Anda di halaman 1dari 16

MATA KULIAH : MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN

DOSEN : Dr. H. RONNY, SKM., M.Kes

LAPORAN PRAKTIKUM
SURVEILENS DATA 10 PENYAKIT TERTINGGI DI RUMAH SAKIT
CATHERINE BOOTH

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3

17. NUR AZIKIN (PO.71.4.221.20.1.065)


18. NUR HANDAYANI S (PO.71.4.221.20.1.066)
19. NUR IKHWAN (PO.71.4.221.20.1.067)
20. NUR MUJTAHIDAH R.N (PO.71.4.221.20.1.068)
21. NUR SHAFIRAH (PO.71.4.221.20.1.069)
22. NURKHATIMAH LATIFAH (PO.71.4.221.20.1.070)
23. NURUL AFIKA (PO.71.4.221.20.1.071)
24. NURUL AQIRAH (PO.71.4.221.20.1.072)
25. NURUL AZIZAH (PO.71.4.221.20.1.073)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
SANITASI LINGKUNGAN
TINGKAT IVB
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, hidayah
serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini
terkait serveilens data 10 penyakit tertinggi di Rumah Sakit Catherine Booth.

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Manajemen Risiko Lingkungan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang manajemen risiko terhadap kasus
penyakit tertinggi pada instansi atau pelayanan Kesehatan.

Laporan ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah


ini jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang
sangat terbatas. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka, kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak dan pembaca agar menjadi bahan
pembelajaran serta terciptanya makalah yang lebih baik lagi di masa mendatang.

Makassar, 6 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Identifikasi Risiko Lingkungan.............................................................3
B. Prediksi Risiko Lingkungan..................................................................4
C. Analisis Risiko Lingkungan..................................................................6
D. Pengendalian Risiko Lingkungan.........................................................9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................11
B. Saran ...................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU RI No 44 Tahun 2009), (Purwanti,
2018). Kesehatan lingkungan rumah sakit adalah upaya pencegahan penyakit
dan atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan yang berguna
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,
biologi sosial dalam lingkungan rumah sakit (Kemenkes RI, 2019).
Manajemen risiko rumah sakit adalah upaya mengidentifikasi dan
mengelompokkan risiko serta mengendalikan dan atau mengelola risiko
tersebut baik secara proaktif yang mungkin terjadi maupun reaktif terhadap
insiden yang sudah terjadi agar memberikan dampak negative seminimal
mungkin bagi keselamatan dan Kesehatan pasien. Manajemen risiko rumah
sakit merupakan aspek kunci dalam menjaga keamanan pasien, petugas
kesehatan, dan lingkungan. Rumah sakit mengandung potensi bahaya berupa
patogen, bahan kimia berbahaya, dan potensi pencemaran lingkungan jika
tidak dikelola dengan benar. Oleh karena itu, manajemen risiko yang efektif
diperlukan untuk meminimalkan risiko tersebut dan memastikan kepatuhan
terhadap peraturan yang berlaku.

Manajemen risiko rumah sakit sangat penting untuk meminimalkan


dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Sehingga Penting untuk selalu
mengikuti peraturan dan pedoman yang berlaku serta berinvestasi dalam
pendidikan dan pelatihan untuk memastikan bahwa manajemen rumah sakit
dilakukan secara efektif demi melindungi kesehatan masyarakat, lingkungan,
dan reputasi rumah sakit.

Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi,


menilai dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan
atau meminimalkan dampaknya. Manajemen risiko rumah sakit adalah

1
kegiatan berupa identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan
kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasinya
sendiri (The Joint Commission on Accreditation of Healthcare
Organizations/JCAHO). Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses
identifikasi, penilaian, analisis dan pengelolaan semua risiko yang potensial
dan kejadian keselamatan pasien. Manajemen risiko terintegrasi diterapkan
terhadap semua jenispelayanan dirumah sakit.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana identifikasi risiko Lingkungan terhadap data penyakit di
rumah sakit?
2. Bagaimana memprediksi risiko Lingkungan terhadap data penyakit di
rumah sakit ?
3. Bagaimana analisis risiko Lingkungan terhadap data penyakit di rumah
sakit ?
4. Bagaimana pengendalian risiko terhadap data penyakit di rumah sakit ?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui manajemen risiko Lingkungan terhadap data
penyakit di rumah sakit
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui identifikasi risiko Lingkungan terhadap data
penyakit di rumah sakit
b. Untuk mengetahui prediksi risiko Lingkungan terhadap data penyakit
di rumah sakit
c. Untuk mengetahui analisis risiko Lingkungan terhadap data penyakit
di rumah sakit
d. Untuk mengetahui pengendalian risiko terhadap data penyakit di
rumah sakit

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. IDENTIFIKASI RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP DATA KASUS


PENYAKIT TERTINGGI DI RSIA CATHERINE BOOTH
Berdasarkan dari hasil surveilens data kasus penyakit tertinggi di RSIA
Catherine Booth di tahun 2022 yaitu sebgaia berikut :
Tabel 2.1 jenis penyakit tertinggi RSIA Catherine Booth
No 10 Jenis Penyakit Tertinggi RSIA Catherine Booth
.
1. Nasofaring Akut
2. Farangitis Akut
3. Diare
4. Bronkopneumonia
5. ISPA
6. Demam
7. Asma
8. Demam Tifoid
9. Dermatitis
10. Radang Tenggorokan

Berdasarkan dari data tersebut diperoleh hasil bahwa penyakit tertinggi


di RSIA Catherine Booth adalah penyakit Nasofaring akut sehingga dapat
dikatakan bahwa penyakit nasofaring akut adalah masalah yang diprioritaskan
di RSIA Catherine Booth seperti pada grafik berikut ini :

3
Nasofaring akut adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
gejala atau penyakit yang berkaitan dengan nasofaring, yaitu bagian belakang
tenggorokan yang terletak di belakang hidung. Nasofaring akut biasanya
merujuk kepada infeksi atau peradangan yang terjadi di nasofaring. Salah satu
contoh yang paling umum adalah infeksi nasofaring akut atau radang
tenggorokan akut (sore throat) yang disebabkan oleh virus atau bakteri.

B. PREDIKSI RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP DATA KASUS


PENYAKIT TERTINGGI DI RSIA CATHERINE BOOTH
Prediksi risiko Lingkungan terhadap penyakit nasofaring akut atau
penyakit seperti radang tenggorokan atau infeksi nasofaring lainnya dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko
terkena penyakit nasofaring akut yaitu sebagai beriku :
1. Paparan Virus dan Bakteri
Terpapar virus dan bakteri yang menyebabkan penyakit nasofaring
akut dapat terjadi melalui kontak dengan individu yang sudah terinfeksi
atau melalui paparan di lingkungan sekitar yang terkontaminasi, seperti
benda-benda yang sering disentuh.

2. Polusi Udara
Paparan terhadap polusi udara, termasuk asap rokok, debu, polusi
udara dalam ruangan, dan polusi udara luar ruangan, dapat merangsang
iritasi tenggorokan dan memengaruhi sistem pernapasan, sehingga
meningkatkan risiko infeksi nasofaring.

4
3. Kualitas Udara Dalam Ruangan
Udara dalam ruangan yang tidak sehat atau kurang ventilasi dapat
meningkatkan risiko penyebaran penyakit. Contoh termasuk ruangan
yang terlalu penuh, ruangan yang tidak memiliki sirkulasi udara yang
baik, atau tempat-tempat dengan sistem pendingin udara yang tidak
dijaga dengan baik.

4. Perilaku hidup bersih dan sehat


Kurangnya kebersihan pribadi atau hygiene sanitasi, termasuk
kurangnya mencuci tangan dengan benar, dapat mempermudah
penyebaran patogen penyebab penyakit nasofaring. Kebiasaan hidup
sehat seperti tidur yang cukup, makan makanan bergizi, dan menjaga
sistem kekebalan tubuh yang kuat juga dapat membantu melindungi dari
infeksi.

5. Kepadatan Populasi

Lingkungan dengan populasi yang padat, seperti sekolah, tempat


kerja, atau tempat-tempat umum, dapat meningkatkan risiko penyebaran
infeksi dari orang ke orang.

6. Musim dan Cuaca


Beberapa penyakit nasofaring akut, seperti flu musiman, dapat lebih
sering terjadi selama musim tertentu atau dalam kondisi cuaca tertentu.

7. Kontak dengan Hewan


Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi nasofaring manusia
dapat disebabkan oleh zoonosis, yaitu penyakit yang dapat ditularkan
dari hewan ke manusia. Kontak dengan hewan yang terinfeksi dapat
meningkatkan risiko tertular penyakit.

8. Ventilasi Ruangan
Ventilasi yang baik di dalam ruangan dapat memiliki pengaruh
positif terhadap kesehatan pernapasan dan dapat membantu mengurangi

5
risiko penyakit nasofaring. Berikut adalah beberapa pengaruh ventilasi
terhadap penyakit nasofaring.

Ventilasi yang baik dapat membantu mengurangi konsentrasi


patogen penyebab penyakit nasofaring di udara dalam ruangan. Ini bisa
mengurangi risiko paparan terhadap virus dan bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi pernapasan. Ventilasi yang baik juga dapat
membantu menghilangkan polusi udara dalam ruangan, seperti asap
rokok, debu, atau bahan kimia yang dapat mengiritasi saluran
pernapasan. Polusi udara dalam ruangan dapat memperburuk gejala
penyakit nasofaring atau meningkatkan risiko infeksi.

Ventilasi yang baik dapat membantu mengontrol tingkat kelembaban


di dalam ruangan. Kelembaban yang seimbang dapat membantu
mencegah kekeringan tenggorokan dan hidung, yang dapat membuat
seseorang lebih rentan terhadap infeksi nasofaring.

Ventilasi yang efektif dapat membantu mengurangi penumpukan


partikel-partikel udara seperti alergen, serbuk sari, dan debu di dalam
ruangan. Ini dapat membantu mencegah reaksi alergi yang dapat
memengaruhi saluran pernapasan dan hidung. Selain itu , ventilasi yang
baik juga dapat membantu mengurangi kelembaban berlebihan di dalam
ruangan, yang dapat menjadi lingkungan yang lebih kondusif bagi
pertumbuhan jamur dan bakteri yang dapat memengaruhi kesehatan
pernapasan. Ventilasi yang baik dapat meningkatkan kualitas udara
dalam ruangan secara keseluruhan, yang berkontribusi pada kesehatan
pernapasan yang lebih baik dan dapat membantu mengurangi risiko
infeksi nasofaring.

Penting untuk menjaga ventilasi yang baik di dalam ruangan,


terutama di tempat-tempat yang padat penduduk seperti sekolah, tempat
kerja, atau rumah sakit. Ini dapat dicapai dengan mengatur ventilasi
alami, seperti jendela terbuka, atau dengan menggunakan sistem ventilasi

6
mekanis yang memadai. Jika Anda tinggal atau bekerja di lingkungan
dengan risiko tinggi infeksi nasofaring, seperti tempat-tempat umum,
penting untuk memastikan bahwa sistem ventilasi berfungsi dengan baik
untuk menjaga kualitas udara dalam ruangan yang optimal.

C. ANALISIS RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP DATA KASUS


PENYAKIT TERTINGGI DI RSIA CATHERINE BOOTH
Menganalisis risiko lingkungan terhadap penyakit nasofaring melibatkan
serangkaian langkah untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengelola faktor-
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi risiko terjadinya penyakit
nasofaring. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
menganalisis risiko lingkungan terhadap penyakit nasofaring:

1. Identifikasi Faktor Lingkungan yang Relevan


Tentukan faktor-faktor lingkungan yang memiliki potensi untuk
memengaruhi risiko penyakit nasofaring. Ini dapat mencakup faktor-
faktor seperti polusi udara, kebersihan lingkungan, kualitas udara dalam
ruangan, kebiasaan perilaku, dan lain-lain.

2. Kumpulkan Data dan Informasi


Kumpulkan data dan informasi yang relevan tentang faktor-faktor
lingkungan yang telah diidentifikasi. Ini dapat melibatkan pengumpulan
data epidemiologi, data polusi udara, data cuaca, informasi tentang
vaksinasi, dan lain-lain.

3. Analisis Epidemiologi
Lakukan analisis epidemiologi untuk memahami hubungan antara
faktor-faktor lingkungan dan kasus penyakit nasofaring. Ini melibatkan
penggunaan data penyakit dan data lingkungan untuk mengidentifikasi
pola dan tren yang mungkin ada.

4. Penilaian Risiko
Lakukan penilaian risiko untuk mengevaluasi sejauh mana faktor-
faktor lingkungan yang telah diidentifikasi dapat meningkatkan risiko

7
penyakit nasofaring. Ini melibatkan estimasi tingkat risiko yang terkait
dengan setiap faktor lingkungan.

5. Identifikasi Rentang Risiko


Identifikasi rentang risiko yang mungkin terkait dengan faktor-
faktor lingkungan tersebut. Ini dapat mencakup risiko tinggi, risiko
sedang, dan risiko rendah terhadap penyakit nasofaring.

6. Identifikasi Kerentanan Populasi:

Identifikasi kelompok populasi yang mungkin lebih rentan terhadap


penyakit nasofaring akibat faktor-faktor lingkungan tertentu. Ini dapat
mencakup anak-anak, lansia, individu dengan kondisi medis tertentu, dan
lain-lain.

7. Pengembangan Strategi Pengendalian Risiko:


Berdasarkan hasil analisis risiko, identifikasi strategi pengendalian
risiko yang dapat diimplementasikan. Ini bisa mencakup:
a. Meningkatkan kebersihan pribadi dan etika batuk yang benar.
b. Mendorong vaksinasi.
c. Meningkatkan kualitas udara dalam ruangan.
d. Mengurangi polusi udara.
e. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang praktik kesehatan yang
baik.
f. Mengidentifikasi dan mengatasi faktor risiko tertentu yang relevan,
seperti paparan alergen atau paparan tempat-tempat umum yang
terkontaminasi.
8. Implementasi dan Pemantauan
Implementasikan strategi pengendalian risiko yang telah ditentukan
dan lakukan pemantauan terus-menerus untuk memastikan
efektivitasnya. Pastikan bahwa tindakan pengendalian risiko dijalankan
secara konsisten.

8
9. Evaluasi dan Penyempurnaan
Evaluasi efektivitas strategi pengendalian risiko secara berkala dan
lakukan perbaikan jika diperlukan. Ini melibatkan evaluasi dampaknya
terhadap tingkat penyakit nasofaring dan penyesuaian strategi jika
diperlukan.

10. Komunikasi Informasi


Komunikasikan hasil analisis risiko dan strategi pengendalian risiko
kepada masyarakat, pihak berwenang, dan pemangku kepentingan
lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan partisipasi dalam upaya
pengendalian penyakit nasofaring.

Menganalisis risiko lingkungan terhadap penyakit nasofaring adalah


proses yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, termasuk epidemiologi, ilmu
lingkungan, dan kesehatan masyarakat. Upaya ini bertujuan untuk
mengurangi risiko penyakit nasofaring dan meningkatkan kesehatan
masyarakat secara keseluruhan

D. PENGENDALIAN RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP DATA


KASUS PENYAKIT TERTINGGI DI RSIA CATHERINE BOOTH
Manajemen risiko lingkungan untuk penyakit nasofaring akut melibatkan
langkah-langkah yang dirancang untuk mengidentifikasi, mengurangi, dan
mengendalikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini di
lingkungan. Berikut adalah beberapa aspek dalam manajemen risiko
lingkungan penyakit nasofaring akut:
1. Kebersihan Pribadi dan Etika Batuk: Penting untuk meningkatkan
kesadaran tentang kebersihan pribadi dan etika batuk yang benar.
Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tisu atau
lengan bagian dalam siku, serta mencuci tangan dengan benar, dapat
membantu mengurangi penyebaran virus dan bakteri penyebab penyakit
nasofaring.
2. Vaksinasi: Mendorong vaksinasi adalah langkah penting dalam
manajemen risiko penyakit nasofaring. Vaksinasi dapat membantu

9
mencegah beberapa penyakit nasofaring, seperti influenza (flu) dan
penyakit tenggorokan streptokokus.
3. Kualitas Udara Dalam Ruangan: Memastikan kualitas udara dalam
ruangan yang baik adalah langkah penting. Hal ini dapat mencakup
penggunaan purifier udara, ventilasi yang baik, dan pengendalian
sumber polusi dalam ruangan seperti asap rokok atau bahan kimia yang
dapat mengiritasi saluran pernapasan.
4. Kebersihan Lingkungan: Mempertahankan kebersihan lingkungan,
terutama tempat-tempat umum seperti sekolah, tempat kerja, dan pusat
perbelanjaan, adalah langkah penting untuk mencegah penyebaran
penyakit. Ini termasuk rutin membersihkan permukaan yang sering
disentuh dan menghilangkan potensi penyebaran patogen.
5. Promosi Kesehatan: Pendidikan dan promosi kesehatan dapat
membantu meningkatkan kesadaran tentang cara-cara mencegah
penyakit nasofaring akut. Ini termasuk kampanye kesadaran masyarakat
dan penyediaan informasi kesehatan yang akurat.
6. Pengendalian Kontak: Dalam situasi di mana ada wabah penyakit
nasofaring, langkah-langkah pengendalian kontak harus diambil untuk
membatasi penyebaran infeksi. Ini dapat mencakup isolasi individu
yang terinfeksi dan pelacakan kontak dengan individu tersebut.
7. Perencanaan Keadaan Darurat: Memiliki perencanaan keadaan darurat
yang baik dan sistem peringatan dini adalah komponen penting dalam
manajemen risiko. Ini memungkinkan tanggapan yang cepat terhadap
wabah penyakit nasofaring.
8. Kesehatan Pekerja: Pengusaha dapat memainkan peran penting dalam
manajemen risiko dengan memastikan karyawan memiliki akses ke
fasilitas kesehatan yang tepat dan mendorong kebijakan yang
memungkinkan staf untuk tinggal di rumah saat mereka sakit.
9. Pemantauan Epidemiologi: Mengumpulkan data epidemiologi dan
melacak tren infeksi nasofaring dapat membantu dalam manajemen

10
risiko. Ini memungkinkan pengetahuan yang lebih baik tentang
bagaimana penyakit ini menyebar dan memengaruhi populasi.
10. Penelitian dan Pengembangan: Investasi dalam penelitian dan
pengembangan obat-obatan, vaksin, dan terapi baru dapat membantu
mengurangi risiko penyakit nasofaring dan memungkinkan pengobatan
yang lebih efektif.
Manajemen risiko lingkungan penyakit nasofaring akut melibatkan
upaya bersama dari individu, komunitas, dan lembaga kesehatan. Kebijakan
yang baik, pendidikan, dan penerapan praktik-praktik kesehatan yang baik
adalah kunci dalam upaya mencegah dan mengendalikan penyakit nasofaring.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Nasofaring akut biasanya merujuk kepada infeksi atau peradangan yang
terjadi di nasofaring. Salah satu contoh yang paling umum adalah infeksi
nasofaring akut atau radang tenggorokan akut (sore throat) yang disebabkan
oleh virus atau bakteri.

Prediksi risiko Lingkungan terhadap penyakit nasofaring akut atau


penyakit seperti radang tenggorokan atau infeksi nasofaring lainnya dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko
terkena penyakit nasofaring akut seperti pengaruh ventilasi, kepadatan
penghuni, paparan debu dan bateri.

Menganalisis risiko lingkungan terhadap penyakit nasofaring melibatkan


serangkaian langkah untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengelola faktor-
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi risiko terjadinya penyakit
nasofaring.

11
Manajemen risiko lingkungan untuk penyakit nasofaring akut melibatkan
langkah-langkah yang dirancang untuk mengidentifikasi, mengurangi, dan
mengendalikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini di
lingkungan.

Manajemen risiko lingkungan penyakit nasofaring akut melibatkan upaya


bersama dari individu, komunitas, dan lembaga kesehatan. Kebijakan yang
baik, pendidikan, dan penerapan praktik-praktik kesehatan yang baik adalah
kunci dalam upaya mencegah dan mengendalikan penyakit nasofaring.

B. SARAN
Untuk mencegah terjadinya masalah-masalah dalam penanganan
manajemen risiko bahaya limbah cair medis rumah sakit disarankan sebagai
berikut :
1. Sebaiknya masyarakat perlu memperhatikan perhitungan ventilasi yang
digunakan dengan jumlah anggota keluarga
2. Sebaiknya alat atau perabot rumah tangga yang berpotensi terkena debu
dan bakteri rutin dibersihkan
3. Sebaiknya rutin membersihkan ventilasi mekanin seperti AC dan kipas
angin

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai