Anda di halaman 1dari 10

STUDI PENERAPAN LESSON STUDY DALAM PENINGKATAN

EFEKTIVITAS PRAKTEK PEMBELAJARAN DI MTs NEGERI


PRIGEN
A STUDY ON THE IMPLEMENTATION OF LESSON STUDY IN
IMPROVING THE EFFECTIVENESS OF LEARNING PRACTICE
AT MTsN PRIGEN

Sutowijoyo

Sutowijoyo Abstract
Balai Diklat Keagamaan Basically learning is students’ rights. However, there are still a lot of
(BDK) Surabaya students who do not learn in the classroom. Since a lot of students that
Jl. Ketintang Madya 92 do not learn, therefore the result of the learning is not maximum in
Surabaya other words the learning is not effective. That’s why one teachers forum
Naskah : is needed to improve the learning to be more effective which is called as
diterima : 24 Juli 2016 lesson study . Concerning with that background above therefore this
direvisi : 10 Agustus 2016 research aim is: a ) to know the level of achievement of lesson study at
disetujui : 23 Agustus 2016 MTsN Prigen b ) to know the effectiveness of lesson study in improving
the learning practice at MTsN Prigen. This research is qualitative
descriptive study. The data collected by observation and interview was
analyzed by using percentage and score. From the result and data
analysis it is concluded that: a ) lesson study at MTs Prigen was ‘ good
enough ‘implemented b ) the implementation of t lesson study at MTsN
Prigen can improve the effectiveness of learning practice.

Keywords: lesson study, teaching practice

Abstrak
Pada dasarnya belajar adalah hak siswa. Namun masih banyak siswa di kelas
yang tidak belajar. Karena banyak siswa yang tidak belajar maka hasil belajar-
nya tidak maksimal. Karena banyak siswa yang hasil beajarnya tidak maksimal
maka dikatakan pembelajaran tidak efektif. Untuk itu perlu sebuah forum
guru yang bisa meningkatkan pembelajaran agar lebih efektif yang disebut
lesson study. Terkait dengan latar belakang tersebut maka tujuan penelitian
ini adalah: a) untuk mengetahui tingkat pelaksanaan lesson study di MTs Negeri
Prigen. b) untuk mengetahui keefektivan lesson study dalam peningkatan
efektivitas praktek pembelajaran di MTs Negeri Prigen. Penelitian ini termasuk
penelitian kualitatif deskriftif. Data yang diperoleh dengan observasi dan
wawancara dianalisa dengan menggunakan persentase dan nilai. Dari
hasil dan analisa data penelitian disimpulkan bahwa : a) pelaksanaan lesson
study di MTs Negeri Prigen sudah cukup baik, a) penerapan lesson study di MTs
Negeri Prigen dapat meningkatkan efektivitas praktek pembelajaran.

Kata Kunci : lesson study, praktek pembelajaran

295
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, no. 4, Oktober-Desember 2016

Pendahuluan maupun tingkat madrasah. Hal ini disebabkan


Belajar adalah hak siswa. Siswa yang datang ke antara lain : a) belum ada dana khusus untuk
madrasah sudah punya niat untuk belajar. kegiatan tersebut, b) keyakinan akan manfaat
Namun kenyataannya tidak semua siswa ketika lesson study dapat meningkatkan efektivitas
di kelas dapat belajar dengan baik. Siswa pembelajaran masih kurang. Walaupun demikian
sering tidak fokus, ngantuk, menoleh kesana masih Madrasah yang telah melaksanakan
kemari pada saat pembelajaran. Akibatnya kegiatan lesson study tingkat sekolah, yaitu
hasil belajar tidak tuntas. Madrasah Tsanawiyah Negeri Prigen Pasuruan.
Pembelajaran berasal dari kata Atas dasar uraian diatas tulisan ini kami beri
”instruction” yang berarti ”pengajaran”. judul ”Study Penerapan Lesson Study dalam
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu Peningkatan Efektivitas Praktek Pembelajaran
proses interaksi antara anak dengan anak, di MTs Negeri Prigen”.
anak dengan sumber belajar, dan anak dengan Dari uraian latar belakang di atas rumusan
pendidik. Menurut Undang-Undang RI No. 20 masalah utama adalah: a) Bagaimaana tingkat
Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan, pelaksanaan lesson study di MTs Negeri Prigen,
pembelajaran adalah proses interaktif peserta b) Bagaimana keefektivan lesson study dalam
didik dengan pendidik dan sumber belajar peningkatan efektivitas praktek Pembelajaran di
pada suatu lingkungan belajar. Supaya terjadi MTs Negeri Prigen. Dari hasil penelitian
interaksi yang baik maka pembelajaran perlu diharapkan bagi guru bias dipakai sebagai
direncanakan dengan baik. Pembelajaran perlu alternatif pemecahan masalah pembelajaran di
dimanage dengan baik. madrasah dan bagi kediklatan bias menambah
Menurut George R. Terry, manajemen wawasan inovatif jenis kediklatan bagi guru.
adalah suatu proses khas yang terdiri atas
tindakan-tindakan perncanaan, peng- Kajian Pustaka
organisasian, penggerakan, dan pengendalian A. Lesson Study
untuk menentukan serta mencapai tujuan Slamet Mulyana (2007) memberikan
melalui pemanfaatan SDM dan sumber daya rumusan tentang lesson study sebagai salah satu
lainnya.1 Sedangkan menurut Hanry L. Sisk model pembinaan profesi pendidikan melalui
mendefinisikan : Management is the pengkajian pembelajaran secara kolaboratif
coordination of all resources through the dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-
processes of planning, organizing, directing and prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk
controlling in order to attain stted objectivies. membangun komunitas belajar. Dalam tulisan-
Artinya manajemen adalah pengkoordinasian nya yang lain, Catherine Lewis (2004)
untuk semua sumber- sumber melalui proses- mengemukakan pula tentang ciri–ciri esensial
proses perencanaan, pengorganisasian, dari lesson study, yang diperolehnya ber-
kepemimpinan dan pengawasan di dalam dasarkan hasil observasi terhadap beberapa
ketertiban untuk tujuan. Sumber-sumber dalam sekolah di Jepang, yaitu :
pembelajaran disini termasuk sumber-sumber a. Tujuan bersama untuk jangka panjang. lesson
dalam kurikulum, diri siswa, media, dan lain- study didahului adanya kesepakatan dari para
lain. Lesson study muncul sebagai salah satu guru tentang tujuan bersama yang ingin
alternatif guna mengatasi masalah praktik ditingkatkan dalam kurun waktu jangka
pembelajaran yang selama ini dipandang kurang panjang dengan cakupan tujuan yang lebih
efektif (Lewis, 2002). Lesson study mulai luas,
disosialisasikan di lingkungan pendidikan b. Materi pelajaran yang penting. Lesson study
kabupaten Pasuruan sejak tahun 2006, namun memfokuskan pada materi atau bahan
belum semua madrasah mau melaksanakan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi
kegiatan lesson study baik tingkat MGMP titik lemah dalam pembelajaran siswa serta
sangat sulit untuk dipelajari siswa.

296
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, no. 4, Oktober-Desember 2016

c. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus dilakukan dan didasarkan pada hasil ”sharing”
yang paling utama dari lesson study adalah pengetahuan profesional yang berlandaskan
pengembangan dan pembelajaran yang pada praktik dan hasil pengajaran yang
dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa dilaksanakan para guru, (2) penekanan mendasar
menunjukkan minat dan motivasinya dalam pada pelaksanaan suatu lesson study adalah
belajar, bagaimana siswa bekerja dalam agar para siswa memiliki kualitas belajar, (3)
kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa,
tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal- dijadikan fokus dan titik perhatian utama
hal lainnya yang berkaitan dengan aktivitas, dalam pembeljaran di kelas, (4) berdasarkan
partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa pengalaman real di kelas, lesson study akan
dalam mengikuti proses pembelajaran. menempatkan peran guru sebagai peneliti
d. Observasi pembelajaran secara langsung. pembeljaran (Lewis, 2002).
Observasi langsung boleh dikatakan Kedua, lesson study yang didisain dengan
merupakan jantungnya lesson study. Untuk baik akan menjadikan guru yang profeional dan
menilai kegiatan pengembangan dan inovatif. Dengan melaksanakan lesson study
pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak para guru dapat (1) menentukan kompetensi
cukup dilakukan hanya dengan cara melihat yang perlu dimiliki siswa, merencanakan dan
dari Rencana Pelaksanan Pembelajaran atau melaksanakan pembelajaran (lesson) yang
hanya melihat dari tayangan video, namun efektif; (2) mengkaji dan meningkatkan
juga harus mengamati proses pembelajaran pelajaran yang bermanfaat bagi (3) mem-
secara langsung. perdalam pengetahuan tentang mata pelajaran
yang disajikan para guru; (4) menentukan standar
Dari beberapa definisi di atas dapat kompetensi yang akan dicapai para siswa; (5)
disimpulkan bahwa lesson study adalah suatu merencana pelajaran secara kolaboratif; (6)
model pembinan profesi pendidik melalui mengkaji secara teliti belajar dan perilaku
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan siswa; (7) mengembangkan pengetahuan
berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat diandalkan; dan (8)
kolegalitas dan mutual learning untuk melaksanakan refleksi terhadap pengajaran
membangun komonitas belajar. Dengan yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan
demikian, lesson study bukan metode atau siswa dan kolaganya (Lewis, 2002).
strategi pembelajaran tetapi kegiatan lesson Robinson (2006) mengusulkan ada
study dapat menerapkan berbagai metoda/ delapan tahap berdasarkan pada banyaknya
strategi pembelajaran yang sesuai dengan kegaitan yang diperlukan dalam pelaksanaan
situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi lesson study antara lain : a) Pemilihan topik
guru. Lesson study dapat dilakukan oleh lesson study, b) Melakukan review silabus untuk
sejumlah guru dan pakar pembelajaran yang mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran
mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari
perencanan (planning), implementasi materi ada dalam buku pelajaran. c) Setiap tim
(action) pembelajaran dan observasi serta yang telah menyusun rencana pembelajaran
refleksi (reflection) terhadap perencanaan dan menyajikan atau mempresentasikan rencana
implementasi pembelajaran tersebut, dalam pembelajarannya, sementara kelompok lain
rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. memberi masukan, sampai akhirnya diperoleh
Lesson study dipilih dan diimplemen- rencana pembelajaran yang lebih baik, d) Guru
tasikan karena beberapa alasan. Pertama, lesson yang ditunjuk oleh kelompok menggunakan
study merupakan suatu cara efektif yang dapat masukan-masukan terebut untuk memperbaiki
meningkatkan kualitas pembelajaran yang rencana pembelajaran, e) Guru yang ditunjuk
dilakukan guru dan aktivitas belajar siswa. Hal tersebut mempresentasikan rencana
ini karena (1) pengembangan lesson study

297
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, no. 4, Oktober-Desember 2016

pembelajarannya di depan semua anggota 3. Melaksanakan refleksi melalui berbagai


kelompok lesson study untuk mendapatkan pendapat/tanggapan dan diskusi bersama
balikan, f) Guru yang ditunjuk tersebut pengamat/observer. Kegiatan ini disebut
memperbaiki kembali secara lebih detail tahap See.
rencana pembelajaran dan mengirimkan pada
semua guru anggota kelompok, agar mereka Pada tahap plan dilakukan identifikasi
tahu bagaimana pembelajaran akan masalah yang ada di kelas yang akan digunakan
dilaksanakan di kelas , g) Para guru dapat untuk kegiatan lesson study dan perencanaan
mempelajari kembali tentang rencana alternatif pemecahannya. Identifikasi masalah
pembelajaran tersebut dan mempertim- dalam rangka perencanaan pemecahan masalah
bangkannya dari berbagai aspek pengalaman tersebut berkaitan dengan pokok bahasan (materi
pembelajaran yang mereka miliki, khususnya pelajaran) yang relevan dengan kelas dan jadwal
difokuskan pada hal-hal yang penting seperti: pelajaran, karakteristik siswa dan suasana kelas,
hal-hal yang akan dilakukan guru, pemahaman metode / pendekatan pembelajaran, media, alat
siswa, proses pemecahan oleh murid, dan peraga dan evaluasi proses dan hasil belajar.
kemungkinan yang akan terjadi dalam Dari hasil identifikasi tersebut didiskusikan
implementasi pembelajarannya, h) Guru yang (dalam kelompok lesson study) tentang
ditunjuk tersebut melaksanakan rencana pemilihan materi pembelajaran, pemilihan
pembelajaran di kelas, sementara guru yang metode dan media yang sesuai dengan
lain bersama dosen / pakar mengamati sesuai karakteristik siswa, serta jenis evaluasi yang akan
dengan tugas masing-masing untuk memberi digunakan. Pada saat diskusi, akan muncul
masukan pada guru. Pertemuan refleksi segera pendapat dan sumbang saran dari para guru dan
dilakukan secepatnya kegiatan pelaksanaan pakar dalam kelompok tersebut untuk
pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari menetapkan pilihan yang akan diterapkan. Pada
guru observer, dan akhirnya komentar dari tahap ini, pakar dapat mengemukakan hal-
dosen atau pakar luar tentang keseluruhan hal penting/baru yang perlu diketahui dan
proses serta saran sebagai peningkatan diterapkan oleh para guru, seperti pendekatan
pembelajaran konstruktif, pendekatan pem-
pembelajaran, jika mereka mengulang di kelas
belajaran yang memandirikan belajar siswa,
masing-masing atau untuk topik yang berbeda.
pembelajaran konstektual, pengembangan life
Dari delapan tahapan di atas tampak
skill, Realistic Mathematic Education,
adanya upaya penyusunan dan perbaikan
pemuktahiran materi ajar, atau lain-nya yang
rencana pembelajaran yang berulang-ulang
dapat digunakan sebagai pertimbangan
untuk memperoleh rencana pembelajaran yang
dalam pemilihan tersebut.
baik. Dalam implementasi lesson study yang
Hal yang penting pula untuk didiskusikan
dilakukan oleh IMSTEP-JICA di Indonesia, Sato,
adalah penyusunan lembar observasi, terutama
dkk (2005) mengenalkan lesson study yang penentuan aspek-aspek proses pembelajaran
berorientasi pada praktik. Lesson study yang dan indikator-indikator itu disusun berdasarkan
dilaksanakan tersebut terdiri atas 3 tahap perangkat pembelajaran yang dibuat serta
pokok, yakni : kompetensi dasar yang ditetapkan untuk dimiliki
1. Merencanakan pebelajaran dengan penggalian siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
akademis pada topik dan alat-alat pembela- Pada tahap do seorang guru yang telah
jaran yang digunakan, y ang selanjutnya di- ditunjuk (disepakati) oleh kelompokkan,
sebut tahap plan. melakukan implementasi rencana pelaksanaan
2. Melaksanakan pembelajaran yang mengacu pembelajaran (RPP) yang telah disusun tersebut,
pada rencana pembelajaran dan alat-alat di kelas. Pakar dan guru lain melakukan observasi
yang disediakan, serta mengundang rekan- dengan menggunakan lembar observasi yang
rekan sejawat untuk mengamati. Kegiatan ini telah dipersiapkan dan perangkat lain yang
disebut tahap Do.
298
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, no. 4, Oktober-Desember 2016

diperlukan. Para observer ini mencatat hal-hal Efektivitas Pembelajaran


positif dan negatif dalam proses pembelajaran, Dalam ranah kajian perilaku organisasi,
terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa. Steers (1985) mengemukakan tiga pendekatan
Selain itu (jika memungkinkan), dilakukan dalam memahami efektivitas. Pendekatan-
rekaman video (audio visual) yang mengclose- pendekatan tersebut antara lain pendekatan
up kejadian-kejadian khusus (pada guru dan tujuan (the goal optimazion approach),
siswa) selama pelaksanaan pembelajaran. Hasil pendekatan sistem (sistem theory approach), dan
rekaman ini berguna nantinya sebagai bukti pendekatan kepuasan partisipasi (participant
autentik kejadian-kejadian yang perlu satisfaction model).
didiskusikan dalam tahap refleksi atau pada 1. Pendekatan Tujuan. Suatu organisasi
seminar hasil lesson study, di samping itu dapat berlangsung dalam upaya mencapai suatu
digunakan sebagai bahan diseminasi kepada tujuan. Oleh karena itu, dalam pendekatan
khalayak yang lebih luas. ini efektivitas dipandang sebagai goal
Selesai praktik pembelajaran, segera attainment/goal optimazion atau pencapaian
dilakukan refleksi. Pada tahap refleksi ini, guru asaran dari upaya bersama. Derajat pencapai
yang tampil dan para observer serta pakar an sasaran menunjukkan derajat efekjtivitas.
mengadakan dikusi tentang pembelajaran yang Suatu program dikatakan efektif jika tujuan
baru saja dilakukan. Diskusi ini dipimpin oleh akhir program tercapai. Dengan perkataan
Kepala madrasah, koordinator kelompok, atau lain, pencapaian tujuan merupakan indikator
guru yang ditunjuk oleh kelompok. Pertama utama dalam menilai efektivitas.
guru yang melakukan implementasi rencana 2. Pendekatan Sistem. Pendekatan ini meman-
pembelajaran diberi kesempatan untuk dang efektivitas sebagai kemampuan organisasi
menyatakan kesan-kesannya selama dalam mendayagunakan segenap potensi
melaksanakan pembelajaran, baik terhadap lingkungan serta memfungsikan semua unsur
dirinya maupun terhadap siswa yang dihadapi. yang terlibat. Efektivitas diukur dengan
Selanjutnya observer (guru lain dan pakar) meninjau sejauh mana berfungsinya unsur-
menyampaikan hasil analisis data observasi- unsur dalam sistem untuk mencapai tujuan.
nya, terutama yang menyangkut kegiatan 3. Pendekatan Kepuasan Partisipasi. Dalam
siswa selama berlangsung pembelajaran yang pendekatan ini, individu partisipasi ditempat
disertai dengan pemutaran video hasil rekaman kan sebagai acuan utama dalam menilai
pembelajaran. Selanjutnya, guru yang efektivitas. Hal ini didasarkan pada asumsi
melakukan implementasi tersebut akan bahwa keberadaan organisasi ditentukan
memberikan tanggapan baik atas komentar oleh kualitas partisipasi kerja individu. Selain
para observer. Hal yang penting pula dalam itu, motif individu dalam suatu organisasi
tahap refleksi ini adalah mempertimbangkan merupakan faktor yang sangat menentukan
kembali recana pembelajaran yang telah disusun kualitas partisipasi. Sehingga, kepuasan
sebagai dasar untuk perbaikan rencana individu menjadi hal yang penting dalam
pembelajaran berikutnya rencana pembelajaran mengukur efektivitas organisasi.
berikutnya. Apakah rencana pembelajaran
tersebut telah sesuai dan dapat meningkatkan Dari tiga pendekatan dalam menilai
performance keaktifan belajar siswa. Jika efektivitas organisasi diatas, bisa ditarik
belum ada kesesuaian, hal-hal apa saja yang kesimpulan berkenaan dengan efektivitas
belum sesuai, metode pembelajarannya, pembelajaran bahwa efektivitas suatu program
materi dalam LKS, media atau alat peraga, pembelajaran berkenaan dengan masalah
atau lainnya. Pertimbangan-pertimbangan pencapaian tujuan pembelajaran, fungsi dari
ini digunakan untuk perbaikan rencana unsur-unsur pembelajaran, serta tingkat
pembelajaran. kepuasan dari individu-individu yang terlibat
dalam pembelajaran.

299
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, no. 4, Oktober-Desember 2016

Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam pegembangan kualitas, pemeliharaan kuantitas,


proses pembelajaran setiap elemen berfungsi dan perbaikan kualitas atau mutu dari berbagai
secara keseluruhan, peserta merasa senang, kelompok dalam organisasi, sehingga
puas dengan pembelajaran, membawa kesan, meningkatkan produktivitas dan pelayanan ke
sarana / fasilitas memadai, materi dan metode tingkat yang lebih ekonomis yang menimbulkan
affordable, guru profesional. Tinjauan utama kepuasan semua pelanggan (Hasibuan, 2000 : 219).
efektivitas pembelajaran adalah outputnya, Pengembangan kualitas merupakan tujuan yang
yaitu kompetensi siswa. ingin dicapai dari program produktif.
Efektivitas dapat dicapai apabila semua Pemeliharaan kuantitas menyangkut jumlah
unsur dan komponen yang terdapat pada sistem input, output, dan pemberdayaannya secara
pembelajaran berfungsi sesuai dengan tujuan seimbang. Dasar dari konsep TQC adalah
dan sasaran yang ditetapkan. Efektivitas mentalits, kecakapan, manajemen partisipatif
pembelajaran dapat dicapai apabila rancangan dengan sikap mental yang mengutamakan
pada persiapan, implementasi, dan evaluasi kualitas dan totalitas kerja. Mentalitas adalah
dapat dijalankan sesuai prosedur serta sesuai kesediaan bekerja sungguh-sungguh, jujur dan
dengan fungsinya masing-masing. bertanggungjawab dalam mengerjakannya.
Efektivitas pembelajaran dapat diukur Selanjutnya, Hasibuan (2000 : 218)
dengan mengadaptasi pegukuran efektivitas menyebutkan beberapa mentalitas dasar TQC
pelatihan yaitu melalui validasi dan evaluasi yang harus dijadikan parmeter dalam mengukur
(Lesli Rae, 2001 : 3). tingkat efektivitas pelatihan, antara lain
Untuk mengukur keberhasilan sebagai berikut:
pembelajaran harus ditetapkan sejumlah 1. Adanya kerja sama dan partisipasi total.
fakta tertentu, antara lain dengan menjawab Tujuannya adalah berorientsi pada tanggung
pertanyaan-pertanyaan berikut ini: a) Apakah jawab kelompok, bersedia membuat lebih /
pembelajaran mencapai tujuannya?, b) Apakah berpartisipasi dalam bidang yang berhubu-
pembelajaran memenuhi kebutuhan siswa ngan, menciptakan kesadaran kelompok, dan
dan dunia usaha?, Apakah siswa memiliki saling menghargai satu sama lain.
keterampilan yang diperlukan didunia kerja?, 2. Berorientasi pada mutu. Maksudnya adalah
Apakah keterampilan tersebut diperoleh siswa disesuaikan dengan permintaan dan standar
sebagai hasil dari pembelajaran?, Apakah nya adalah tidak ada cacat / kesalahan (zero
pelajaran yang diperoleh diterapkan dalam mistakes) serta ukurannya adalah biaya yang
situasi pekerjaan yang sebenarnya?, Apakah tidak terlalu banyak dikeluarkan.
pembelajaran menghasilkan lulusan yang 3. Hubungan atasan dan bawahan secara harmonis.
mampu bekerja dengan efektif dan efisien? Maksudnya adalah terjalinnya hubungan yang
(diadaptasi dari Rae, 2001 : 5). baik antara pihak dan manajemen (pimpinan
Efektivitas pembelajaran merupakan sekolah dan pimpinan program keahlian)
permasalahan yang kompleks dan multi- dengan para guru, saling memotivasi dan mem-
dimensional. Penyelenggaraan program berikan dukungan dalam setiap penyeleng-
produktif sebagai bagian dari proses pendidikan garaan kegiatan pembelajaran.
dan latihan harus dipandang sebagai suatu
kekuatan yang komprehensif dan utuh. Oleh Kesiapan guru dalam penugasan bidang
karena itu, selain melakukan evalusi intensif keilmuan yang menjadi kewenangannya,
terhadap pelaksanaan pembelajaran produktif, merupakan modal dasar bagi terlaksananya
perlu diterapkan konsep Total Quality Control pembelajaran yang efektif. Guru yang profesional
(TQC) dalam pelaksanaan pembelajaran. dituntut untuk memiliki persiapan dan
Total Quality Control atau Pengandalian penguasaan yang cukup memadai, baik dalam
MutuTerpadu merupakan suatu sistem yang bidang keilmuan maupun dalam merancang
efektif untuk mengintegrasikan usaha-usaha program pembelajaran yang disajikan. Selain itu,

300
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, no. 4, Oktober-Desember 2016

pelaksanaan pembelajaran menggambarkan Selain faktor guru, keberhasilan proses


dinamika kegiatan belajar siswa yang dipandu pembelajaran banyak bertumpu pada sikap dan
dan dibuat dinamis oleh guru. Untuk itu, guru cara belajar siswa, baik perorangan maupun
semestinya memiliki pengetahuan, kemampuan kelompok. Selain itu, tersedianya sumber belajar
dan keterampilan dalam mengaplikasikan dengan memanfaatkan media pembelajaran
metoologi dan pendekatan pembelajaran secara secara tepat merupakan faktor pendorong dan
tepat. Kompetensi profesionali dari guru perlu pemelihara kegiatan belajar siswa yang
dikombinasikan dengan kemampuan dalam produktif. Memelihara suasana pembelajaran
memahami dinamika dan perkembangan yang yang dinamis dan menyenangkan merupakan
dijalani oleh para siswa. kondisi esensial dalam proses pembelajaran.
Beberapa aspek yang menjadi orientasi ke Dalam hal ini, perlu ditanamkan persepsi positif
arah pencapaian efektivitas pembelajaran dalam pada setiap diri siswa, bahwa kegiatan
perspektif guru dipaparkan oleh Djam’an Satori, pembelajaran merupakan peluang bagi mereka
et.al. (2003 : 44-52) sebagai berikut: untuk menggali potensi diri sehingga mampu
1. Apresiasi Guru Terhadap Pengembangan menguasai kompetensi yang diperlukan untuk
Kurikulum dan Implikasinya. Guru dituntut kehidupannya kelak.
mempunyai kemampuan dalam pengem-
bangan kurikulum secara dinamik sesuai Metode Penelitian
dengan potensi sekolah dengan berdasarkan Ditinjau dari tingkat eksplanasinya, jenis
pada prinsip-prinsip di bawah ini. (a) Keseim- penelitian ini termasuk deskriptif. Sedang yang
bangan etika, logika, estetika dan kinetika (b) dideskripsikan adalah gambaran yang lengkap
Kesamaan memperoleh kesempatan bagi tentang a) informasi –informasi yang diper-
semua siswa (c) Kesiapan menghadapi abad oleh peneliti dari pelaksanaan lesson study, b)
pegetahuan dan tantangan teknologi seberapa baik praktek pembelajaran yang
informasi. (d) Pengembangan keterampilan dilakukan oleh guru model lesson study.
hidup. (e) Berpusat pada anak sebagai Penelitian ini mengambil lokasi di
pembangun pengetahuan. (f) Penilaian ber- Madrasah Tsanawiyah Negeri Prigen, Pasuruan
kelanjutan dan komprehensif. Jatim. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut
2. Kreatifitas guru dalam aplikasi teknologi adalah: a) Madrasah tersebut menjadi bagian dari
pembelajaran guru dituntut mempunyai proyek sosialisasi JAICA dengan dinas/mapenda
pemahaman konsep teoritis dan praktis Kabupaten Pasuruan, b) semua guru-guru di
berkenaan dengan desain, pengembangan, Madrasah tersebut telah memahami lesson study
pemakaian, manajemen, dan evaluasi dengan baik, c) Secara periodik guru-guru di
pembelajaran serta pegelolaan sumber Madrasah tersebut telah melakukan open kelas
belajar. Pembelajaran yang memiliki efektivi- lesson study, d) Aktivitas dan hasil belajar siswa
tas tinggi ditunjukkan oleh sifatnya yang masih kurang, e) Peneliti sedang melaksanakan
menekankan pada pemberdayaan peserta Diklat Di Tempat Kerja (DDTK) berbasis lesson
didik. Pembelajaran bukan sekedar penekanan study di lokasi penelitian
pada penguasaan pengetahuan tentang apa Subyek penelitian guru-guru sekaligus
yang diajarkan, akan tetapi lebih menekankan peserta DDTK sebanyak 30 orang dan siswa
pada internalisasi tentang apa yang diajarkan kelas VII a, VIIb, VII c, VIId, dan VIIIam dan
sehingga tertanam dalam jiwa anak dan ber- waktu penelitian antara tanggal 5-8 April 2016.
fungsi sebagai muatan nurani dan hayati serta Data diperoleh dengan cara observasi dan
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dokumentasi. Adapun yang diamati adalah
oleh peserta didik. Bahkan pembelajaran kegiatan pada tahap plan, do, dan see.Yang
lebih menekankan pada peserta didik agar termasuk dokumen yang dikumpulkan peneliti
mau belajar bagaimana cara belajar yang adalah profil madrasah, hasil - hasil yang
produktif. diperoleh pada saat kegiatan plan, do, dan see.

301
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, no. 4, Oktober-Desember 2016

Data yang akan dianalisis adalah data cara B. Tingkat Ketercapaian pelaksanaan tahap do
merencanakan dan mengajar guru, cara guru Hasil analisa data ketercapaian guru dalam
melakukan obervasi dan refleksi, aktivitas pelaksanaan tahap do terdapat pada tabel 2
siswa, dan data hasil belajar siswa. Analisis data berikut :
dilakukan dengan cara menentukan persentase Tabel 2. Analisis Data Tingkat Ketercapaian
taraf keberhasilan. Pelaksanaan Tahap do
Kelompok
Hasil Penelitian dan Pembahasan No Subyek Aspek
Do IPA IPS PAI BH S SENI
Data hasil penelitian terdiri dari tiga Ketepatan penggunaan
4 3 3 4 4
macam, yaitu data ketercapaian tahap plan, do, metode pembelajaran
dan see. Selanjutnya analisa dari ketiga data Ketepatan penggunaan
4 3 3 4 4
Guru media pembelajaran
tersebut dipaparkan sebagai berikut: 1
Penggunaan bahan ajar 4 3 3 3 4
A. Tingkat Ketercapaian pelaksanaan tahap Plan Pengkondisian belajar 4 4 3 4 4
Hasil analisa data ketercapaian guru dalam Ketepatan instrumen 3 3 3 3 3
merencanakan pembelajaran pada tabel 1 evaluasi

berikut : Rata-rata 3,67 3,17 3,00 3,50 3,67


3,64
Tabel 1 Analisis Data Tingkat Ketercapaian Keaktifan bertanya 4 3 3 4 3
Pelaksanaan Tahap Plan Keaktifan mengerjakan
4 4 3 4 4
Kelompok Bidang Studi tugas
No KOMPONEN
IPA IPS PAI BHS SENI Kepuasan dalam belajar 4 3 4 4 4
2 Siswa
Kesesuaian tujuan pembelajaran Tingkat hasil belajar 3 3 3 4 4
1 4 3 3 4 4
dengan kurikulum Keaktifan mengikuti
4 3 4 4 4
2 Pengidentifikasi masalah 4 4 3 4 4 pelajaran
pembelajaran 3,80 3,20 3,40 4,00 3,80
Rata-rata
3 Ketepatan penentuan metode 4 3 3 4 4 3,64
pembelajaran Ketepatan melakukan
4 4 4 4 4
4 Ketepatan penentuan media 4 3 3 4 4 observasi
Observer

pembelajaran
3 Keseuaian peran sebagai 4 4 4
Pengembangan rencana 4 4
5 4 3 3 4 4 observasi
pembelajaran
Pemberian kenyamanan 4 4 4
Kesesuaian teaching materials 4 4
6 3 3 3 4 3 pada siswa
dengan tujuan pembelajaran
Rata-rata 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
7 Kesesuaian Lembar Kerja Siswa 3 7 3 3 3
4,00
8 Ketepatan soal ulangan 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 Pada tabel 2 diketahui bahwa a) guru
Rata-rata
3,43 (cukup) sudah cukup baik dalam melakukan praktek
pembelajaran terutama dalam melakukan
Dari analisa data tersebut dapat
pengkondisian siswa belajar. Guru sudah sudah
disimpulkan bahwa guru di Madrasah
mampu menggunakan metode, media, LKS,
Tsanawiyah Negeri Prigen sudah cukup mampu
bahan ajar dan alat evaluasi, b) siswa sudah
untuk merencanakan pembelajaran terutama
cukup baik dalam mengikuti pembelajaran.
pada guru mata pelajaran Bahasa, IPA, dan seni
Siswa aktif dalam bertanya, mengerjakan tugas,
budaya. Guru-guru sudah baik dalam
dan mengikuti kegiatan pembelajaran yang lain
mengidentifikasi masalah, merumuskan tujuan
. Hasil belajar siswa sudah cukup baik terutama
pembelajaran, menentukan media dan model
pada mata pelajaran bahasa dan seni budaya.
pembelajaran. Walaupun demikian guru-guru
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran sudah
perlu berlatih lebih sering berkaitan dengan
berjalan dengan efektif. Pembelajaran dikatakan
membuat lembar kerja siswa (LKS) dan membuat
efektif apabila dalam proses pembelajaran
soal evaluasi.

302
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, no. 4, Oktober-Desember 2016

setiap elemen berfungsi secara keseluruhan, berarti lesson study di MTs N Prigen sudah
peserta didik merasa senang, puas dengan menjadi budaya di masrasah tersebut. Penerapan
pembelajaran, membawa kesan, sarana / lesson study membuat siswa lebih aktif belajar.
fasilitas memadai, materi dan metode Siswa yang aktif belajar menunjukkan
affordable, guru professional (Steers , 1985). pembelajaran telah berjalan dengan baik. Selain
Berati pula penerapan lesson study dapat faktor guru, keberhasilan proses pembelajaran
meningkatan efektivitas praktek pembelajaran banyak bertumpu pada sikap dan cara belajar
di MTs Negeri Prigen. siswa, baik perorangan maupun kelompok. Selain
itu, tersedianya sumber belajar dengan
C. Tingkat Ketercapaian pelaksanaan tahap see memanfaatkan media pembelajaran secara
Hasil analisa data ketercapaian guru dalam tepat merupakan faktor pendorong dan
pelaksanaan tahap see terdapat pada tabel 3 pemelihara kegiatan belajar siswa yang
berikut produktif (Djam’an Satori, et.al. 2003).
Tabel 3 Analisis Data Tingkat Ketercapaian
Pelaksanaan Tahap see Penutup
A. Kesimpulan
Kelompok Bidang Studi
No KOMPONEN Lesson study dapat meningkatkan
IPA IPS PAI BHS SENI
efektivitas praktek pembelajaran di MTs Negeri
1 Kesesuaian peran sebagai guru 3 4 4
4 3 Prigen. Hal ini dapat dirinci dengan indikator
model
2 Kesesuaian sebagai observer 4 4 4 4 4 ketercapaian efektivitas pembelajaran
3 Kesesuaian sebagai moderator 4 3 3 4 4 sebagai berikut :
4 Kesesuaian sebagai nara sumber 4 4 4 4 4 1. Guru-guru di MTs Negeri Prigen sudah cukup
5 Kesesuaian sebagai notulen 3 3 3 3 4 baik dalam menerapkan lesson study.
Kesesuaian sebagai kepala 4 4 4 4 4 2. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru model
6
sekolah dalam pembelajaran lesson study sudah cukup
Rata-rata
3,83 3,50 3,67 3,83 4,00 baik.
3,77 (baik) 3. Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
juga sudah baik.
Pada Tabel 3 diketahui guru mampu
melakukan tahap see dengan baik. Guru sudah B. Saran
mampu berperan sebagai guru model, observer, 1. Pentingnya pengkondisian bagi guru dalam
moderarator, nara sumber, notulen dengan baik bentuk kegiatan lesson study dalam mening -
terutama peran sebagai kepala madrasah. Secara katkan efektivitas pembelajarannya.
keseluruan guru-guru sudah mampu menerapkan 2. Pentingnya bagi Mapenda untuk segera
kegiatan lesson study dengan cukup baik. Ini melakukan lesson study di tingkat kabupaten
/ kota dalam bentuk MGMP. []

Daftar Pustaka
Garfield, J. (2006). Exploring the Impact of Lesson Study on Developing Effective Statistics Curriculum.
(Online): diambil tanggal 19-6-2006 dari: www.stat.auckland.ac.nz/-iase/publication/-11/
Garfield.doc Handoko, T.Hani.
(2001). Manajemen, Edisi 2. Yogyakarta : BPFE UGM.
Iman, Muis Saad. (2004). Pendidikan Partisipatif. Yogyakarta: Safira Insania Press
Isjoni.(2003, 4 November). SMK dan Permasalahannya. Artikel Pendidikan Network [online], halaman
1. Tersedia : http://re-searchengines.com/isjoni3.html.[8 Desember 2007]
Kartadinata, Sunaryo. (2007). Tingkatkan Kualitas SDM melalui Pendidikan Kejuruan. Pikiran Rakyat (24
Oktober 2007)

303
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, no. 4, Oktober-Desember 2016

Lewis, Catherine C. (2002). Lesson study: A Handbook of Teacher-LedInstructional Change. Philadelphia,


PA: Research for Better Schools, Inc
Marwansyah, & Mukaram. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pusat Penerbit
Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung.
Oxford University. (2001). Concise Oxford Dictionary, Tenth Edition. [CD-ROM]. Oxford: Oxford University
Press.
Oxford University. (2003) Oxford Leaner’s Pocket Dictionary, Third Edition.Oxford: Oxford University
Press
Robinson, Naomi. 2006. Lesson Study: An example of its adaptation to Israelimiddle school teachers
(Online): stwww.weizmann.ac.il/G-math/ICMI/ Robinson_proposal.doc
Richardson, J. 2006. Lesson study: Teacher Learn How to Improve Instruction. Nasional Staff
Development Council . (Online): www.nsdc.org. 03/05/06.
Saito, E., Imansyah, H. dan Ibrohim. 2005. Penerapan Studi Pembelajaran di Indonesia: Studi Kasus
dari IMSTEP . Jurnal Pendidikan “Mimbar Pendidikan”, No.3 Th. XXIV: 24-32.
Saito, E., (2006). Development of school based in-service teacher trainingunder the Indonesian
Mathematics and ScienceTeacher Education Project .Improving Schools. Vol.9 (1): 47-59
Satori, Djam’an, et all. (2003). Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Jawa Barat. Bandung:
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Steers, Richard M.et al. (1985). Efektifitas Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Robbin, Stephen P. (2001). Organizational Behaviour. New Jersey: PearsonEducational International..
Steers, Richard M. et al (1985). Efektifitas Organisasi. Jakarta: Erlangga
Sukmadinata, Nana. S. (2002). Pengendalian Mutu Sekolah Menengah: Konsep, Prinsip, dan Instrumen.
Bandung: Remaja Rosda Karya.

(Footnotes)
1 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen; Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 2-3

304

Anda mungkin juga menyukai