Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lidya Ayu Ningrum

NPM : 203300516059
Mata Kuliah : Hukum Lingkungan (R.01)

SOAL :
1. Apa yang dimaksud dengan sengketa lingkungan.
2. Hal-hal apakah yang menyebabkan terjadinya sengketa lingkungan, berikan contoh;
3. Penyelesaian kasus lingkungan dapat dilakukan melalui pengadilan dan di luar
pengadilan. Terangkan.
4. Terangkan langkah penyelesaian melalui lembaga penyelesaian sengketa lingkungan
(LPSLH) dan bagaimana langkah pembentukan LPPJP2SLH;
5. Terangkan perbedaan antara mediasi lingkungan dengan konsiliasi lingkungan.
6. Terangkan tahap-tahap perundingan yang dapat dilakukan dalam menyelesaikan kasus
lingkungan.

JAWABAN :
1. Sengketa lingkungan hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau lebih yang timbul
dari kegiatan yang berpotensi dan/atau telah berdampak pada lingkungan hidup.
2. Ada kasus pencemaran atau perusakan lingkungan akibat pertambangan, kasus tumpahan
minyak, pencemaran karena industri, kasus penimbunan limbah B3, penebangan hutan
secara liar, perusakan terumbu karang dan hutan mangrove, perusakan hutan lindung atau
kawasan taman nasional, kebakaran hutan, pengerukan pasir laut, permasalahan sampah
di kota-kota besar, penambangan secara liar (PETI),dan lain-lain Kasus-kasus
lingkungan tersebut berulang-ulang telah dibicarakan dalam pelbagai forum formal dan
informal.
3. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui perundingan di luar pengadilan
dilakukan secara sukarela oleh pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang mengalami
kerugian dan mengakibatkan kerugian, instansi pemerintah yang terkait dengan subyek
yang disengketakan, serta dapat melibatkan pihak yang mempunyai kepedulian terhadap
pengelolaan lingkungan hidup. Tindakan tertentu di sini dimaksudkan sebagai upaya
memulihkan fungsi lingkungan hidup dengan memperhatikan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat setempat. Penyelesaian kasus lingkungan ini dilakukan melalui jasa
pihak ketiga, baik yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan maupun yang
memiliki kewenangan mengambil keputusan, untuk membantu menyelesaikan sengketa
lingkungan hidup. Prosedur penyelesaian kasus lingkungan di luar pengadilan menurut
Pasal 32 UUPLH dilakukan secara sukarela oleh para pihak yang berkepentingan yang
terdiri atas pihak yang mengalami kerugian, pihak yang mengakibatkan kerugian, dan
instansi pemerintah yang terkait dengan subyek yang disengketakan. Disamping itu juga
dapat melibatkan pihak yang mempunyai kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan
hidup.
4. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar
pengadilan dan pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup dilakukan secara
sukarela oleh para pihak yang bersengketa.
5. - Mediasi Lingkungan
Penyelesaian sengketa lingkungan oleh pihak ketiga netral yang tidak diberi kewenangan
untuk mengambil keputusan adalah berfungsi memfasilitasi terjadinya perundingan
antara pihak-pihak yang bersengtketa atau para pihak yang berkepentingan. Penyelesaian
cara demikian dikenal dengan istilah mediasi lingkungan (environmental mediation).
Pihak ketiga netral di sini memediasi pertemuan para pihak yang bersengketa untuk
memberikan alternatif untuk mengakhiri konflik lingkungan tersebut. Para pihak yang
bersengketa memilih alternatif untuk menyelesaikan sengketa lingkungan di antara
mereka. Persyaratan seorang mediator harus disetujui oleh para pihak. Penjelasan Pasal
32 butir a UUPLH menyebutkan syarat pihak ketiga yakni harus: (1) disetujui oleh para
pihak yang bersengketa; (2) tidak memiliki hubungan keluarga dan/atau hubungan kerja
dengan salah satu pihak yang bersengketa; (3) memiliki keterampilan untuk melakukan
perundingan atau penengahan; dan (4) tidak memiliki kepentingan terhadap proses
perundingan maupun hasilnya. Kunci keberhasilan penyelesaian kasus lingkungan
melalui mediasi ini adalah adanya kesediaan para pihak untuk mengakhiri sengketa
melalui perundingan dengan bantuan mediator. Penyelesaian secara mediasi ini dilakukan
oleh mediator dengan memberikan alternatif penyelesaian terhadap sengketa lingkungan.
Seorang mediator harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas berkenaan
dengan permasalahan lingkungan. Dengan demikian seorang mediator akan dapat
meyakinkan pada pihak untuk menetapkan pilihan untuk mengakhiri persengketaan
tersebut. Pengalaman di berbagai negara menunjukkan trend penggunaan dalam
menangani kasus lingkungan ini meningkat.
- Konsiliasi Lingkungan
Mediasi Lingkungan
Penyelesaian sengketa lingkungan oleh pihak ketiga netral yang tidak diberi
kewenangan untuk mengambil keputusan adalah berfungsi memfasilitasi terjadinya
perundingan antara pihak-pihak yang bersengtketa atau para pihak yang
berkepentingan. Penyelesaian cara demikian dikenal dengan istilah mediasi
lingkungan (environmental mediation). Pihak ketiga netral di sini memediasi
pertemuan para pihak yang bersengketa untuk memberikan alternatif untuk
mengakhiri konflik lingkungan tersebut. Para pihak yang bersengketa memilih
alternatif untuk menyelesaikan sengketa lingkungan di antara mereka. Persyaratan
seorang mediator harus disetujui oleh para pihak. Penjelasan Pasal 32 butir a
UUPLH menyebutkan syarat pihak ketiga yakni harus: (1) disetujui oleh para pihak
yang bersengketa; (2) tidak memiliki hubungan keluarga dan/atau hubungan kerja
dengan salah satu pihak yang bersengketa; (3) memiliki keterampilan untuk
melakukan perundingan atau penengahan; dan (4) tidak memiliki kepentingan
terhadap proses perundingan maupun hasilnya. Kunci keberhasilan penyelesaian
kasus lingkungan melalui mediasi ini adalah adanya kesediaan para pihak untuk
mengakhiri sengketa melalui perundingan dengan bantuan mediator. Penyelesaian
secara mediasi ini dilakukan oleh mediator dengan memberikan alternatif
penyelesaian terhadap sengketa lingkungan. Seorang mediator harus memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang luas berkenaan dengan permasalahan lingkungan.
Dengan demikian seorang mediator akan dapat meyakinkan pada pihak untuk
menetapkan pilihan untuk mengakhiri persengketaan tersebut. Pengalaman di
berbagai negara menunjukkan trend penggunaan dalam menangani kasus lingkungan
ini meningkat.
6. Tahap-tahap perundingan :
Tahap persiapan:
- mencari masukan
- menganalisis kasus
- mengatur waktu, tempat, dan logistik dan persiapan fisik, dll.
Pengajuan pendapat/pernyataan:
- pihak penyelenggara memberikan kata pengantar
- para pihak mengajukan berbagai alasan
- kepentingan yang diperjuangkan/diinginkan
- analisis persamaan dan perbedaan kepentingan
- persyaratan-persyaratan tertentu berkaitan dengan kesepakatan
Merancang pola perundingan/penyelesaian masalah
- merancang strategi umum
- menentukan agenda
- merancang strategi menghadapi setiap isu
Pemecahan masalah
- mengkaji masing-masing kepentingan yang diperjuangkan
- membuat kerangka kesepakatan kepentingan
- menyusun alternatif pemecahan masalah secara umum
- menganalisis setiap pilihan yang muncul
- modifikasi pilihan agar memuaskan para pihak
Tahap akhir perundingan
- menentukan/modifikasi pilihan akhir atau trade-off
- membuat rencana pelaksanaan
- membuat rencana pemantauan (optional)
Penulisan draf kepakatan (optional)
- meneliti kembali (melalui kelompok/individu)
- melakukan perbaikan seperlunya
Penulisan draf akhir (closing)
- kesepakatan penyelesaian kasus (formal substantive settlement)
- penutupan (psychologis closure)

Anda mungkin juga menyukai