Anda di halaman 1dari 10

Lex Privatum, Vol.II/No.

2/April/2014

FUNGSI BADAN PERTANAHAN NASIONAL didalam Peraturan Menteri Agraria/Kepala


TERHADAP PENYELESAIAN Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun
SENGKETA TANAH 1 1999 tentang Pedoman Penyelesaian
Oleh : Fingli A. Wowor2 Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum
Adat.
ABSTRAK Kata kunci: Sengketa, Tanah.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana tata cara PENDAHULUAN
yang ditempuh Badan Pertanahan Nasional A. Latar Belakang Masalah
(BPN) dalam menyelesaikan sengketa tanah Tanah adalah Karunia dari Tuhan Yang
sebagai implementasi dari salah satu fungsi Maha Esa kepada umat manusia di muka
Badan Pertanahan Nasional dan bagaimana bumi. Tanah menjadi kebutuhan dasar
mekanisme yang ditempuh Badan manusia sejak lahir sampai dia meninggal
Pertanahan Nasional (BPN) dalam dunia, manusia membutuhkan tanah
menyelesaikan sengketa tanah adat di sebagai tempat tinggal untuk hidup.3 Tanah
Indonesia. Dengan menggunakan metode memiliki nilai yang tinggi dilihat dari
penelitian hukum normatif dapat kacamata apa pun, termasuk kacamata
disimpulkan, bahwa: 1. Penyelesaian sosiologi, antropologi, psikologi, politik,
terhadap sengketa pertanahan ini dapat militer dan ekonomi. Di mata masyarakat
dilakukan melalui dua cara, yaitu : (1) tradisional, tanah merupakan kediaman
Penyelesaian Sengketa Melalui Jalur para dead an roh sehingga harus senantiasa
Pengadilan, dan; (2) Penyelesaian Sengketa dipelihara dengan baik.
Melalui Alternative Dispute Resolution Pengaturan mengenai pertanahan
(ADR). Badan Pertanahan Nasional sebagai secara jelas diatur didalam Pasal 33 ayat (3)
Lembaga Non Departemen yang memiliki Undang-Undang Dasar 1945 yang
peranan penting dalam masalah menyatakan : “Bumi dan air dan kekayaan
pertanahan, memiliki fungsi untuk alam yang terkandung didalamnya dikuasai
membantu menyelesaikan sengketa oleh Negara dan dipergunakan untuk
pertanahan, dalam melaksanakan fungsinya sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.4
tersebut Badan Pertanahan Nasional Memang didalam konstitusi tidak
beralaskan Pada Peraturan Kepala Badan dinyatakan secara jelas mengenai tanah,
Pertanahan Nasional Republik Indonesia namun kita dapat menarik kesimpulan
Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan bahwa dimaksud dengan kata “bumi”
Pengkajian dan Penanganan Kasus adalah mencakup Pertanahan. Pengaturan
Pertanahan. 2. Pasal 3 Undang-Undang mengenai Pertanahan atau agraria pertama
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan sekali diatur secara tegas pada tahun 1960,
Dasar Pokok-Pokok Agraria mengatur yaitu sejak lahirnya Undang-Undang Pokok
mengenai keberadaan tanah ulayat yang Agraria pada tanggal 24 September 1960.5
masih diakui apabila masih ada didalam Sebelumnya hadirnya Undang-Undang
lingkup masyarakat adat. Penjelesan Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
mengenai tata cara penyelesaian tanah
adat/hak ulayat sebenarnya telah diatur 3
Bernhard Limbong, Konflik Pertanahan.
(Jakarta:Pustaka Margaretha:2012), hal 1
1 4
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Ruddy H. Lihat Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar
Walukow, S.H.,M.H., Alfreds J. Rondonuwu, Republik Indonesia 1945
5
S.H.,M.H., Cobi E.M, Mamahit, S.H.,M.H. Adrian Sutedi, S.H, M.H. Peralihan Hak Atas Tanah
2
NIM 100711391, Mahasiswa Fakultas Hukum dan Pendaftarannya. (Jakarta : SInar Grafika : 2006),
Unsrat Manado hal 1

95
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014

Dasar Pokok-Pokok Agraria, pengaturan Pemerintah di bidang Pertanahan secara


mengenai Pertanahan atau Agraria Nasional, Regional, dan Sektoral. 7
mengalami dualisme hukum yaitu adanya Sebagai Badan tunggal yang mengurus
pengaturan dengan sistem hukum adat, mengenai masalah Pertanahan di
dan ada yang masih menggunakan hukum Indonesia, Badan Pertanahan Nasional juga
belanda . memiliki Fungsi sebagaimana dalam Pasal 3
Setelah munculnya Undang-Undang huruf (n) Peraturan Presiden Nomor 85
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Tahun 2009 tentang perubahan atas
Dasar Pokok-Pokok Agraria, banyak Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006
peraturan lain yang muncul seperti tentang Badan Pertanahan Nasional bahwa,
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 “Badan Pertanahan Nasional memiliki
tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan fungsi pengkajian dan penanganan
Bangunan, Ketetapan Majelis masalah, sengketa, perkara dan konflik di
Permusyawaratan Rakyat Republik bidang pertanahan”.8
Indoneisa Nomor IX/MPR/2001 tentang Namun, dalam penyelesaian Sengketa
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan dalam bidang Pertanahan, Badan
Sumber Daya Alam. Badan Pertanahan Pertanahan Nasional (BPN) bukan satu-
Nasional (BPN) dibentuk berdasarkan satunya cara yang dapat ditempuh. Dewasa
Keputusan Presiden Republik Indonesia ini banyak para pihak yang bersengketa
Nomor 26 Tahun 1988 sebagai Peningkatan juga memilih jalur pengadilan sebagai
dari Direktorat Jenderal Agraria sarana terakhir dalam menyelesaikan
Departemen Dalam Negeri, dan merupakan sengketa Pertanahan serta adanya
suatu Lembaga Pemerintah Non terobosan yang dilakukan Dewan
Departemen (LPND) yang berkedudukan Perwakilan Rakyat (DPR) yaitu dengan
dibawah dan bertanggung jawab langsung membentuk Komisi Penyelesaian Konflik
kepada presiden6 Agraria (KPKA).
Era Reformasi, Kedudukan Badan
Pertanahan Negara (BPN) sebagai satu- B. Rumusan Masalah
satunya lembaga atau institusi yang 1. Bagaimana Tata Cara yang ditempuh
diberikan kewenangan untuk mengemban Badan Pertanahan Nasional dalam
amanah dalam mengelola bidang Menyelesaikan Sengketa Tanah
pertanahan diakui secara normatif melalui sebagai implementasi dari salah satu
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 85 Fungsi Badan Pertanahan Nasional?
Tahun 2009 tentang perubahan atas 2. Bagaimana Mekanisme yang
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 ditempuh Badan Pertanahan Nasional
tentang Badan Pertanahan Nasional. Dalam (BPN) dalam menyelesaikan sengketa
Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 85 tanah adat di Indonesia ?
Tahun 2009 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 C. Metode Penelitian
tentang Badan Pertanahan Nasional 1. Lokasi Penelitian
dijelaskan bahwa Badan Pertanahan Penelitian ini dilakukan di beberapa
Nasional (BPN) melakukan tugas lokasi untuk mengumpulkan data
yang diperlukan terkait dengan

7
Bernhard Limbong, Konflik Pertanahan.Op.cit hal
233
6 8
H.Ali Achmad Chomzah,S.H., Hukum Pertanahan. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10
(Jakarta:Prestasi Pustaka, 2003), hal 9 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional.

96
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014

penelitian, yaitu : Perpustakaan Kehakiman harus lepas dari segala


Fakultas Hukum Universitas Sam intervensi lembaga lainnya baik itu
Ratulangi Manado. Pemerintah dalam hal ini Kekuasaan
2. Jenis dan Sumber Data Eksekutif ataupun DPR dalam hal ini
Jenis data yang dipergunakan dalam kekuasaan Legislatif. Penyelesaian
penelitian ini adalah data sekunder sengketa melalu jalur pengadilan, dapat
yang diperoleh melalui buku, artikel ditempuh para pihak dengan cara
dan produk peraturan perundang- menyampaikan suatu bentuk gugatan
undangan. tertulis kepada kepaniteraan Pengadilan
3. Teknik Pengumpulan Data Negeri setempat yang berwenang
Teknik Pengumpulan data yang memeriksa dan mengadili perkara tersebut.
dipergunakan dalam penelitian ini
adalah studi kepustakaan (library (2) Melalui Jalur Diluar Pengadilan/
research). Alternative Dispute Resolution (ADR)
4. Teknik Penulisan Penyelesaian sengketa dengan
Hasil pengumpulan data disajikan menggunakan cara non litigasi atau
secara deskriptif yakni memaparkan, Alternative Dispute System sebenarnya
menguraikan dan menjelaskan merupakan model penyelesaian sengeketa
permasalahan yang relevan dengan yang sangat cocok dengan karakter
penelitian ini secara jelas dan kekeluargaan, sangat berbeda dengan
terperinci. penyelesaian sengekta melalui jalur
pengadilan yang sering kali menciptakan
PEMBAHASAN kekacauan atau konfrontatif. Praktek yang
1. Tata Cara Penyelesaian Sengketa terjadi didalam masyarakat, penyelesaian
Pertanahan oleh Badan Pertanahan diluar pengadilan/Alternative Dispute
Nasional (BPN). Resolution (ADR) sering menjadi jalur
Sengketa Pertanahan di Indonesia bukan utama yang ditempuh untuk menyelesaikan
merupakan hal yang baru dan masih terjadi sengekta pertanahan. Penyelesaian diluar
hingga saat ini. Pada Awalnya sengketa pengadilan cenderung lebih mudah dan
Pertanahan hanya terjadi antara Pihak cepat, selain itu tidak mengeluarkan terlalu
Perseorangan, namun saat ini sengketa banyak biaya dibandingkan melalui jalur
pertanahan sudah terjadi di semua sektor pengadilan. Atas pertimbangan diatas
kehidupan masyarakat, seperti sektor masyarakat lebih sering menyelesaikan
kehutanan, sektor infrastruktur, sektor sengketa pertanahan melalui jalur ini,
pertambangan. Hal ini disebabkan karena selain alasan diatas ada juga pemikiran
kebutuhan akan tanah yang begitu bahwa penyelesaian melalui jalur
meningkat belakangan ini diakibatkan pengadilan mengandung unsur kecurangan
pertumbuhan masyarakat yang begitu yang tinggi dimana pihak yang memiliki
pesat. kekuasaan yang dapat memenangkan
Penyelesaian sengketa Pertanahan ini sengketa.
dapat dilakukan melalui beberapa cara, Berikut adalah beberapa cara yang dapat
yaitu : ditempuh dalam Penyelesaian Sengketa
(1) Melalui jalur Pengadilan tanah melalui jalur diluar Pengadilan/
Prinsip Penting yang harus dipegang Alternative Dispute Resolution (ADR):
Negara hukum adalah adanya jaminan
bahwa ada kekuasaan kehakiman yang a. Musyawarah (Negotiation)
merdeka, artinya bahwa Pelaku Kekuasaan

97
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014

Negosiasi merupakan suatu cara kurun waktu paling lama tiga puluh hari
penyelesaian sengketa diluar pengadilan/ kerja sejak menerima
Alternative Dispute Resolution (ADR). permohonan/permintaan penyelesaian
Negosiasi melibatkan dua atau lebih pihak konflik. Apabila dalam proses konsiliasi
yang berkepentingan. Tujuannya adalah ditemukan kata damai antara kedua belah
agar tercapai sebuah kesepakatan untuk pihak, maka akan dibuatkan sebuah
sebuah permasalahan/konflik. perjanjian damai yang akan ditandatangani
Penjelasan diatas dapat diambil kedua belah pihak yang bersengketa yang
kesimpulan bahwa negosiasi adalah selanjutnya akan didaftarkan pada
penyelesaian sengketa yang sifatnya pengadilan wilayah hukum dimana
bipartite (lebih dari satu pihak). Hasil dari kesepakatan damai tersebut dibuat. Tujuan
negosiasi berupa penyelesaian kompromi pendaftaran perjanjian damai tersebut
(compromise solution) yang tidak mengikat adalah apabila ada pihak yang tidak
secara hukum. mentaati perjanjian damai tersebut, pihak
Umumnya negosiasi digunakan dalam lain dapat mengajukan permohonan
sengketa yang tidak terlalu pekik, dimana eksekusi kepada pengadilan tempat
para pihak masih bertitikad baik dan perjanjian tersebut didaftarakan.
bersedia untuk duduk bersama Bila konsiliator gagal mendamaikan para
membicarakan/menyelesaikan masalah. pihak yang bersengketa, maka konsiliator
Dalam melakukan negosiasi ada beberapa mengeluarkan anjuran penyelesaian tertulis
hal yang harus dimiliki atau dikuasai oleh paling lambat 10 hari kerja sejak sidang
pihak-pihak yang bernegosiasi (negosiator), konsiliasi pertama. Apabila kedua belah
yaitu : (1) Pengetahuan atau keterampilan; pihak menyetujui anjuran tertulis dari
(2) Itikad baik dalam menyelesaikan konsiliator, maka konsiliator akan
sengketa; (3) Kemampuan untuk mengeluarkan sebuah perjanjian bersama
memberikan solusi yang baik/adil. antara pihak yang bersengketa yang akan
didaftarakan ke pengadilan dimana objek
b. Konsiliasi (conciliation) tanah tersebut agar mendapat akta bukti
Konsiliasi adalah upaya yang ditempuh pendaftaran, bahwa konflik antara kedua
untuk mempertemukan keinginan pihak belah pihak tersebut telah diselesaikan
yang berselisih agar para pihak sepakat secara konsiliasi.
menyelesaikan konflik/sengketa. Menurut
Oppenheim, Konsiliasi adalah proses c. Mediasi (Mediation)
penyelesaian sengketa dengan Mediasi adalah suatu proses
menyerahkannya ke suatu komisi orang- penyelesaian sengketa dimana para pihak
orang yang bertugas untuk mengartikan yang bersengketa memanfaatkan bantuan
atau menjelaskan fakta-fakta untuk pihak ketiga yang sifatnya independen
mecapai suatu kesepakatan guna (netral), dimana penengah tidak memiliki
9
penyelesaian konflik. Proses konsiliasi ada kekuatan/kewenangan mengambil
seorang yang netral untuk menengahi keputusan yang sifatnya mutlak.
kedua belah pihak yang bersengketa Penyelesaian Konflik/Sengketa dengan cara
(konsiliator), yang dipilih dan disepakati mediasi adalah bentuk dari kesepakatan
oleh kedua belah pihak. Konsiliator harus kedua belah pihak untuk memilih
dapat menyelesaikan perselisihan dalam seseorang sebagai seorang mediator.
Adapun prosedur yang harus ditempuh
9
Elza Syarief, “ Menuntaskan Sengketa Tanah dalam mediasi adalah : (1) Pengantar, yang
Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan”. berisi penjelesan mediator mengenai tata
Kepustakaan Populer Gramedia. Hal 249.

98
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014

cara yang harus diikuti dan peran Penjelasan mengenai penyelesaian


komunikasi yang terbuka dengan asas sengketa tanah diatas baik melalui
saling mempengaruhi; (2) Memahami pengadilan maupun penyelesaian sengketa
permasalahan yang timbul dalam sengketa tanah diluar pengadilan, Badan Pertanahan
dengan cara memberikan kedua belah Nasional berperan sebagai alternatif
pihak kesempatan untuk menyampaikan penyelesaian sengketa di luar pengadilan.
argument masing-masing pihak; (3) Badan Pertanahan Nasional sendiri telah
Mengindentifikasi permasalahan dan memiliki beberapa peraturan Khusus untuk
mencari alternative penyelesaian untuk meyikapi masalah pertanahan yang muncul,
mencapai kata sepakat; (4) Mengevaluasi Peraturan Kepala Badan Pertanahan
alternatif yang ada dalam menentukan Nasional Republik Indonesia Nomor 3
kesepakatan disertai rincian Tahun 2011 tentang Pengelolaan
pelaksanaannya. Pengkajian dan Penanganan Kasus
Pertanahan Pada Pasal 2 Ayat (1) jelas
d. Arbitrase menyatakan bahwa :
Pasal 1 Ayat (7) Undang-Undang “Pengelolaan Pengkajian dan
Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1999 Penanganan kasus pertanahan
tentang Arbitrase dan Alternatif dimaksudkan untuk, (a) mengetahui akar,
penyelesaian sengketa djielaskan bahwa, sejarah, dan tipologi kasus pertanahan
“arbiter adalah seseorang atau lebih yang dalam rangka merumuskan kebijakan
dipilih oleh para pihak yang bersengketa strategis penyelesaian kasus pertanahan di
atau yang ditunjuk oleh pengadilan negeri Indonesia; (b) Menyelesaikan kasus
atau lembaga arbitrase, untuk memberikan pertanahan yang disampaikan kepada
putusan mengenai sengketa tertentu yang Kepala Badan Pertanahan Nasional RI agar
diserahkan penyelesaiannya melalu dapat dikuasai, dimiliki, dipergunakan dan
arbitrase”. dimanfaatkan oleh pemiliknya serta dalam
Hal penyelesaian secara arbitrase, rangka kepastian dan perlindungan
setelah kedua belah pihak yang hukum”.10
bersengketa sepakat untuk menyelesaikan Dengan adanya ketentuan tersebut
sengekta secara arbitrase maka majelis Badan Pertanahan Nasional mempertegas
arbiter menentukan dalam putusannya salah satu tugasnya yaitu sebagai Badan
mengenai hak dan kewajiban para pihak Penyelesaian sengketa tanah. Dalam
jika hal ini tidak diatur dalam perjanjian melakukan penyelesaian sengketa/masalah
mereka. pertanahan, Badan Pertanahan Nasional
Putusan arbitrase harus didaftarkan di terlebih dahulu menerima laporan melalui
Kepaniteraan Pengadilan negeri paling kantor-kantor wilayah yang ada di setiap
lambat 30 Hari setelah Putusan tersebut provinsi baik di kabupaten/kota.
diucapkan, apabila ketentuan tersebut Selanjutnya Badan Pertanahan Nasional
tidak dilaksanakan maka Putusan arbitrase melakukan pengkajian terlebih dahulu
dinyatakan tidak dapat dilaksanakan. terhadap pengaduan permasalahan
Putusan Arbitrase bersifat final dan pertanahan tersebut, baik itu berupa akar
memiliki kekuatan hukum yang mengikat konflik ataupun keadaan-keadaan tertentu
para pihak. Putusan Arbitrase dilaksanakan yang menyebabkan timbulnya kasus
apabila sudah melalui pemeriksaan oleh
10
ketua pengadilan negeri yang selanjutnya Lihat Pasal 2 Ayat (1) Peraturan Kepala Badan
akan dilakukan eksekusi melalui Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011 Tentang
persetujuan ketua pengadilan negeri. Pengelolaan, Pengkajian dan Penanganan Kasus
Pertanahan.

99
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014

pertanahan tersebut. Setelah melakukan cara pelaksanaanya diatur didalam


penelitian terhadap akar permasalahan, Keputusan Badan Pertanahan Nasional
Badan Pertanahan Nasional melalui deputi Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2007
bidang Pengkajian dan Penanganan tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan
Sengketa dan Konflik Pertanahan Penyelesaian Masalah Pertanahan yang
melakukan gelar perkara yang mengenai lebih rinci diatur didalam Petunjuk Teknis
tata cara pelaksaannya diatur didalam Nomor 05/JUKNIS/D.V/2007 tentang
Petunjuk Teknis (Juknis) nomor Mekanisme Pelaksanaan Mediasi.
03/Juknis/D.V/2007 tentang Petunjuk Teknis Nomor
Penyelenggaraan Gelar perkara. 05/JUKNIS/D.V/2007 tentang Mekanisme
Selanjutnya, setelah melakukan gelar Pelaksanaan Mediasi diatur jelas mengenai
perkara maka akan dibuat sebuah risalah mekanisme dan tata cara yang akan
hasil gelar perkara untuk menentukan ditempuh Badan Pertanahan Nasional
kebijakan yang akan diambil untuk untuk menyelesaikan permasalahan
menyelesaikan sengketa/konflik pertanahan antara pihak-pihak yang
pertanahan tersebut. bersengketa.
Badan Pertanahan Nasional sendiri
memiliki dua alternatif penyelesaian 2. Mekanisme Penyelesaian Sengketa
sengekta pertanahan yaitu, (1) Tanah Adat Oleh Badan Pertanahan
Penyelesaian melalui Jalur Pengadilan, dan; Nasional (BPN)
(2) Penyelesaian Sengketa melalu cara Hukum Adat adalah bagian dari hukum
Mediasi. Penyelesaian dengan cara melalui yang berasal dari adat-istiadat, yaitu
Jalur Pengadilan sama halnya dengan kaidah-kaidah sosial yang dibuat dan
proses peradilan perdata pada umumnya, dipertahankan oleh masyarakat di suatu
yaitu Badan Pertanahan Nasional daerah tertentu. Salah satu sektor hukum
memasukan gugatan kepada Kepaniteraan adat yang mendapat perhatian khusus di
Pengadilan Negeri dimana objek tanah yang indonesia adalah mengenai tanah adat. Itu
disengketakan berada, kemudian mengikuti dikarenakan setelah munculnya Undang-
proses persidangan hingga menunggu Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
putusan dari pengadilan negeri setempat. Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
Mengenai Penyelesaian Sengketa melalui hukum adat ini telah dijadikan dasar dari
jalur pengadilan Badan Pertanahan hukum agraria nasional dan sejak itu
Nasional Merujuk pada Keputusan Badan mengalami proses perkembangan yang
Pertanahan Nasional Nomor 34 Tahun 2007 berbeda dibanding bidang hukum lainnya.
tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan Hak-hak adat seperti hak ulayat memberi
Penyelesaian Masalah Pertanahan dan kewenangan kepada masyarakat hukum
selanjutnya dalam Keputusan Badan adat untuk mengatur dan
Pertanahan Nasional tersebut secara lebih menyelenggarakan pemanfaatan tanah.
rinci tercantum didalam Petunjuk Teknis Termasuk didalamnya mengatur tentang
Nomor 06/JUKNIS/D.V/2007 tentang hubungan hukum antara orang dan hukum
Berperkara di Pengadilan dan Tindak Lanjut yang berkaitan dengan tanah.
Pelaksanaan Putusan Pengadilan. Keberadaaan hak ulayat sendiri telah
Berbeda halnya dengan Penyelesaian mengalami banyak perkembangan,
sengketa tanah dengan cara mediasi, dalam sebagaimana tercantum didalam klausula
hal ini Badan Pertanahan Nasional dapat akte konsesi yang diberikan kepada
berperan sebagai mediator dalam orderneming perkebunan, hak ulayat
penyelesaian sengketa tanah, yang tata masyarakat adat dilindungi.

100
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014

Konflik pertanahan mengenai hak tentang Pedoman Penyelesaian Masalah


ulayat/tanah ulayat biasanya mengenai Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.
perbedaan pandangan, nilai, kepentingan Penyelesaian terhadap masalah hak
mengenai status ulayat dan masyarakat ulayat/tanah adat pada saat ini masih di
hukum adat diatas areal tertentu baik yang dominasi oleh lembaga-lembaga adat yang
telah diterbitkan hak atas tanah maupun dibentuk oleh masyarakat hukum adat
yang belum. Berikut beberapa konflik setempat. Lembaga adat memiliki peranan
mengenai tanah ulayat/hak ulayat : yang sangat penting dan strategis dalam
1. Masalah penetapan subjek tanah ulayat. penyelesaian sengketa pertanahan.
2. Masalah penetapan objek tanah uayat. Sengketa tanah sebagian besar terjadi
3. Masalah Penetapan subjek dan objek antara masayrakat adat yang
tanah ulayat mempertahankan hak adat atas tanah
Penyelesaian terhadap akar konflik dengan penguasa yang dalam hal ini adalah
tanah ulayat ini diatur didalam Keputusan pemilik modal/perusahaan yang
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor mendapatkan konsensi penguasaan hutan,
5 Tahun 1999 tentang Pedoman pertambangan, gas bumi. Hal ini sering
Penyelesaian Masalah Hak Ulayat menyebabkan masyarakat adat melakukan
Masyarakat Hukum Adat. Pengaturan penjarahan atas bangunan yang ada diatas
secara normatif ini juga memperjelas status tanah adat tersebut (reclaiming).
hukum hak ulayat yang di UUPA hanya Perkembangan Lembaga adat ini terjadi
diatur secara abstrak dalam artian dihampir semua wilayah Indonesia, sebagai
sepanjang hak ulayat tersebut masih ada. contoh di daerah Sumatera Utara Tepatnya
Namun didalam keputusan Menteri didaerah Kabupaten Toba Samosir,
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 13
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Tahun 2000 mengenai Lembaga Adat
Penyelesaian Masalah hak Ulayat dalihan Natolu ini menjelaskan bahwa
Masyarakat Hukum Adat, tidak dijelaskan lembaga adat tersebut memiliki beberapa
dengan jelas bagaimana peran Badan tugas yang diantaranya adalah sebagai
Pertanahan Nasional dalam penyelesaian berikut :
sengketa tanah adat, melainkan didalam 1. Menampung dan Menyalurkan
aturan tersebut dinyatakan bahwa Pendapat masyarakat kepada
selanjutnya mengenai status tanah pemerintah dan menyelesaikan
adat/hak ulayat selebihnya berupa perselisihan yang menyangkut hukum
kewenangan pemerintah daerah. adat dan kebiasaaan-kebiasaan
Menentukan status hak ulayat/tanah adat masyarakat hukum adat batak toba;
pemerintah daerah melakukan penelitian 2. Memberdayakan, melestarikan, dan
dengan melibatkan Pakar hukum adat, mengembangkan adat-istiadat serta
masyarakat hukum adat yang ada di daerah kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam
bersangkutan, lembaga swadaya rangka memperkaya budaya daerah,
masyarakat dan instansi-instansi yang termasuk memberdayakan masyarakat
bersangkutan. Dalam hal ini peran dari guna menunjang penyelenggaraan
Badan Pertanahan Nasional adalah pemerintahan, pembangunan dan
melakukan pencatatan terhadap tanah adat pembinaan masyarakat;
yang sebelumnya telah dinyatakan ada oleh 3. Menciptakan hubungan yang
penelitian sebagaimana didalam Pasal 5 demokratis, harmonis dan objektif
Ayat (1) Peraturan Kepala Badan antara kepala adat, pemangku adat dan
Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 pimpinan/pemuka adat dengan aparat

101
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014

pemerintahan untuk itu semua dibidang khusus masalah tanah adat dan
permasalahan dapat diselesaikan secara pengetahuan terhadap penyelesaian
musyawarah dan mufakat. sengketa.
Pentingnya peranan lembaga adat ini b) Proses berikutnya adalah dimana para
tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat pihak dalam hal ini ada pihak
hukum adat terhadap lembaga yang dapat pertama/pemohon dan pihak
membantu menyelesaikan permasalahan kedua/termohon mengajukan atau
hukum adat didaerah tempat tinggal membacakan gugatannya/legal
mereka. Dalam praktiknya peranan standingnya serta pada proses kedua ini
lembaga adat ini ternyata tidak begitu mediator mendengarkan keterangan
signifikan karena begitu rumitnya saksi-saksi dari kedua belah pihak.
permasalahan yang timbul di masyarakat c) Proses terakhir adalah mediator
hukum adat khususnya mengenai tanah memberikan kesimpulan terhadap
adat. permasalahan yang muncul serta
Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang terhadap fakta-fakta yang terungkap
muncul sebagai badan tunggal yang selama musyawarah berlangsung, pada
mengatur mengenai masalah pertanahan di tahap akhir ini juga para pihak
Indonesia baik dari segi administrasi menandatangani perjanjian damai
pertanahan sampai dengan penyelesaian (apabila dicapai kesepakatan) dengan
sengketa pertanahan. Badan Pertanahan dihadiri oleh saksi dan penutupan
Nasional yang memiliki wilayah kerja secara musyawarah.
luas baik dibidang sektoral maupun 2. Tahap Pelaksanaan Hasil Musyawarah
regional jika dilihat dari fungsinya yaitu Tahap ini para pihak melaksanakan
menyelesaikan dan menangani masalah kesepakatan yang telah dicapai dan telah
pertanahan di Indonesia, dapat melakukan ditandatangani didalam surat perjanjian.
tindakan yang dapat membantu 3. Tahap Penutupan Musyawarah
menyelesaikan sengketa tanah adat. Setelah kesepakatan dicapai, maka
Jika dilihat dari tatanan kehidupan musyawarah akan ditutup oleh pihak yang
masyarakat hukum adat yang lebih berkompeten yang biasanya dilakukan oleh
mengutamakan penyelesaian mediator sebagai pemimpin dalam
permasalahan hukum adat secara melakukan musyawarah.
musyawarah dan mufakat, maka Badan
Pertanahan Nasional dapat melakukan PENUTUP
penyelesaian sengketa tanah adat dengan Kesimpulan
cara non litigasi (Alternative Dispute 1. Penyelesaian terhadap sengketa
Resolution) yang secara umum dilakukan pertanahan ini dapat dilakukan melalui
dengan 3 (tiga) tahap yaitu : dua cara, yaitu : (1) Penyelesaian
1. Tahap Musyawarah Sengketa Melalui Jalur Pengadilan, dan;
Tahap ini memiliki beberapa proses yang (2) Penyelesaian Sengketa Melalui
harus dilakukan oleh para pihak yang Alternative Dispute Resolution (ADR).
bersengketa, sebagai berikut : Badan Pertanahan Nasional sebagai
a) Persiapan, yaitu para pihak menentukan Lembaga Non Departemen yang
siapa yang akan menjadi penengah atau memiliki peranan penting dalam
mediatornya, mediator adalah orang masalah pertanahan, memiliki Fungsi
yang memiliki pengetahuan terhadap untuk membantu menyelesaikan
permasalahan yang telah timbul antara sengketa pertanahan, dalam
para pihak, serta memiliki pengetahuan melaksanakan Fungsinya tersebut Badan

102
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014

Pertanahan Nasional beralaskan Pada 1. Badan Pertanahan Nasional sudah


Peraturan Kepala Badan Pertanahan memiliki langkah yang baik dalam
Nasional Republik Indonesia Nomor 3 melaksanakan fungsinya sebagai badan
Tahun 2011 tentang Pengelolaan yang membantu menyelesaikan
Pengkajian dan Penanganan Kasus sengketa tanah dengan menerbitkan
Pertanahan. Menurut Peraturan diatas beberapa peraturan mengenai tata cara
Badan Pertanahan Nasional bisa menjadi penyelesaian permasalahan pertanahan.
mediator apabila terjadi sengketa antara Namun, menurut penulis diperlukan
2 (dua) Pihak yang tata cara sosialisasi kepada masyarakat dengan
penyelesaiannya selanjutnya diatur pada cara melakukan penyuluhan agar
Keputusan Badan Pertanahan Nasional masyarakat mendapatkan pendidikan
Republik Indonesia Nomor 34 Tahun yang penting mengenai keberadaan
2007 tentang Petunjuk Teknis Badan Pertanahan Nasional sebagai
Penanganan dan Penyelesaian Masalah lembaga non departemen yang
Pertanahan yang lebih rinci diatur membantu menyelesaikan sengketa
didalam Petunjuk Teknis Nomor tanah, serta juga melakukan sosialisasi
05/JUKNIS/D.V/2007 tentang mengenai peraturan-peraturan penting
Mekanisme Pelaksanaan Mediasi. Dan yang menyangkut masalah pertanahan
juga, Badan Pertanahan Nasional dapat sehingga meminimlisir permasalahan
melakukan fungsinya dalam melakukan yang muncul.
penyelesaian sengketa melalui jalur 2. Peran Badan Pertanahan Nasional
pengadilan yang tata cara dipandang kurang dalam menangani
pelaksanaannya diatur didalam Petunjuk permasalahan hak ulayat masyarakat
Teknis Nomor 06/JUKNIS/D.V/2007 adat, Peraturan Kepala Badan
tentang Berperkara di Pengadilan dan Pertanahan nomor 5 Tahun 1999
Tindak Lanjut Pelaksanaan Putusan tentang Pedoman Penyelesaian
Pengadilan. Permasalahan Hak Ulayat Masyarakat
2. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun Hukum Adat menurut penulis tidak
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- cukup jelas memaparkan peran Badan
Pokok Agraria mengatur mengenai Pertanahan Nasional, sehingga penulis
keberadaan tanah ulayat yang masih berpendapat diperlukan Pembentukan
diakui apabila masih ada didalam lingkup Peraturan yang lebih jelas mengatur
masyarakat adat. Penjelesan mengenai Peran Badan Pertanahan Nasional dalam
tata cara penyelesaian tanah adat/hak membantu menyelesaikan
ulayat sebenarnya telah diatur didalam permasalahan hak ulayat masyarakat
Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan hukum adat.
Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun
1999 tentang Pedoman Penyelesaian Daftar Pustaka
Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adrian Sutedi. (2006). Peralihan Hak Atas
Adat. Namun, didalam peraturan Tanah dan Pendaftarannya. Jakarta :
tersebut tidak diatur secara jelas Sinar Grafika.
peranan Badan Pertanahan Nasional Ali Ahmad Chomzah. (2003). Hukum
dalam menyelesaikan Permasalahan hak Pertanahan. Jakarta : Prestasi Pustaka
ulayat masyarakat adat tersebut. Publisher.
Bernhard Limbong. (2012). Konflik
Saran Pertanahan. Jakarta : Margaretha
Pustaka.

103
Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014

Eddy Ruchiyat. (2004). Politik Pertanahan Http://www.bpn.go.id/tentang-


Nasional Sampai Reformasi. Bandung : kami/sejarah
Alumni.
Elza Syarief. (2012). Menuntaskan
Sengketa Tanah Melalui Pengadilan
khusus Pertanahan. Jakarta : KPG
(Kepustakaan Populer Gramedia).
Muhammad Yamin Lubis dan Abdul
Rahman Lubis. (2011). Pencabutan Hak,
Pembebasan, dan Pengadaan Tanah.
Bandung : Mandar Maju.
Rusmadi Murad. (2013). Administrasi
Pertanahan Pelaksanaan Hukum
Pertanahan Dalam Praktek. Bandung :
Mandar Maju.
Tim Penyusun. (2008). Kumpulan Kitab
Undang-Undang Hukum. Jakarta :
WIPRESS.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
dan SUMBER LAINNYA
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria.
Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan, Hak Pakai Atas Tanah.
Keputusan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis
Penanganan dan Penyelesaian Sengketa
Tanah.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan, Pengkajian, dan
Penanganan Kasus Pertanahan.
Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun
1999 Tentang Pedoman Penyelesaian
Permasalahan Hak Ulayat Masyarakat
Hukum Adat.

104

Anda mungkin juga menyukai