Anda di halaman 1dari 61

MODUL TUGAS

DRAINASE PERKOTAAN
PROGRAM KOMPETISI KAMPUS MERDEKA

Tim Penyusun:
Rahmah Dara Lufira, S.T., M.T. (NIDN 0004128702)
Dr. Ussy Andawayanti, MS., IPM (NIDN 0024047701)
Prof. Dr. Ir. Suhardjono, Dipl. HE (NIDN 0023034602)
Ir. M. Janu Ismoyo, MS (NIDN 0002015804)
Dr. Linda Prasetyorini, S.T., M.T. (NIDN 0024058502)

JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN 2021
RINGKASAN

Mata kuliah ini bertujuan memberikan pemahaman tentang konsep, prinsip dan prosedur
perancangan drainase perkotaan yang berwasasan lingkungan yang meliputi: konsep dan langkah
dalam membuat studi perancangan drainase perkotaan, perhitungan besar debit banjir, sistem
saluran dan bangunan drainase perkotaan dan tambahan pengetahuan pengantar tentang drainase
jalan raya dan drainase bangunan khusus
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan modul Tugas Mandiri Perencanaan Drainase Perkotaan untuk mahasiswa
Jurusan Teknik Pengairan yang mengambil Mata Kuliah Drainase Perkotaan. Modul ini disusun
untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengelola dan memecahkan masalah teknik
pengairan/teknik sumber daya air khususnya Drainase Perkotaan. Modul ini berisi tentang
penjelasan tugas dan dilengkapi langkah-langkah dalam penyelesaiannya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan modul ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu proses
penyelesain modul ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya para
peserta didik.

September, 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul ................................................................................................................
Kata Pengantar ...............................................................................................................
Daftar Isi ........................................................................................................................
Isi Modul ........................................................................................................................
I. Pendahuluan ...............................................................................................................
1.1. Deskripsi Modul .................................................................................................
1.2. Sub Capaian Pembelajaran Matakuliah .............................................................
II. Proses Pembelajaran ..................................................................................................
2.1. Kegiatan Belajar ..................................................................................................
2.1.1. Materi Pembelajaran. ................................................................................
2.1.2. Penugasan..................................................................................................
2.1.3. Langkah Pengerjaan. .................................................................................
2.1.4. Diagram Alir Pengerjaan ..........................................................................
2.1.5. Jadwal Penyelesaian ..................................................................................
2.1.6. Format Penilaian Tugas. ...........................................................................
2.1.7. Nama Dosen Pengembang RPS dan Asisten Tugas..................................
2.1.8. Lampiran Peta ...........................................................................................
III. Asesmen Pembelajaran ............................................................................................
Penutup ..........................................................................................................................
ISI MODUL

I. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Modul
Modul ini bertujuan memberikan pemahaman tentang konsep, prinsip dan prosedur
perancangan drainase perkotaan yang berwasasan lingkungan yang meliputi: konsep dan langkah
dalam membuat studi perancangan drainase perkotaan, perhitungan besar debit banjir, sistem
saluran dan bangunan drainase perkotaan dan tambahan pengetahuan pengantar tentang drainase
jalan raya dan drainase bangunan khusus.

1.2. Sub Capaian Pembelajaran Matakuliah


1. Memahami konsep, prinsip dan prosedur drainase perkotaan, serta berbagai
permasalahan yang terkait dengan banjir di perkotaan, meliputi berbagai penyebab
banjir dan upaya penanggulangannya.
2. Memahami konsep dan langkah dalam membuat studi perancangan drainase perkotaan.
3. Mampu menganalisa data hidrologi guna menghitung besar debit banjir daerah
perkotaan.
4. Mampu merancang sistem saluran dan memahami berbagai macam dan rancangan
bangunan drainase perkotaan.
5. Mampu merancang berbagai bangunan drainase berwawasan lingkungan, seperti
Sumur Resapan.
6. Memahami pengetahuan pengantar tentang drainase jalan raya dan drainase bangunan
khusus.
II. Proses Pembelajaran
2.1. Kegiatan Belajar
2.1.1 Materi Pembelajaran
1. Konsep, prinsip dan prosedur perancangan drainase perkotaan yang berwasasan lingkungan ,
2. Penyusunan Rencana Induk, Studi Kelayakan, dan Rancangan Teknis Detail,
3. Analisa hidrologi, rencana jaringan, perhitungan debit
4. Analisis Hidrolika-Perencanaan Dimensi
5. Macam Bangunan Drainase Perkotaan,
6. Rancangan Bangunan Drainase Berwawasan Lingkungan
7. Pengantar Drainase Jalan Raya dan Bangunan Khusus.
8. Mampu menyelesaikan permasalahan drainase dengan menggunakan software
2.1.2 Penugasan

1. Rencanakan layout suatu sistem drainase perkotaan dengan saluran terbuka


dengan ketentuan :
1) 2 saluran perumahan, 1 saluran industri, 1 saluran jasa
2) Perbandingan luas Perumahan : Jasa : Industri = 3 : 2 : 1
2. Rencanakan detail layout suatu perumahan, jasa, industri (Asisten mengambil
satu titik untuk dijadikan detail)
1) Perhitungan Hidrologi meliputi :
- Perhitungan intensitas hujan (metode mononobe)
- Perhitungan luas tata guna lahan sesuai peta untuk menentukan koefisien limpasan
(atap, halaman, dan jalan)
- Perhitungan debit limpasan hujan kala ulang tertentu sesuai tata guna lahan dengan
menggunakan standar perencanaan drainase perkotaan (Permen PU No 12 Tahun 2014
tentang Drainase Perkotaan) dengan Metode Rasional
- Perhitungan debit kotor sesuai dengan proyeksi jumlah penduduk (Jumlah
penduduk disesuaikan/ditentukan oleh asisten)
- Perhitungan debit limpasan total (debit limpasan air hujan + debit air kotor)
2) Perhitungan Hidrolika meliputi :
- Merencanakan dimensi saluran sesuai data topografi dan debit limpasan total
a. Perhitungan dimensi saluran dengan menetapkan lebar lahan yang tersedia
b. Perhitungan kecepatan dihitung dengan rumus manning dengan menetapkan
besarnya n (koefisien kekasaran saluran) dan nilai H dicoba-coba hingga debit
saluran = debit limpasan total
3) Perencanaan bangunan berwawasan lingkungan (sumur resapan) dan simulasi sistem
jaringan drainase yang telah direncanakan dengan software EPA SWMM (Environmental
Protection Agency Strom Water Management Model) apabila terjadi debit kiriman

3. Data dan Perencanaan


1) Perumahan :
- Kavling bangunan terdiri dari bangunan 60% dan halaman 40%
- Data jumlah penduduk tahun = …………. = ........................... Jiwa
Dengan n = ………..tahun dan r = .............................. % (1-5)
- Kebutuhan air untuk pemukiman = ............................... lt/orang/hari (disesuaikan
dengan kebutuhan air berdasarkan kategori jenis kota)
Dimana volume air yang terbuang = …………...% (70 – 90% dari volume
kebutuhan air)
- Luas rumah per unit sesuai peta
- Lebar jalan 6 m. Jalan terdiri dari bagian yang diaspal 80% dan bagian rumput 20%

2) Industri
- Rencanakan pabrik sejumlah = ..................
- Luas pabrik = .......................... m2
- Air buangan industri =........m3/det

3) Jasa
- Air buangan jasa = ............................. m3/det
4) Data tanah
- Jenis tanah = ……………
- Koefisien permeabilitas tanah = cm/det
5) Data drainase jalan raya
- Kemiringan melintang =..................... % (2 – 3%)
- Koefisien aspal =..................... (0,7 – 0,95) (berdasarkan MCGuen 1989,dalam
Suripin 2003)
- Koefisien bahu jalan =..................... (0,7 – 0,95)
- Koefisien perkotaan =..................... (0,7 – 0,95)
- Koefisien industry =..................... (0,7 – 0,95)
- Koefisien pemukiman =..................... (0,7 – 0,95)
- Koefisien persawahan =..................... (0,7 – 0,95)
- Koefisien Atap =..................... (0,75 – 0,95)
6) Data Drainase untuk Areal Olahraga
- A (Areal olahraga) = luas lapangan sepak bola
- P = ...................................(angka pori tanah) (10 – 50) %
- v = ...................................(infiltrasi pada tanah) (430 – 860 mm/hari)
- H = ...................................m (Kedalaman pipa dari permukaan tanah)
(Rencanakan dengan Metode Hooghoudt dan Drain Spacing)
7) Data Dimensi Sumur Resapan
- Diameter sumur resapan (d) = ……… m (0,6 – 1,2) m
- Jari – jari sumur resapan (r) = ……… m (0,3 – 0,6 ) m
- Kedalaman air sumur (h) = ……… m (1,2 – 1,6 ) m
- Kedalaman sumur resapan (hsr) = ……… m (1,4 – 1,7 ) m
- Faktor geometrik (f) = 2,2
- Waktu pengaliran (T) = ……… m (2 – 4 ) hari
- Koefisien Permeabilitas = ............ m/dt (10-5 – 10-7)

8) Simulasi sistem jaringan drainase yang telah direncanakan dengan software EPA SWMM
(Environmental Protection Agency Strom Water Management Model)
2.1.3 Langkah Penyelesaian
1. Mengumpulkan Data
Data data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
a. Data Spasial dan Kependudukan:
- Peta topografi
- Peta tata guna lahan
- Penduduk dan kepadatan penduduk
- Data air buangan jasa
- Data air buangan industry
- Luas daerah perkotaan

b. Data Hidrologi : (Menggunakan data hidrologi dari Tugas Besar Hidrologi terdahulu)
- Daerah aliran sungai atau saluran
- Data hujan

c. Data hidrolika
- Data kondisi badan air penerima

2. Pembuatan Skema Sistem Jaringan Drainase


Dengan peta topografi dan tata guna lahan yang ada, buat skema sistem jaringan
saluran drainase.
- Pertama-tama, buat peta pembagian sistem, sub sistem drainase dengan melihat
kemiringan lahan dan kondisi berdasarkan peta tata guna lahan dan/atau tata ruang.
Dalam penataan jaringan saluran drainase diusahakan sebanyak mungkin mengikuti
pola eksisting dan alur alam. Kembangkan sistem gravitasi, sistem pompa hanya
- dipakai kalau tidak ada alternatif lain
- Subsistem yang dimaksud adalah untuk saluran tersier dan collector,
sedangkan sistem adalah saluran main drain.
- Hitung panjang pada masing-masing saluran dan rekap
- Beri nama pada masing – masing saluran. (T) untuk saluran tersier, (C) untuk saluran
collector, dan (M) untuk saluran main drain
3. Analisa Hidrologi

Setelah membuat sistem jaringan drainase, dilakukan analisa hidrologi dengan tahapan
sebagai berikut :
a. Perhitungan Hujan Rancangan
- Data hujan didapatkan dari data (Hidrologi Terapan) dan dilakukan perhitungan
hujan rancangan dengan kala ulang tertentu dengan menggunakan standar
perencanaan drainase perkotaan (Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase
Perkotaan).

Gambar 1. Tabel Penentuan Kala Ulang Berdasarkan Jenis


Kota
Sumber : Materi kuliah Drainase Perkotaan, 2018

b. Menghitung intensitas hujan dan waktu konsentrasi


Intensitas hujan harian yang terukur dalam mm/hr, merupakan akumulasi dari hujan
yang turun setiap jamnya. Hujan di Indonesia yang dapat mengakibatkan banjir rata-rata
terjadi selama 6 jam, dari enam jam tersebut dapat dilakukan estimasi dengan berbagai
metode analisis hujan jam-jaman. Metode yang familiar digunakan adalah Mononobe,
Sherman, Talbot dan Ishiguro. Namun yang dipakai dalam pengerjaan ini adalah metode
Mononobe.
Metode Mononobe ditemukan oleh Dr. Mononobe dari Jepang, Mononobe meneliti
sebaran hujan di wilayah DAS Jepang dan menemukan metode estimasi hujan jam-jaman.
Dengan metode Mononobe ini kita dapat mengestimasi hujan setiap jamnya dari hujan
satuan yang ada. Intensitas hujan didefinisikan sebagai tinggi curah hujan persatuan waktu.
Untuk mendapatkan intensitas hujan selama waktu konsentrasi digunakan rumus
Mononobe (Imam Subarkah, 1980:20), sebagai berikut:

2
𝑅24 24 3
𝐼= ( )
24 𝑇𝑐
dengan:
I = intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

R24 = curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm)


Tc = waktu konsentrasi (jam)
Intensitas berhubungan dengan durasi dan frekuensi dapat diekspresikan dengan kurva
Intensity-Duration-Frequency (IDF). Kurva IDF dapat digunakan untuk menghitung banjir
rencana dengan mempergunakan metode Rasional. Kurva IDF adalah grafik hubungan antara
intensitas hujan dengan durasi hujan. Sri Harto (1993), menyebutkan bahwa analisis IDF
memerlukan anlisis frekuensi dengan menggunakan seri data yang diperoleh dari rekaman
data hujan dalam beberapa tahun.

Gambar 2. Contoh Kurva IDF dengan kala ulang tertentu


Sumber : Materi kuliah Drainase Perkotaan, 2018

Waktu konsentrasi dihitung dengan teoritis, tetapi karena daerah pertanian yang
diukur secara langsung tidak terlalu besar, maka besarnya waktu konsentrasi dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐿𝑠 0,77
𝑇𝑐 = 0,0195 ( 𝑠) menit

dengan:
Ls = panjang saluran (m)
S = kemiringan rerata saluran
c. Menghitung Debit Air Hujan
Hujan yang terjadi menyebabkan adanya air hujan yang memungkinkan sebagian besar
menggenang dan mengalir di permukaan tanah (runoff) dan Sebagian kecil meresap
(infiltrasi) ke dalam lapisan tanah. Jika pada permukaan tanah terjadi genangan lebih besar
dari infiltrasi, maka untuk pengaliran air menggunakan drainase muka air tanah. Kapasitas
debit aliran maksimum dianalisis dengan metode Rasional Modifikasi. Metode ini
menggambarkan hubungan antara debit dengan besarnya curah hujan untuk DPS dengan
luas sampai 500 Ha, dan merupakan metode yang paling tua untuk menaksir debit puncak
banjir berdasarkan data curah hujan. Debit banjir yang dihitung berdasarkan parameter
hujan dan karakteristik DPS. Metode Rasional Modifikasi mempunyai persamaan yaitu :

Q = 0.00278 × C × I × A
Keterangan :
Q = debit aliran (m3/det)
C = koefisien runoff (tabel 1)
I = intensitas hujan (mm/jam)
A = luas area pengaliran (Ha)

Tabel 1. koefisien runoff untuk drainase muka tanah

Sumber : H.A Halim Hasmar, Drainase Terapan. 2012


d. Menghitung Debit Air Kotor

- Menghitung Pertumbuhan Penduduk


Jumlah penduduk pada daerah studi pada tahun saat perencanaan dimulai dan
pada tahun-tahun yang akan datang harus diperhitungkan untuk menghitung
kebutuhan air tiap penduduk. Dari kebutuhan air tiap penduduk dapat diketahui
jumlah air kotor (buangan) akibat rumah tangga.
Untuk memproyeksikan jumlah penduduk pada tahun-tahun yang akan datang
digunakan cara perhitungan laju pertumbuhan geometri (Geometric Rate of Growth)
dan pertumbuhan eksponensial (Exponential Rate of Growth), (Rusli, Said, 1985:13).
1) Pertumbuhan Geometri
Cara ini mengasumsikan besarnya laju pertumbuhan yang menggunakan dasar
bunga berbunga (bunga majemuk) dimana angka pertumbuhannya adalah sama
untuk setiap tahun. Ramalan laju pertumbuhan geometri adalah sebagai berikut:
Pn = Po (1 + n)r
dengan:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = jumlah penduduk pada awal tahun
r = angka pertumbuhan penduduk
n = interval waktu (tahun)

2) Pertumbuhan Eksponensial
Pertumbuhan ini mengasumsikan pertumbuhan penduduk secara terus-
menerus setiap hari dengan angka pertumbuhan konstan. Pengukuran penduduk
ini lebih tepat, karena dalam kenyataannya pertumbuhan jumlah penduduk juga
berlangsung terus-menerus. Ramalan pertambahan penduduknya adalah:
Pn = Po. em
dengan:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = jumlah penduduk pada awal tahun
m = interval waktu
e = bilangan logaritma

- Menghitung Debit Air Kotor


Debit air kotor berasal dari air buangan hasil aktivitas penduduk yang berasal dari
lingkungan rumah tangga atau bangunan-bangunan atau yang lainnya. Untuk
memperkirakan jumlah air harus diketahui kebutuhan air rata-rata dan jumlah penduduk
kota. Dalam tugas ini debit air kotor berasal dari perhitungan air kotor per penduduk dan
air kotor sisa industri. Perhitungan air buangan didapat dari:
𝑷𝒏.𝒒
Qak =
𝑨
dengan:
Qak = debit air kotor
(l/dt/km2) Pn = jumlah
penduduk
A = luas daerah (km2)
q = jumlah air buangan (l/orang/hari) diambil 0,85 – 0,9% dari kebutuhan air
bersih

Tabel 2. Koefisien runoff untuk drainase muka tanah

Sumber : H.A Halim Hasmar, Drainase Terapan. 2012

e. Debit Rancangan
Untuk mendapatkan kapasitas saluran drainase, terlebih dahulu harus dihitung
jumlah air hujan dan jumlah air kotor atau buangan yang akan dibuang melalui saluran
drainase tersebut. Debit rancangan adalah debit air hujan ditambah debit air kotor

f. Perencanaan Saluran Drainase Permukaan


Setelah dilakukan analisa hidrologi hingga mendapatkan debit rancangan, maka
dilakukan perencanaan saluran drainase sesuai dengan debit rancangan dan sistem
jaringan drainase yang telah dibuat dengan langkah – langkah sebagai berikut :
- Menentukan arah aliran
- Menganalisis nilai debit rancangan total pada masing-masing saluran
yang dianalisis sesuai arah aliran
- Merencanakan dimensi saluran

Perencanaan dimensi saluran ini digunakan rumus manning dengan menetapkan


slope saluran dan lebar saluran (disesuaikan dengan peta tata guna lahan dan topografi).
Drainase atas permukaan (surface drainage) adalah drainase diatas permukaan tanah,
yang berfungsi untuk mengalirkan limpasan diatas permukaan tanah. Diperlukan untuk
meniadakan pengaruh-pengaruh jelek pada tanah pertanian yang dikarenakan curah hujan
dan irigasi yang berlebihan. Hujan yang berintensitas tinggi ini akan mengakibatkan
terjadinya limpasan permukaan dan apabila tidak dibuang dengan segera akan
menimbulkan akibat negatif pada tanaman.

Kriteria saluran drainase atas permukaan adalah sebagai berikut:


1. Ruas saluran harus stabil terhadap erosi
2. Sedimentasi minimal pada setiap potongan
3. Biaya pelaksanaan dan pemeliharaan harus rendah
4. Vrencana ≤ Vmaks yang diijinkan (tergantung bahan dasar dan kondisi tanah)
5. Diusahakan mengikuti slope alami
6. Direncanakan pada areal yang elevasinya rendah dan melalui daerah cekungan
7. Kemiringan dasar saluran semakin ke hilir semakin kecil tetapi Q
rancangan makin besar
8. Perencanaan saluran dimulai dari yang paling hulu/debit kecil
9. h di hulu > h di hilir
10. Diusahakan saluran tanpa liningà agar ekonomis

Dibawah ini adalah rumus-rumus mengenai perencanaan saluran:


Besar kapasitas saluran drainase dihitung menggunakan rumus Manning (Ven.Te
Chow, 1985)
Q=V.A
V = 1/n . R2/3 . S1/2
dengan:
Q = debit air (m3/dt)
V = kecepatan aliran (m/dt)
A = luas penampang basah (m2)
n = koefisien kekasaran Manning
R = jari-jari hidrolis (m)
S = kemiringan dasar saluran
Rumus ini merupakan bentuk yang sederhana namun memberikan hasil yang tepat,
sehingga penggunaan rumus ini sangat luas dalam aliran seragam untuk perhitungan
dimensi saluran. Koefisien kekasaran Manning dapat diperoleh dari tabel dengan
memperhatikan faktor bahan pembentuk saluran. Besarnya kecepatan aliran yang
diijinkan dalam saluran tergantung pada bahan saluran, kondisi fisik dan sifat-sifat
alirannya. Besarnya kecepatan minimum yang diijinkan berkisar antara 0,6-0,9 m/dt.
Kecepatan minimum merupakan kecepatan terkecil yang tidak menimbulkan
pengendapan dan tidak merangsang tumbuhnya tanaman air serta lumut dalam saluran.
Tabel 3. Tabel Kecepatan Ijin Berdasarkan Material
Kec. Ijin Minimum Kec. Ijin Maksimum
Jenis Bahan
(m/dt) (m/dt)
Lempung kokoh 0,75 0,75
Lempung padat 1,1 1,1
Kerikil kasar 1,2 1,2
Batu besar 1,5 1,5
Pasangan batu 1,5 1,5
Beton 1,5 1,5
Beton bertulang 1,5 1,5

Dengan menghubungkan rumus Q = V.A dan besaran A dan P yang mengandung


lebar dasar saluran dan tinggi air, dapat diperhitungkan dimensi saluran yang akan
direncanakan berdasarkan data debit, koefisien Manning dan kemiringan dasar saluran.
Perhitungan selengkapnya adalah sebagai berikut:

a. Saluran Trapesium
Untuk merencanakan penampang trapesium yang paling efisien digunakan rumus-
rumus:
Jari-jari luas saluran : A = ( B + z.h ) h
Keliling basah : P = B + 2h (z2 + 1)1/2 Jari-jari hidrolis : R = A / P

b. Saluran Setengah Lingkaran


Luas saluran : A = 0,5. π . r2
Keliling saluran : P=π.R
Jari-jari hidrolis : R = 0,5 . r
Untuk menentukan kecepatan aliran digunakan persamaan Manning (Ranga Raju,
1986:45)

V = 1/n . R2/3. S1/2

Dari menggabungkan persamaan Manning diatas, maka akan didapatkan kapasitas


angkut dari suatu saluran dengan persamaan (Ranga Raju, 1986:45)

Q=V.A

dengan:
B = lebar saluran (m)
h = tinggi aliran (m)
z = kemiringan talud
V = kecepatan aliran (m/dt)
A = luas penampang basah (m2)
n = angka kekasaran Manning
R = jari-jari hidrolis (m)
r = jari-jari lingkaran (m)
S = kemiringan saluran
Q = debit air yang mengalir (m3/dt)
Sedangkan harga koefisien kekasaran Manning, didapat berdasarkan lapisan bahan
permukaan saluran yang diinginkan dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Tabel Nilai Koefisien Kekasaran Manning


Tipe Saluran N
A. saluran tertutup terisi sebagian
1. Gorong-gorong dari beton lurus dan bebas kikisan 0,010 – 0,013
2. Gorong-gorong dengan belokan dan sambungan 0,011 – 0,014
3. Saluran pembuang lurus dari beton 0,013 – 0,017
4. Pasangan bata dilapisi dengan semen 0,011 – 0,014
5. Pasangan batu kali disemen 0,015 – 0,017

B. Saluran dilapis atau disemen


1. Pasangan bata disemen 0,012 – 0,018
2. Beton dipoles 1,013 – 0,016
3. Pasangan batu kali disemen 0,017 – 0,030
4. Pasangan batu kosong 0,023 – 0,035

Apabila saluran drainase tidak sampai menembus ke lapisan kedap, maka garis aliran tidak
sejajar dan horizontal akan tetapi akan membentuk aliran radial menuju pipa drainase.
Aliran radial tersebut mengakibatkan lintasan aliran menjadi lebih panjang.

- Analisis Hidrolika Saluran


Dalam perencanaan sistem drainase tidak bisa dipungkiri bahwa hidrolika sangatlah
besar. Namun penerapan hidrolika dalam perencanaan sistem drainase haruslah melihat
faktor-faktor hidrolika dalam saluran drainase itu sendiri. Yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan drainase dilihat dari sisi hidrolikanya adalah sebagai berikut:

1. Kecepatan minimum aliran agar ditentukan tidak lebih besar kecepatan minimum yang
diijinkan sehingga tidak terjadi pengendapan dan pertumbuhan tanaman air.
2. Kecepatan maksimumnya agar ditentukan tidak lebih besar dari kecepatan yang
diijinkan agar tidak terjadi kerusakan
3. Bentuk penampang saluran agar dipilih berupa segi empat, trapesium, lingkaran,
bagian dari lingkaran, bulat telur, bagian dari bulat telur, atau kombinasi dari bentuk-
bentuk diatas yang disesuaikan dengan efisiensi dan manfaat.
4. Saluran hendaknya dibuat dalam bentuk majemuk, terdiri dari saluran besar dan kecil,
guna mengurangi beban pemeliharaan.
5. Kelancaran pengaliran air dari jalan ke dalam saluran drainase agar dilewatkan melalui
lubang pematus yang berdimensi dan berjarak penempatan tertentu.
6. Dimensi bangunan pelengkap seperti gorong-gorong, pintu air, dan lubang
pemeriksaan agar ditentukan berdasarkan kriteria perancangan sesuai dengan macam
kota, daerah dan macam saluran.

5. Perencanaan Saluran Bawah Permukaan


Setelah merencanakan saluran drainase permukaan untuk mengalirkan debit air hujan
dan debit air kotor, maka dilakukan perencanaan drainase bawah tanah. Umumnya, drainase
bawah tanah ini direncanakan pada area lapangan ataupun area yang memiliki tinggi muka
air tanah rendah.

- Perencanaan Saluran Drainase Bawah Permukaan dengan Metode Hooghoudt


Tahapan perhitungan untuk analisis hidrologi pada perencanaan saluran drainase:
1) Menentukan curah hujan rerata daerah dengan metode Rata-rata aljabar,
Thiessen, dan Isohyet
2) Menentukan hujan harian maksimum / rancangan dengan metode Normal, Log Normal,
Gumbel, Log Pearson Tipe III
3) Menentukan Intensitas Hujan (I) dengan metode Haspers, Weduwen, Mononobe
4) Menentukan debit limpasan permukaan dengan Metode Rasional atau Rasional
Modifikasi yang tergantung pada koefisien pengaliran (C), Intensitas hujan rancangan
(I), dan luas daerah pengaliran (A)

Apabila saluran drainase tidak sampai menembus ke lapisan kedap, maka garis aliran
tidak sejajar dan horizontal akan tetapi akan membentuk aliran radial menuju pipa drainase.
Aliran radial tersebut mengakibatkan lintasan aliran menjadi lebih panjang. Hooghoudt
(1940) menurunkan persamaan aliran seperti digambarkan pada Gambar 3, dimana daerah
aliran dibagi menjadi aliran horizontal dan aliran radial.
Gambar 3. Konsep kedalaman ekivalen (equivalent depth)

Apabila aliran horizontal di atas level drainase diabaikan, maka persamaan aliran untuk
lapisan tanah seragam menjadi

Dimana :
ro : jari-jari pipa drainase

f(D,L) : fungsi D dan L, umumnya kecil bila dibandingkan dengan term lainnya.
Term pertama pada persamaan /2.15/ menggambarkan aliran horizontal di bawah level
drainase, karena berdasarkan persamaan /2.12/ menjadi :

Sedangkan pada Gambar 3, panjang L untuk aliran horizontal adalah L-DÖ2 sehingga
persamaan 2.12 menjadi

Term ke 2 dan ke 3 dari persamaan /2.15/ menggambarkan aliran radial. Hooghoudt


mempertimbangkan suatu formula yang lebih praktis, yaitu dengan memperkenalkan suatu
kedalaman ekivalen “d” sebagai pengganti D (di mana d < D). Hal ini dimaksudkan untuk
memperhitungkan tahanan tambahan (extra resistance) yang disebabkan oleh aliran radial.
Dengan menggunakan nilai d, maka pola aliran dalam Gambar 3.b dapat diganti dengan
aliran horizontal seperti pada Gambar 3.c. Apabila yang diperhitungkan hanya aliran
horizontal di bawah level drainase maka persamaan /2.12/ sekarang menjadi:

Dimana d < D. Persamaan /2.16/ ini harus dibuat sama dengan persamaan /2.14/,
sehingga menghasilkan :

Nilai d (equivalent depth) merupakan fungsi dari L, D dan ro. Nilai untuk “d” dengan
ro = 0,1 m pada berbagai nilai L dan D dapat dilihat pada Tabel 2.1. Untuk ro selain dari
0,1 m dapat dilihat pada Gambar 2.3. Dari Tabel 2.1, dapat dilihat bahwa “d” bertambah
besar dengan naiknya D sampai D » 1/4 L, untuk D yang lebih besar nilai d nya relatif
konstan. Dengan demikian untuk D > 1/4 L pola aliran tidak dipengaruhi oleh kedalaman
lapisan kedap. Dengan pertimbangan memasukan pengaruh aliran radial, maka persamaan
/2.13/ dapat ditulis dengan menggunakan nilai d sebagai pengganti D, menjadi persamaan
/2.18/, persamaan ini disebut sebagai persamaan HOOGHOUDT.
Gambar 4. Tabel nilai kesetimbangan kedalaman menurut Hooghoudt
Gambar 5. Nomograf untuk menentukan kedalaman ekivalen (d) menurut van Beers
- Pengertian Drain Spacing

Gambar 6. Drain Spacing

Drain Spacing adalah jarak drainase atau jarak antar pipa drainase. Studi
menunjukan bahwa pada lahan dengan pengaturan saluran drainase permukaan yang
baik akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%, dibandingkan dengan lahan
yang kelebihan air dibuang dengan drainase pipa tanpa dilakukan upaya pengaturan
saluran drainase permukaan terlebih dahulu.
Dalam Drain Spacing dapat menggunakan 2 metode yang tersedia yaitu dengan
metode Ernst dan Metode Hooghoudt. Metode Ernst digunakan untuk tanah homogen,
sedangkan metode Hooghoudt digunakan untuk tanah homogen yang dasar salurannya
tidak mencapai lapisan kedap.
1. Persamaan Ernst

2. Persamaan Hooghoudt

- Analisis Hidrolika Bawah Permukaan


Dalam perencanaan sistem drainase tidak bisa dipungkiri bahwa hidrolika sangatlah
besar. Namun penerapan hidrolika dalam perencanaan sistem drainase haruslah melihat
faktor-faktor hidrolika dalam saluran drainase itu sendiri. Yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan drainase dilihat dari sisi hidrolikanya adalah sebagai berikut:
1) Kecepatan minimum aliran agar ditentukan tidak lebih besar kecepatan minimum
yang diijinkan sehingga tidak terjadi pengendapan dan pertumbuhan tanaman air.
2) Kecepatan maksimumnya agar ditentukan tidak lebih besar dari kecepatan
yang diijinkan agar tidak terjadi kerusakan
3) Bentuk penampang saluran agar dipilih berupa segi empat, trapesium, lingkaran,
bagian dari lingkaran, bulat telur, bagian dari bulat telur, atau kombinasi dari bentuk-
bentuk diatas yang disesuaikan dengan efisiensi dan manfaat.
4) Saluran hendaknya dibuat dalam bentuk majemuk, terdiri dari saluran besar dan kecil,
guna mengurangi beban pemeliharaan.
5) Kelancaran pengaliran air dari jalan ke dalam saluran drainase agar dilewatkan melalui
lubang pematus yang berdimensi dan berjarak penempatan tertentu.
6) Dimensi bangunan pelengkap seperti gorong-gorong, pintu air, dan lubang
pemeriksaan agar ditentukan berdasarkan kriteria perancangan sesuai dengan macam
kota, daerah dan macam saluran.

6. Simulasi Sistem Jaringan Drainase Menggunakan Aplikasi SWMM

A. Pengertian SWMM
Storm Water Management Model (SWMM) merupakan model yang mampu menganalisa
permasalahan kuantitas serta kualitas air yang berkaitan dengan limpasan daerah perkotaan, Storm
Water Management Model ini sendiri dikembangkan oleh EPA (Environmental Protection Agency
– US) (Anwar and Andik M, 2009). SWMM tergolong model hujan aliran dinamis yang digunakan
untuk simulasi dengan rentang waktu yang menerus atau kejadian banjir sesaat. Model ini paling
banyak dikembangkan untuk simulasi proses hidrologi dan hidrolika di wilayah perkotaan.
Perangkat lunak ini dapat menghitung berbagai proses hidrologi untuk menghasilkan limpasan
dari daerah perkotaan yang mencakupi:
1. Hujan bervariasi fungsi waktu atau hyetograph
2. Evaporasi Akumulasi salju dan pencairannya.
3. Intersepsi hujan dari tampungan cekungan.
4. Infiltrasi dari lapisan tanah yang tak jenuh.
5. Perkolasi dalam lapisan air tanah.
6. Aliran antara dari air tanah dan sistem drainase.
7. Penelusuran tampungan untuk aliran permukaan
8. Intersepsi dan retensi hujan/limpasan dengan berbagai praktik pembangunan berdampak
rendah atau low impact development (LID).
Aplikasi SWMM juga dapat menghitung proses hidrolika untuk menelusuri limpasan dan
aliran masuk lainnya melalui jaringan sistem drainase pipa, saluran, tampungan/kolam, dan
struktur hidrolik lainnya. Kemampuan hidrolika ini mencakupi:
1. Dapat menyimulasikan dengan ukuran jaringan yang tidak terbatas, yaitu jumlah komponen
sistem seperti pipa/saluran, tampungan, dan struktur hidrolik lainnya yang tak terhingga.
2. Dapat menyimulasikan bentuk penampang saluran yang bervariasi termasuk saluran alami
seperti sungai.
3. Dapat memodelkan komponen sistem seperti tampungan, pembagi aliran, pompa, bendung,
dan peluap.
4. Metode penelusuran aliran tersedia untuk aliran mantap, gelombang kinematik, dan
gelombang dinamik.
5. Mampu memodelkan berbagai rezim aliran seperti aliran terbendung (backwater),
penggenangan, aliran balik, dan genangan permukaan.
6. Dapat menerapkan operasi pompa, bukaan peluap, dan level dari pelimpah yang dapat diatur
secara bebas oleh pengguna.
Selain mampu menghitung aspek hidrologi dan hidrolika, SWMM juga dapat menghitung
aspek kualitas, yaitu jumlah dan konsentrasi polutan / limbah yang berasal dari suatu daerah
tangkapan hujan yang kemudian ditelusuri melalui jaringan sistem drainase.
SWMM sudah digunakan secara luas dan diterapkan dalam ribuan studi sistem drainase dan
limbah di seluruh dunia. Secara umum, SWMM banyak diaplikasikan untuk:
1. Perancangan komponen sistem drainase untuk pengendalian banjir.
2. Perencanaan kolam untuk pengendalian banjir dan perlindungan kualitas air.
3. Pemetaan genangan banjir dari sistem saluran alami/sungai.
4. Perancangan strategi pengaturan untuk meminimalkan luapan dari saluran limbah.
5. Evaluasi dampak aliran masuk dan infiltrasi terhadap luapan saluran limbah.
6. Perhitungan alokasi beban pencemar yang diizinkan dari suatu lokasi studi
7. Pengendalian limpasan permukaan menggunakan praktik infrastruktur hijau seperti
komponen-komponen LID.
8. Evaluasi efektivitas praktik manajemen terbaik (best management practices) untuk mengurang
beban pencemar.
SWMM ini sendiri dapat disimulasikan dalam dua kondisi yaitu kondisi eksisting dan juga
alternatif pengembangan. Untuk simulasi kondisi eksisting ditentukan berdasarkan kejadian
nyata di lapangan, sedangkan untuk alternatif pengembangan dapat dilakukan dengan
menggunakan konsep LID (Low impact Development) pada subcatchment. Dengan adanya
konsep LID ini memberikan ruang pada daerah drainase khususnya pada daerah perkotaan
untuk bisa memberikan kesempatan limpasan permukaan untuk dapat meresap ke dalam tanah
sehingga debit meresap ke dalam tanah, dan debit limpasan yang masuk saluran drainase tidak
terlalu besar. Pada model SWMM terdapat beberapa 7 tipe LID yang dapat diterapkan
diantaranya adalah green roof, rain garden, rain barrel, bio retention, infiltration trench,
permeable pavement, vegetative swale.

B. Instalasi SWMM

Aplikasi SWMM ini dapat di unduh secara gratis melalui web epa.gov dan SWMM ini
dirancang untuk dapt berjalan pada sistem operasi Microsoft Windows. Untuk Langkah –
Langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Buka link https://www.epa.gov/water-research/storm-water-management-model-swmm
kemudian pilih pada menu software Self-Extracting Installation Program for SWMM
5.1.015 (exe)
2. Lalu klik pada file swmm51015_setup.exe sehingga muncul jendela seperti gambar
dibawah ini kemudian next

Gambar 7 Jendela Penetapan Folder Instalasi


3. Setelah itu klik next

Gambar 8 Jendela Start Menu


4. Kemudian Klik Instal

Gambar 9 Jendela Setup Intalasi SWMM


5. Setelah itu Klik Next

Gambar 10 Jendela Informasi terkait SWMM


6. Kemudian centang pada launch EPA SWMM 5.1.015 kemudian klik finish

Gambar 11 Completing Setup EPA SWMM


2.1 Pengenal Project SWMM
Halaman kerja pada SWMM 5.1 terdiri atas beberapa bagian seperti yang ditunjukkan
pada gambar dibawah ini
Main To
Menu olbar

Stud
y Area

Pro
Pr Stat perty
oject us Bar

Gambar 12 Halaman Kerja SWMM


1. Main Menu
Bagian yang terletak pada bagian atas dari jendela utama SWMM dan berisikan
kumpulan menu yang digunakan untuk bekerja pada program.
2. Toolbars
Bagian yang memuat tombol-tombol perintah atau shortcuts yang sering digunakan
dalam pemodelan.
3. Project/Map Browser
Jendela yang terdapat pada sebelah kiri halaman kerja yang menyediakan akses
seluruh data dalam pekerjaan.
4. Study Area Map
Jendela tempat menggambarkan jaringan sistem drainase.
5. Property Editor
Jendela untuk mengedit variabel dari setiap komponen objek sistem drainase yang
digambarkan dalam Study Area Map.
6. Status Bar

Bagian yang terletak pada bagian bawah dari jendela utama SWMM yang memuat informasi
dari

: Berfungsi unuk membuat Project baru

: Berfungsi untuk membuka pekerjaan yang pernah disimpan sebelumnya

: Berfungsi Menyimpan pekerjaan


: Berfungsi untuk print jendela yang sedang aktif

: Berfungsi mengopi jendela ke dalam clipboard

: Berfungsi menemukan object khusus dalam jendela studi

: Berfungsi membuat visual query dalam jendela studi

: Berfungsi untuk beralih / membuka jendela overview map

: Berfungsi Menjalankan simulasi

: Berfungsi menampilkan status simulasi dan rangkuman laporan

: Berfungsi membuat plot profil muka air dari hasil simulasi

: Berfungsi membuat plot/grafik seri waktu dari hasil simulasi

: Berfungsi membuat tabel seri waktu dari hasil simulasi

: Berfungsi membuat plot sebaran nilai dari hasil simulasi

: Berfungsi menjalankan analisis statistik dari hasil simulasi

: Berfungsi mengubah pilihan tampilan untuk jendela Study Area Map

: Berfungsi menyusun jendela dalam tampilan berjenjang

: Berfungsi memilih suatu objek pada Study Area Map

: Berfungsi memilih titik-titik vertex dari suatu link atau subcatchment

: Berfungsi memilih suatu wilayah pada Study Area Map

: Berfungsi menggeser tampilan pada Study Area Map

: Berfungsi memperbesar tampilan pada Study Area Map

: Berfungsi memperkecil tampilan pada Study Area Map

: Berfungsi menampilkan keseluruhan objek dalam Study Area Map

: Berfungsi mengukur panjang atau luasan pada Study Area Map

: Berfungsi menambahkan objek rain gage pada Study Area Map


: Berfungsi menambahkan objek subcatchment pada Study Area Map

: Berfungsi menambahkan objek junction node pada Study Area Map

: Berfungsi menambahkan objek outfall node pada Study Area Map

: Berfungsi menambahkan objek flow divider node pada Study Area Map

: Berfungsi menambahkan objek storage unit node pada Study Area Map

: Berfungsi menambahkan o nbjek conduit link pada Study Area Map

: Berfungsi menambahkan objek pump link pada Study Area Map

: Berfungsi menambahkan objek orifice link pada Study Area Map

: Berfungsi menambahkan objek weir link pada Study Area Map

: Berfungsi menambahkan objek outlet link pada Study Area Map

: Berfungsi menambahkan objek text label pada Study Area Map

C. Pengaturan Pekerjaan
1. Jalankan program SWMM jika belum dijalankan sebelumnya dan pilih File → New dari
Main Menu untuk membuat sebuah pekerjaan baru.
2. Pilih Project → Defaults untuk membuka jendela Project Defaults.
3. Pada halaman ID Labels, atur ID Prefixes dari objek seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 2.7. Biarkan ID Increment bernilai 1. Hal ini akan membuat SWMM secara
otomatis memberikan label dan nomor urut pada setiap objek yang dibuat sesuai dengan
pengaturan tersebut.
Gambar 13 ID Labels pada Project Default
4. Kemudian lakukan pengisian data subcatchment dan Nodes/Links sesuai dengan data
eksisting yang ada untuk lebih detailnya dapat dilihat pada gambar 14 dibawah ini

Gambar 14. Subcatchment dan Nodes / Links pada Project Default


5. Berikan tanda centang pada pilihan Save as defaults for all new projects agar pengaturan
di atas digunakan kembali untuk setiap pekerjaan baru. Klik OK untuk menyimpan
pengaturan di atas dan menutup jendela dialog.

Selanjutnya dilakukan pengaturan beberapa pilihan tampilan Map, sehingga ID label dan
simbol akan secara otomatis ditampilkan setiap kali objek ditambahkan dalam jendela Study Area
Map, begitu pun dengan arah aliran dalam suatu saluran. Langkahlangkahnya adalah sebagai
berikut.
1. Pilih Tools → Map Display Options untuk menampilkan jendela Map Options.
2. Pilih halaman Subcatchment dan atur Fill Style menjadi Diagonal, Symbol Size menjadi 5,
dan Border Size menjadi 1.
3. Masih dalam jendela Map Options, kemudian pilih halaman Nodes dan atur Node Size
menjadi 5.
4. Pilih halaman Annotation dan centang kotak yang akan menampilkan ID label untuk Rain
gage, Subcatchment, Node, dan link sedangkan kotak yang lain untuk sementara dibiarkan
tidak tercentang.
5. Kemudian pilih halaman Flow Arrows dan atur Arrow Style menjadi filled, serta atur
Arrow Size menjadi 7.
6. Klik tombol OK untuk menerima pengaturan dan menutup jendela Map Options.

Gambar 15. Pengaturan Tampilan Subcatchment dan Nodes pada Map Option
Gambar 16. Pengaturan Tampilan Annotation dan Flow Arrow pada Map Option
Untuk penggambaran secara skalatis, sebelum menambahkan objek dalam Map, terlebih
dahulu harus dilakukan pengaturan skala peta. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1. Pilih View → Dimensions untuk menampilkan jendela Map Dimensions seperti yang
ditunjukkan Gambar 17
2. Untuk contoh simulasi sistem drainase sederhana ini penggambaran sistem dilakukan
secara skematis (tidak skalatis). Dengan demikian, variabel objek seperti luasan
subcatchment dan panjang saluran akan dimasukkan secara manual. Oleh karena itu, untuk
sementara biarkan pengaturan jendela tersebut pada nilai default-nya.
3. Klik OK untuk menerima pengaturan dan menutup jendela Map Dimensions.
4. Terakhir, lihat Status Bar pada pojok kiri bawah dari halaman kerja dan pastikan Auto-
Length berada pada posisi off Gambar 18

Gambar 17 Pengaturan Skalatis Dimensi Peta


Gambar 18 Jendela Status Bar setelah Pengaturan Pekerjaan

D. Preparasi Pengolahan Data


Perangkat lunak yang digunakan yaitu EPA SWMM berfungsi untuk mensimulasikan dan juga membuat
model dari hujan atau limpasan air yang ada pada suatu daerah. Terdapat beberapa langkah dalam
melakukan pengolahan data dengan EPA SWMM versi 5.1 seperti berikut:
1. Menjalankan aplikasi EPA SWMM 5.1 yang sudah terinstall melalui shortcut yang sudah terpasang
pada layer utama komputer (desktop) dan nanti akan memunculkan tampilan seperti pada gambar
19 di jendela program EPA SWMM 5.1 akan terdapat opsi-opsi seperti menu bar, tool bar , jendela
project, jendela map, serta study area map dan dibagian bawah terdapat tools yang digunakan
untuk menjelaskan dan juga kalibrasi

Gambar 19 Tampilan Utama EPA SWMM 5.1


2. Menjalankan pengaturan pada default program agar memudahkan pebaca pada saat
melakukan pemodelan dan pembacaan peta dengan cara mengakses menu project >
defaults. Terdapat beberapa poin yang harus atur yaitu Rain Gages, Subcathments,
Junctions, Outfalls dan Conduits dengan memberikan kode untuk menansakan tiap poin
yaitu rain, S, J, out, div, su, con, pump, dan reg setelah itu save seperti gambar 20
Gambar 20 Pengaturan Project defaults
3. Melakukan perubahan satuan dasar pada SWMM dengan melakukan akses menu view >
Dimension dan kenudian melakukan akses menu view > Dimension dan kemudian pilih
satuan meter seperti pada gambar 21 berikut

Gambar 21 perubahan satuan ke meter


4. Melakukan penggambaran area subcatchment yang sebagai daerah tangkapan air hujan,
junction digunakan untuk titik masuknya airlimpasan kedalam saluran, conduit sebagai
saluran dari limpasan air dan rain gage untuk penempatan stasiun hujan yang di
gunakan dalam simulasi. Berikut penggambaran saluran drainase suhat 22
Gambar 22 Peta saluran drainase suhat

5. Melakukan input data yang digunakan dalam pemodelan pada tiap-tiap tools yang
digunakan sebagai berikut:
a. Rain Gage
Rain Gage data yang digunakan berasal dari Time Series yang sudah kita olah
sebelumnya yaitu perhitungan rasio hujan jam-jaman menggunakan mononobe,
dalam simulasi ini dibutuhkan intensitas hujan tiap 1 jam dan untuk mempersingkat
waktu saya memakai 6 jam. Times series pada simulasi ini menggunakan kala ulang
2 tahun yang di dapat dari perhitungan sebelumnya. Kemudian semua data-data
dimasukan secara berurutan agar tidak terjadi loss data pada saat simulasi seperti
gambar 23 dan mengatur rain gagenya di gambar 24
Gambar 23 Time Series

Gambar 24 Rain gage


b. Subcatchment Area
Data-data yang sudah dimasukkan ke dalam rain gages digunakan di dalam
data subcatcment area dalam kolom rain gage sesuai dengan namanya “Gage 1”,
sedangkan untuk kolom outlet yang merupakan titik keluarnya air limpasan dari
subcatchment area tersebut menuju juctions terdekat dalam hal ini yaitu “J1”,
Sedangkan area merupakan luas area tangkapan hujannya dengan satuan
hektar (ha) dan pada %slope merupakan kemiringan dari area tangkapan tersebut
yang didapat dari BAPPEDA Kota Malang . Gambar 25 menunjukan data yang
dimasukan kedalam subcatchment.

Gambar 25. Data Subcatchment area


c. Junction
Data ketinggian atau invert elevation dibutuhkan dalam data yang dibutuhkan
junctions dengan menggunakan perangakat lunak pihak ketiga yaitu Google Eath.
Salah satu fitur yang dimiliki Google Earth maka akan didapatkan data ketinggian
lahan yang dimasukan kedalam data Janction seperti pada gambaar 26.

Gambar 26. Data Junctions


d. Conduits
Conduits merupakan data-data yang berkaitan dengan bentuk dan dimensi
saluran yang dapat dilihat pada tabel 5, sedangkan untuk bentuk saluran disekutar
jalan soekarno hatta berbentuk persegi yang nanti pada menu dapat disesuaikan dan
dimasukkan data yang didapat seperti pada gambar 27

Gambar 27 bentuk dan dimensi saluran

Tabel 5 Dimensi Saluran


dimensi
panjang
conduit tinggi lebar kekasaran
saluran
(h) (b)
1 132 1,0 1,0 0,013
2 193 1,0 1,0 0,013
3 37 1,0 1,0 0,013
4 133 1,0 1,0 0,013
5 102 1,0 1,0 0,013
6 91 1,0 1,0 0,013
7 8,5 1,0 1,0 0,013
8 151 1,0 1,0 0,025
9 5 1,0 2,0 0,025
10 25 0,50 0,5 0,013
11 101 0,4 1,0 0,013
12 134 0,4 1,0 0,013
13 60 0,4 1,0 0,013
14 150 0,4 1,0 0,013
15 70 0,4 1,0 0,013
16 82 0,4 1,0 0,013
17 80 0,5 0,5 0,013
Saluran dan dimensi serta panjang saluran selain dilakukan dengan pengukuran
manual dengan alat ukur sebagian didapat dengan menggunakan perangkat lunak
Google Maps dengan data kekasaran, dari data diatas dapat dilihat tampilan tools
cconduit pada gambar 28

Gambar 28 Data Conduit

E. Persiapan Menjaankan Simulasi


Setelah preparasi pengolahan data selesai dilakukan tahapan selanjutnya yaitu proses simulasi SWMM.
Untuk menjalankan simulasi dibutuhkan beberapa tahapan penyusuaian pada general options, date option,
time stepoption, dynamic wave, berikut tahapan tahapan penyesuaian yang terdapat pada jendela project
1. General Options
Menu General Option terbagi kedalam empat sub menu yaitu Process Model. Pada
masing masing sub menu memiliki pilihan masing masing sub menu Process models
menggunakan data limpasan air dan banjir selanjutnyaada sub menu infiltration model
menggunakan Horton dikarenakan dalam saluran saluran yang terdapat di indonesia
menurut Hadisusanto (2011) paling banyak menggunakan Horton, selanjutnya pada
Miscellaneous dikosongkan karena opsi disana tidak digunakan, pada sub menu Routing
Model menggunakan Dynemic wave dikaranakan aliran pada lokasi studi tergambarkan
aliran yang dinamis. Seperti tertera dalam Gambar 29
Gambar 29. General Options
2. Date Options
Menu Date Options berguna untuk mengatur waktu dilakukanya simulasi hari dan jam
dimulainya simulasi hingga berahirnya simulasi ini di mulai pada 27 Mei 2021total waktu
1 hariseperti gambar 30.

Gambar 30. Date options


3. Time Step Options
Menu Time Step Options digunakan untuk membuat pengaturan dalam waktu interval
dalam simulasi terdapat beberapampoin yang digunakan seperti Riporting, Runoff Dry
Wathwer dan Wet Weather serta serta Routing digunakan data-data seperti pada gambar 31
yang diisi sesuai dengan buku manual guide EPA SWMM 5.1

Gambar 31. Time Step Options


4. Dynamic Wave Optons
Menu Dynamic Wave Optons digunakan untu membuat Batasan batasan pada aliran
yang akan dihasilkan nantinya dari data data yang sudah didapatkan, terdapat sub menu
seperti Dynemic Wave yaitu Internal Terms, dan sub sub menu dibawahanya seperti dalam
gambar 32.
Yang diisi sesuai setting awal program EPA SWMM lalu tekan Apply Defaults
Gambar 32. Dynamic Wave Options

F. Menjalankan Simulasi
Data-data yang digunakan serta settings yang dubutuhkan sudah diatur semua dan dimasukan kedalam
tampat masing masing maka tahap berikutnya adalah melakukan Run Simulation atau menekan icon Run
Simulation yang berbentuk “Petir” yang terdapat pada interface software, ditunggu beberapa saat nanti akan
menunjukan hasilnya dalam bentuk Status Report dan dapat menunjukan apakah terdapat kealahan (error)
dalam simulasi SWMM seperti digambar 33. dalam Status Report terdapat saluran yang meluap (banjir).
Hasil simulasi dengan kala ulang 2 tahun didapat data saluran yang banjir dapat dilihat pada tabel 6 berikut.

Gambar 33 Run Status


Tabel 6 Titik Banjir Saluran Kala Ulang 2 Tahun

Sumber: Hasil Simulasi 2020

Tabel 6 menunjukan bahwa terdapat 2 titik terjadi luapan dalam hasil simulasi SWMM
yaitu j10 dan j17 dengan volume luapan tertinggi mencapai 1728,88 liter dengan lama banjir 0.60
jam yang terjadi pada titik j10 dan luapan terendah terjadi pada titik j17 dengan luapan 358,36 liter
dengan lama banjir 0.87 jam. Dari titik luapam ini maka didapat gambaran simulasi dalam SWMM
(Profile plot) dan gambaran gambaran hasil simulasi tersebut dapat dilihat pada gambar 6.27 profile
plot yang mengalami banjir sepaerti dibawah ini.

Gambar 34 Titik j8>j3>j9>j10>out1


Gambar 34 menunjukan saluran pada jalan Soekarno Hatta (di depan RS UB) terdapat luapan pada
titik J10 yang dikarenakan J10 ke out1 saluran tang memotong jalan raya dan juga dimensinya
kurang memadai untuk menerima debit berikut begitu juga elevasinya terlalu landai sehingga titik
tersebut tidak cukup menampung jumlah air yang masuk sehingga terjadi luapan.

7. Merencanakan Bangunan Penanggulangan Genangan Berwawasan Lingkungan


dengan Sumur Resapan

Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk
menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Manfaat yang dapat diperoleh dari
pembuatan sumur resapan diantaranya adalah:
1. Mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air sehingga memperkecil
kemungkinan terjadinya banjir dan erosi,
2. Mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah.
3. Mengurangi atau menekan terjadinya kenaikan air laut bagi daerah yang berdekatan dengan
wilayah pantai,
4. Mencegah penurunan atau amblesan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang
berlebihan, dan
5. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.

Jenis bangunan sumur resapan cenderung bervariasi. Bentuk dan jenis bangunan sumur
resapan dapat berupa segi empat atau silinder dengan kedalaman tertentu dan dasar sumur
terletak di atas permukaan air tanah. Berikut ini merupakan berbagai jenis konstruksi sumur
resapan (SNI 06-2459-2002) :
Tipe konstruksi sumur resapan air hujan, dapat dilihat pada gambar 1, 2, 3, 4 dan 5 berikut ini
yang terdiri dari :
1) tipe I. dengan dinding tanah, untuk tanah geluh kelanauan dan dapat diterapkan pada
kedalaman maksimum 3 m;
2) tipe II. dengan dinding pasangan batako atau bata merah tanpa diplester dan diantara
pasangan diberi celah lubang, dan dapat diterapkan untuk semua jenis tanah dengan
kedalaman maksimum 3 m;
3) tipe III. dengan dinding buis beton porous atau tidak porous, pada ujung pertemuan
sambungan diberi celah lubang, dan dapat diterapkan dengan kedalaman maksimum sampai
dengan muka air tanah;
4) tipe IV. dengan dinding buis beton berlubang dan dapat diterapkan dengan kedalaman
maksimum sampai dengan muka air tanah.

Berikut merupakan formula yang digunakan untuk menghitung debit resapan :

𝑸𝟎 = 𝒇. 𝑳. 𝑲. 𝒉

Dengan :
Q0 = debit resapan (m3/det)
F = faktor saluran per satuan Panjang (m/m)
L = panjang saluran (m)
K = koefisien permeabilitas tanah (m/det)
h = kedalaman air Box Storage (m)
Faktor geometri untuk sumur resapan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7. Faktor Geometri Saluran (Persatuan Panjang)
2.1.4 Diagram Alir Penyelesaian
2.1.5 Jadwal Penyelesaian

September Oktober November


Pengerjaan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Analisa Hidrologi
Pembuatan Skema
Jaringan Drainase

Perencanaan dimensi
saluran dan analisa
hidrolika

Simulasi SWMM
Perencanaan Sumur
Resapan
Penyusunan
Laporan

ACC Tugas Mandiri

2.1.6 Format Penilaian Tugas

BOBOT PENILAIAN 10%


KETERANGAN DEADLINE TTD ASISTEN
MASING-MASING POINT

Presentasi Awal 24 September 2021

(Analisis Hidrologi)

Presentasi 1 9 Oktober 2021

(Skema Jaringan dan


dimensi)

Presentasi 2 30 Oktober 2021

(Analisa Hidrolika
saluran drainase)

Presentasi Akhir 21 November 2021

(Keseluruhan Tugas)
2.1.7 Nama Dosen Pengembang RPS dan Asisten Tugas

Kelas A : ab6oq66
Dosen Pengampu :
1. Rahmah Dara Lufira, S.T., M.T.
2. Dr. Ussy Andawayanti, MS., IPM
Asisten :
Yosi Asterina Maharani

Kelas B : pednjyw
Dosen Pengampu :
1. Rahmah Dara Lufira, S.T., M.T.
2. Dr. Ussy Andawayanti, MS., IPM
Asisten :
Luh Ayu Putri Wedayanti Pulasari

Kelas C : jnxxcrv
Dosen Pengampu :
1. Dr. Ussy Andawayanti, MS., IPM
2. Dr. Linda Prasetyorini, ST., MT
Asisten :
Novansyah Fajri

Kelas D : y7xywf6
Dosen Pengampu :
1. Prof. Dr. Ir. Suhardjono, M.Pd., Dipl.HE
2. Dr. Linda Prasetyorini, ST., MT
Asisten :
Muhammad Alfyan Rachmana Putra

Kelas E : 5htgk3b
Dosen Pengampu :
1. Prof. Dr. Ir. Suhardjono, M.Pd., Dipl.HE
2. Ir. M. Janu Ismoyoro
Asisten :
Bima Wenas Arkananta
2.1.8 Lampiran Peta
Peta 1
JAWA TIMUR MALANG LEMBAR NO 8/4

II
3

VI
SV
3 7 3

AU
4
7 3 7

5
6

US
NP
3 3
3

IKA

PA
3 7

14
7 3

JL.
4

V
3

AN
24

US
Kel. Tunjung Sekar

5
IK

PA
3

JL.
J

IV
A
L
7
3 Kec. L o w o k w a r u

AN
A
6

US
I

IK

II
K

PA
A

JL.
N

US
P

III
AN
A

PA
U
S

US
IK

AN
PA
JL.

IK
AN

JL.
3

4
J

IK
7 L.
3

7
S

JL.
4 I M
3

4
9 6 P
3 A
4 6 N
3 G

I
I

US
K
A

PA
N
R

P
A

AN
U
T

IK
U

4
J

JL.
L.
R

7
S 6
U

I M 13

4
P

6
D

J A 6
L.
U

N
T G
B

A
M B
O

A O
5

24
N R
R

O
B B
O

11

O U 286
R D
B

O U 1995
B R
5

6
U 232
N

D II
U 1998
A

R
M

U
A

T
A
T

4
JL A
L.

7
TA
5

M
J

4
AN
10

B
O
R
O
5

B 1 2
U
D 91 1
U 1999
R
T J
E L.
N
G S
A I M
H
A N P
A
A T N
L G
S E
R B
D U O

2
R
B U O
5

R O B
U
B O

5
D
10

U
A N R
M
R

T A U
794
5

20
. T
U

J L A
R 1995
D

A
U

5
B
O

638
R

JL 1994
.
O

556 SI
M
PA
B

1996 N
4

G
1

BO
7
4

RO
N

BU 334
4
1

2 4 DU 1995
R
P

2
I M
. S
JL
3
4

Kel. M o j o l a n g u
3

Kec. L o w o k w a r u
R

6 YAYASAN KOLESE
13
U

6 "S T. Y U S U P"
D

M A L A N G
U
B

3
4
O

3
R
O
B

10

343
1995
1

N
5

14
A
1

KA
U

3 4 NT
OR
R

3 DIP J
EN L.
E

DA KA S
T

NT I
DE OR M
.

PT P
J L

KO . A
PE N
KA RA
NT SI G
PO OR 572 B
S&
GIR 1998 O
R
10

O
O
B
U
D
K KA
N 777 U
A R
20

PE TO
R
M RIND
US
1995
TR
P IAN

U
S 231
10

1995
U N I V E R S I T A S
W I D Y A G A M A
10

10

J L
U N I V E R S I T A S .
B
O
14

W I D Y A G A M A R
O
24
4

B 5
U
6

D 16
9

U
R 5
5
4

12
10

LEGENDA :
Batas Kelurahan Saluran Permanen RTH/Lapangan Olah Raga PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MALANG
Batas Kecamatan Selokan/Pematang
U PETUNJUK LEMBAR Batas Kabupaten/Kodya Gorong-gorong 150 Advis Planning (AP)
Batas Propinsi 96
Tanggul Sempadan Pagar
7 8 9 Atap Bangunan
Sempadan Bangunan
3 3 3 A Bangunan Permanen 100 a. Interval Induk kontur 5mtr. Sempadan Nol
b. Interval kontur 1 mtr.
7 8 9 Bangunan Berlantai 2-3 dst. 100

4 4 4 Jalan Aspal Cekungan/galian


Jalan Setapak Kawat Transmisi Utama
7 8 9 Rel Kereta Api Pagar Tanaman
5 5 5 Rel Lori Kuburan
a. Islam
SKALA 1:1.000 Jembatan Batu b. Kristen
c. Tionghoa
No. Lembar : 8/4 Kelurahan : Tunjung Sekar
S
20 0 20 40 60 M Jembatan Besi Sawah
Jml. Lembar : 515 Lembar Kecamatan : Lowokwaru
Jembatan Kayu Rawa-rawa
Diperiksa : Kelurahan : Mojolangu
Sungai, Aliran sungai Rumput
Disetujui : Kecamatan Lowokwaru
Peta 2

JAWA TIMUR MALANG LEMBAR NO 3/2

6
3

3
3

7
6

3
3

3
3

7
7
7

3
3

3
8

4
3
3 7 3

3
7
851 850

3
1 3 1 1993 328
1994

329
3 039 1994 4
5 9

3
3 1997 4

7
3
3
3

665 666 7

3
3

8
3
8

7
FASILITAS

3
5
IK

3 3
PENDIDIKAN
D

7
OT

3
JI
AS

3
AP

7 3
3
M

7
3
IK
LIN

FASILITAS
LIK

PERDAGANGAN 3 6 3
PO

Ds. Tunggul Wulung


3
3

8
6

Kec. L o w o k w a r u

3
3

7
3
7

4
4
6

7
1

4
4 7
3
6

3
3

7
3
3
6
3

3
6

2
1993
3

5
1 2
1

2
3
6

2
2 5 2
8

2 5
3

3
4
9
4
115
1994

12 5
20
2
5 2
5
3
7
5

3
10
5

3
5
4 2
8

MASJID

2
3

5
2
5
10

5
3

7
3

6
5
3

7
5
12

3
5
4

3
9

3
7
4

13 3
7 5 7 6
3

9
4

1 5
3
9

Kel. J a t i m u l y o 4 9 5
1 7
4 5 3 3
4
10

Kec. L o w o k w a r u
3
5 7
20 7 3
941
1993 6
13
11

8 5 7 6 7 5
PERDAGANGAN/JASA

LEGENDA :
Batas Kelurahan Saluran Permanen RTH/Lapangan Olah Raga PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MALANG
Batas Kecamatan Selokan/Pematang
U PETUNJUK LEMBAR Batas Kabupaten/Kodya Gorong-gorong 150 Advis Planning (AP)
Batas Propinsi 96
Tanggul Sempadan Pagar
2 3 4 Atap Bangunan
Sempadan Bangunan
1 1 1 A Bangunan Permanen 100 a. Interval Induk kontur 5mtr. Sempadan Nol
b. Interval kontur 1 mtr.
2 3 4 Bangunan Berlantai 2-3 dst. 100

2 2 2 Jalan Aspal Cekungan/galian


Jalan Setapak Kawat Transmisi Utama
2 3 4 Rel Kereta Api Pagar Tanaman
3 3 3 Rel Lori Kuburan
a. Islam
SKALA 1:1.000 Jembatan Batu b. Kristen
c. Tionghoa
No. Lembar : 3/2 Kelurahan : Tunggulwulung
S
20 0 20 40 60 M Jembatan Besi Sawah
Jml. Lembar : 515 Lembar Kecamatan : Lowokwaru
Jembatan Kayu Rawa-rawa
Diperiksa : Kelurahan : Jatimulyo
Sungai, Aliran sungai Rumput
Disetujui : Kecamatan : Lowokwaru
Peta 3
JAWA TIMUR MALANG LEMBAR NO3/15

2 4 2

7 2
3 6 3

2
10
20
3 8 3 10

JL. M 2 6 3
E R
G A
582 N
M U
1995 S H
4
O L
A
10

886

232
4
1996

4
4
4

9
10
JL. M E R G A N M U S H O L A

9
3 4
3

4
25
1 2
331 323 1
1996 1995

10 5

6
5

10
1247 222
10

1994 127 1996

6
1997
5

3
4

3 6

I
R
3 6 3

O
L
027
1996

N
650
1996

3 6 3

A
G
N

R
675
A

E
1996
R

1165

M
E

1995
T

J L.
296
E

1997 2 4
V

3 6 3
3 6 3 2
3 7 3
232 10
232 30
N

232 3 6 3 10
1998 4 10 4
G
R A

288
E

1998
M
J L.

232
315 1295
096 1998 1994
1995
303
1998
1355 1087
1995 23
1994 239 2
50 1995
1998
4
4

180
5

1997
14
9

10
4

2
4

4
5
7

2
445

8
4

1 2 11998

4
90
1997
3

A
W
3 6

A 4
2 6 2 R
209 2 6 2 K 8
1997 2 6 2 A 4
676 C
U
1996 C
L.
Kel. S u k u n
J
A

777 2 4 2
3

643 1996 Kec. S u k u n


R

439
3 6

2 6 2
A

1997
A

3 6 1995
R

3
T

1008 4 7
U

4
T
A

1995
4 7
U
R
N

4
N
A
A

I
T

A
T
T

A
U

104
T
H
U
A

1997
T

O
K

A
U
I

J
I

T
L

3 6 3
S

P
J L.
D

U
R

2 5 2
137
J L.

3 6 3
D

725
E
J L.

1995
T

1997 4 9
P

4
J L.

699
I

8
E
K

1996
4 7 4

J L.

30
M
A

564
P

1995 4
3

062 2
L
J L.

5
3 6

1996 2
J

4 7
4
713 2 6 2 2 6 2
1995 2 6 2 2 6 2
1163
1994

LEGENDA :
Batas Kelurahan Saluran Permanen RTH/Lapangan Olah Raga PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MALANG
Batas Kecamatan Selokan/Pematang
U PETUNJUK LEMBAR Batas Kabupaten/Kodya Gorong-gorong 150 Advis Planning (AP)
Batas Propinsi 96
Tanggul Sempadan Pagar
2 3 4 Atap Bangunan
Sempadan Bangunan
14 14 14 A Bangunan Permanen 100 a. Interval Induk kontur 5mtr. Sempadan Nol
b. Interval kontur 1 mtr.
2 3 4 Bangunan Berlantai 2-3 dst. 100

15 15 15 Jalan Aspal Cekungan/galian


Jalan Setapak Kawat Transmisi Utama
2 3 4 Rel Kereta Api Pagar Tanaman
16 16 16 Rel Lori Kuburan
a. Islam
SKALA 1:1.000 Jembatan Batu b. Kristen
c. Tionghoa
No. Lembar : 3/15 Kelurahan : Tanjung Sekar
20 0 20 40 60 M S Sawah
Jembatan Besi Jml. Lembar : 515 Lembar Kecamatan : Sukun
Jembatan Kayu Rawa-rawa
Diperiksa : Kelurahan : Sukun
Sungai, Aliran sungai Rumput
Disetujui : Kecamatan : Sukun
Peta 4
JAWA TIMUR MALANG LEMBAR NO 7/1

3
Kali

7
Mew
ek

3
4
9

3
7
3

3
7 3 4
KEL. TUNJUNG SEKAR

3
9

7
4

3
Kec. LOWOKWARU

KEL. TASIK MADU

4
415
Kec. LOWOKWARU

7
97

4
4
6
1068

3
9
94

7
4
4

4
8
4

4
3 6
3

9
4
4
10
4

4
4
9
6

8
JL
4

.
PO
LO
W
IJ
EN
I

3
7
3

3
3

6
7

3
3

6
4
8
4

4
9
4
9

3
6
3
6 3

4
6

4
9
3

10 4
4

3
9
6 3

3
381
3

3
98
6
3

7
6 3
3

3
7
7
188
3

3
98
3 6

485
3 98
5

6
2

3
6

6
3

4
10
4
3

3
6

6
3
3

4
4

O
7

R
B
3

M
O
T
3

N
3

A
IK
7

.
JL
2
3

3
4

6
3

4
10

8
3

4
4
4

2
5
2 10

30
3

2
8

4
2

4 10
23

4
10

9 8
2 5 2

4
4

LEGENDA :
Batas Kelurahan Saluran Permanen RTH/Lapangan Olah Raga PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MALANG
Batas Kecamatan Selokan/Pematang
U PETUNJUK LEMBAR Batas Kabupaten/Kodya Gorong-gorong 150 Advis Planning (AP)
Batas Propinsi 96
Tanggul Sempadan Pagar
6 7 8 Atap Bangunan
Sempadan Bangunan
0 0 0 A Bangunan Permanen 100 a. Interval Induk kontur 5mtr. Sempadan Nol
b. Interval kontur 1 mtr.
6 7 8 Bangunan Berlantai 2-3 dst. 100

1 1 1 Jalan Aspal Cekungan/galian


Jalan Setapak Kawat Transmisi Utama
6 7 8 Rel Kereta Api Pagar Tanaman
2 2 2 Rel Lori Kuburan
a. Islam
SKALA 1:1.000 Jembatan Batu b. Kristen
c. Tionghoa
No. Lembar : 7/1 Kelurahan : Tunjung Sekar
20 0 20 40 60 M S Sawah
Jembatan Besi Jml. Lembar : 515 Lembar Kecamatan : Lowokwaru
Jembatan Kayu Rawa-rawa
Diperiksa : Kelurahan : Tasik Madu
Sungai, Aliran sungai Rumput
Disetujui : Kecamatan : Lowokwaru
Peta 5
JAWA TIMUR MALANG LEMBAR NO 7/20
4 10
4
8
4
LADANG
10 4

7 3
3
3 7

2
3

2 5
TEBU
2 4 2

4
8
4
3
4 8
8 LADANG 3
4
222

10 4

TEBU
232

3
TEBU

7
3
4 10

4
2 4 2

8
4 3

4
10 8
3
JL.
K E
C I
P I
R

4
3 5 3

8
4
3

3
7

7
3

4
3 4

KEL. BUMIAYU

8
3
al
3

4
7
3 KEC. KEDUNG KANDANG
i

3
B
ra
nt
4

IV
as

.
Gg
6

A NG
GA D
3
4

JL .
TEBU
7

3 7
10 3
10 7 3
4

654
96
3 7 3
3

3
7
7

3
LADANG
3 3
8 7
3 3
JL. GAD
4 5 4

ANG Gg. 9
FASILITAS
UMUM

3
TEBU 7
3
3
7

4 10
3

3
7
3 8 3

3
INDUSTRI MEBEL
JL.
GAD
3

ANG
Gg.
4

8
7

3
SDN 9
6

7
4

4 6 4
3

10 4
SDN 7 & 8
LADANG
MAKAM
3

7 3 3 7 3
7

3 8 3
3

4
10
10

KEL. GADANG
3

JL. T E
3

10 RON
10

4 G
10

KEC. S U K U N
3
3

3 3
8 3 7 3
3 7 3

LEGENDA :
Batas Kelurahan Saluran Permanen RTH/Lapangan Olah Raga PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MALANG
Batas Kecamatan Selokan/Pematang
U PETUNJUK LEMBAR Batas Kabupaten/Kodya Gorong-gorong 150 Advis Planning (AP)
Batas Propinsi 96
Tanggul Sempadan Pagar
6 7 8 Atap Bangunan
Sempadan Bangunan
19 19 19 A Bangunan Permanen 100 a. Interval Induk kontur 5mtr. Sempadan Nol
b. Interval kontur 1 mtr.
6 7 8 Bangunan Berlantai 2-3 dst. 100

20 20 20 Jalan Aspal Cekungan/galian


Jalan Setapak Kawat Transmisi Utama
6 7 8 Rel Kereta Api Pagar Tanaman
21 21 21 Rel Lori Kuburan
a. Islam
SKALA 1:1.000 Jembatan Batu b. Kristen
c. Tionghoa
No. Lembar : 7/20 Kelurahan : Bumiayu
S
20 0 20 40 60 M Jembatan Besi Sawah : Kedung Kandang
Jml. Lembar : 515 Lembar Kecamatan
Jembatan Kayu Rawa-rawa
Diperiksa : Kelurahan : Gadang
Sungai, Aliran sungai Rumput
Disetujui : Kecamatan :Sukun
Peta 6
JAWA TIMUR MALANG LEMBAR NO 8/21
JL.TERO
NG

4
87

3 7
1998

10
4
5

3
3

3 7
3 7

4
10
6
14

4
6

3
3 7
3 7
3

4
YA

10
10
JA

4
4
EH

4
10
4
SR

3
PA

3 7
YAI
. K
JL

JL.B
UNC
IS
3

4
3 7

4
4

10
10 4
3 8

4
4

6 10 4 10
4 7

3
3 8
3 7
3
3 7

4
3

8
3
10
4

3
8 3
KEL. BUMIAYU
3
8 KEC. KEDUNGKANDANG
3

3 8
3

3
3 7
10

8
3

4
3

3 8
3
3 8
3
7 3

3 8
3

4
3
7

4 8 3
3

6 14 6
3

3 10
4
3 7

3
3 8

4
10
4
3

4
8

JL.K
AN
10

GK
3

UN
G
4

LEGENDA :
Batas Kelurahan Saluran Permanen RTH/Lapangan Olah Raga PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MALANG
Batas Kecamatan Selokan/Pematang
U PETUNJUK LEMBAR Batas Kabupaten/Kodya Gorong-gorong 150 Advis Planning (AP)
Batas Propinsi 96
Tanggul Sempadan Pagar
7 8 9 Atap Bangunan
Sempadan Bangunan
20 20 20 A Bangunan Permanen 100 a. Interval Induk kontur 5mtr. Sempadan Nol
b. Interval kontur 1 mtr.
7 8 9 Bangunan Berlantai 2-3 dst. 100

21 21 21 Jalan Aspal Cekungan/galian


Jalan Setapak Kawat Transmisi Utama
7 8 9 Rel Kereta Api Pagar Tanaman
22 22 22 Rel Lori Kuburan
a. Islam
SKALA 1:1.000 Jembatan Batu b. Kristen
c. Tionghoa
No. Lembar : 8/21 Kelurahan : Bumiayu
20 0 20 40 60 M S Sawah
Jembatan Besi Jml. Lembar : 515 Lembar Kecamatan : Kedung Kandang
Jembatan Kayu Rawa-rawa
Diperiksa : Kelurahan : Bumiayu
Sungai, Aliran sungai Rumput
Disetujui : Kecamatan : Kedung Kandang
Peta 7
JAWA TIMUR MALANG LEMBAR NO 10/5

5
24
796 3
7
96 3

5
5
7
5 KEL. PURWODADI
K E C. B L I M B I N G
5
7
5 5
14
5
5
7
5

23
2
5
6
5
2

5
10
2 6

5
IN
IK
D
A
S

5
I
S

14
LA
K

5
.
G

257
G

99

SDN. BLIMBING III

KEL. BLIMBING
K E C. B L I M B I N G
SDN. BLIMBING I
7.5
20

J
L
7.5

.
A
D
I
S
U
C
I
P
T
O
5
24
2
23

O
2 4

S
I

2
R

2 5

O
O
L

R
.
G

U
G

S
I
J
JL
. T

N
E
N

A
A
G 39

P
A
U

99

.
U
R

L
A
A

R
J
B

A
A
G
A
N
E
. T
JL

O
RM
DA

KAROSERI MOBIL
SU
R
U
M

P.
I
T

6
DA
7.5

A
G

AN

JL 15
.T
A

EN
N
15

UN

AG LAP. BOLA
E

AT
T

EN
.

GA
JL.
7.5

H
J

LEGENDA :
Batas Kelurahan Saluran Permanen RTH/Lapangan Olah Raga PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MALANG
Batas Kecamatan Selokan/Pematang
U PETUNJUK LEMBAR Batas Kabupaten/Kodya Gorong-gorong 150 Advis Planning (AP)
Batas Propinsi 96
Tanggul Sempadan Pagar
9 10 11 Atap Bangunan
Sempadan Bangunan
4 4 4 A Bangunan Permanen 100 a. Interval Induk kontur 5mtr. Sempadan Nol
b. Interval kontur 1 mtr.
Bangunan Berlantai 2-3 dst. 100
9 10 11
5 5 5 Jalan Aspal Cekungan/galian
Jalan Setapak Kawat Transmisi Utama
9 10 11 Rel Kereta Api Pagar Tanaman
6 6 6 Rel Lori Kuburan
a. Islam
SKALA 1:1.000 Jembatan Batu b. Kristen
c. Tionghoa
No. Lembar : 10/5 Kelurahan : Blimbing
S
20 0 20 40 60 M Jembatan Besi Sawah
Jml. Lembar : 515 Lembar Kecamatan : Blimbing
Jembatan Kayu Rawa-rawa
Diperiksa : Kelurahan : Purwodadi
Sungai, Aliran sungai Rumput
Disetujui : Kecamatan : Blimbing
Peta 8
JAWA TIMUR MALANG LEMBAR NO 10/17

O
NG
BA
LI
KA

KEL. KEDUNG KANDANG


KEC. KEDUNG KANDANG

KEL. B U R I N G
KEC. KEDUNG KANDANG

523

I
S
A
G
I
R
I
I R
I G
A S
I

J L
. B
U RIN
G
NO
KO
NG
SU
D.
EN
YJ
MA
.
J L

PENGGILINGAN PADI

KANTOR LURAH BURING

568

LEGENDA :
Batas Kelurahan Saluran Permanen RTH/Lapangan Olah Raga PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MALANG
Batas Kecamatan Selokan/Pematang
U PETUNJUK LEMBAR Batas Kabupaten/Kodya Gorong-gorong 150 Advis Planning (AP)
Batas Propinsi 96
Tanggul Sempadan Pagar
9 10 11 Atap Bangunan
Sempadan Bangunan
16 16 16 A Bangunan Permanen 100 a. Interval Induk kontur 5mtr. Sempadan Nol
b. Interval kontur 1 mtr.
9 10 11 Bangunan Berlantai 2-3 dst. 100

17 17 17 Jalan Aspal Cekungan/galian


Jalan Setapak Kawat Transmisi Utama
9 10 11 Rel Kereta Api Pagar Tanaman
18 18 18 Rel Lori Kuburan
a. Islam
SKALA 1:1.000 Jembatan Batu b. Kristen
c. Tionghoa
No. Lembar : 10/17 Kelurahan : Buring
S
20 0 20 40 60 M Jembatan Besi Sawah
Jml. Lembar : 515 Lembar Kecamatan : Kedung Kandang
Jembatan Kayu Rawa-rawa
Diperiksa : Kelurahan : Kedung Kandang
Sungai, Aliran sungai Rumput
Disetujui : Kecamatan : Kedung Kandang
Peta 9

JAWA TIMUR MALANG LEMBAR NO 12/1

5
9
5

16
5
9

6
5
6
9
5

5
9
5

4
7
4

5
9
5
5
7

15
5

4
7
4

4
7
4

8
6
4
7
4
4

5
7

8
4
4

9
4
7
4

5
4
7
4

4
7
4
4
7
5

4
7
4

4
12
5

4
4

7
4

4
7

7
4

4
4
7

4
4 8
4

7 4
4

4
4

7
7

4
4

LEGENDA :
Batas Kelurahan Saluran Permanen RTH/Lapangan Olah Raga PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MALANG
Batas Kecamatan Selokan/Pematang
U PETUNJUK LEMBAR Batas Kabupaten/Kodya Gorong-gorong 150 Advis Planning (AP)
Batas Propinsi 96
Tanggul Sempadan Pagar
11 12 13 Atap Bangunan
Sempadan Bangunan
0 0 0 A Bangunan Permanen 100 a. Interval Induk kontur 5mtr. Sempadan Nol
b. Interval kontur 1 mtr.
11 12 13 Bangunan Berlantai 2-3 dst. 100

1 1 1 Jalan Aspal Cekungan/galian


Jalan Setapak Kawat Transmisi Utama
11 12 13 Rel Kereta Api Pagar Tanaman
2 2 2 Rel Lori Kuburan
a. Islam

SKALA 1:1.000 Jembatan Batu b. Kristen


c. Tionghoa
No. Lembar : 12/1 Kelurahan : Tunjung Sekar
S
20 0 20 40 60 M Jembatan Besi Sawah
Jml. Lembar : 515 Lembar Kecamatan
Jembatan Kayu Rawa-rawa
Diperiksa : Kelurahan
Sungai, Aliran sungai Rumput
Disetujui : Kecamatan
Peta 10
JAWA TIMUR MALANG LEMBAR NO 12/2
4
8
4

4
8
4
5
12
3 6 5

5
10
3

4
7
4

7
7

4
4

7
7
4

4
4
7
4
5
10

4
7
5

4 7
4

4
7 4

7
4 7
4

4
4 7
4

4
9
4

4
4

7
4 7

4
4

4
5
10
5
3

4
4

9
5
4 4

4
10
5

3 4 7
4
4
7
4

5
12
4

5 4
9 3 6
4 6
4

4 3
9
4

5
12
9

5
4
4

5
9

12
4

5
4

LEGENDA :
Batas Kelurahan Saluran Permanen RTH/Lapangan Olah Raga PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MALANG
Batas Kecamatan Selokan/Pematang
U PETUNJUK LEMBAR Batas Kabupaten/Kodya Gorong-gorong 150 Advis Planning (AP)
Batas Propinsi 96
Tanggul Sempadan Pagar
11 12 13 Atap Bangunan
Sempadan Bangunan
1 1 1 A Bangunan Permanen 100 a. Interval Induk kontur 5mtr. Sempadan Nol
b. Interval kontur 1 mtr.
11 12 13 Bangunan Berlantai 2-3 dst. 100

2 2 2 Jalan Aspal Cekungan/galian


Jalan Setapak Kawat Transmisi Utama
11 12 13 Rel Kereta Api Pagar Tanaman
3 3 3 Rel Lori Kuburan
a. Islam
SKALA 1:1.000 Jembatan Batu b. Kristen
c. Tionghoa
No. Lembar : 12/2 Kelurahan : Tunjung Sekar
S
20 0 20 40 60 M Jembatan Besi Sawah
Jml. Lembar : 515 Lembar Kecamatan
Jembatan Kayu Rawa-rawa
Diperiksa : Kelurahan
Sungai, Aliran sungai Rumput
Disetujui : Kecamatan
III. Asesmen Pembelajaran

Tahap Diskusi Kasus/ Pengerjaan Project

Kriteria penilaian sebagai berikut:

4 = Kurang Baik
3 = Agak Baik
2 = Baik
1 = Sangat Baik

Aspek yang dinilai


No Nama Jumlah Ranking
A B C D E

Keterangan aspek yang dinilai:


A. Keaktifan pelaksanaan tugas dalam kelas
B. Kesediaan untuk menerima ide
C. Kesediaan untuk mengerjakan sesuai timeline waktu
D. Kepedulian terhadap permasalahan yang dihadapi dalam case studi
E. Keaktifan dalam menggunakan software untuk menyelesaikan masalah
PENUTUP

Demikian Modul Tugas ini Kami Susun untuk dapat memberikan Pengetahuan kepada
mahasiswa terkait tugas Case Project Drainase Perkotaan.

Penulis

Anda mungkin juga menyukai