Anda di halaman 1dari 2

Pertanyaan Panduan.

Apakah ada program Jemaat yang berkaitan dengan demokrasi? Jika tidak ada mengapa?

Jawaban Narasumber : PIter Yulius Pawarrangan (sebagai salah satu umat atau jemaat di sebuah
paroki setempat).

Pertama-tama, saya ingin menyampaikan bahwa jawaban yang saya berikan dalam wawancara ini
adalah pendapat saya secara pribadi dengan bertolak pada pengalaman dan juga pengetahuan saya
sebagai seorang penganut Gereja Katolik.

Perlu untuk dicatat bahwa Gereja Katolik memiliki beberapa perbedaan mendasar dengan Gereja-Gereja
yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi ajaran, kebijakan, aturan, administrasi, hierarkis,
dan hal-hal lainnya.

Nah, sekarang tentang pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara, yaitu “Apakah ada program jemaat
yang berkaitan dengan demokrasi? Jika tidak ada, mengapa?” Pertanyaan ini berkaitan dengan tindakan
atau kegiatan yang dilakukan oleh Jemaat terkait dengan demokrasi. Bagi kami Gereja Katolik, secara
khusus untuk di tempat kami, tidak ada Gerakan atau program yang berkaitan dengan demokrasi yang
kami lakukan. Artinya bahwa selama kami masih berada dalam lingkup Gereja, atau masih melibatkan
atau membawa nama Gereja Katolik, kami tidak membuat program atau rencana seperti itu.

Salah satu alasannya karena dalam Gereja Katolik terdapat aturan yang mengatur tentang keterlibatan
Gereja dalam politik praktis. Aturan tersebut dapat kita lihat dalam Katekismus Gereja Katolik nomor
2245, yang berbunyi “Gereja, yang karena tugas dan wewenangnya sama sekali tidak identik dengan
persekutuan politik, adalah tanda sekaligus pembela hakikat transenden manusia. Dengan demikian
"Gereja juga menghormati dan mengembangkan kebebasan serta tanggung jawab politik para warga
negara". Aturan tersebut bersumber dari Dokumen Gaudium Et Spes artikel 76, yang berbicara
mengenai Negara dan Gereja.

Maksud dari aturan dalam Katekismus Gereja Katolik, adalah bahwa Gereja memiliki tugas dan
wewenangnya yang sangat luhur dan suci, sehingga tidak dapat disangkut pautkan dengan politik.
Alasannya karena Gereja adalah tanda sekaligus pembela hakikat transenden manusia, hubungan
manusia dengan Tuhan.

Dari aturan dan juga dokumen di atas, kami berpendapat bahwa mengadakan program atau kegiatan
yang berhubungan dengan demokrasi atau politik, dengan membawa nama Gereja, itu bukanlah pilihan
yang bijak. Namun hal itu bukan berarti bahwa jemaat Gereja dilarang untuk turut ikut ambil bagian
dalam kegiatan demokrasi. Gereja tetap memberikan peluang, dan bahkan sangat menganjurkan jemaat
untuk turut serta dalam kegiatan demokrasi, karena itu adalah kewajiban kita sebagai warga negara
Indonesia.

Catatan untuk Astin:

Eh pendek ji jawabannya, karena hanya satu nomor ji yang saya jawab….

Cobanya ada kegiatan atau program demokrasi, pasti bisa lebih Panjang lagi…
Mengerti ji gurumu itu…

Anda mungkin juga menyukai