DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS JAMBI
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia- nya
yang tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga penulis bisa menyusun dan
menyelesaikan makalah ini. Makalah yang membahas tentang implikasi ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah konsep dasar pendidikan Anak Usia Dini di program studi
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini.
Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis
menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Penulis
pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada penulis
agar di kemudian hari penulis bisa membuat makalah yang lebih sempurna lagi.
Adapun, penulis juga berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembacanya
ataupun untuk tugas perkuliahan selanjutnya. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................2
2.1 Pengertian dan prinsip pembelajaran anak usia dini .......................................................2
2.2 Macam macam teori pembalajar......................................................................................3
BAB III PENUTUP......................................................................................................................4
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................4
3.2 Saran.................................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................5
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian teori pembelajaran.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran PAUD
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan prinsip pembelajaran anak usia dini
Barbara dalam Luluk Asmawati (2017: 4) menjelaskan pengertian pembelajaran pada anak
usia dini sebagai proses interaksi antara anak, orang tua, atau orang dewasa lainnya dalam
suatu lingkungan, untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi yang dibangun tersebut
merupakan faktor yang memengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal
ini disebabkan interaksi tersebut mencerminkan suatu hubungan anak memperoleh
pengalaman yang bermakna, sehingga proses belajar berlangsung dengan lancar. Vygotsky
dalam Brewer (1992:9) menguraikan bahwa pengalaman interaksi sosial merupakan hal penting
dalam proses perkembangan berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat
terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.Pembelajaran merupakan kesempatan bagi anak
untuk mampu mengkreasi dan memanipulasi objek atau ide. Jerrold (1988:5) menjelaskan
bahwa anak akan terlibat dalam belajar secara lebih intensif jika anak mampu membangun
sesuatu atau menirukan sesuatu yang dibangun oleh orang lain,Jadi pembelajaran dapat efektif
jika anak dapat belajar melalui bekerja, bermain dan hidup bersama dengan lingkungannnya.
Pada hakikatnya anak belajar melalui bermain, sehingga pembelajaran anak usia dini pada
dasarnya adalah bermain dengan melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya. Kegiatan
bermain ini harus didesain dengan suasana yang menyenangkan, memberikan anak berinteraksi
dengan teman, media pembelajaran dan guru. Hidebrand (1976:43) lebih lanjut menjelaskan
proses pembelajaran yang diharapkan yaitu: (1) anak merasa aman secara psikologis, dan
kebutuhan fisik anak terpenuhi, (2) anak mampu mengkonstruksi pengetahuan, (3) anak belajar
melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya, (kegiatan belajar anak
merefleksikan suatu lingkaran yang tak pernah putus yang mulai dengan kesadaran, eksplorasi,
pecairan, dan penggunaan, (5) anak belajar melalui bermain, (6) minat dan kebutuhan anak
untuk mengetahui terpenuhi kebutuhan anak, (7) variasi individu anak harus diperhatikan.
Prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini agar anak dapat mencapai tahap perkembangan
yang optimal melalui proses pembelajaran yang dilakukan sebagaimana yang disampaikan
Hohmann dan Weikart (1979:3037) adalah sebagai berikut: (1) berangkat dari yang dimiliki
anak, (2) belajar melalui bermain, (3) menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran, (4)
belajar dilakukan dengan sensoris, (5) belajar membekali keterampilan, (6) belajar dengan
menggunakan aktivitas yang bermakna, (7) belajar harus menantang perkembangan anak.
Setiap anak membawa semua pengetahuan yang telah dimilikinya melalui pengalaman-
pengalaman barunya. Jika suatu pengalaman belajar tidak memberikan kesempatan kepada
anak untuk menciptakan pengetahuan yang baru, maka pembelajaran itu akan membosankan
Belajar melalui bermain merupakan sarana belajar. Bermain muncul dari dalam diri anak.
Bermain bebas dan terbatas dari aturan. Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya.
Bermain lebih berfokus pada proses daripada hasil. Bermain harus didominasi oleh pemain
dan melibatkan peran aktif pemain. Menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran bagi
anak untuk bereksplorasi dan berinteraksi dalam membangun pengetahuan Alam merupakan
lingkungan anak untuk menemukan jati diri secara kolektif dan menyusun kembali kehidupan
sosial, sehingga alam dapat dieksplorasi oleh mereka. Belajar melalui bermain merupakan
sarana belajar. Bermain muncul dari dalam diri anak. Beramain bebas dan terbatas dari aturan
yang mengikat. Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya. Bermain lebih berfokus
pada proses daripada hasil. Bermain harus didominasi oleh pemain dan melibatkan peran aktif
pemain. Menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran bagi anak untuk bereksplorasi dan
berinteraksi dalam membangun pengetahuan Alam merupakan lingkungan anak untuk
menemukan jati diri secara kolektif dan menyusun kembali kehidupan sosial, sehingga alam
dapat dieksplorasi oleh mereka.
Anak belajar melalui sensoris atau indera peraba, pencium, pendengar, penglihat dan perasa.
Setiap sensoris anak dapat merespon stimulasi atau rangsangan yang diterima Belajar juga
membekali ketrampilan hidup anak untuk belajar kemandirian, mampu menolong diri sendiri,
rasa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Anak-anak dapat terbiasa belajar dan
mempelajari aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan melalui berbagai aktivitas mengamati,
mencari, menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan, dan mengemukakan sendiri
pengalamnnya yang ditemukan di lingkungannya.
1 Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme menyoroti aspek perilaku kebahasaan yang dapat diamati langsung dan
hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (response). Perilaku bahasa yang efektif
adalah membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu
kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan. Dengan demikian, anak belajar bahasa pertamanya.
Sebagai contoh, seorang anak mengucapkan bilangkali untuk barangkali. Sudah pasti si anak
akan dikritik oleh ibunya atau siapa saja yang mendengar kata tersebut. Apabila sutu ketika si
anak mengucapkan barangkali dengan tepat, dia tidak mendapat kritikan karena
pengucapannya sudah benar. Situasi seperti inilah yang dinamakan membuat reaksi yang tepat
terhadap rangsangan dan merupakan hal yang pokok bagi pemerolehan bahasa pertama.
2.Teori Nativisme
Chomsky merupakan penganut nativisme. Menurutnya, bahasa hanya dapat dikuasai oleh
manusia, binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia. Pendapat Chomsky
didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan
(genetik), setiap bahasa memiliki pola perkembangan yang sama (merupakan sesuatu yang
universal), dan lingkungan memiliki peran kecil di dalam proses pematangan bahasa. Kedua,
bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang relatif singkat.
Ketiga, lingkungan bahasa anak tidak dapat menyediakan data yang cukup bagi penguasaan tata
bahasa yang rumit dari orang dewasa.
3.Teori Kognitivisme
Menurut teori ini, bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu di
antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh
nalar. Perkembangan bahasa harus berlandaskan pada perubahan yang lebih mendasar dan
lebih umum di dalam kognisi. Jadi, urutan-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan
perkembangan bahasa (Chaer, 2003:223). Hal ini tentu saja berbeda dengan pendapat Chomsky
yang menyatakan bahwa mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak dapat
menjelaskan struktur bahasa yang kompleks, abstrak, dan khas. Begitu juga dengan lingkungan
berbahasa. Bahasa harus diperoleh secara alamiah.
4. Teori Interaksionisme
Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara
kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan bahasa. Pemerolehan bahasa itu berhubungan
dengan adanya interaksi antara masukan "input" dan kemampuan internal yang dimiliki pembelajar.
Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir. Namun, tanpa ada masukan yang sesuai tidak mungkin
anak dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis.
BAB lll
PENUTUP
KESIMPULAN :
Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Kelompok Bermain (KB) seharusnya diterapkan
pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi seoptimal mungkin sesuai
dengan kemampuan, bakat, dan minat anak. Pendidikan pada anak usia dini memberikan
kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh karena itu perlu dilaksanakan
pembelajaran yang dapat mengembangkan aspek perkembangan yang meliputi aspek
kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, dan motorik anak. Pembelajaran yang menekankan
aspek tersebut salah satunya dengan musik.
SARAN :
A. Guru diharapkan dapat lebih memfokuskan pembelajaran yang patut dan
sesuai dengan perkembangan anak agar anak usia dini dapat berkembang
sesuai dengan usianya yaitu dengan menerapkan DAP atau pendidikan yang
patut pada anak usia dini di PAUD masing-masing.