(Disusun guna memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran Biologi)
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan seluruh alam, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat beserta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sampai akhir
zaman.
Akhirnya, tim penyusun mengharapkan agar hasil dari makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembelajaran selanjutnya.
ii
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan....................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.................................................................................... 36
B. Saran.............................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 38
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan saat ini menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi seluruh
rakyat Indonesia. Di dalam dunia pendidikan terdapat kompetensi yang harus
dimiliki oleh subjek dan objek pendidikan yaitu pendidik atau guru dan peserta
didik atau murid. Guru merupakan pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus
mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggungjawab,
wibawa, mandiri dan disiplin. Guru harus memahami dan memiliki nilai-nilai,
norma moral dan sosial, serta berusaha berperilaku sesuai dengan nilai dan norma
tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap tindakannya dalam proses
pembelajaran di sekolah. Sebagai pendidik, guru harus berani mengambil
keputusan secara mandiri berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan.
Pada dasarnya, seorang guru atau calon guru tidak hanya diharuskan
mampu mengajar, tetapi juga harus mempunyai kemampuan untuk melakukan
kegiatan evaluasi dengan baik. Kemampuan tersebut merupakan salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru terlepas dari fungsi dan
peranan guru dalam pendidikan itu sendiri. Selain memberikan pengajaran dan
1
pembelajaran kepada peserta didik, seorang guru juga diharuskan melakukan
evaluasi pembelajaran setelah pelaksanaan pengajarannya selesai dilaksanakan.
Kegiatan evaluasi pembelajaran ini merupakan kompetensi yang sejalan dengan
tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran termasuk di dalamnya
melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik. Kompetensi
tersebut juga sejalan dengan instrumen penilaian kemampuan guru yaitu
melakukan evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk
menilai dan mengukur apakah pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru sudah berjalan dengan baik atau belum.
B. Rumusan Masalah
2
11. Seperti apakah contoh kajian studi kasus yang berkaitan dengan konsep
dasar evaluasi pembelajaran dan tugas pokok guru dalam pembelajaran?
C. Tujuan Pembahasan
3
BAB II
PEMBAHASAN
a. Definisi Evaluasi
1
Anonim, ‘Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional’, Zitteliana, 18.1 (2003), 22–27.
4
Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian.
Meskipun saling berkaitan, akan tetapi ujian masih belum mencakup keseluruhan
makna yang sebenarnya dari evaluasi pembelajaran. Sebab, pada dasarnya
evaluasi pembelajaran bukan hanya menilai hasil belajar, tetapi juga menilai
proses-proses yang dilalui oleh pendidik dan peserta didik dalam keseluruhan
proses pembelajaran.2 Evaluasi adalah suatu kegiatan atau proses yang dilakukan
secara sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka pengendalian,
penjaminan, dan penetapan kualitas (nilai dan arti) berbagai komponen
pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu.
2
Asrul, Rusydi Ananda, and Rosinta, Evaluasi Pembajalaran, Ciptapustaka Media, 2014.
3
Ratnawulan Elis, Evaluasi Pembelajaran, Penerbit Pustaka, 2014.
5
yang terkait, dan mengefektifkan penggunaan informasi untuk mencapai tujuan
pendidikan.4
d. Definisi Tes
Tes adalah pemberian suatu tugas atau rangkaian tugas dalam bentuk soal
atau perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil
pelaksanaan tugas tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan
tertentu terhadap peserta didik. Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan
pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek .
Objek ini dapat berupa kemampuan siswa, minat sikap maupun motivasi. Respons
peserta tes terhadap pertanyaan-pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam
bidang tertentu.7 Alat ukur tes dapat berupa tes tertulis (paper and pencil test) dan
tes lisan.
4
Jenny Indrastoeti and Siti Istiyati, Asesmen Dan Evaluasi Pembelajaran Di Sekolah Dasar, 2017.
5
Asrul, Ananda, and Rosinta.
6
Haryanto, Evaluasi Pembelajaran; Konsep Dan Manajemen, UNY Press, 2020.
7
Indrastoeti and Istiyati.
6
C. Ciri-Ciri Evaluasi Pembelajaran
8
Haryanto.
7
D. Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Kegiatan evaluasi dilakukan dengan sadar oleh guru dengan tujuan untuk
memperoleh kepastian mengenai keberhasilan belajar peserta didik dan
memberikan masukan kepada guru mengenai apa yang dia lakukan dalam
kegiatan pengajaran. Dengan kata lain, evaluasi yang dilakukan oleh guru
bertujuan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran yang disampaikan apakah
sudah dikuasi oleh peserta didik ataukah belum. Selain itu juga, kegiatan evaluasi
untuk mengetahui apakah kegiatan pengajaran yang dilaksanakan guru itu sudah
sesuai dengan apa yang diharapkan atau belum.9
Tujuan evaluasi pembelajaran terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus;
tujuan umumnya adalah untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan
dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang
dialami peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam
jangka waktu tertentu dan untuk mengukur dan menilai sampai dimanakah
efektivitas mengajar dan metode-metode mengajar yang telah diterapkan atau
dilaksanakan oleh guru, serta kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh peserta
didik, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk merangsang kegiatan peserta
didik dalam menempuh program pendidikan.
9
Idrus L, ‘EVALUASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN Idrus L 1’, Evaluasi Dalam Proses
Pembelajaran, 2, 2019, 920–35.
8
prestasinya masing-masing dan untuk mencari dan menemukan faktor-faktor
penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti
program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-
cara perbaikannya. Tujuan evaluasi pembelajaran dapat diketahui baik atau
tidaknya tergantung dari kualitas proses pembelajaran dilaksanakan dalam kurun
waktu tertentu, dengan demikian ada beberapan tujuan dari evaluasi pembelajaran
antara lain:
9
agar setiap peserta didik dapat mencapai standar ketuntasan yang
dipersyaratkan;
i. Untuk megetahui kemampuan peserta didik yang telah mencapai
standar ketuntasan yang dipersyaratkan, dan dianggap memiliki
keunggulan, guru dapat memberikan layanan pengayaan;
j. Untuk mengevaluasi efektifitas kegiatan pembelajaran dan
merencanakan berbagai upaya tindak lanjut.
k. Untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada
mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional.
10
Idrus L.
10
Sedangkan, menurut Asrul dkk. menjelaskan bahwa dengan mengetahui
makna penilaian yang ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, maka
dapat dikatakan bahwa fungsi evaluasi atau penilaian ada beberapa hal, yakni:11
11
Asrul, Ananda, and Rosinta.
11
metode/strategi pembelajaran, media pembelajaran, kurikulum, sarana dan
sistem administrasi.
Ruang lingkup evaluasi berkaitan dengan objek evaluasi itu sendiri. Jika
objek tersebut mengenai pembelajaran, maka semua hal yang berkaitan dengan
pembelajaran menjadi ruang lingkup evaluasi pembelajaran. Adapun ruang
lingkup evaluasi pembelajaran dapat ditinjau dari beberapa perspektif, yaitu
domain hasil belajar, sistem pembelajaran, proses dan hasil belajar, serta
kompetensi.
12
1) Pengetahuan; Kemampuan mengingat/menghafal fakta, istilah,
prinsip, teori, proses dan pola struktur.
2) Pemahaman; Kemampuan mengungkapkan kembali dengan bahasa
sendiri tetang teori, prinsip-prinsip, konsep, sistem, struktur sehingga
melahirkan ide dan gagasan
3) Penerapan; Kemampuan mengaplikasikan ide dan gagasan dari teori-
teori, prinsip-prinsip, rumus-rumus, abstrak kesituasi yang konkrit.
4) Analisis; Kemampuan menguraikan, mengidentifikasi,
keseluruhan/suatu ssstem yang berhubungan dari ide dan gagasan
yang telah diaplikasikan.
5) Sintesis; Kemampuan menyatukan komponen-komponen sehingga
dapat ditarik kesimpulan (suatu hasil yang baru).
6) Evaluasi; Kemampuan untuk mengembangkan suatu ide, situasi, nilai-
nilai dan metode (sintesis) berdasarkan berdasarkan kriteria (PAP dan
PAN).
b. Affektive Domain (Ranah Afektif/ Kemampuan Emosi dan Minat),
terdapat 5 tingkatan yaitu:
1) Penerimaan; Kemampuan menerima dan memahami apa yang
disampaikan oleh guru.
2) Responsive; Kemampuan menanggapi atau melibatkan diri terhadap
materi yang diberikan dan peserta didik mampu berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran.
3) Penghargaan/penilaian; Kemampuan memberi nilai terhadap stimulus,
informasi respon/materi yang diberikan yang informasinya
bermanfaat.
4) Pengorganisasian/mengelola; Kemampuan mengorganisasikan
stimulus, materi, informasi ke dalam ssstem yang dimiliki.
5) Karakterisasi; Kemampuan mengintregasikan nilai menjadi bagian
yang terpadu.
c. Psychomotor Domain (ranah psikomotor). Keterampilan motorik halus
dan motorik kasar dalam melakukan tindakan, terdapat 4 tingkatan yaitu :
1) Menirukan: Kemampuan menirukan apa yang diajarkan oleh guru.
13
2) Memanipulasi: Kemampuan menambah tindakan-tindakan yang
diajarkan guru.
3) Artikulasi/ ketepatan waktu: Kemampuan mengkoordinasikan
tindakan-tindakan secara tepat dan teratur.
4) Naturalisasi: Kemampuan melakukan tindakan secara alami dengan
tidak menggunakan tenaga lebih.
1. Measurement Model
Model yang tertua dibanding model-model evaluasi yang lain, tokoh-
tokoh pengembang model ini antara lain R. Thorndike dan R. L. Ebel.
Menurut model ini, penilaian pendidikan adalah “pengukuran” terhadap
berbagai aspek tingkah laku dengan tujuan untuk melihat perbedaan-
perbedaan individu atau kelompok, yang hasilnya diperlukan dalam
rangka seleksi, bimbingan, dan perencanaan pendidikan bagi para
peserta didik di sekolah. Ruang lingkup evaluasi menurut model ini
adalah tingkah laku, terutama tingkah laku peserta, yang mencakup
kemampuan hasil belajar, kemampuan pembawaan (intelegensi dan
bakat), minat, sikap, dan juga aspek-aspek kepribadian peserta didik.
Dengan kata lain, objek penilaian mencakup aspek kognitif maupun
afektif dari tingkah laku peserta didik. Alat penilaian yang lazim
digunakan dalam model ini adalah tes tertulis atau paper and pencil
test. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang setepat mungkin ada
kecenderungan untuk mengembangkan alat-alat penilaian (tes) yang
baku atau standardized. Tes yang belum dibakukan dipandang kurang
dapat mencapai tujuan dari pengukuran. Diperlukan uji coba berkali-
kali terhadap instrument yang dikembangkan. Setelah suatu tes
14
diujicobakan kepada sampel yang cukup besar, kemudian berdasarkan
data yang diperoleh, dilakukan analisis untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas tes secara keseluruhan maupun setiap soal (analisis butir tes)
yang terdapat di dalamnya. Untuk mengungkapkan hasil yang telah
dicapai kelompok maupun masing-masing individu di dalam penilaian
mengenai suatu bidang pelajaran tertentu, dikembangkan suatu norma
kelompok berdasarkan angka-angka nyata yang diperoleh peserta didik
di dalam tes yang telah dilaksanakan. Atas dasar norma kelompok
inilah, nilai untuk masing-masing peserta didik ditentukan. Oleh karena
itu, nilai yang dicapai peserta didik lebih menggambarkan “kedudukan”
peserta didik tersebut di dalam kelompoknya disebut (relative norm)
Penilaian Acuan Norma (PAN).
2. Congruence Model
Model ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap model yang
pertama, sekalipun dalam beberapa hal masih menunjukkan adanya
persamaan dengan model yang pertama. Tokoh model ini adalah Raph
W. Tyler, John B. Carrol, dan Lee J. Cronbach. Menurut Tyler, proses
pendidikan berisi tiga komponen yang saling terkait, yaitu tujuan
pendidikan, pengalaman belajar, dan penilaian hasil belajar. Penilaian
merupakan kegiatan untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan
pendidikan dapat dicapai oleh peserta didik dalam bentuk hasil belajar
yang mereka perlihatkan pada akhir kegiatan pendidikan.
Hal itu mengingat tujuan-tujuan pendidikan mencerminkan perubahan-
perubahan tingkah laku yang diinginkan pada peserta didik, maka yang
penting dalam proses penilaian adalah memeriksa sejauh mana
perubahan-perubahan tingkah laku yang diinginkan tersebut telah
dicapai peserta didik. Tindak lanjut dari penilaian ini adalah sebagai
bahan bimbingan lebih lanjut kepada peserta didik serta memberikan
informasi kepada pihak luar yang terkait dengan hasil belajar peserta
didik. Penilaian adalah usaha untuk memeriksa persesuaian
(congruence) antara tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan, dan
15
hasil belajar yang telah dicapai. Oleh karena tujuan pendidikan
menyangkut tentang perubahan perilaku yang diinginkan pada peserta
didik, maka penilaian dimaksudkan untuk memeriksa sejauh mana
perubahan-perubahan yang diinginkan tersebut telah dicapai.
Ruang lingkup evaluasi menurut model ini adalah memeriksa
persesuaian (congruence) antara tujuan dan hasil belajar, maka yang
dijadikan objek penilaian adalah tingkah laku peserta didik. Secara
lebih khusus, yang dinilai adalah perubahan tingkah laku yang
diinginkan (intended behavior) yang diperlihatkan oleh peserta didik
pada akhir kegiatan pendidikan. Ruang lingkup perilaku meliputi;
pengetahuan, keterampilan, dan nilai/sikap. Congruence model tidak
membatasi alat penilaian pada tes tertulis atau paper and pencil test
saja. Carrol, misalnya, menyebutkan perlunya digunakan alat-alat
penilaian lain seperti tes perbuatan dan observasi. Ringkasnya, dalam
menilai hasil belajar yang mencakup berbagai jenis (pengetahuan,
keterampilan, dan nilai/sikap) berbagai kemungkinan alat penilaian
perlu digunakan. Penilaian dipergunakan sebagai alat ukur pencapaian
hasil belajar setelah menempuh proses pendidikan, maka diperlukan
prosedur pre and post test. Model ini tidak menyarankan
dilaksanakannya penilaian perbandingan untuk melihat sejauh mana
kurikulum yang baru lebih efektif dari kurikulum yang ada. Tyler dan
Cronbach lebih mengarahkan peranan penilaian pada tujuan untuk
memperbaiki kurikulum atau sistem pendidikan.
3. System Model
Hakikat evaluasi menurut sistem model adalah untuk membandingkan
performance dari berbagai dimensi sistem yang sedang dikembangkan
dengan sejumlah kriteria tertentu, akhirnya sampai pada suatu deskripsi
dan judgment mengenai sistem yang dinilai tersebut. Prinsip-prinsip
model ini adalah sebagai berikut.
16
a) Menekankan pentingnya sistem sebagai suatu keseluruhan yang
dijadikan objek penilaian, tanpa membatasi pada aspek hasil yang
dicapai saja.
b) Perbandingan antara performance dan criteria merupakan salah
satu inti yang penting. Menurut Daniel L. Stufflebeam salah satu
kelemahan dari penilaian yang ada sekarang adalah kurang
jelasnya kriteria yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian
tersebut.
c) Kegiatan penilaian tidak hanya berakhir pada suatu deskripsi
tentang keadaan dari sistem yang telah dinilainya, melainkan harus
sampai pada suatu judgment mengenai baik-buruknya dan efektif
tidaknya sistem pendidikan tersebut.
d) Informasi yang diperoleh dari hasil penilaian berfungsi sebagai
bahan atau input bagi pengambilan keputusan mengenai sistem
yang bersangkutan
e) Hasil penilaian digunakan sebagai bahan atau input bagi
pengampilan keputusan, dalam rangka penyempurnaan sistem
maupun penyimpulan mengenai kebaikan sistem yang
bersangkutan secara menyeluruh.
4. Illuminative Model
Model ini dikembangkan di Inggris dan banyak dikaitkan dengan
pendekatan di bidang antropologi. Salah satu tokoh yang paling
menonjol dalam pengembangan model ini adalah Malcolm Parlett.
Tujuan penilaian menurut model ini adalah mengadakan studi yang
cermat terhadap sistem yang bersangkutan. Studi difokuskan pada
permasalahan bagaimana implementasi suatu sistem dipengaruhi oleh
situasi sekolah, tempat sistem tersebut dikembangkan, keunggulan,
kelemahan, serta pengaruhnya terhadap proses belajar peserta didik.
Hasil evaluasi ditekankan pada deskripsi dan interpretasi, bukan
pengukuran dan prediksi sebagaimana model sebelumnya. Dalam
pelaksanaan evaluasi, model ini lebih menekankan penggunaan
17
pertimbangan, selaras dengan semboyannya the judgment is the
evaluation. Objek evaluasi yang diajukan dalam model ini mencakup;
latar belakang dan perkembangan yang dialami oleh sistem yang
bersangkutan, proses implementasi (pelaksanaan) sistem, hasil belajar
yang diperlihatkan oleh peserta didik, serta kesukaran-kesukaran yang
dialami dari tahap perencanaan hingga implementasinya di lapangan.
Ringkasnya, objek evaluasi dalam model ini meliputi kurikulum yang
terlihat maupun tersembunyi (hidden curriculum). Tahapan evaluasi
dalam Illuminatif model terdiri dari tiga fase sebagai berikut.
a) Tahap pertama observe. Pada tahap ini, evaluator mengunjungi
sekolah atau lembaga yang sedang mengembangkan sistem
tertentu. Evaluator mendengarkan dan melihat berbagai peristiwa,
persoalan, serta reaksi dari guru maupun peserta didik terhadap
pelaksanaan sistem tersebut.
b) Tahap kedua Inquiry further. Pada tahap ini, berbagai persoalan
yang terlihat atau terdengar dalam tahap pertama diseleksi untuk
mendapatkan perhatian dan penelitian lebih lanjut.
c) Tahap ketiga Seek to explain. Pada tahap ini, evaluator mulai
meneliti sebab akibat dari masing-masing persoalan. Pada tahap
ini, faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya persoalan dicoba
untuk ditelusuri. Data semula terpisah satu dengan lainnya mulai
disusun dan dihubungkan dalam kesatuan situasi. Langkah
selanjutnya dilakukan interpretasi data yang diharapkan dapat
dijadikan bahan dalam pengambilan keputusan. Dari langkah-
langkah tersebut, faktor penting dalam evaluasi model ini adalah
perlunya kontak langsung antara evaluator dengan pihak yang
dievaluasi. Hal ini disebabkan model ini menggunakan pendekatan
kualitatif yang menekankan pentingnya menjalin kedekatan dengan
orang dan situasi yang sedang dievaluasi agar dapat memahami
secara personal realitas dan hal-hal rinci tentang program atau
sistem yang sedang dikembangkan. Di samping itu, faktor lainnya
adalah pandangannya yang holistik dalam evaluasi, yang berasumsi
18
bahwa keseluruhan adalah lebih besar daripada sejumlah bagian-
bagian.
12
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI, ‘Permendikbud No 66 Tahun 2013 Tentang Standar
Penilaian Pendidikan’, 2011 (2013), 1–6 <https://doi.org/10.1016/j.metabol.2009.10.012>.
19
1. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses dan
keluaran (output) pembelajaran.
2. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta
didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
3. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan
untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk
penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar
kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.
4. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses
pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar
peserta didik.
5. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik
untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu
Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.
6. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah
melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan
tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan
seluruh KD pada periode tersebut.
7. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir
semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
8. Ujian Tingkat Kompetensi (UTK) merupakan kegiatan pengukuran yang
dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat
kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang
merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
9. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi (UMTK) merupakan kegiatan
pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui
20
pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah
Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat
kompetensi tersebut.
10. Ujian Nasional (UN) merupakan kegiatan pengukuran kompetensi
tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian
Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.
11. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh
satuan pendidikan.
13
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI.
21
dukung, dan karakteristik peserta didik.
Tugas maupun fungsi guru merupakan sesuatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Akan tetapi, tugas dan fungsi sering kali disejajarkan sebagai peran.
Pasal 6 Undang-Undang nomor 14 tahun 2015 tentang Guru dan Dosen,
menyatakan kedudukan guru sebagai tenaga professional dengan bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Intinya guru bertugas melaksanakan sistem pendidikan nasional demi
terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Menurut Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, tugas guru adalah sebagai pendidik,
pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai, dan pengevaluasi peserta
didik.14 Adapun penjelasan dari masing-masing tugas pokok guru adalah sebagai
berikut.
22
materi standar yang dipelajari. Guru sebagai pengajar harus terus
mengikuti perkembangan teknologi sehingga apa yang disampaikan
kepada peserta didik merupakan hal-hal yang terus diperbarui.
Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang
bertugas menyampaikan materi pembelajaran, menjadi fasilitator yang
bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal tersebut dimungkinkan
karena perkembangan teknologi menimbulkan berbagai buku dengan
harga relatif murah, dan peserta didik dapat belajar melalui internet tanpa
batasan waktu dan ruang, belajar melalui televisi, radio, dan surat kabar
yang setiap saat hadir di hadapan kita.
3. Guru sebagai Pembimbing
Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing
perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang
bertanggung jawab. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan
secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus
ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Semua kegiatan
yang dilakukan oleh guru harus berdasarkan kerja sama yang baik antara
guru dengan peserta didik. Guru memiliki hak dan tanggung jawab dalam
setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.
4. Guru sebagai Pengarah
Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik bahkan bagi orang tua.
Sebagai pengarah, guru harus mampu mengajarkan peserta didik dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi, mengarahkan
peserta didik dalam mengambil suatu keputusan, dan menemukan jati
dirinya. Guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam
mengembangkan potensi dirinya sehingga peserta didik dapat membangun
karakter yang baik bagi dirinya dalam menghadapi kehidupan nyata di
masyarakat.
5. Guru sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan,
baik intelektual maupun motorik sehingga menuntut guru untuk bertindak
23
sebagai pelatih. Guru bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan
kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-masing peserta didik.
Selain harus memerhatikan kompetensi dasar dan materi standar, pelatihan
yang dilakukan juga harus mampu memerhatikan perbedaan individual
peserta didik dan lingkungannya. Untuk itu, guru harus memiliki
pengetahuan yang banyak, meskipun tidak mencakup semua hal secara
sempurna.
6. Guru sebagai Penilai
Penilaian atau evalusi merupakan aspek pembelajaran yang paling
kompleks karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta
variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks
yang tidak mungkin dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada
pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses
menetapkan kualitas. Hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat
pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik. Sebagai suatu proses,
penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan teknik yang
sesuai, baik tes atau non-tes. Teknik apa pun yang dipilih, penilaian harus
dilakukan dengan prosedur yang jelas meliputi tiga tahap, yaitu persiapan,
pelaksanaan, dan tindak lanjut.
Mengingat kompleksnya proses penilaian maka guru perlu memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memadai. Guru harus
memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non-tes yang meliputi jenis
masing-masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara
menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas,
reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal.
Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak dapat
terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih.
Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan integrativ, yang satu sama
lain tidak dapat dipisahkan dengan yang lainnya. Secara terminologis akademis,
24
pengertian mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih dapat dijelaskan dalam
tabel berikut ini.15
15
Ahmad Sopian, ‘Tugas, Peran, Dan Fungsi Guru Dalam Pendidikan’, Raudhah Proud To Be
Professionals : Jurnal Tarbiyah Islamiyah, 1.1 (2016), 88–97
<https://doi.org/10.48094/raudhah.v1i1.10>.
25
dikutip oleh Ruth Mayasari Simanjuntak, mengemukakan terdapat beberapa peran
guru dalam pembelajaran tatap muka, yaitu sebagai berikut:16
16
RUTH MAYASARI SIMANJUNTAK, ‘Bahan Ajar Profesi Kependidikan’, Mkb 7056, 2016, 1–101.
26
Selain itu, guru juga berperan dalam membimbing pengalaman sehari-
hari kearah pengenalan tingkah laku dan kepribadiannya sendiri. Salah
satu ciri manajemen kelas yang baik adalah tersedianya kesempatan bagi
peserta didik untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya
pada guru hingga mereka mampu membimbing kegiatannya sendiri.
Sebagai manajer, guru hendaknya mampu mempergunakan
pengetahuan tentang teori belajar mengajar dari teori perkembangan
hingga memungkinkan untuk menciptakan situasi belajar yang baik
mengendalikan pelaksanaan pengajaran dan pencapaian tujuan.
3. Guru sebagai pengarah Pembelajaran
Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan
meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini,
guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan
belajar mengajar. Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam
memberikan motivasi adalah sebagai berikut.
a. Membangkitkan dorongan peserta didik untuk belajar.
b. Menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada akhir
pengajaran.
c. Memberikan pegajaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat
merangsang pencapaian prestasi yang lebih baik dikemudian hari.
d. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Pendekatan yang dipergunakan oleh guru dalam hal ini adalah
pendekatan pribadi, di mana guru dapat mengenal dan memahami peserta
didik lebih mendalam hingga dapat membantu dalam keseluruhan proses
belajar mengajar atau dengan kata lain guru berfungsi sebagai
pembimbing. Sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar, guru
diharapkan untuk dapat:
a. Mengenal dan memahami setiap peserta didik, baik secara individu
maupun secara kelompok.
b. Membantu peserta didik dalam mengatasi masalah pribadi yang
dihadapinya.
27
c. Memberikan kesempatan agar peserta didik dapat belajar sesuai
dengan kemampuan pribadinya.
d. Mengevaluasi keberhasilan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan
langkah kegiatan yang telah dilakukannya.
Untuk itu, guru hendaknya memahami prinsip-prinsip bimbingan dan
menerapkannya dalam proses pembelajaran.
4. Guru sebagai Evaluator (Evaluator of Student Learning)
28
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan
didapatkan oleh peserta didik selama ia mengikuti suatu proses
pendidikan. Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat
bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru.
Artinya, guru adalah orang yang bertanggungjawab dalam upaya
mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum
resmi. Bahkan pandangan mutakhir menyatakan bahwa meskipun suatu
kurikulum itu bagus, namun berhasil atau gagalnya kurikulum tersebut,
pada akhirnya terletak di tangan pribadi guru. Terdapat beberapa alasan
untuk pernyataan tersebut yaitu:
Dari sisi lain, guru sering dicitrakan memiliki peran ganda yang dikenal
dengan EMASLIMDEF (educator, manager, administrator, supervisor, leader,
innovator, dinamisator, Evaluator, dan fasilitator). EMASLIM lebih merupakan
peran kepala sekolah. Akan tetapi, dalam skala mikro di kelas, peran itu juga
harus dimiliki oleh para guru.
29
tampak sebagai teladan bagi peserta didik, sebagai role model, memberikan
contoh dalam hal sikap dan Perilaku, dan membentuk kepribadian peserta didik.
Sebagai manager, guru memiliki peran untuk menegakkan ketentuan dan tata
tertib yang telah disepakati bersama di sekolah, memberikan arahan atau rambu-
rambu ketentuan agar tata tertib di sekolah dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya oleh warga sekolah.
30
(ekstrinsik), yang utamanya berasal dari gurunya sendiri. Untuk mengembangkan
tuntutan diatas, guru harus mampu memaknai pembelajaran, serta menjadikan
pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas
pribadi peserta didik.
Pada studi kasus yang pertama, berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Nur
Amaliah dkk, dengan judul “Pengembangan Instrumen Asesmen sebagai
Upaya Peningkatan Keterampilan Abad 21”, yang diterbitkan pada tahun 2023
ini menjelaskan bahwa kajian abad 21 berfokus terhadap kesetaraan akses
pendidikan dan kualias pendidikan yang dicirikan oleh keterampilan dan
kompetensi yang dapat ditransfer kepada mahasiswa. Yang berfokus dalam
pendidikan yakni keterampilan memecahkan masalah (problem solving skill),
keterampilan berpikir kritis (critical thinking skill) dan keterampilan berkolaborasi
(collaboration skill). Terdapat 5 tahapan pada penelitian ini yang diterapkan,
yaitu:17
a. Analyze, pada tahap ini terdapat beberapa langkah yang telah dilakukan,
diantaranya: (1) menganalisis permasalahan selama pembelajaran, (2)
menganalisis karakteristik dan kebutuhan mahasiswa, (3) menganalisis
karakteristik materi mata kuliah profesi pendidikan, dan (4) melakukan
pemetaan keterkaitan substansi materi dan instrumen asesmen.
b. Design, pada tahap ini yang dilakukan yakni merancang produk yang
akan diterapkan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan di tahap
selanjutnya.
c. Develop, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
yaitu: (1) mengembangkan instrumen asesmen, (2) melakukan
konsultasi dengan tim teaching terkait hasil pengembangan produk, (3)
melakukan revisi berdasarkan hasil konsultasi dengan tim teaching.
17
Nur Amaliah and others, ‘Pengembangan Instrumen Asesmen Sebagai Upaya Peningkatan
Keterampilan Abad 21’, 9.1 (2023), 82–87 <https://doi.org/10.31605/saintifik.v9i1.390>.
31
Untuk menilai validitas dari produk yang dikembangkan, maka hasil
penilaian validator disesuaikan dengan tabel tingkat validitas berikut.
d. Implement, kegiatan implementasi merupakan tahap
penerapan/implementasi dari produk yang telah dikembangkan. Tahap
ini bertujuan untuk menguji kelayakan dari produk yang dikembangkan.
e. Evaluate, evaluasi yang diterapkan pada penelitian ini berbentuk
horizontal, sehingga setiap langkah/tahapan yang dikerjakan akan ada
proses evaluasi guna melihat kekurangan/kesalahan yang terdapat di
tiap tahapan.
32
dalam keterampilan inquiry lesson pada permasalahan biologi abad ke-21
berdasarkan Indikator inquiry lesson Wenning (2012). Kesimpulan yang diperoleh
dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pengembangan instrumen asesmen
kinerja inquiry lesson yang sudah dikembangkan berdasarkan indikator Inquiry
lesson wenning dapat digunakan dalam mengukur keterampilan inquiry lesson
siswa. Melalui uji validitas dengan formulasi Aiken’s didapatkan hasil 0,66 yang
mana angka tersebut menunjukan bahwa instrument dapat dikatakan valid. Untuk
reliabilitas berdasarkan uji ICC didapatkan hasil sebesar 0,897 dan dapat
diinterpretasikan bahwa instrumen kinerja inquiry lesson memiliki relabilitas yang
tinggi. Dengan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen asesmen
kinerja inquiry lesson dapat digunakan oleh guru untuk mengukur keterampilan
inquiry lesson siswa.18
Pada studi kasus yang ketiga, dari sebuah jurnal yang ditulis oleh
Muhammad Akhsanul Muhtadin dan Tio Ari Laksono dengan judul “Analisis
Kompetensi Guru dalam Perspektif Islam dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional”, yang diterbitkan pada tahun 2021, menjelaskan bahwa
proses belajar mengajar merupakan proses interaksi yang berlangsung dalam
bidang hubungan interpersonal siswa antara guru dan siswa, guru dan dalam
bentuknya yang paling umum, seluruh proses pendidikan untuk meningkatkan
kompetensi yang dimilikinya. Disebutkan kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi kompetensi mutlak yang harus dimiliki oleh setiap guru yang efektif.
Sehingga kompetensi guru dapat diimplementasikan bukan hanya dalam kelas,
tetapi juga dalam pembelajaran di luar kelas juga dapat untuk diimplementasikan.
18
Nadia Zahra, Ana Ratna Wulan, and Yanti Hamdiyati, ‘Pengembangan Asesmen Kinerja Inquiry
Lesson Pada Topik Permasalahan Biologi Abad 21 Siswa SMA’, 9.2 (2022), 255–65.
33
istilah yaitu Ustadz, Mu’allim, Murabbi, Mursyid, Mudarris, dan Mu’addib, yang
masing-masing memiliki pengertian dan makna yang berbeda-beda.
Pada studi kasus yang keempat, pada jurnal yang berjudul “Regulasi
Emosi Guru dan Pengelolaan Kelas SMP NEGERI 1 P.BATU”, yang disusun
oleh Amirudin Siahaan, dkk yang diterbitkan pada januari 2023. Tujuan penelitian
artinya buat menyendiri pedoman regulasi emosi secara kognitif guru pada
menghadapi perilaku anak anti sosial. Situasi dan kondisi yang penuh tekanan
19
Muhmmad Akhsanul Muhtadin and Tio Ari Lakono, ‘Analisis Kompetensi Guru Dalam Perspektif
Islam’, 6.1 (2023), 17–37.
34
yang dialami guru dan dituntut membuat mampu dikenali setiap duduk masalah
dalam perkembangan anak prasekolah, berpotensi menyebabkan emosi-emosi
negative, masalah gangguan sikap anti sosial serta gangguan emosi anak berupa
tidak patuh serta temperamen bisa menimbulkan permasalahan di sekolah, sebagai
akibatnya guru mengeluh dan tidak bisa menghadapi anak. Kesimpulannya,
Pregulasi emosi secara kognitif yang bisa dilakukan guru pada menghadapi sikap
anti sosial,antara lain: 1) guru dapat melarang regulasi emosi anak dengan cara
menanggapi emosi dan melarang wacana emosi; 2) guru bisa memberikan
bimbingan pada kompetensi emosional menggunakan cara menyampaikan contoh
emosi yang positif serta negatif, cara menanggapi emosi anak, dan
memanifestasikan emosi, guru mampu berinteraksi menggunakan anak sambil
mengidentifikasi emosi.20
20
Amirudin Siahaan and others, ‘Regulasi Emosi Guru Dan Pengelolaan Kelas Di SMP Negeri 1
P.Batu’, 3.3, 39–49.
35
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
36
Keempat, prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik dari waktu ke
waktu adalah bersifat relatif. Kelima, dalam kegiatan evaluasi hasil belajar
kemungkinan akan terjadi kekeliruan penilaian, karena itulah bahwa
evaluasi hasil belajar tidak bisa dijadikan patokan seutuhnya.
4) Tujuan dari evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal ini dilakukan oleh
semua orang yang bersangkutan, bukan hanya guru melainkan juga peserta
didik itu sendiri.
5) Fungsi evaluasi atau penilaian ada beberapa hal, yakni Penilaian berfungsi
selektif, Penilaian berfungsi diagnotik, Penilaian berfungsi sebagai
penempatan, Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.
6) Adapun ruang lingkup evaluasi pembelajaran dapat ditinjau dari beberapa
perspektif, yaitu domain hasil belajar, sistem pembelajaran, proses dan
hasil belajar, serta kompetensi.
7) Model evaluasi pembelajaran diklasifikasikan menjadi model pengukuran
(measurement model), model kesesuaian (congruence model), model
sistem (system model), dan model illuminatif (illuminative model).
8) Tugas pokok guru adalah Guru sebagai Pendidik, guru sebagai pengajar,
guru sebagai pembimbing, guru sebagai pengarah, guru sebagai pelatih,
guru sebagai penilai.
9) Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang
mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio,
ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional,
dan ujian sekolah/madrasah.
10) Guru sering dicitrakan memiliki peran ganda yang dikenal dengan
EMASLIMDEF (educator, manager, administrator, supervisor, leader,
innovator, dinamisator, Evaluator, dan fasilitator).
11) Kajian kasus sebagai contoh terdapat 4 kasus beserta penjelasannya.
37
B. Saran
38
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, Nur, Tri Maniarta Sari, Gaby Maulida Nurdin, and Aswal Salewangeng,
‘Pengembangan Instrumen Asesmen Sebagai Upaya Peningkatan
Keterampilan Abad 21’, 9.1 (2023), 82–87
<https://doi.org/10.31605/saintifik.v9i1.390>
Anonim, ‘Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional’, Zitteliana, 18.1 (2003), 22–27
Asrul, Rusydi Ananda, and Rosinta, Evaluasi Pembajalaran, Ciptapustaka Media,
2014
Elis, Ratnawulan, Evaluasi Pembelajaran, Penerbit Pustaka, 2014
Haryanto, Evaluasi Pembelajaran; Konsep Dan Manajemen, UNY Press, 2020
Idrus L, ‘EVALUASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN Idrus L 1’, Evaluasi
Dalam Proses Pembelajaran, 2, 2019, 920–35
Indrastoeti, Jenny, and Siti Istiyati, Asesmen Dan Evaluasi Pembelajaran Di
Sekolah Dasar, 2017
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI, ‘Permendikbud No 66 Tahun 2013
Tentang Standar Penilaian Pendidikan’, 2011 (2013), 1–6
<https://doi.org/10.1016/j.metabol.2009.10.012>
Muhtadin, Muhmmad Akhsanul, and Tio Ari Lakono, ‘Analisis Kompetensi Guru
Dalam Perspektif Islam’, 6.1 (2023), 17–37
Siahaan, Amirudin, Rizki Akmalia, Dawi Nurjannah, Jelita Ramadhani
Marpaung, Razak Hadinata Hasibuan, and Arif Abdul Gani Lubis, ‘Regulasi
Emosi Guru Dan Pengelolaan Kelas Di SMP Negeri 1 P.Batu’, 3.3, 39–49
SIMANJUNTAK, RUTH MAYASARI, ‘Bahan Ajar Profesi Kependidikan’, Mkb
7056, 2016, 1–101
Sopian, Ahmad, ‘Tugas, Peran, Dan Fungsi Guru Dalam Pendidikan’, Raudhah
Proud To Be Professionals : Jurnal Tarbiyah Islamiyah, 1.1 (2016), 88–97
<https://doi.org/10.48094/raudhah.v1i1.10>
Uno, Hamzah B., and Nina Lamatenggo, ‘Tugas Guru Dalam Pembelajaran’,
Bumi Aksara, 2016, p. 198
Zahra, Nadia, Ana Ratna Wulan, and Yanti Hamdiyati, ‘Pengembangan Asesmen
Kinerja Inquiry Lesson Pada Topik Permasalahan Biologi Abad 21 Siswa
SMA’, 9.2 (2022), 255–65
39