Faktor karakteristik perusahaan yang mempengaruhi audit report lag antara lain efektivitas
komite audit, kompleksitas akuntansi, kondisi keuangan dan profitabilitas. Peneliti memilih
faktor karakteristik perusahaan berdasarkan tanggung jawab auditor dan prosedur pengujian
yang harus dilakukan auditor selama penugasan audit seperti pengujian non-substantif dan
substantif.
Selain faktor dari pihak perusahaan yang mempengaruhi audit report lag, faktor dari pihak
auditor juga mempengaruhi report lag. Faktor karakteristik auditor yang mempengaruhi audit
report lag antara lain reputasi auditor, audit tenure dan spesialisasi industri auditor.
Sisa dari makalah ini disusun sebagai berikut. Bagian 2 mengembangkan tinjauan literatur.
Bagian 3 menjelaskan metodologi penelitian. Bagian 4 merinci hasil empiris. Bagian 5
membahas hasil dan Bagian 6 merangkum makalah dan menyajikan kesimpulan.
(1) Karakteristik perusahaan yang terdiri dari efektivitas komite audit, kondisi keuangan,
kompleksitas akuntansi dan profitabilitas mempengaruhi audit report lag; Dan
(2) Karakteristik auditor yang terdiri dari reputasi auditor, audit tenure dan spesialisasi
industri mempengaruhi audit report lag.
2. Tinjauan Pustaka
Teori keagenan memberikan penjelasan mengenai hubungan keagenan; merupakan hubungan
antara pemilik perusahaan atau pemegang saham sebagai prinsipal dengan pengelola
perusahaan sebagai agen. Dalam hubungan keagenan, terdapat kontrak antara satu orang
atau lebih yang berkedudukan dengan orang lain yang menjadi agen untuk melaksanakan
suatu pekerjaan sesuai dengan kepentingan prinsipal, disertai dengan pendelegasian wewenang
pengambilan keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976). Teori keagenan ini
dilatarbelakangi oleh adanya prinsipal atau pemegang saham yang tidak mungkin menjalankan
seluruh fungsi yang diperlukan dalam pengelolaan suatu perusahaan karena keterbatasan
kemampuan, waktu, dan lain-lain, sehingga prinsipal menunjuk agen manajemen perusahaan.
untuk menggantikan tugas pengelolaan kegiatan perusahaan (Sudana, 2011). Adanya konflik
kepentingan antara agen dan prinsipal dapat menimbulkan asimetri informasi yaitu adanya
ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh kedua belah pihak dimana agen mempunyai
informasi lebih banyak dibandingkan prinsipal mengenai perusahaan. Sebab, manajemen sebagai pihak punya lebih banya
Machine Translated by Google
AJAR informasi rinci tentang perusahaan untuk dimiliki atau tidak memberikan informasi yang sempurna
kepada pemegang saham karena lebih menguntungkan bagi manajemen.
4,1
3. Metodologi penelitian 3.1
Definisi operasional 3.1.1
Laporan audit lag. Audit report lag adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan
132 proses audit atas laporan keuangan perusahaan setelah tanggal penutupan buku perusahaan (Carslaw
dan Kaplan, 1991; Bamber et al., 1993). Keterlambatan laporan audit diukur dengan menghitung
jumlah hari setelah tanggal penutupan buku perusahaan (1 Januari) sampai dengan tanggal
penandatanganan laporan auditor independen (LAI) oleh auditor yang tercantum dalam laporan
keuangan perusahaan yang telah diaudit.
3.1.2 Efektivitas komite audit. Efektivitas komite audit adalah komite audit yang memenuhi syarat
anggotanya dengan wewenang dan sumber daya untuk melindungi kepentingan pemangku kepentingan
dengan memastikan keandalan pelaporan keuangan, pengendalian internal dan manajemen risiko,
serta melalui pemantauan yang cermat. Variabel ini diukur dengan menjumlahkan skor indeks
efektivitas komite yang dibangun oleh DeZoort et al. (2002). Indeks tersebut terdiri dari empat unsur
yaitu komposisi, kewenangan, sumber daya, dan ketekunan yang kemudian dibagi menjadi sepuluh
persyaratan. Skor yang lebih tinggi menunjukkan bahwa komite audit lebih efektif. Pengukuran
efektivitas variabel komite audit dijelaskan pada Tabel I.
3.1.3 Kondisi keuangan. Probabilitas kebangkrutan digunakan sebagai proksi dalam menilai kondisi
keuangan suatu perusahaan yang diukur menggunakan Model Zmijewski (Habib dan Bhuiyan, 2011).
Model Zmijewski didasarkan pada beberapa rasio keuangan: return on assets (ROA) (laba bersih/total
aset), leverage keuangan (total utang/total aset) dan likuiditas (aset lancar/utang lancar). Rumus
Model Zmijewski adalah sebagai berikut:
Dari Model Zmijewski, jika semakin tinggi nilai ZFC menunjukkan semakin tinggi tingkat kebangkrutan atau kegagalan
finansial perusahaan sehingga menimbulkan risiko audit yang tinggi sehingga meningkatkan ARL.
Keterlambatan laporan au
3.1.4 Kompleksitas akuntansi perusahaan. Kompleksitas akuntansi adalah rumitnya proses akuntansi yang terjadi
pada suatu perusahaan yang disebabkan oleh perusahaan tersebut mempunyai beberapa segmen atau anak
perusahaan yang beroperasi. Sesuai dengan penelitian Sengupta (2004) dan Al-Ajmi (2008), kompleksitas akuntansi
diukur menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan melaporkan lebih dari satu segmen utama maka mendapat
133
skor 1, sebaliknya jika perusahaan hanya melaporkan satu segmen besar maka mendapat skor 0.
3.1.5 Profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
menggunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan, misalnya aset perusahaan. Profitabilitas diukur dengan
menggunakan rasio profitabilitas yaitu ROA. Semakin besar ROA keuntungan perusahaan menunjukkan semakin
efisiennya penggunaan aset perusahaan untuk menghasilkan laba. Dalam penelitian ini ROA dirumuskan sebagai berikut:
3.1.6 Reputasi auditor. Reputasi auditor (KAP) merupakan suatu kepercayaan masyarakat yang dipegang oleh
auditor (KAP) atas nama perusahaan besar yang dimilikinya. Reputasi auditor terbagi menjadi dua kelompok besar
yaitu KAP Big Four dan KAP Non Big Four. Variabel reputasi auditor diukur menggunakan variabel dummy.
Perusahaan yang diaudit oleh Big Four akan mendapat skor 1, sedangkan perusahaan yang diaudit selain Big Four
akan mendapat skor 0.
3.1.7 Audit kepemilikan tanah. Tenure audit merupakan lamanya masa perikatan antara auditor (KAP) dengan
auditee terkait dengan penggunaan jasa audit yang telah disepakati secara berkesinambungan tanpa adanya
perubahan dengan auditor lainnya. Dalam mengidentifikasi tenor audit yang tepat, diperlukan kehati-hatian dan
kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
Hal ini terkait dengan adanya permasalahan rotasi KAP secara semu dimana terdapat rotasi KAP namun secara
substansial KAP tetaplah KAP yang sama. Oleh karena itu, dalam penelitian ini pengukuran audit tenure hanya
menggunakan rotasi riil. Hal ini dikarenakan pengalaman dan pemahaman auditor terhadap kliennya sesuai dengan
lamanya pemberian jasa audit secara riil.
3.1.8 Spesialisasi auditor industri. Auditor yang dikatakan spesialis adalah auditor yang mempunyai pemahaman
spesifik terhadap suatu industri tertentu sehingga menyebabkan mereka memperoleh pemahaman yang lebih
komprehensif mengenai karakteristik industri tersebut (Maletta dan Wright, 1996; Owhoso, 2002). Auditor spesialis
diukur menggunakan variabel dummy. Auditor yang spesifik industri akan diberi skor 1 sedangkan skor 0 diberikan
kepada auditor yang tidak mempunyai spesialisasi industri.
Pengukuran spesialisasi industri auditor mengacu pada penelitian Gul et al. (2009) menggunakan pendekatan
pangsa pasar. Pendekatan tersebut dapat diidentifikasi dengan menggunakan persentase total aset suatu
perusahaan yang diaudit oleh suatu perusahaan dalam industri tertentu. Rumus model pendekatannya adalah
sebagai berikut:
Jumlah Klien KAP dalam Industri Rerata Aset Klien KAP dalam Industri
SPESIFIKASI ¼
Jumlah Seluruh Emiten dalam Industri Rerata Aset Seluruh Emiten dalam Industri:
Dari rumus di atas, auditor dikatakan mempunyai spesialisasi industri jika besaran SPEC sama atau lebih besar dari
30 persen, menurut penelitian Reichelt dan Wang (2009).
AJAR teknik perhitungan matematis atau statistik. Dalam penelitian ini sumber datanya adalah data
4,1 sekunder. Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data laporan keuangan yang telah
diaudit (audited financial report) dan laporan tahunan (annual report) suatu perusahaan
selama periode 2014–2016, yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id ).
4. Hasil 4.1
Deskripsi variabel penelitian (Tabel II).
Machine Translated by Google
0,8
0,6
asnhauaiM
.nakhpaalargm Cy
D
0,4
0,2
0,0
0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1.0
Masalah Cum yang Diamati. Gambar 1.
Bagan uji normalitas
Sumber : Hasil olahan data SPSS
Machine Translated by Google
TERBUKA SEDIKIT
Statistik kolinearitas
4,1 Model 1 Toleransi VIF Informasi
(Konstan)
ACEFEC 0,881 1.135 Multikolinearitas bebas
ZFC 0,799 1.251 Multikolinearitas bebas
SUB 0,933 1.072 Multikolinearitas bebas
136 ROA 0,621 1.610 Multikolinearitas bebas
REPUTASI 0,390 2.564 Multikolinearitas bebas
SEPULUH 0,985 1.015 Multikolinearitas bebas
ASI 0,456 2.191 Multikolinearitas bebas
A
Tabel III. Catatan:Variabel terikat: ARL
Multikolinearitas Sumber : Hasil olahan data SPSS
plot sebar
Variabel terikat: ARL
2
ejraglseiR
isra S
P
–2
–4 –2 0 2 4
Gambar 2. Nilai Prediksi Standar Regresi
Uji heteroskedastisitas
Sumber : Hasil olahan data SPSS
Ringkasan modelb
Model Durbin–Watson
1 1.678
Tabel IV.
Autokorelasi Catatan: A Prediktor: (konstan), ASI, SUBS, TEN, ZFC, ACEFEC, ROA, REP; B
variabel terikat: ARL
hasil Sumber : Hasil olahan data SPSS
4.3 Uji-t
(Tabel V).
4.4 Uji F
Dari Tabel VI disimpulkan bahwa model estimasi regresi linier layak untuk dilakukan
digunakan untuk menjelaskan pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Machine Translated by Google
Audit
Koefisiensa
kelambatan laporan
Model regresi
Model 1 Koefisien T tanda tangan.
Kesimpulan
ANOVAa
Model 1 Jumlah kuadrat df Berarti persegi F tanda tangan.
5. Diskusi
5.1 Pengaruh efektivitas komite audit terhadap audit report lag
Komite audit merupakan bagian dari komponen tata kelola perusahaan yang terbukti
untuk mengurangi keterlambatan laporan audit. Ada beberapa alasan yang diduga mendasari hal tersebut.
Pertama, komite audit dapat menjalankan tugas mengawasi proses pelaporan keuangan
secara efektif. Komite audit dapat mendorong manajemen perusahaan untuk mampu
untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu. Kedua, komite audit memiliki
peranan penting dalam efektivitas pengendalian internal perusahaan agar semakin baik
efektif komite audit maka semakin efektif pula pengendalian internal perusahaan.
Dampak efektif pengendalian internal adalah berkurangnya pengujian substantif yang dilakukan oleh
auditor karena pengendalian risiko yang rendah sehingga dapat mengurangi audit report lag. Ketiga, audit
Ringkasan modelb
Model R R2 R2 yang disesuaikan SE dari perkiraan
Tabel VII.
1 0.329a 0,108 0,080 15.104
Koefisien
A B
Catatan: Prediktor: (konstan), ASI, SUBS, TEN, ZFC, ACEFEC, ROA, REP; variabel terikat: ARL tekad
Sumber : Hasil olahan data SPSS hasil tes
Machine Translated by Google
AJAR Komite juga berperan untuk memastikan audit eksternal berjalan efektif dengan mempertimbangkan
beberapa faktor antara lain independensi, ruang lingkup penugasan, efisiensi biaya dan objektivitas
4,1
auditor eksternal.
Selain itu, perusahaan dengan profitabilitas (kerugian) yang rendah juga mempunyai risiko audit yang lebih besar karena
kemungkinan besar menjadi penyebab terjadinya financial distress atau kecurangan, sehingga membuat auditor memperluas Keterlambatan laporan au
prosedur auditnya. Hal ini akan menyebabkan laporan audit lag menjadi lebih panjang.
5.5 Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Audit Report Lag Penelitian ini tidak menemukan
adanya pengaruh yang signifikan antara variabel reputasi auditor terhadap audit Report Lag. Ada beberapa alasan yang
mendasari hasil tersebut. Pertama, berkaitan dengan reputasi dan kredibilitas. KAP Big Four dalam hal menjaga reputasi dan 139
kredibilitas adalah dengan meyakinkan pemangku kepentingan bahwa mereka memenuhi seluruh persyaratan pengungkapan
daripada memprioritaskan untuk menyelesaikan proses audit sesegera mungkin. Oleh karena itu, penelitian ini menunjukkan
bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four tidak menghasilkan audit report lag yang lebih cepat dibandingkan
perusahaan yang diaudit oleh KAP Non-Big Four.
Kedua, banyak KAP lokal Non-Big Four yang bekerjasama dengan KAP internasional lainnya, seperti Paul Hadiwinata,
Hidajat, Arsono, Achmad, Suharli; dan mitra terafiliasi dengan PKF, Amir Abadi Jusuf, Aryanto, Mawar & Rekan; berafiliasi
dengan RSM Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang; terafiliasi dengan BDO, Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang dan Ali;
terafiliasi dengan BKR, Mirawati Sensi Idris; berafiliasi dengan Moore Stephens, dan seterusnya. Hal ini menjadikan KAP lokal
tidak jauh berbeda dengan KAP Big Four dari segi sumber daya dan teknologi sehingga audit report lag antara KAP Big Four
dan Non-Big Four tidak menunjukkan adanya perbedaan.
Ketiga, seiring dengan persaingan dunia bisnis yang semakin ketat, seluruh KAP baik yang tergabung dalam Big Four
maupun Non Big Four berkeinginan untuk mempertahankan kliennya masing-masing dengan bekerja secara efektif dan efisien
dalam menyelesaikan proses audit sehingga audit report lag antara Big KAP Four dan Non Big Four tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan.
5.6 Pengaruh audit tenure terhadap audit report lag Penelitian ini
menunjukkan bahwa audit tenure mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap audit report lag. Hal ini
dikarenakan seluruh auditor (KAP) dituntut untuk bekerja secara profesional dalam menyelesaikan proses audit secara tepat
waktu agar tidak merugikan pihak-pihak yang berkepentingan yang ingin menggunakan laporan keuangan sebagai sarana
pengambilan keputusan. Hal ini juga sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory) bahwa menjadi suatu keharusan bagi
seorang individu atau organisasi seperti auditor untuk menyelesaikan proses audit secara tepat waktu sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Sebab, peraturan mempunyai kewenangan untuk mendikte atau mengatur perilaku individu atau organisasi.
Selain itu penelitian ini dibatasi pada tenure auditor yang diproksikan dengan tenure KAP tanpa mempertimbangkan
individual auditor tenure, sedangkan pelaksanaan proses audit atas laporan keuangan dilakukan oleh auditor atau rekan suatu
KAP sehingga lama perikatan audit antara KAP dengan KAP klien tidak menunjukkan masa audit yang panjang bagi seorang
auditor. Hal ini juga didukung dengan peraturan yang mengatur bahwa auditor melakukan audit auditor paling lama dalam tiga
tahun berturut-turut. Oleh karena itu, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa audit tenure yang lebih lama tidak membuat audit
report lag menjadi lebih pendek, begitu pula sebaliknya.
5.7 Pengaruh spesialisasi industri auditor terhadap audit report lag Penelitian ini tidak menemukan
adanya pengaruh yang signifikan antara variabel spesialisasi auditor industri terhadap audit report lag. Hal ini disebabkan
karena status spesialisasi auditor tidak dapat diidentifikasi secara eksplisit. Menurut beberapa sumber, terdapat berbagai
metode dalam menentukan spesialisasi industri. Gramling dan Stone (2001) serta Dunn dan Mayhew (2004) mendefinisikan
spesialisasi industri dengan mengacu pada pangsa pasar yang diidentifikasi melalui penjualan suatu perusahaan ke industri
tertentu, sedangkan Balsam et al. (2003) menentukan spesialisasi industri dengan mengacu pada jumlah klien dalam suatu
industri. Sebaliknya, Gul
Machine Translated by Google
AJAR dkk. (2009) mengidentifikasi spesialisasi industri dengan mengacu pada total aset perusahaan klien. Selain
itu, spesialisasi industri auditor juga dapat diidentifikasi melalui biaya audit seperti yang digunakan oleh
4,1
Habib dan Bhuiyan (2011). Oleh karena itu, setiap ketidaksesuaian metode akan mengakibatkan tidak
adanya konsistensi atas hasil pengujian spesialisasi industri auditor terhadap metode apa pun yang
digunakan. Kajian spesialisasi industri ini ditentukan dengan menggunakan pendekatan pangsa pasar yang
dapat diketahui melalui persentase total aset suatu perusahaan yang diaudit oleh KAP suatu perusahaan
pada suatu industri tertentu. Auditor dikatakan mempunyai spesialisasi industri apabila besaran SPEC
140
sama atau lebih besar dari 30 persen.
Perhitungan tersebut menghasilkan dua KAP yang termasuk memiliki spesialisasi industri, dan kedua KAP
tersebut adalah EY dan PWC. Diduga penyebab yang tidak ditemukan secara signifikan merupakan hasil
pengujian pengaruh spesialisasi industri audit terhadap audit report lag.
6. Kesimpulan
(1) Efektivitas komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap audit report lag.
(2) Kondisi keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap audit report lag.
(7) Spesialisasi industri auditor tidak berpengaruh terhadap audit report lag.
6.1 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran untuk penelitian selanjutnya adalah: (1) Nilai R2
pada penelitian ini masih terlalu rendah yaitu sebesar 0,108 atau menunjukkan bahwa variabel yang
digunakan dalam penelitian mampu menjelaskan variasi audit report lag sebesar 0,108 atau 10,8
persen sedangkan sisanya 0,892 atau 89,2 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel
yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk
mengganti atau menambah variabel independen lain untuk mendapatkan nilai R2 yang lebih tinggi .
(2) Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel penelitian tidak hanya pada perusahaan
manufaktur saja agar hasil yang diperoleh mempunyai cakupan yang lebih luas.
Berdasarkan hasil perhitungan spesifik auditor hanya diperoleh dua KAP, disarankan bagi peneliti
selanjutnya untuk menggunakan metode pengukuran yang berbeda jika masih menggunakan variabel
tersebut dan sampel yang sama dengan penelitian ini agar dapat menunjukkan hasil yang lebih baik.
Referensi
Al-Ajmi, J. (2008), “Keterlambatan audit dan pelaporan: bukti dari pasar negara berkembang”, Kemajuan
Akuntansi, Vol. 24 No.2, hal.217-226.
Ashton, RH, Graul, PR dan Newton, JD (1989), “Penundaan audit dan ketepatan waktu pelaporan
perusahaan”, Penelitian Akuntansi Kontemporer, Vol. 5 No.2, hal.657-673.
Bamber, EM, Bamber, LS dan Schoderbek, MP (1993), “Struktur audit dan determinan lain dari
keterlambatan laporan audit: analisis empiris”, Auditing, Vol. 12 No. 1, hal. 1.
Balsam, S., Krishnan, J. dan Yang, JS (2003), “Spesialisasi industri auditor dan kualitas laba”,
Audit: Jurnal Praktek & Teori, Vol. 22 No.2, hal.71-97.
Machine Translated by Google
Carslaw, CA dan Kaplan, SE (1991), “Pemeriksaan penundaan audit: bukti lebih lanjut dari Selandia Baru”,
Riset Akuntansi dan Bisnis, Vol. 22 No.85, hal.21-32. Keterlambatan laporan au
DeZoort, FT, Hermanson, DR, Archambeault, DS dan Reed, SA (2002), “Efektifitas komite audit: sintesis
literatur empiris komite audit”, Jurnal Sastra Akuntansi, Vol. 21, hal.38-75.
Dunn, KA dan Mayhew, BW (2004), “Spesialisasi industri perusahaan audit dan pengungkapan klien
kualitas”, Review Studi Akuntansi, Vol. 9 No.1, hal.35-58. 141
Ghozali, I. (2009), Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Gramling, AA dan Stone, DN (2001), “Keahlian industri perusahaan audit: tinjauan dan sintesis
literatur kearsipan”, Jurnal Sastra Akuntansi, Vol. 20 No.1.
Gul, FA, Fung, SYK dan Jaggi, B. (2009), “Kualitas laba: beberapa bukti mengenai peran masa kerja auditor
dan keahlian industri auditor”, Jurnal Akuntansi dan Ekonomi, Vol. 47 No.3, hal.265-287.
Habib, A. dan Bhuiyan, MBU (2011), “Spesialisasi industri firma audit dan lag laporan audit”, Jurnal Akuntansi
Internasional, Audit dan Perpajakan, Vol. 20 No.1, hal.32-44.
Jaggi, B. dan Tsui, J. (1999), “Penentu keterlambatan laporan audit: bukti lebih lanjut dari Hong Kong”, Riset
Akuntansi dan Bisnis, Vol. 30 No.1, hal.17-28.
Jensen, MC dan Meckling, WH (1976), “Teori perusahaan: perilaku manajerial, biaya keagenan dan struktur
kepemilikan”, Jurnal Ekonomi Keuangan, Vol. 3 No.4, hal.305-360.
Johnson, LE (1998), “Bukti lebih lanjut mengenai faktor-faktor penentu penundaan audit pemerintah daerah”,
Jurnal Penganggaran Publik, Akuntansi & Manajemen Keuangan, Vol. 10 No.3, hal.375-397.
Maletta, M. dan Wright, A. (1996), “Perencanaan bukti audit: pemeriksaan kesalahan industri
karakteristik”, Audit, Vol. 15 No.1, hal.71-86.
Owhoso, VE, Messier, WF Jr dan Lynch, JG Jr (2002), “Deteksi kesalahan oleh tim khusus industri selama
tinjauan audit berurutan”, Jurnal Penelitian Akuntansi, Vol. 40 No.3, hal.883-900.
Owusu-Ansah, S. (2000), “Ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan di pasar modal berkembang:
bukti empiris dari Bursa Efek Zimbabwe”, Riset Akuntansi dan Bisnis, Vol. 30 No.3, hal.241-254.
Praditya dan Fitriany (2013), “Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiKetepatan Waktu Penyampaian
Laporan Keuangan di Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi, Vol. XVI.
Reichelt, KJ dan Wang, D. (2009), “Ukuran nasional dan spesifik kantor dari keahlian industri auditor dan
pengaruhnya terhadap kualitas audit”, Jurnal Penelitian Akuntansi, Vol. 48 No.3, hal.647-686.
Sengupta, P. (2004), “Waktu pengungkapan: penentu tanggal rilis pendapatan triwulanan”, Journal of
Akuntansi dan Kebijakan Publik, Vol. 23 No.6, hal.457-482.
Sudana, I. (2011), “Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan Praktik”.
Ahmed, K. (2003), “Ketepatan waktu pelaporan perusahaan: studi perbandingan Asia Selatan”,
Kemajuan Akuntansi Internasional, Vol. 16, hal.17-43.
Akerlof, GA (1970), “Pasar 'lemon': ketidakpastian kualitas dan mekanisme pasar”,
Jurnal Ekonomi Triwulanan, Vol. 84 No.3, hal.488-500.
Machine Translated by Google
AJAR Alkhatib, K. dan Marji, Q. (2012), “Ketepatan waktu laporan audit: bukti empiris dari Jordan”, Procedia –
Ilmu Sosial dan Perilaku, Vol. 62, Oktober, hlm.1342-1349.
4,1
Almutairi, AR, Dunn, KA dan Skantz, T. (2009), “Kepemilikan auditor, spesialisasi auditor, dan asimetri
informasi”, Jurnal Audit Manajerial, Vol. 24 No.7, hal.600-623.
Anshori, M. dan Iswati, S. (2009), Metodologi Penelitian Kuantitatif, Universitas Airlangga, Surabaya.
Apadore, K. dan Noor, MM (2013), “Penentu keterlambatan laporan audit dan tata kelola perusahaan di
142 Malaysia”, Jurnal Internasional Bisnis dan Manajemen, Vol. 8 No. 15, hal. 151.
Asthon, RH, John, JW dan Robert, KE (1987), “Analisis empiris penundaan audit”, Journal of
Riset Akuntansi, Vol. 25 No.2, hal.275-292.
Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan (2011), Penyampaian Laporan Keuangan berkala
Emiten atau Perusahaan Publik Nomor XK2, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Jakarta.
Badan Pengawas Pasar Modal Dan Laporan Keuangan (2012), Penyampaian Laporan Tahunan Emiten
Atau Perusahaan Publik, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Jakarta.
Baldacchino, PJ, Grech, L., Farrugia, K. dan Tabone, N. (2016), “Analisis kelambatan laporan audit di
perusahaan Malta”, Isu Kontemporer di bidang Keuangan: Tantangan Saat Ini dari Seluruh Eropa,
Emerald Group Publishing, hal .161-182.
Bursa Efek Indonesia. Laporan Keuangan periode (2010–2016), tersedia di: www.idx.co.id
Carcello, JV, Hermanson, RH dan McGrath, NT (1992), “Atribut kualitas audit: persepsi mitra audit,
penyusun, dan laporan keuangan pengguna”, Audit, Vol. 11 No. 1, hal. 1.
Craswell, AT, Francis, JR dan Taylor, SL (1995), “Reputasi nama merek auditor dan spesialisasi industri”,
Jurnal Akuntansi dan Ekonomi, Vol. 20 No.3, hal.297-322.
Dewi, IC dan Hadiprajitno, PB (2017), “Pengaruh audit Tenure dan Kantor Akuntan Publik (KAP)
Spesialisasi Manufaktur terhadap audit report lag (ARL)”, Jurnal Akuntansi Diponegoro, Vol. 6 No.4,
hal.450-461.
Diastiningsih, NPJ and Tenaya, GAI (2017), “Spesialisasi Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh Audit
Tenure dan ukuran KAP Pada audit report lag”, E-Jurnal Akuntansi, pp.1230-1258.
Dyer, JC dan McHugh, AJ (1975), “Ketepatan waktu laporan tahunan Australia”, Journal of
Riset Akuntansi, Vol. 13 No.3, hal.204-219.
Eisenhardt, KM (1989), “Teori keagenan: penilaian dan tinjauan”, Academy of Management Review, Vol. 14
No.1, hal.57-74.
Ettredge, ML, Li, C. dan Sun, L. (2006), “Dampak penilaian kualitas pengendalian internal SOX Bagian 404
terhadap penundaan audit di era SOX”, Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol. 25 No.2,
hal.1-23.
Fadhlan (2015), Pengaruh Risiko Audit, Kompleksitas Audit, dan Keahlian Audit terhadap Audit Report Lag
(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun
2011-2013), Universitas Airlangga.
Fama, EF dan Jensen, MC (1983), “Pemisahan kepemilikan dan kendali”, Jurnal Hukum dan Ekonomi, Vol.
26 No.2, hal.301-325.
Ghozali, I. (2011), Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 19, Edisi 5th, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Ghozali, I. dan Chariri, A. (2007), Teori Akuntansi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Goh, BW (2009), “Komite audit, dewan direksi, dan remediasi kelemahan material dalam pengendalian
internal”, Penelitian Akuntansi Kontemporer, Vol. 26 No.2, hal.549-579.
Gujarati, D. (2003), Ekonometrika Dasar, edisi ke-4, New York, NY.
Harahap, SS (2005), Teori Akuntansi, PT RajaGrafindo Perkasa, Jakarta.
Horngren, CT dan Harrison, WT (2007), “Akuntansi: Edisi Ketujuh Jilid”.
Ikatan Akuntan Indonesia (2014), Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
Machine Translated by Google
Institut Akuntan Publik Indonesia (2011), Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba Empat, Jakarta.
Jama'an, JA (2008), “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik terhadap Keterlambatan laporan au
Integritas Informasi Laporan Keuangan (Studi pada Perusahaan Publik Di BEJ)”, Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro.
Kieso, DE, Weygandt, J. dan Warfield, TD (2012), Akuntansi Menengah, John Willey and Sons.
Knechel, WR dan Payne, JL (2001), “Bukti tambahan tentang keterlambatan laporan audit”, Auditing: A Journal of
Practice & Theory, Vol. 20 No.1, hal.137-146. 143
Krishnan, J. (2005), “Kualitas komite audit dan pengendalian internal: analisis empiris”, The
Review Akuntansi, Vol. 80 No.2, hal.649-675.
Kross, W. dan Schroeder, DA (1984), “Investigasi empiris mengenai pengaruh waktu pengumuman laba triwulanan
terhadap return saham”, Jurnal Penelitian Akuntansi, Vol. 22 No.1, hal.153-176.
Lee, HY, Mande, V. dan Son, M. (2008), “Perbandingan kelambatan pelaporan perusahaan multinasional dan
domestik”, Jurnal Manajemen & Akuntansi Keuangan Internasional, Vol. 19 No.1, hal.28-56.
Lee, HY, Mande, V. dan Son, M. (2009), “Apakah masa jabatan auditor yang panjang dan penyediaan layanan non-
audit oleh auditor eksternal mengurangi kelambatan laporan audit?”, International Journal of Auditing, Vol. 13
No.2, hal.87-104.
Li, D. (2007), Masa Jabatan Auditor dan Konservatisme Akuntansi, Institut Teknologi Georgia.
Mayhew, BW dan Wilkins, MS (2003), “Spesialisasi industri perusahaan audit sebagai strategi diferensiasi: bukti dari
biaya yang dibebankan kepada perusahaan yang go public”, Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol. 22
No.2, hal.33-52.
Menteri Keuangan (2008), Jasa Akuntan Publik, Kementerian Keuagangan Republik Indonesia, Jakarta.
Michael, CJ and Rohman, A. (2017), “Pengaruh Audit Tenure dan Ukuran KAP terhadap Audit Report Lag dengan
Spesialisasi Industri Auditor Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013–2015)”, Diponegoro Jurnal Akuntansi, Vol. 6 No.4, hal.378-389.
Newton, JD dan Ashton, RH (1989), “Hubungan antara teknologi audit dan penundaan audit”, Auditing-a Journal of
Practice & Theory, Vol. 8, hal.22-37.
Ng, PP dan Tai, BY (1994), “Pemeriksaan empiris terhadap faktor-faktor penentu penundaan audit di Hong Kong”,
The British Accounting Review, Vol. 26 No.1, hal.43-59.
O'Reilly, DM dan Reisch, JT (2002), “Spesialisasi industri oleh perusahaan audit: apa yang disampaikan oleh
penelitian akademis kepada kita?”, Ohio CPA Journal, Vol. 61 No.3, hal.42-42.
Otoritas Jasa Keuangan (2015), Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Otoritas Jasa
Keuangan Republik Indonesia, Jakarta.
Pratama Rudyawan, A. dan Nyoman Badera, ID (2009), “Opini audit going concern: Kajian berdasarkan model
prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, leverage, dan reputasi auditor”, Jurnal Ilmiah Akuntansi
dan Bisnis, Vol. 4 No.2.
Puat Nelson, S. dan Norwahida Shukeri, S. (2011), “Tata kelola perusahaan dan ketepatan waktu laporan audit: bukti
dari Malaysia”, Akuntansi di Asia, Emerald Group Publishing, hal. 109-127.
Rachmawati, S. (2008), “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness”,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10 No.1, hal.1-10.
Rainsbury, EA, Bradbury, M. dan Cahan, SF (2009), “Dampak kualitas komite audit terhadap kualitas pelaporan
keuangan dan biaya audit”, Journal of Contemporary Accounting & Economics, Vol. 5 No.1, hal.20-33.
Rochmah Ika, S. dan Mohd Ghazali, NA (2012), “Efektivitas komite audit dan ketepatan waktu pelaporan: bukti
Indonesia”, Jurnal Audit Manajerial, Vol. 27 No.4, hal.403-424.
Rusmin, R., Rusmin, R., Evans, J. dan Evans, J. (2017), “Kualitas audit dan keterlambatan laporan audit: kasus
perusahaan tercatat di Indonesia”, Asian Review of Accounting, Vol. 25 No.2, hal.191-210.
Rustiarini, NW (2013), “Pengaruh Karakteristik Auditor, Opini Audit, Audit Tenure, Pergantian Auditor Pada Audit
Delay”, JINAH ( Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika), Vol. 2 No.2.
Machine Translated by Google
AJAR Saleh, RS (2004), “Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Manufaktur di
4,1 Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Bisnis Strategi, Vol. 13 No.1, hal.67-80.
Spence, M. (1973), “Sinyal pasar kerja”, The Quarterly Journal of Economics, Vol. 87 No.3,
hal.355-374.
Sudaryanti, N. (2008), Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan.
(Skripsi), Universitas Diponegoro, Semarang.
144 Sultana, N., Singh, H., der Zahn, V. dan Mitchell, JL (2015), “Karakteristik komite audit dan keterlambatan
laporan audit”, International Journal of Auditing, Vol. 19 No.2, hal.72-87.
Tuanakotta, TM (2015), Audit Kontemporer, Salemba Empat, Jakarta.
Turley, S. dan Zaman, M. (2004), “Pengaruh tata kelola perusahaan dari komite audit”, Journal of
Manajemen dan Tata Kelola, Vol. 8 No.3, hal.305-332.
Utami, W. (2006), “Analisis determinan audit Delay Kajian Empiris di Bursa Efek Jakarta”, Buletin Penelitian,
Vol. 9.
Wang, J. dan Song, L. (2006), “Ketepatan waktu laporan tahunan perusahaan terdaftar di China”, Journal of
Studi Ekonomi dan Bisnis Tiongkok, Vol. 4 No.3, hal.241-257.
Watts, RL dan Zimmerman, JL (1983), “Masalah keagenan, audit, dan teori perusahaan: beberapa bukti”,
The Journal of Law and Economics, Vol. 26 No.3, hal.613-633.
Whittred, G. dan Zimmer, I. (1984), “Ketepatan waktu pelaporan keuangan dan kesulitan keuangan”,
Review Akuntansi, Vol. 59 No.2, hal.287-295.
Widyawati, AA and Anggraita, V. (2013), “Pengaruh Konvergensi, Kompleksitas Akuntansi, Dan Probabilitas
Kebangkrutan Terhadap Ketepatan Waktu Dan Manajemen Laba”, Jurnal Akuntansi dan Auditing
Indonesia, Vol. 17 No.2, hal.135-155.
Yediel dan Sutaryo (2014), “Pengaruh Karakteristik Auditor terhadap Audit Delay Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah”, Simposium Nasional Akuntansi, Vol. XVI.
Zakkiyah, UZ (2014), “Analisis Penggunaan Model Zmijewski (X-Score) dan Altman (Z-Score) untuk
Memprediksi Potensi Kebangkrutan (Studi pada Perusahaan Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di
(BEI) Bursa Efek Indonesia Periode 2009–2012)” , Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 12 No.2.
Zhang, Y., Zhou, J. dan Zhou, N. (2006), “Kualitas komite audit, independensi auditor, dan kelemahan
pengendalian internal”, Jurnal Akuntansi dan Kebijakan Publik, Vol. 26 No.3, hal.300-327.
Zmijewski, ME (1984), “Masalah metodologis terkait estimasi model prediksi kesulitan keuangan”, Jurnal
Penelitian Akuntansi, Vol. 22, hal.59-82.
Koresponden penulis
Habiburrochman Habiburrochman dapat dihubungi di: habib@feb.unair.ac.id
Untuk instruksi tentang cara memesan cetak ulang artikel ini, silakan kunjungi situs
web kami: www.emeraldgrouppublishing.com/licensing/reprints.htm
Atau hubungi kami untuk rincian lebih lanjut: izin@emeraldinsight.com