2/April/2014
95
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014
7
Bernhard Limbong, Konflik Pertanahan.Op.cit hal
233
6 8
H.Ali Achmad Chomzah,S.H., Hukum Pertanahan. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10
(Jakarta:Prestasi Pustaka, 2003), hal 9 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional.
96
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014
97
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014
Negosiasi merupakan suatu cara kurun waktu paling lama tiga puluh hari
penyelesaian sengketa diluar pengadilan/ kerja sejak menerima
Alternative Dispute Resolution (ADR). permohonan/permintaan penyelesaian
Negosiasi melibatkan dua atau lebih pihak konflik. Apabila dalam proses konsiliasi
yang berkepentingan. Tujuannya adalah ditemukan kata damai antara kedua belah
agar tercapai sebuah kesepakatan untuk pihak, maka akan dibuatkan sebuah
sebuah permasalahan/konflik. perjanjian damai yang akan ditandatangani
Penjelasan diatas dapat diambil kedua belah pihak yang bersengketa yang
kesimpulan bahwa negosiasi adalah selanjutnya akan didaftarkan pada
penyelesaian sengketa yang sifatnya pengadilan wilayah hukum dimana
bipartite (lebih dari satu pihak). Hasil dari kesepakatan damai tersebut dibuat. Tujuan
negosiasi berupa penyelesaian kompromi pendaftaran perjanjian damai tersebut
(compromise solution) yang tidak mengikat adalah apabila ada pihak yang tidak
secara hukum. mentaati perjanjian damai tersebut, pihak
Umumnya negosiasi digunakan dalam lain dapat mengajukan permohonan
sengketa yang tidak terlalu pekik, dimana eksekusi kepada pengadilan tempat
para pihak masih bertitikad baik dan perjanjian tersebut didaftarakan.
bersedia untuk duduk bersama Bila konsiliator gagal mendamaikan para
membicarakan/menyelesaikan masalah. pihak yang bersengketa, maka konsiliator
Dalam melakukan negosiasi ada beberapa mengeluarkan anjuran penyelesaian tertulis
hal yang harus dimiliki atau dikuasai oleh paling lambat 10 hari kerja sejak sidang
pihak-pihak yang bernegosiasi (negosiator), konsiliasi pertama. Apabila kedua belah
yaitu : (1) Pengetahuan atau keterampilan; pihak menyetujui anjuran tertulis dari
(2) Itikad baik dalam menyelesaikan konsiliator, maka konsiliator akan
sengketa; (3) Kemampuan untuk mengeluarkan sebuah perjanjian bersama
memberikan solusi yang baik/adil. antara pihak yang bersengketa yang akan
didaftarakan ke pengadilan dimana objek
b. Konsiliasi (conciliation) tanah tersebut agar mendapat akta bukti
Konsiliasi adalah upaya yang ditempuh pendaftaran, bahwa konflik antara kedua
untuk mempertemukan keinginan pihak belah pihak tersebut telah diselesaikan
yang berselisih agar para pihak sepakat secara konsiliasi.
menyelesaikan konflik/sengketa. Menurut
Oppenheim, Konsiliasi adalah proses c. Mediasi (Mediation)
penyelesaian sengketa dengan Mediasi adalah suatu proses
menyerahkannya ke suatu komisi orang- penyelesaian sengketa dimana para pihak
orang yang bertugas untuk mengartikan yang bersengketa memanfaatkan bantuan
atau menjelaskan fakta-fakta untuk pihak ketiga yang sifatnya independen
mecapai suatu kesepakatan guna (netral), dimana penengah tidak memiliki
9
penyelesaian konflik. Proses konsiliasi ada kekuatan/kewenangan mengambil
seorang yang netral untuk menengahi keputusan yang sifatnya mutlak.
kedua belah pihak yang bersengketa Penyelesaian Konflik/Sengketa dengan cara
(konsiliator), yang dipilih dan disepakati mediasi adalah bentuk dari kesepakatan
oleh kedua belah pihak. Konsiliator harus kedua belah pihak untuk memilih
dapat menyelesaikan perselisihan dalam seseorang sebagai seorang mediator.
Adapun prosedur yang harus ditempuh
9
Elza Syarief, “ Menuntaskan Sengketa Tanah dalam mediasi adalah : (1) Pengantar, yang
Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan”. berisi penjelesan mediator mengenai tata
Kepustakaan Populer Gramedia. Hal 249.
98
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014
99
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014
100
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014
101
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014
pemerintahan untuk itu semua dibidang khusus masalah tanah adat dan
permasalahan dapat diselesaikan secara pengetahuan terhadap penyelesaian
musyawarah dan mufakat. sengketa.
Pentingnya peranan lembaga adat ini b) Proses berikutnya adalah dimana para
tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat pihak dalam hal ini ada pihak
hukum adat terhadap lembaga yang dapat pertama/pemohon dan pihak
membantu menyelesaikan permasalahan kedua/termohon mengajukan atau
hukum adat didaerah tempat tinggal membacakan gugatannya/legal
mereka. Dalam praktiknya peranan standingnya serta pada proses kedua ini
lembaga adat ini ternyata tidak begitu mediator mendengarkan keterangan
signifikan karena begitu rumitnya saksi-saksi dari kedua belah pihak.
permasalahan yang timbul di masyarakat c) Proses terakhir adalah mediator
hukum adat khususnya mengenai tanah memberikan kesimpulan terhadap
adat. permasalahan yang muncul serta
Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang terhadap fakta-fakta yang terungkap
muncul sebagai badan tunggal yang selama musyawarah berlangsung, pada
mengatur mengenai masalah pertanahan di tahap akhir ini juga para pihak
Indonesia baik dari segi administrasi menandatangani perjanjian damai
pertanahan sampai dengan penyelesaian (apabila dicapai kesepakatan) dengan
sengketa pertanahan. Badan Pertanahan dihadiri oleh saksi dan penutupan
Nasional yang memiliki wilayah kerja secara musyawarah.
luas baik dibidang sektoral maupun 2. Tahap Pelaksanaan Hasil Musyawarah
regional jika dilihat dari fungsinya yaitu Tahap ini para pihak melaksanakan
menyelesaikan dan menangani masalah kesepakatan yang telah dicapai dan telah
pertanahan di Indonesia, dapat melakukan ditandatangani didalam surat perjanjian.
tindakan yang dapat membantu 3. Tahap Penutupan Musyawarah
menyelesaikan sengketa tanah adat. Setelah kesepakatan dicapai, maka
Jika dilihat dari tatanan kehidupan musyawarah akan ditutup oleh pihak yang
masyarakat hukum adat yang lebih berkompeten yang biasanya dilakukan oleh
mengutamakan penyelesaian mediator sebagai pemimpin dalam
permasalahan hukum adat secara melakukan musyawarah.
musyawarah dan mufakat, maka Badan
Pertanahan Nasional dapat melakukan PENUTUP
penyelesaian sengketa tanah adat dengan Kesimpulan
cara non litigasi (Alternative Dispute 1. Penyelesaian terhadap sengketa
Resolution) yang secara umum dilakukan pertanahan ini dapat dilakukan melalui
dengan 3 (tiga) tahap yaitu : dua cara, yaitu : (1) Penyelesaian
1. Tahap Musyawarah Sengketa Melalui Jalur Pengadilan, dan;
Tahap ini memiliki beberapa proses yang (2) Penyelesaian Sengketa Melalui
harus dilakukan oleh para pihak yang Alternative Dispute Resolution (ADR).
bersengketa, sebagai berikut : Badan Pertanahan Nasional sebagai
a) Persiapan, yaitu para pihak menentukan Lembaga Non Departemen yang
siapa yang akan menjadi penengah atau memiliki peranan penting dalam
mediatornya, mediator adalah orang masalah pertanahan, memiliki Fungsi
yang memiliki pengetahuan terhadap untuk membantu menyelesaikan
permasalahan yang telah timbul antara sengketa pertanahan, dalam
para pihak, serta memiliki pengetahuan melaksanakan Fungsinya tersebut Badan
102
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014
103
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
dan SUMBER LAINNYA
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria.
Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan, Hak Pakai Atas Tanah.
Keputusan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis
Penanganan dan Penyelesaian Sengketa
Tanah.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan, Pengkajian, dan
Penanganan Kasus Pertanahan.
Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun
1999 Tentang Pedoman Penyelesaian
Permasalahan Hak Ulayat Masyarakat
Hukum Adat.
104