Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan
berbagai sumbet untuk belajar. Pembelajaran dapat dilibatkan dua pihak yaitu siswa
sebagai pembelajaran dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan
pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process). Sebab sesuatu
dikatakan hasil belajar kalau sudah memenuhi beberapa ciri berikut :
1. Belajar sifatnya disadari. Dalam hal ini siswa merasa bahwa diriya sedang belajar,
timbul dalam dirinya motivasi-motivasi untuk memiliki pengetahuan yang
diharapkan sehingga tahapan-tahapan dalam belajar sampai pengetahuan itu
dimiliki secara permanen (retensi) betul-betul disadari sepenuhnya.
2. Hasil belajar diperoleh dengan adanya proses. Dalam hal ini pengetahuan diperoleh
tidak secara spontanitas, instan, namun bertahap (squensial). Seorang anak bisa
membaca tentu tidak diperoleh hanya dalam waktu sesaat namun berproses cukup
lama, kemampuan membaca diawali dengan kemampuan mengeja, mengenal huruf,
kata dan kalimat. Seseorang yang tiba-tiba memiliki kecakapan seperti lari dengan
kecepatan tinggi karena akibat doping, bukanlah hasil dari kegiatan belajar, namun
efek dari obat atau zat kimia yang dikonsumsinya.
3. Belajar membutuhkan interaksi. Khususnya interaksi yang sifatnya manusiawi.
Seorang siswa akan lebih cepat memiliki pengetahuan karena bantuan dari guru,
pelatih ataupun instruktur. Dalam hal ini terjadi komunikasi dua arah antara siswa
dan guru.
Salah satu alasan penulis menggunakan / mengambil penelitian yang berkenaan
dengan kecerdasan intelegasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih
yaitu dikarenakan kondisi dilingkungan sekolah MTs. Al Mujahidin khususnya
kelas VII, pada mata pelajaran fiqih sebagian siswa beranggapan bahwa belajar
adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji
dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Siswa yang beranggapan demikian,
biasanya akan segera merasa bangga ketika dirinya telah mampu menyebutkan
kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku
teks atau yang di ajarkan guru.

1
Disamping itu, ada pula sebagian siswa yang memandang belajar sebagai
latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Berdasarkan
persepsi semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila mereka telah
mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniyah tertentu walaupun tanpa
pengetahuan mengenai arti, hakikat dan tujuan keterampilan tersebut.
Orang berfikir menggunakan fikirannya. Cepat tidaknya dan terpecahkan atau
tidaknya suatu masalah tergantung pada kemampuan intelegensinya. Kita dapat
mengatakan seseorang itu pandai atau bodoh, pandai sekali atau cerdas ( jenius)
atau pander/dungu (idiot)
Intelegensi yaitu kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan
seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.
Suatu perubahan dapat dianggap intelegen bila memenuhi beberapa syarat, antara
lain:
a. Masalah yang dihadapi banyak sedikitanya merupakan masalah yang baru lagi
yang bersangkutan
b. Perubahan intelegen sifatnya serasi tujuan dan ekonomis.
c. Masalah yang dihadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang
bersangkutan.
d. Keterangan pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat.
e. Dalam berbuat intelegen sering kali menggunakan daya mengabstraksi.
f. Perbuatan intelegen bercirikan kecepatan.
g. Membutuhkan pemusatan, perhatian dan menghindari perasaan yang
mengganggu jalannya pemecahan masalah yang dihadapi.

Manusia sebagai makhluk yang memiliki fitrah percaya kepada Allah yang
dimiliki sejak lahir kedunia dan ketika manusia lahir tidak mengetahui apa-apa
hanya manusia mempunyai potensi, seperti potensi berilmu pengetahuan, potensi
baik dan buruk, potensi panca indra dan sebagainya.

Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surat An-Nahl Ayat 78 :

‫شيْـًٔ ۙا َّو َجعَ َل‬ ُ ُ‫ّٰللاُ ا َ ْخ َر َج ُك ْم ِّم ْۢ ْن ب‬


َ َ‫ط ْو ِّن ا ُ َّم ٰهتِّ ُك ْم ََل ت َ ْعلَ ُم ْون‬ ‫َو ه‬
‫۝‬ ٧ َ‫ار َو ْاَلَ ْفـِٕ َد ۙة َ لَعَلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُر ْون‬
َ ‫ص‬َ ‫س ْم َع َو ْاَلَ ْب‬ َّ ‫لَ ُك ُم ال‬
2
Artinya : “ dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

Dalam ayat tersebut terkandung pengertian bahwa manusia lahir tidak


mengetahui apa-apa tetapi karena ada potensi indrawai yang dapat menangkap dan
menyimpan kesan-kesan, rangsangan-rangsangan dari luar dalam bentuk
pengetahuan. Islam, disamping mewajibkan kepada umatnya untuk beljar juga
melakukan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan proses belajar mengajar itu bersifat
manusiawi, yakni sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk yang dapt
dididik dan dapat mendidik.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
“PENGARUH KECERDASAN INTELEGENSI TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS VII MTs. AL
MUJAHIDIN”

B. Pembatasan masalah dan perumusan masalah


1. Pembatasan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membatasi masalah yang dihadapi,
yaitu:
a. Bagaimana kecerdasan intelegensi siswa di sekolah MTs Al Mujahidin Cipatat
b. Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di sekolah MTs Al
Mujahidin
c. Bagaimana pengaruh kecerdasan intelegensi terhadap hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Fiqih di MTs. Al Mujahidin Cipatat
2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka penulis
memberikan perumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana kecerdasan intelegensi siswa di MTs. Al Mujahidin Cipatat
b. Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih Di Mts al Mujahidin
Cipatat
c. Bagaimana pengaruh kecerdasan intelegensi terhadap hasil belajar pada mata
pelajaran Fiqih di Mts. Al Mujahidin Cipatat
3
C. Tujuan dan kegunaan penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian bertujuan:
a. Untuk mengetahui kecerdasan intelegensi siswa di Mts Al Mujahidin.
b. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih
c. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelegensi terhadap hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Fiqih.
2. Kegunaan peneltian
Kegunaan atau manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:
a. Bagi phak sekolah, sebagai informasi dan masukan untuk mengetahui pengaruh
kecerdasan intelegensi terhadap hasil belajar siswa
b. Bagi guru, untuk mengetahui tingkat pencapaian atau keberhasilan hasil belajar
siswa
c. Bagi keluarga, sebagai bahan mencari hal-hal lain yang dapat memacu hasil
belajar siswa
d. Bagi penulis, sebagai acuan untuk menyelesaikan Penelitian Tindakan kelas.
e. Bagi lembaga IUQI, sebagai wacana kondidi penddikan di Kabupaten Bogor

D. Sistematika penulisan
Agar pembaca dapat memahami dan mengerti dengan isi dan maksud penelitian
ini dengan mudah, maka penulis menguraikan sistematika penulisan yang diajukan
sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN, yang terdiri dari : latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II PENINJAUAN TEORITIS, yang terdidi dari: kecerdasan intelegensi,
pengertian intelegensi, dan factor yang mempengaruhi intelegensi. Hasil
belajar, pengertian hasil belajar, dan tipe kegiatan belajar.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN, yang terdiri dari: metode penelitian,
waktu dan tempat, fariabel dan hipotesis penelitian, populasi dan sampel,
instrument pnelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Kecerdasan Intelegensi
1. Pengertian intelegensi
Clfarede dan stern memberi sebuah definisi yang sangat fungsionaldan terbatas
yaitu: intelegensi adalah penyesuaian diri secara mental terhadap situasi atau
kondisi naru. Di lain pihak, K. Buhler memberi definisi yang sangat luas, yaitu:
intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
Meskipun semua orang tahu apa yang kira-kira dimaksudkan dengan intelegensi
atau kecerdasan itu, namun adalah sukar sekali untuk mendefinisikan hal ini dengan
tepat. Banyak definisi yang diajukan oleh para sarjana, namun satu sama lain
berbeda-beda, sehingga tidak memperjelas persoalan.
Oleh karena nyatanya sukar mendefinisikan intelegensi secara cepat, maka
penulis disini akan memberikan ilustrasi saja tentang apa yang dimaksud dengan
intelegensi. Ilustrasi memang tidak membatasi dengan tegas tentang suatu hal,
tetapi setidak-tidaknya ilustrasi dapat memberi gambaran yang jelas mengenai hal
itu.
Kalau kita memandangi sebuah kursi, misalnya, maka perbuatan kita itu disebut
sebagai persepsi. Bayangan kursi itu, melalui saluran tertentu diproyeksikan diotak
dan kita dapat melihat kursi. Tetapi kalau dalam kita melihat kursi itu, kta juga
memperhatikan jenis kayunya, tekhnik pembuatannya dan memikirkan bagaimana
caranya membuat kursi itu agar lebih bagus, maka perbuatan itu sudah menuntut
intelegensi. Bayangan entang kursi tidak lagi hanya diproyeksikan melalui saluran
yang sederhana ke otak kita, melainkan melalui berbagai saluran yang rumit dalam
otak dan susunan syaraf kit, ditangkap dan diolah serta di analisa.

2. Faktor yang mempengaruhi intelegensi


Intelegensi orang satu dengan yang ain cenderung berbeda-beda. Hal ini karena
adanya beberapa factor yang mempengaruhinya. Adapun factor yang
mempengaruhi intelegensi antara lain adalah sebagai berikut :
1. Faktor bawaan, dimana factor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak
lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan
masalah, antara lain ditentukan oleh factor bawaan. Oleh karena itu, didalam

5
satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali,
meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
2. Faktor minat dan pebawaan yang khas. Dimana minat mengarahkan
perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
Dalam diri manusia terdapat drongan atau motif mendorong manusia untuk
berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia
dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
3. Faktor pembentukan, dimana pembentukan adalah segala keadaan diluar
diri seseorang yang mempengaruhin perkembangan intelegensi. Disini
dapat dibedakan antara pembentukan sengaja seperti yang dilakukan
disekolah dan pembentukan tidak sengaja misalnya pengaruh alam sekitar.
4. Faktor kematangan, dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun
psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang
hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsiya masing-masing. Oleh
karena itu, tidak mengherankan bila anak-anak belum mampu mengerjakan
atau memecahkan soal-soal matematika dikelas empat sekolah dasar. Organ
tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyesuaikan soal
tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan umur.
5. Faktor kebebasan, yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu
dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Disamping kebebasan memilih
metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Kelima faktor itu saling terkait satu dengan yang lain. Jadi, untuk
menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman kepada
salah satu faktor tersebut.

B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi an keterampilan. Mrujuk pemikiran Gagne, hasil belajar
berupa :
a. Informasi verbal yaitu kapasitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun trtulis. Kemampuan merespon secara
6
spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak
memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun penerapan
aturan.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternasionalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

2. Tipe kegiatan belajar


John travers menggolongkan kegiatan belajar menjadi belajar gerakan, belajar
pengetahuan, dan belajar pemecahan masalah. Ada pula yang menggolongkan
kegiatan belajar menjadi belajar informasi, belajar konsep, belajar prinsip, belajar
keterampilan dan belajar sikap. Secara ekletis, kategorisasi kegiatan belajar yang
bermacam-macam tersebut dapat dirangkum menjadi tipe kegiatan belajar menjadi
:
1. Keterampilan
Kegiatan belajar keterampila berfokus pada pengalaman belajar melalui
gerakan yang dilakukan peserta didik. Kegiatan belajar ini merupakan panduan
gerak, stimulasi dan respon yang tergabung dalam situasi belajar. Ketiga unsur
ini menumbuhkan pola gerak yang terkoordinasi pada diri peserta didik.
Kegiatan belajar keterampilan terjadi jika peserta didik menerima stimulasi
kemudian merespon dengan meggunakan gerak.
2. Pengetahuan
Kegiatan belajar pengetahuan merupakan dasar bagi semua kegiatan
belajar. Kegiatan belajar pengetahuan termasuk ranah kognitif. Ranah ini

7
mencakup pemahaman terhadap suatu pengetahuan, perkembangan dan
keterampila berfikir.
3. Informasi
Kegiatan belajar informasi adalah kegiatan peserta didik memahami
symbol, seperti kata, istilah, pengertian dan peraturan. Kegiatan belajar
informasi wujudnya berupa hafalan. Peserta didik mengenali, mengulang, dan
mengingat fakta atau pengetahuan yang dipelajari. Belajar nformasi yang
terbaik ialah dengan memformulasikan informasi kedalam ragkaian bermakna
bagi peserta didik dalam kehidupannya.
4. Konsep
kegiatan belajar konsep adalah belajar mengembangkan inferensi
logikaatau membuat generelisasi dari fakta ke konsep. Konsep merupakan kata
kunci. Tidak semua kata disebut kata kunci, jika kata itu tidak memiliki sifat
umum dan abstrak. konsep adalah ide atau pengertian umum yang disusun
dengan kata, symbol dan tanda. Konsep merupakan satu ide yang
mengombinasikan beberapa unsur sumber-sumber berbeda kedalam satu
gagasan tunggal. Konsep dapat diartikan sebagai suatu jaringan hubungan
dalam objek, kejadian dan lain-lain yang mempunyai ciri-ciri tetap dan dapat di
observasi. Konsep atau kata kunci adalah variabel yang mempunyai variasi
nilai. Konsep mengandung hal-hal umum dari sejumlah objek maupun
peristiwa.
5. Sikap
Kegiatan belajar sikap atau yang dikenal dengan kegiatan efektif.
Kegiatan belajar ini lebih tepat menggunakan istilah pendidikan daripada
pembelajaran maupun pengajaran. Sikap diartikan sebgai pola tindakan peserta
didik dala merespon stimulus tertentu. Sikap merupakan kecenderungan atau
predisposisi perasaan dan perbuatan yang konsisten pada diri seseorang. Sikap
berhubungan dengan minat, nilai, penghargaan, pendapat dan prasangka. Dalam
kegiatan belajar sikap, upaya guru adalah membantu peserta didik memiliki dan
mengembangkan perubahan sikap.
6. Pemecahan masalah
Konsep dasar memecahkan masalah merupakan tipe belajar dalam usaha
mengembangkan kemampuan berfikir. Berfikir adalah aktivitas kognitif tingkat
tinggi. Berfikir melibatkan asimilasi dan akomodasi berbagai pengetahuan dan
8
struktur kognitif yang dimiliki peserta didik untuk memecahkan persoalan.
Dalam kegiatan belajar pemecahan masalah peserta didik terlibat dalam
berbagai tugas, penentuan tujuan yang ingin dicapai dan kegiatan untuk
melaksanakan tugas.

C. Pengaruh kecerdasan intelegensi terhadap Hasil Belajar


Clafarede dan stern member sebuah definisi yang sangat fungsional dan terbatas
yaitu : Intelegensi adalah penyesuaian diri secara mental terhadap situasi atau kondisi
baru. Dilain pihak, K.Buhler member definisi yang sangat luuas, yaitu: Intelegensi
adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
Sementara yang dimaksud dengan hasil belajar adalah pola-pola perbuata, nilai-
nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kecerdasan
Intelegensi tersebut maka hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat penggunaan
kecerdasan intelegensi yang dilakukan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan
kecerdasan yang tinggi, maka intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi,
kecerdasan akan senantiasa menentukan intensitas usaha dan hasil belajar siswa. Hasil
ini akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentunya.

9
BAB III
METODOLGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematis dalam waktu yang
relative lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan yang berlaku dalam proses
penelitian ini ditujukan untuk lebih mengenal antara variable.
Konseptualisasi proses tersebut di tuangkan menjadi suatu metode penelitian lengkap
dengan pola analisis observasi serta pengumpulan data yang diperlukan untuk melukiskan
fenomena tersebut.
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif termasuk penelitian expeso
fakto, dengan penekanan mencari korelasi dengan maksud untuk melihat pengaruh antara
variable dan seberapa erat pengaruh variable tersebut.

B. Waktu dan tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada 16 November 2023, dan bertempat di MTs Al-
Mujahidin dengan alamat Kp. Cipatat Desa Kiarapandak Kecamatan Sukajaya
Kabbupaten Bogor.

C. Variabel dan Hipotesis Penelitian


1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel terikat dan satu variabel bebes.
Variabel terikat adalah kecerdasan Intelegensi (x) dan variabel bebas adalah hasil
belajar (y).
Hubungan antar variabelnya seperti gambar berikut :
2. Hipotesis penelitian
Dari teori-teori diatas mengemukakan bahwa kecerdasan Intelegensi siswa merupakan
faktor penting menentukan hasil belajar siswa, maka dsini dirumuskan Hipotesis Nol
(Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) dengan rmusan sebagai berikut:
Ho : tidak terdapat pengaruh antara kecerdasan Intelegensi siswa dengan hasil
belajar siswa
Ha : terdapat pengaruh antara kecerdasan Intelegensi siswa dengan hasil belajar
siswa

10
D. Populasi dan sampel
Populasi adalah generalisasi yang terdidi dari subjek atau objek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs Al-Mujahidin sejumplah
400 orang
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi.
Karena jumpah populasi lebih dari 100 maka yang ditetapkan sebagai sampel adalah
20% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 40 orang siswa di Mts Al Mujahidin.

E. Instrumen penelitian

Instrument adalah alat yang digunakan pada waktu pelaksanaan penelitian. Adapun
instrument yang digunakan adalah berupa angket.

Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berisi pertanyaan tertulis yang
ditunjukan kepada subyek atau responden penelitian.

Dalam angket ini disediakan altarnative jawaban dari setiap butir pertanyaan sehingga
responden dapat memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan pendapatnya dan keadaan.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel X (kecerdasan intelegensi
siswa) sebagai variabel terikat dan variabel Y (hasil belajar siswa) sebagai variabel bebas.

Cara pengisian angket ini dengan cara memberikan tanda ceklis pada kolom yang telah
disediakan.

F. Teknik pengumpulan data


Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah
dengan cara:
1. Angket, yang berupa jumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari
responden
2. Observasi, berupa kegiatan pemusatan perhatian terhadap obyek dengan
menggunakan seluruh alat indera.
Teknik Analisis Data

11
Teknik analisis data ini bertujuan untuk menguji seberapa besar pengaruh kecerdasan
Intelegensi terhadap Hasil belajar Peserta didik, dengan menggunakan uji statistik.
Karene yang dihubungkan terdiri atas dua variabel yang diukur dengan skala rasio,
maka rumus korelasi yang digunakan adalah persamaan koefisien perason product
moment.
Dengan rumus :
𝑁 { 𝑋𝑌−({𝑋})({𝑌})
𝑟𝑥𝑦 =
√(𝑁{𝑋−({𝑋}2 )( {𝑌−({𝑌}2 )

Keterangan :
Rxy = Koefisien Korelasi Antara X dan Y
X = Kecerdasan Intelegensi
Y = Hasil Belajar

12
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Sejarah singkat berdirinya Yayasan Madrasah Tsanawiyah Al Mujahidin
Kecamatan Sukajaya
MTs Al Mujahidin didirikan pada tahun 1984. Salah satu pendirinya adalah Bpk.
Saepudin. Seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit anak penerus bangsa
mulai terpana dan tertarik untuk menjalankan Pendidikan tersebut. Hingga pada
tahun 2006 Bpk. Saepudin dan pihak yang membantu mulai ingin mencoba
kelayakan Pendidikan yang beliau dirikan dimata pemerintah. Alhasil pada tahun
2006 Lembaga Pendidikan telah diakui melalui adanya penilaian Lembaga dari
Kementerian agama atau bisa disebut Akreditasi dengan no. SK Akreditasi
B/Kw.10.4/MTs/03/071/2006 dengan predikat B, status tanah wakaf yang luasnya
3856 m2 dan luas bangunan pada saat itu 929 m2 serta status bangunan milik sendiri.
Seiring perkembangan zaman, madrasah yang dibangun dengan penuh kepahitan
dan pengorbanan tersebutpun mulai tidak bisa menampung banyaknya siswa dan
siswi, sehingga madrasah itupun mendirikan beberapa filial ditempat yang berbeda-
beda. Dan pada tahun 2014 madrasah ini mengajukan kembali kelayakan, alhasil
tim asesor memberikan predikat A kepada Lembaga tersebut.
2. Keadaan siswa dua tahun sebelumnya di MTS Al Mujahidin

Tahun
No Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah
Ajaran
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk/Pr
1 2021/2022 142 134 109 140 86 67 337 341 678
2 2022/2023 135 121 107 134 85 64 327 319 646
3 2023/2024 106 120 119 121 85 105 310 345 656

Jumlah rombongan belajar tahun 2023/2024


Kelas VII : 7 Rombongan Belajar
Kelas VIII : 5 Rombongan Belajar
Kelas IX : 5 Rombongan Belajar

13
3. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Al Mujahidin Kecamatan Sukajaya
a. Visi
Membentuk generasi yang beriman takwa
Berilmu amaliyah dan beramal ilmiah
b. Misi
Menciptakan kondisi pendidikan yang mengarah pada pembentukan :
Generasi yang memiliki keimanan dan ketaqwaan yang kuat dan berakhlakul
karimah.
Genarasi yang memiliki berbagai disiplin ilmu dan kemampuan
mengamalkannya
Generasi yang memiliki keterampilan beramal/bekerja sesuai dengan ilmu yang
dimiliki.

B. Deskripsi Data
1. Data Variabel Hasil Belajar Fiqih (Y)
Sebelum menghitung rata-rata (mean), Median, modus dan standard deviasi, maka
harus mencari interval terlebih dahulu, yaitu dengan cara :
R = nilai max – nilau min
= 97 – 60
= 37
K = 1 + 3,3 . logn
= 1 + 3,3 . log30
= 1 + 3,3. 1,477
= 5,87 (dibulatkan menjadi 6)
𝑅
P =
𝐾
37
P =
6
= 6,16 (Dibulatkan menjadi 6)
Untuk menghitung rata-rata (mean), median, modus dan standard deviasi variabel
Y, maka data yang disajikan terlebih dahulu dikelompokkan ke dalam tabel berikut
:

14
Tabel Data Kelompok Variabel Y
No Interval Fi Xi Fi.Xi Ci Ci2 Fi.Ci Fi.Ci2
1 60 – 65 1 62,5 62,5 -4 16 -4 16
2 66 – 71 3 68,5 205,5 -3 9 -9 27
3 72 – 77 5 74,5 372,5 -2 4 -10 20
4 78 – 83 5 80,5 402,5 -1 1 -10 5
5 84 – 89 9 86,5 778,5 0 0 0 0
6 90 – 95 6 92,5 555 1 1 1 6
7 96 – 100 1 98,5 98,5 2 4 4 4
Jumlah 30 563,5 2475 -7 35 -20 78

a. Menentukan Nilai rata-rata (Mean)


∑ 𝑓𝑖.𝑐𝑖
Mean =
∑𝑓𝑖
2475
Mean =
30
Mean = 82,5
Jadi, nilai rata-rata (Mean) variabel Y adalah 82,5.

b. Menentukan nilai tengah (Median)


1
𝑛−𝑓
2
Md =b+p( )
𝑓
1
30−14
2
Md = 83,5 + 6 ( )
9
15−14
Md = 83,5 + 6 ( )
9
1
Md = 83,5 + 6 ( )
9
Md = 83,5 + 6. 0,1
Md = 83,5 + 0,6
Md = 84,1
Jadi, nilai tengah variabel Y adalah 84,1

15
c. Menentukan nilai yang sering muncul (modus)
𝑏1
Mo =b+p( )
𝑏1+𝑏2
4
Mo = 83,5 + 6 ( )
4+3
4
Mo = 83,5 + 6 ( )
7
Mo = 83,5 + 6 . 0,571
Mo = 83,5 + 6,6
Mo = 90
Jadi, nilai yang sering muncul adalah 90.

d. Menentukan Standard Deviasi


∑𝑓𝑖𝑐𝑖 2 − ∑𝑓𝑖𝑐𝑖
Sd = √𝑝2 ( )
𝑛 (𝑛−1)

30.78−(−20)2
Sd = √62 ( )
30 (30−1)

2340−(400)
Sd = √62 ( )
30 (29)

1940
Sd = √36( 870 )

Sd = √36. 2,229
Sd = √80,275
Sd = 8,9

2. Data variabel Intelegensi X


Sebelum menghitung rata-rata (mean), Median, modus dan standard deviasi, maka
harus mencari interval terlebih dahulu, yaitu dengan cara :
R = nilai max – nilau min
= 87 – 52
= 35
K = 1 + 3,3 . logn
= 1 + 3,3 . log30
= 1 + 3,3. 1,477
= 5,87 (dibulatkan menjadi 6)

16
𝑅
P =
𝐾
35
P =
6
= 5,83 (Dibulatkan menjadi 6)
Untuk menghitung rata-rata (mean), median, modus dan standard deviasi variabel
X, maka data yang disajikan terlebih dahulu dikelompokkan ke dalam tabel berikut
:
Tabel Data Kelompok Variabel X
No Interval Fi Xi Fi.Xi Ci Ci2 Fi.Ci Fi.Ci2
1 52 – 57 2 54,5 109 -4 16 -8 32
2 58 – 63 3 60,5 181,5 -3 9 -9 27
3 64 – 69 3 66,5 133 -2 4 -4 8
4 70 – 75 6 72,5 435 -1 1 -6 6
5 76 – 82 11 79 869 0 0 0 0
6 83 – 88 6 85,5 513 1 1 6 6
Jumlah 30 418,5 2240,5 -9 31 -21 79

∑ 𝑓𝑖.𝑐𝑖
a. Mean =
∑𝑓𝑖
2240,5
Mean =
30
Mean = 74,7
Jadi, nilai rata-rata (Mean) variabel X adalah 74,7.

e. Menentukan nilai tengah (Median)


1
𝑛−𝑓
2
Md =b+p( )
𝑓
1
30−13
2
Md = 75,5 + 6 ( )
11
15−13
Md = 75,5 + 6 ( )
11
2
Md = 75,5 + 6 ( )
11
Md = 75,5 + 6. 0,18
17
Md = 75,5 + 1,08
Md = 76,6
Jadi, nilai tengah variabel X adalah 76,6.

f. Menentukan nilai yang sering muncul (modus)


𝑏1
Mo =b+p( )
𝑏1+𝑏2
5
Mo = 75,5 + 6 ( )
5+5
5
Mo = 75,5 + 6 ( )
10
Mo = 75,5 + 6 . 0,5
Mo = 75,5 + 3
Mo = 78,5
Jadi, nilai yang sering muncul adalah 78,5.

g. Menentukan Standard Deviasi


∑𝑓𝑖𝑐𝑖 2 − ∑𝑓𝑖𝑐𝑖
Sd = √𝑝2 ( )
𝑛 (𝑛−1)

30.79−(−21)2
Sd = √62 ( )
30 (30−1)

2370−(441)
Sd = √62 ( )
30 (29)

1929
Sd = √36( 870 )

Sd = √36. 2,217
Sd = √79,82
Sd = 8,9

Berdasarkan tabel di atas maka tingkat kecerdasan intelegensi siswa di Mts. Al


Mujahidin termasuk pada kategori Kuat. Yang terlihat dari rata-rata empiric intelegnsi
sebesar 74,7.

18
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Korelasi
Uji korelasi dilakukan untuk mengukur seberapa besar pengaruh antara variabel X
(Intelegnsi) dan variabel Y (Hasil belajar siswa), maka selanjutnya dimasukan
kedalam rumus rpoduct moment. Untuk memperoleh koefisien antara variabel X
dan Variabel Y, maka pethitungannya adalah sebagai berikut :
𝑁 { 𝑋𝑌−({𝑋})({𝑌})
𝑟𝑥𝑦 =
√(𝑁{𝑋−({𝑋}2 )( {𝑌−({𝑌}2 )

30 .186184−(2241)(2470)
𝑟𝑥𝑦 =
√(30.170177−(22412 )( 30.205478−(24702 )
5585520−5535270
𝑟𝑥𝑦 =
√(5105310−503381)( 6164340−6100900
50250
𝑟𝑥𝑦 =
√83229 .63440
50250
𝑟𝑥𝑦 =
√5280047760
50250
𝑟𝑥𝑦 = 72664

𝑟𝑥𝑦 = 0,692
Dari pethitungan di atas terlihat bahwa angka korelasi variabel X terhadap variabel Y
adalah 0.692 yang tidak bertanda negatif. Dengan demikian pengaruh intelegensi
terhadap hasil belajar siswa tergolong kuat. Kemudian sebelum menguji hipotesis
harus diketahui terlebih dahulu df atau degree of freedom (derajat kebebasan) yang
nantinya akan dipergunakan untuk mencari rtabel.
Untuk mencari df, pethitungannya sebagai berikut :
df =N–2
= 30 – 2
= 28
Nilai df yaitu 28 dengan taraf kepercayaan (signifikan) 5% maka diperoleh nilai rtabel
yaitu 0,374.
Hasil dari pencarian rtabel tersebut dimasukan ke rumus hipotesis, didapat 0,692 > 0,374
atau thitung > rtabel, artinya Ho di tolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh antara intelegensi d\terhadap hasil belajar siswa.

19
2. Uji signifikan
𝑟 √𝑛−2
thitung =
√1−𝑟 2

0,692√30−2
thitung =
√1−0,6922

0,692√28
thitung =
√1−0,48
0,692 .5,291
thitung =
√0,52
3,661
thitung = 0,72

thitung = 5,085

Jika dikonsultasikan dengan rtebl dengan df (degree of freedom) atau derajat


kebebasan = 28, taraf signifikan 0,05 maka diperoleh tabel = 2,048. Dengan
demikian thitung > ttabel (5,085 > 2,048). Dari perbandingan kedua nilai tersebut
menunjukkan adanya hubungan yang berarti.

3. Uji determinasi
Untuk menyatakn besar kecilnya hubungan antara variabel x terhadap variabel Y,
dinyatakan dalam koefisien determinan :
KD = (rxy)2 x 100%
= (0,692)2 x 100%
= 0,48 x 100%
= 48%
Dari hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi
oleh intelegensi sebesar 48% sedangkan sisanya ditentukan faktor lain.

D. Pembahasan
Perhitungan korelasi antara variabel intelegensi dan variabel hasil belajar siswa sebesar
0,692 tidak bertanda negatif. Angka tersebut jika dibandingkan dengan tabel interval
korelasi tergolong kuat, maka dengan demikian pengaruh intelegensi terhadap hasil
belajar siswa tergolong kuat.

20
Pada perhitungan uji signifikasi dihasilkan angka 5,085, dan jika angka dibandingkan
dengan ttabel yaitu 2,048, maka thitung lebih besar dari ttabel (5,085 > 2,048). Perbandingan
kedua nilai tersebut menunjukkan adanya hubungan yang berarti antara variabel
intelegensi dengan variabel hasil belajar siswa.
Dan untuk menentukan besar kecilnya pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y
dinyatakan dengan koefien determinasi adalah 48%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan betapa pentingnya intelegensi dikembangkan
pada diri peserta didik, karena banyak dijumpai peserta didik yang begitu cerdas, begitu
cemerlang prestasi akademiknya, namun tidak mampu mengelola integensinya, seperti
merasa paling pintar, mudah putus asa, atau angkuh dan sombong sehingga prestasi
tersebut tidak banyak bermanfaat untuk dirinya.

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di MTs Al Mujahidin dapat
menarik kesimpulan bahwa adapun nilai dari hasil belajar siswa pada Mata
Pelajaran Fikih termasuk kategori baik. Nilai rata-rata, nilai tengah dan nilai yang
sering munculpun baik, dilihat dari penelitian yang sudah penulis lakukan.
Memiliki taraf kepercayaan (signifikan) sampai 5% maka diperoleh rtabel 0,374.
Hasil dari pencarian tersebut dipadukan ke rumus hipotesis didapat 0,692 > 0,374
artinya, Ho di tolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh antara intelegensi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fikih.

B. Saran
Setelah melihat hasil penelitian maka penulis ingin mengumpulkan saran kepada :
1. Kepala Sekolah
Sebagai pemimpin hendaknya lebih meningkatkan peranannya dalam rangka
menerima atau menyeleksi pendidik dan peserta didik dalam meningkatkan
kraetifitas dengan tujuan bisa menyeimbangkan kecerdasan yang dimiliki
secara individual masing-masing.
2. Guru
Hendaknya dapat meningkatkan kemampuan atau saling berdiskusi dengan
sesama guru mengenai proses pembelajaran di kelas, dan lebih mendekatkan
diri kepada siswa agar dapat memahami dan menyelami apa yang di alami oleh
siswa. Sehingga dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan hasil
belajar yang akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Setiap pembelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, tapi
bagaimana seorang guru mengemas pembelajaran tersebut dengan menarik dan
memotivasi peserta didik untuk lebih giat dan menghasilkan nilai atau hasil
belajar yang memuaskan.
4. Dikhususkan untuk guru Fikih agar menjadi suritauladan yang baik bagi para
peserta didiknya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono, Cooperative Learnig teori dan aplikasi Paikem, Yogyakarta : Pustaka

Pelajar ; 2009

Drs. M. Ngalim Purwanto, MP. Psikologi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosda

Karya ; 1993

Drs. Rudi Susilana, M.Si. Media Pembelajaran, Bandung : CV. Wacana Prisma ; 2009

Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta : Bulan Bintang ;

2000

Prof. Dr. H. Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara ; 2011

23

Anda mungkin juga menyukai