LAPORAN PRAKTIKUM
SURVEILENS DATA 10 PENYAKIT TERTINGGI DI RUMAH SAKIT
CATHERINE BOOTH
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, hidayah
serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini
terkait serveilens data 10 penyakit tertinggi di Rumah Sakit Catherine Booth.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Manajemen Risiko Lingkungan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang manajemen risiko terhadap kasus
penyakit tertinggi pada instansi atau pelayanan Kesehatan.
Laporan ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Identifikasi Risiko Lingkungan.............................................................3
B. Prediksi Risiko Lingkungan..................................................................4
C. Analisis Risiko Lingkungan..................................................................6
D. Pengendalian Risiko Lingkungan.........................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU RI No 44 Tahun 2009), (Purwanti,
2018). Kesehatan lingkungan rumah sakit adalah upaya pencegahan penyakit
dan atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan yang berguna
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,
biologi sosial dalam lingkungan rumah sakit (Kemenkes RI, 2019).
Manajemen risiko rumah sakit adalah upaya mengidentifikasi dan
mengelompokkan risiko serta mengendalikan dan atau mengelola risiko
tersebut baik secara proaktif yang mungkin terjadi maupun reaktif terhadap
insiden yang sudah terjadi agar memberikan dampak negative seminimal
mungkin bagi keselamatan dan Kesehatan pasien. Manajemen risiko rumah
sakit merupakan aspek kunci dalam menjaga keamanan pasien, petugas
kesehatan, dan lingkungan. Rumah sakit mengandung potensi bahaya berupa
patogen, bahan kimia berbahaya, dan potensi pencemaran lingkungan jika
tidak dikelola dengan benar. Oleh karena itu, manajemen risiko yang efektif
diperlukan untuk meminimalkan risiko tersebut dan memastikan kepatuhan
terhadap peraturan yang berlaku.
1
kegiatan berupa identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan
kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasinya
sendiri (The Joint Commission on Accreditation of Healthcare
Organizations/JCAHO). Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses
identifikasi, penilaian, analisis dan pengelolaan semua risiko yang potensial
dan kejadian keselamatan pasien. Manajemen risiko terintegrasi diterapkan
terhadap semua jenispelayanan dirumah sakit.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana identifikasi risiko Lingkungan terhadap data penyakit di
rumah sakit?
2. Bagaimana memprediksi risiko Lingkungan terhadap data penyakit di
rumah sakit ?
3. Bagaimana analisis risiko Lingkungan terhadap data penyakit di rumah
sakit ?
4. Bagaimana pengendalian risiko terhadap data penyakit di rumah sakit ?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui manajemen risiko Lingkungan terhadap data
penyakit di rumah sakit
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui identifikasi risiko Lingkungan terhadap data
penyakit di rumah sakit
b. Untuk mengetahui prediksi risiko Lingkungan terhadap data penyakit
di rumah sakit
c. Untuk mengetahui analisis risiko Lingkungan terhadap data penyakit
di rumah sakit
d. Untuk mengetahui pengendalian risiko terhadap data penyakit di
rumah sakit
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Nasofaring akut adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
gejala atau penyakit yang berkaitan dengan nasofaring, yaitu bagian belakang
tenggorokan yang terletak di belakang hidung. Nasofaring akut biasanya
merujuk kepada infeksi atau peradangan yang terjadi di nasofaring. Salah satu
contoh yang paling umum adalah infeksi nasofaring akut atau radang
tenggorokan akut (sore throat) yang disebabkan oleh virus atau bakteri.
2. Polusi Udara
Paparan terhadap polusi udara, termasuk asap rokok, debu, polusi
udara dalam ruangan, dan polusi udara luar ruangan, dapat merangsang
iritasi tenggorokan dan memengaruhi sistem pernapasan, sehingga
meningkatkan risiko infeksi nasofaring.
4
3. Kualitas Udara Dalam Ruangan
Udara dalam ruangan yang tidak sehat atau kurang ventilasi dapat
meningkatkan risiko penyebaran penyakit. Contoh termasuk ruangan
yang terlalu penuh, ruangan yang tidak memiliki sirkulasi udara yang
baik, atau tempat-tempat dengan sistem pendingin udara yang tidak
dijaga dengan baik.
5. Kepadatan Populasi
8. Ventilasi Ruangan
Ventilasi yang baik di dalam ruangan dapat memiliki pengaruh
positif terhadap kesehatan pernapasan dan dapat membantu mengurangi
5
risiko penyakit nasofaring. Berikut adalah beberapa pengaruh ventilasi
terhadap penyakit nasofaring.
6
mekanis yang memadai. Jika Anda tinggal atau bekerja di lingkungan
dengan risiko tinggi infeksi nasofaring, seperti tempat-tempat umum,
penting untuk memastikan bahwa sistem ventilasi berfungsi dengan baik
untuk menjaga kualitas udara dalam ruangan yang optimal.
3. Analisis Epidemiologi
Lakukan analisis epidemiologi untuk memahami hubungan antara
faktor-faktor lingkungan dan kasus penyakit nasofaring. Ini melibatkan
penggunaan data penyakit dan data lingkungan untuk mengidentifikasi
pola dan tren yang mungkin ada.
4. Penilaian Risiko
Lakukan penilaian risiko untuk mengevaluasi sejauh mana faktor-
faktor lingkungan yang telah diidentifikasi dapat meningkatkan risiko
7
penyakit nasofaring. Ini melibatkan estimasi tingkat risiko yang terkait
dengan setiap faktor lingkungan.
8
9. Evaluasi dan Penyempurnaan
Evaluasi efektivitas strategi pengendalian risiko secara berkala dan
lakukan perbaikan jika diperlukan. Ini melibatkan evaluasi dampaknya
terhadap tingkat penyakit nasofaring dan penyesuaian strategi jika
diperlukan.
9
mencegah beberapa penyakit nasofaring, seperti influenza (flu) dan
penyakit tenggorokan streptokokus.
3. Kualitas Udara Dalam Ruangan: Memastikan kualitas udara dalam
ruangan yang baik adalah langkah penting. Hal ini dapat mencakup
penggunaan purifier udara, ventilasi yang baik, dan pengendalian
sumber polusi dalam ruangan seperti asap rokok atau bahan kimia yang
dapat mengiritasi saluran pernapasan.
4. Kebersihan Lingkungan: Mempertahankan kebersihan lingkungan,
terutama tempat-tempat umum seperti sekolah, tempat kerja, dan pusat
perbelanjaan, adalah langkah penting untuk mencegah penyebaran
penyakit. Ini termasuk rutin membersihkan permukaan yang sering
disentuh dan menghilangkan potensi penyebaran patogen.
5. Promosi Kesehatan: Pendidikan dan promosi kesehatan dapat
membantu meningkatkan kesadaran tentang cara-cara mencegah
penyakit nasofaring akut. Ini termasuk kampanye kesadaran masyarakat
dan penyediaan informasi kesehatan yang akurat.
6. Pengendalian Kontak: Dalam situasi di mana ada wabah penyakit
nasofaring, langkah-langkah pengendalian kontak harus diambil untuk
membatasi penyebaran infeksi. Ini dapat mencakup isolasi individu
yang terinfeksi dan pelacakan kontak dengan individu tersebut.
7. Perencanaan Keadaan Darurat: Memiliki perencanaan keadaan darurat
yang baik dan sistem peringatan dini adalah komponen penting dalam
manajemen risiko. Ini memungkinkan tanggapan yang cepat terhadap
wabah penyakit nasofaring.
8. Kesehatan Pekerja: Pengusaha dapat memainkan peran penting dalam
manajemen risiko dengan memastikan karyawan memiliki akses ke
fasilitas kesehatan yang tepat dan mendorong kebijakan yang
memungkinkan staf untuk tinggal di rumah saat mereka sakit.
9. Pemantauan Epidemiologi: Mengumpulkan data epidemiologi dan
melacak tren infeksi nasofaring dapat membantu dalam manajemen
10
risiko. Ini memungkinkan pengetahuan yang lebih baik tentang
bagaimana penyakit ini menyebar dan memengaruhi populasi.
10. Penelitian dan Pengembangan: Investasi dalam penelitian dan
pengembangan obat-obatan, vaksin, dan terapi baru dapat membantu
mengurangi risiko penyakit nasofaring dan memungkinkan pengobatan
yang lebih efektif.
Manajemen risiko lingkungan penyakit nasofaring akut melibatkan
upaya bersama dari individu, komunitas, dan lembaga kesehatan. Kebijakan
yang baik, pendidikan, dan penerapan praktik-praktik kesehatan yang baik
adalah kunci dalam upaya mencegah dan mengendalikan penyakit nasofaring.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nasofaring akut biasanya merujuk kepada infeksi atau peradangan yang
terjadi di nasofaring. Salah satu contoh yang paling umum adalah infeksi
nasofaring akut atau radang tenggorokan akut (sore throat) yang disebabkan
oleh virus atau bakteri.
11
Manajemen risiko lingkungan untuk penyakit nasofaring akut melibatkan
langkah-langkah yang dirancang untuk mengidentifikasi, mengurangi, dan
mengendalikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini di
lingkungan.
B. SARAN
Untuk mencegah terjadinya masalah-masalah dalam penanganan
manajemen risiko bahaya limbah cair medis rumah sakit disarankan sebagai
berikut :
1. Sebaiknya masyarakat perlu memperhatikan perhitungan ventilasi yang
digunakan dengan jumlah anggota keluarga
2. Sebaiknya alat atau perabot rumah tangga yang berpotensi terkena debu
dan bakteri rutin dibersihkan
3. Sebaiknya rutin membersihkan ventilasi mekanin seperti AC dan kipas
angin
12
DAFTAR PUSTAKA
13