Anda di halaman 1dari 13

319

REVITALISASI HUKUM ADAT SEBAGAI SUMBER HUKUM


DALAM MEMBANGUN SISTEM HUKUM INDONESIA
Lastuti Abubakar
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung
E-mail: lastutiabubakar@unpad.ac.id

Abstract

The existence of adat law as a legal source has been neglected. Due to the thinking that Adat Law
has traditional nature and has no ability adapt with modern life. Hence it necessary to fnd relevant
Adat law to cope problems of Indonesia within globalization era. It is important to know the urgency
of adat law as foundation of national legal development policy. This research was conducted
through analitycal descriptive methods with normative juridical approach.data were collected
through literature research that were analyzed qualitatively through juridical interpretation based
on relations between legal principles, norms as well theories within phenomenon in the society.
Research shows that adat law as institution (heritage, indigenous rights, pawn, rent, production
sharing.etc) still relevant with national legal development. Partially, those institutions had been
codified within national legislations. In addition, it may also become such inspiration the national
legal development in regards to finding of law.

Key words: revitalization, adat law, source of law

Abstrak

Pengabaian keberadaan hukum adat sebagai salah satu sumber hukum di Indonesia, salah satunya
karena anggapan bahwa hukum adat sangat bersifat tradisional dan tidak dapat menjangkau
perkembangan jaman (globalisasi dan teknologi). Penelitian ini mengkaji bidang-bidang hukum adat
manakah yang masih relevan dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi bangsa
Indonesia dalam era globalisasi, dan bagaimanakah urgensi hukum adat sebagai landasan kebijakan
pembangunan hukum nasional. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitis
dengan pendekatan yuridis normatif, dimana data dan informasi yang akan dikumpulkan baik dari segi
pengkajiannya maupun dari segi pengelolaannya dilakukan secara interdisipliner dan multidisipliner
serta lintas sektoral. Data dan informasi tersebut kemudian dianalisis secara yuridis normatif dengan
mendalam sehingga diperoleh gambaran mengenai hukum adat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian pranata hukum adat antara lain hukum waris, hak ulayat, gadai,sewa, bagi hasil masih
relevan dan dapat menjadi sumber inspirasi pembentukan hukum nasional dan menjadi sumber
hukum dalam proses penemuan hukum.

Kata kunci: revitalisasi, hukum adat, sumber hukum

Pendahuluan dar eksistensinya. Saat ini, dalam kenyataan


Eksistensi hukum adat sebagai living law1 empiriknya kadangkala banyak bermunculan
bangsa Indonesia semakin hari semakin termar- berbagai masalah yang dihadapi masyarakat
ginalkan. Hukum adat yang semula menjadi hu- adat Indonesia ketika hukum adat berhadapan
kum yang hidup dan mampu memberikan solusi dengan hukum positif. Contohnya ketika hak-
dalam berbagai permasalahan pergaulan hidup hak tradisional masyarakat berhadapan dengan
masyarakat Indonesia, semakin hari semakin pu- kepentingan investor melalui sarana hukum ne-
gara.2 Perkembangan Sistem Hukum Indonesia
1
Mason C Hoadley, “The Leiden Legacy: Concepts of Law
in Indonesia (Review)”, Journal of Social Issues in
2
Southeast Asia, Vol. 21 No. 1 April 2006, di download M. Syamsudin, “Beban Masyarakat Adat Menghadapi Hu-
dari http://muse.jhu.edu/journals/soj/summary/v021/ kum Negara”, Jurnal Hukum, Vol. 15 No. 3 Juli 2008,
21.1.hoadley.html tangal 7 Spetember 2012 pkl 9.15. hlm. 338-351, di download dari Http://journal.uii.ac.id/

1
320 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 2 Mei 2013

yang cenderung lebih memilih civil law dan mecahan permasalahan di masyarakat yang me-
common law system3 dan politik hukum Indone- nafikan hukum Adat, yang sebenarnya lebih re-
sia yang mengarah pada kodifikasi dan unifikasi levan. Sebagai contoh, maraknya konflik hori-
hukum, mempercepat lenyapnya pranata hukum zontal, antara masyarakat adat di satu wilayah,
adat. Bahkan tidak dapat dipungkiri kenyataan seharusnya dapat diselesaikan melalui peran
ini bahwa saat ini, terkait aktivitas ekonomi, lembaga penyelesaian masyarakat adat.8 Masa-
hukum positif bertransformasi menuju sistem lah krusial yang timbul dalam keseharian adalah
hukum Islam (syariah).4 Dapat dikatakan bahwa perbedaan persepsi antara penguasaan tanah
dalam aktivitas bisnis seperti hukum perseroan, oleh masyarakat berdasarkan hak ulayat dengan
hukum pembiayaan baik dalam perbankan, kepentingan umum yang menjadi beban dan
pasar modal dan asuransi serta hukum kontrak kewajiban negara.9 Contoh lain adalah gagasan
berlaku dualisme sistem hukum, yakni konven- agar dasar patut dipidananya suatu perbuatan
sional dan syariah.5 Terkait dengan eksistensi diperluas ke ranah nilai hukum adat.10
prinsip syariah dalam aktivitas ekonomi, penulis Perjalanan sejarah berlakunya hukum di
berpendapat bahwa justru pranata hukum adat Indonesia mencatat bahwa banyak para ahli hu-
yang berkenaan dengan aktivitas ekonomi ba- kum justru mempelajari hukum adat sebagai hu-
nyak memiliki kesamaan pandangan dengan kum yang hidup di masyarakat Indonesia. Van
prinsip syariah, antara lain mengutamakan prin- Vollenhoven misalnya, menyatakan bahwa apa-
sip keseimbangan, larangan eksploitasi tanpa bila “seseorang ingin mendapatkan pengetahuan
batas dan pembangunan berkelanjutan.6 Dengan dan keterangan tentang hukum yang hidup di
demikian, saat ini selain hukum Adat, maka bumi ini, justru karena keragaman bentuknya
prinsip syariah pun menjadi sumber pembentuk- pada zaman lampau dan sekarang, maka kese-
an hukum nasional.7 luruhan aturan Hindia (baca: di Indonesia) me-
Semakin terpinggirkannya keberadaan hu- rupakan suatu sumber yang tak kunjung kering
kum adat sebagai salah satu sumber hukum di untuk dipelajari. Pernyataan ini mengandung
Indonesia, salah satunya karena anggapan bah- pengakuan bahwa pluralisme hukum di lingkung-
wa hukum adat sangat bersifat tradisional dan an adat merupakan hal yang unik, menarik dan
tidak dapat menjangkau perkembangan jaman merupakan ciri masyarakat Indonesia. Kusni Su-
(globalisasi dan teknologi). Implikasi dari politik lang (Anggota Lembaga Kebudayaan Dayak Pa-
hukum Indonesia ini dirasakan pula di dalam pe- langka Raya) bahkan menegaskan bahwa kema-
jemukan hukum adat sebagai rahmat.11 Pluralis-
me hukum mampu menjadi pemersatu, menjadi
index-php/jurnalfakultas.hukum/article/viewfile/33/
1839 tanggal 1 Oktober 2012 pkl 09.00
3
Common law system mengakui customary law sebagai
8
sumber hokum yang digunakan dalam memutuskan suatu J. Sahalessy, “Peran Latupati Sebagai Lembaga Hukum
perkara. Lihat Bederman, David J, “Rhe Customary Law Adat Dalam Penylesaian Konflik Antar Negeri Di
of Hal And Ruth”, Emory Law Journal, Vol. 57 Issue 6 Kecamatan Leihitu Propinsi Maluku”, Jurnal Sasi, Vol. 17
tahun 2008, hlm. 1399-1401. di download dari http:// No. 3 Juli-September 2011, hlm. 45. Institusi Adat (La-
web.ebscohost.com/ehost/delivery?sid=7b85a34b-beea- tupati) di kecamatan Leihitu-Maluku merupakan alterna-
4ad6, tanggal 1 Oktober 2012, pkl 10.00. tif yang efisien dalam penyelesaian konflik horizontal
4
Lastuti Abubakar, ”Implikasi Aktivitas Ekonomi Syariah dalam rangka menciptakan perdamaian antar negeri
Terhadap Perkembangan Hukum Ekonomi di Indonesia”, Adat di Kemacamatan Leihitu. Lihat pula Renny H Nen-
artikel dalam Jurnal Legal Review, Vol. I No. 2 De- disa, “Eksistensi Lembaga Adat Dalam Pelaksanaan Hu-
sember 2010, hlm. 165-168. kum Sasi Laut di Maluku Tengah”, Jurnal Sasi, Vol. 15
5
Lahirnya Undang-undang No. 21 Tahun 2008Tentang No. 4 Oktober-Desember 2010,.
9
Perbankan Syariah menegaskan dualisme hukum di Rosmidah, “Pengakuan Hukum Terhadap Hak Ulayat Ma-
bidang hukum perbankan. syarakat Hukum Adat Dan Hambatan Implementasinya”,
6
Lihat juga Mehmet Asutay, 2009, An Introduction to Inovatif, Jurnal Ilmu Hukum Vol. 2 No. 2, 2010 di
Islamic Moral Economy, Durham University: School of download dari http://online-journal.unja.ac.id/index.
Government and International Affairs, hlm. 32-41. php/jimih/article/view/370/287.
7 10
Lihat juga Jan Michiel Otto, “Rule of Law, Adat Law and Reimon Supusesa, “Eksistensi Hukum Delik Adat dalam
Sharia: 1901, 2001 and Monitoring The Next Phase”, Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana Di Maluku Te-
Hague Journal on The Rule of Law, 1: 15-20, 2009, di ngah”, Jurnal Mimbar Hukum Vol. 24, No. 1 Februari
download dari http ://search.proquest.com/doc.view/ 2012, hlm 1-186.
11
2175.38639/fulltextpdf/139/FE545647C131B, pada tang- Kusni Sulang, “Kemajemukan Hukum Adat Sebagai Rah-
gal 1 Oktober 2012 pkl 09.45. mat”, e-Jurnal Toddpuli, 20 Februari 2011, hlm. 1

2
Revitalisasi Hukum Adat Sebagai Sumber Hukum dalam Membangun Sistem Hukum Indonesia 321

solusi bah-kan menciptakan ketentraman dalam hampir di setiap lingkaran hukum (rechtskring).
pergaulan hidup masyarakat.12 Hingga saat ini, Penyelesaian sengketa melalui musyawarah ini
pluralisme hukum adat di Indonesia yang tum- selalu melibatkan kepala rakyat (ketua adat),
buh kembang secara dinamis mengikuti perkem- baik dalam mencegah adanya pelanggaran hu-
bangan masyarakatnya dengan tetap bertumpu kum (preventieve rechtszorg) maupun memulih-
pada karakteristik masyarakat adat dan pola kan hukum (rechtsherstel).17 Sebaliknya, Indo-
pikir participerend coschmish13 menarik minat nesia memberlakukan Undang-undang Nomor 30
para pakar dari penjuru dunia untuk dijadikan tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Pe-
objek penelitian. Sekedar mengingatkan, saat nyelesaian Sengketa sebagai pilihan penyele-
ini terkait dengan penyelesaian sengketa baik saian di luar pengadilan, yang secara nyata ter-
perdata maupun pidana berkembang metode inspirasi oleh perkembangan penyelesaian seng-
atau pen-dekatan yang dikenal dengan pende- keta di negara dengan common law system.18
katan restoratif (restorative approach),14 yang Selanjutnya, dapat dilihat bahwa dalam rangka
mirip dengan pola pikir participerend coschmish kodifikasi dan unifikasi hukum di Indonesia, ber-
yang dianut oleh masyarakat adat. Implemen- bagai peraturan perundang-undangan mengacu
tasi pemulihan keadaan keseimbangan berdasar- pada sistem hukum common law, civil law dan
kan pola pikir participerend coschmish tersebut, syariah.
menjelma dalam beberapa upacara, pantangan Penerimaan secara utuh sistem hukum
atau ritus (rites de passage)15. Fakta ini menun- lain dalam pembentukan perundang-undangan
jukkan bahwa konsepsi dan pola pikir adat ter- di Indonesia dalam implementasinya kadangkala
nyata bukan saja masih relevan, melainkan menimbulkan benturan dengan rasa keadilan
menjadi inspirasi bagi negara-negara lain untuk masyarakat di Indonesia.19 Contoh konkrit, bi-
mengembangkan hukum guna memenuhi rasa dang hukum ekonomi, khususnya Pasar modal
keadilan masyarakat. misalnya banyak mengembangkan jenis-jenis
Masyarakat adat memiliki pola yang sama perjanjian tidak bernama seperti kontrak in-
dalam menyelesaikan konflik di masyarakat, vestasi kolektif, perjanjian perwaliamanatan,
yakni mengontrol kehidupan dalam masyarakat perjanjian kepialangan, dan transaksi derivatif.
dan menjatuhkan sanksi jika dilanggar sehingga Khusus praktik transaksi derivatif, pengadilan
pemulihan menjadi sangat efektif.16 Contoh masih menggolongkan transaksi derivatif di pa-
lain, Universitas Utrecht berupaya mendorong sar modal sebagai perjanjian untung-untungan
digunakannya musyawarah mufakat model ma- berdasarkan Pasal 1774 KUHPerdata.20 Panda-
syarakat adat Melayu dalam menyelesaikan per- ngan yang keliru tentang transaksi derivatif ini
masalahan yang terjadi. Dalam masyarakat terlihat dari kasus derivatif yang terjadi di du-
Adat, penyelesaian sengketa melalui musyawa- nia perbankan antara Bank Niaga dan Dharmala
rah merupakan hukum yang hidup dan dikenal Agrifood, Bank Niaga dan Suryamas Duta Mak-
mur, Mayora Indah dan Bankers Trust, Bank
12
Penulis memahami fakta kehidupan plural sebagai pe- Credit Lyonnais Indonesia dan PT Nugrasentana.
mersatu inilah yang juga terkandung dalam semboyan Pengadilan beranggapan bahwa transaksi deriva-
“Bhinneka Tunggal Ika”.
13
Pola pikir Prticipernd coschmish bertumpu pada panda-
ngan bahwa alam semesta dengan segala isinya merupa-
17
kan satu kesatuan yang harus senantiasa dijaga keutuh- Soepomo, 2003, Bab Bab Tentang Hukum Adat, Jakarta:
an dan keseimbangannya. Oleh karena itu setiap ganggu- Pradnya Paramita, hlm. 70.
18
an terhadap keseimbangan alam semesta perlu dipulih- Pada periode 1990-1995, materi Arbitrase dan APS me-
kan seperti sediakala. rupakan salah satu agenda dari USAID melalui ELIPS
14
Romli Atmasasmita, 2010, Globalisasi Kejahatan Bisnis, Project yang disosialisasikan di Indonesia dimana penulis
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hlm. 190. menjadi salah satu pesertanya.
15 19
Bushar Muhammad, 2002, Asas Asas Hukum Adat-Suatu Lastuti Abubakar, 2009, Transaksi Derivatif di Indonesia-
Pengantar, Jakarta: Pradnya Paramita, hlm .47. Tinjauan Hukum tentang Perdagangan Derivatif di Bursa
16
Desi Tamarasari, “Pendekatan Hukum Adat Dalam Me- Efek, Bandung: Books Terrace & Library, hlm. 38.
20
nyelesaikan Konflik Masyarakat Pada Daerah Otonomi”, Perjanjian untung-untungan merupakan salah satu jenis
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 2 No. 1 Januari 2002: perikatan alam (natuurlijk verbintenissen) yang memili-
37-47, di download dari Jurnal.ui.ac.id/jkj/article/view ki unsur hutang (schuld), namun tidak memiliki hak tun-
file/1181/1088. tut (haftung).

3
322 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 2 Mei 2013

tif dianggap tidak memenuhi causa yang halal raturan perundang-undangan adalah mutlak ha-
sebagai salah satu syarat sah perjanjian seba- rus memperhatikan nilai-nilai dan norma–norma
gaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata 21. hukum yang hidup dan berlaku dalam masya-
Contoh kasus tersebut membuktikan bahwa pe- rakat. Apabila berlakunya suatu undang-undang
nerimaan sistem hukum tertentu kadangkala su- bertentangan dengan nilai-nilai dan norma–nor-
lit diterapkan dalam masyarakat tertentu. ma hukum yang hidup dan berlaku dalam ma-
Mengingat hukum Adat adalah hukum syarakatnya, tentunya akan mendapat penola-
yang mencerminkan kepribadian dan jiwa bang- kan. Dalam konteks Indonesia, living law masya-
sa, maka diyakini bahwa sebagian pranata hu- rakat Indonesia adalah hukum Adat.
kum Adat sebagian tentu masih relevan menjadi Hukum adat juga dapat dijadikan sebagai
bahan dalam membentuk sistem hukum Indo- sumber hukum oleh hakim jika undang-undang
nesia.22 Hukum Adat yang tidak lagi dapat diper- memerintahkan demikian.23 Hukum Adat meru-
tahankan akan senyap dengan berjalannya wak- pakan hukum yang tidak dikodifikasi di kalangan
tu, sesuai dengan sifat hukum adat yang flek- bangsa Indonesia dan Timur asing (antara lain
sibel dan dinamis (tidak statis). Savigny seba- Tionghoa dan Arab).
gaimana dikutip oleh Soepomo menegaskan bah-
wa Hukum Adat adalah hukum yang hidup, ka- Permasalahan
rena merupakan penjelmaan perasaan hukum Berdasarkan uraian di atas, berkenaan de-
yang nyata dari rakyat. Sesuai fitrahnya sendiri, ngan kedudukan hukum adat sebagai hukum
hukum adat terus menerus dalam keadaan tum- yang hidup dalam masyarakat adat di Indonesia,
buh dan berkembang seperti hidup itu sendiri. ada dua permasalahan yang dibahas pada artikel
Senada dengan Savigny, van Vollenhoven ini. Pertama, bagaimanakah urgensi hukum adat
mengatakan bahwa “hukum adat pada waktu sebagai landasan kebijakan pembangunan hu-
yang telah lampau agak beda isinya, hukum kum nasional? dan kedua, bidang-bidang hukum
adat menunjukkan perkembangan”. Selanjutnya adat manakah yang masih relevan dalam meng-
beliau menegaskan bahwa “hukum adat ber- atasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi
kembang dan maju terus, keputusan-keputusan bangsa Indonesia dalam era globalisasi?.
adat menimbulkan hukum adat”. Mengingat hu-
kum adat sebagai kristalisasi budaya bangsa In- Metode Penelitian
donesia, peneliti meyakini bahwa diperlukan Untuk memudahkan pengerjaan peneliti-
suatu upaya untuk merivitalisasi hukum Adat, an ini maka diperlukan suatu metode peneli-
dan menjadikannya sebagai bagian dari sumber tian, teknik pengumpulan data dan metode pen-
pembentukan hukum nasional. Berkenaan de- dekatan yang relevan. Dalam hal ini digunakan
ngan pembentukan hukum nasional, Mochtar Ku- metode penelitian deskriptif analitis dengan
sumaatmadja menambahkan bahwa hukum itu pendekatan yuridis normatif. Dimana data dan
harus peka terhadap perkembangan masyarakat informasi yang akan dikumpulkan baik dari segi
dan bahwa hukum itu harus disesuaikan dan pengkajiannya maupun dari segi pengelolaannya
menyesuaikan diri dengan keadaan. dilakukan secara interdisipliner dan multidisipli-
Beberapa pemikiran yang terkandung da- ner serta lintas sektoral. Data sekunder berupa
lam teori living law, diantaranya menyatakan bahan hukum primer, sekunder dan tersier serta
bahwa di dalam suatu proses pembentukan pe- informasi tersebut kemudian dianalisis secara
yuridis kualitatif dengan mendalam sehingga di-
21
Berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata, kausa yang halal peroleh gambaran mengenai hukum adat. Tek-
merupakan syarat objektif. Tidak terpenuhinya syarat nik pengumpulan data yang digunakan adalah
objektif mengakibatkan perjanjian batal demi hukum.
22
Lihat Ratna Winahyu Lestari Dewi, “Peranan Hukum
23
Adat dalam Pembangunan Dan Pembangunan KUHP Na- Sulastriyono dan Aristya, “Penerapan norma dan Asas-
sional”, Jurnal Perspektif Vol. X No. 3 Edisi Juli, Tahun Asas Hukum Adat Dalam Praktik Peradilan Perdata”,
2005, di download dari http://www.scribd.com/doc/ Jurnal Mimbar Hukum Vol. 24 No. 1 Februari 2012, hlm
91915003/ratnawinahyulestaridewi2005juli, pada tang- 1-186., di download dari http:// mimbar.hukum.ugm.
gal 13 September2012,pkl 12.00. ac.id/index.php/jmh/article/view/381.

4
Revitalisasi Hukum Adat Sebagai Sumber Hukum dalam Membangun Sistem Hukum Indonesia 323

studi kepustakaan. Hasil studi kepustakaan ke- relevan tersebut diharapkan menjadi sumber
mudian dianalisis dengan menggunakan metode pembentukan unifikasi dan kodifikasi di bidang
analisa data secara kualitatif artinya kesimpulan hukum tertentu. Berdasarkan rambu di atas,
tidak didasarkan pada angka-angka statistik me- maka peneliti melakukan kajian terhadap hu-
lainkan disimpulkan berdasarkan keterkaitan an- kum ketatanegaraan dan hukum perdata adat.
tara asas-asas hukum, kaidah-kaidah hukum dan
teori hukum dengan fenomena yang terjadi da- Susunan Masyarakat Adat (Pemerintahan)
lam masyarakat (melalui interpretasi yuridis). Hukum adat mengenai tata susunan warga
meliputi semua yang mengenai susunan dan
Hasil dan Pembahasan ketertiban dalam persekutuan masyarakat adat.
Hukum adat selain dapat digolongkan ber- Masyarakat adat disatukan oleh persekutuan
dasarkan keragaman sebagaimana terdapat da- hukumnya masing-masing, yang mana perseku-
lam lingkungan-lingkungan hukum (rechtskring), tuan hukum memiliki susunan, alat kelengka-
juga dapat dilihat dari perspektif lain, yakni pan, dan tugas-tugas. Persekutuan hukum me-
dari bidang kajian, yaitu hukum adat mengenai miliki anggota-anggota yang merasa dirinya ter-
tata susunan warga (hukum tata negara), hukum ikat satu sama lainnya, yang bersatu padu, dan
adat mengenai hubungan antar warga (hukum penuh solidaritas. Persekutuan hukum terbentuk
perdata), dan hukum adat tentang delik (hukum berdasarkan faktor geneologis dan teritorial.
pidana).24 Berdasarkan hal tersebut dan untuk Faktor geneologis mengikat orang-orang menu-
mengkaji hukum adat yang masih relevan, di- rut garis keturunan. Berdasarkan garis keturun-
gunakan sebagai sumber pembentukan hukum an terdapat tata susunan hukum yang tersusun
nasional, peneliti terlebih dahulu menetapkan berdasarkan garis keturunan Bapak (patrilineal),
rambu-rambu sebagai berikut. garis keturunan Ibu (matrilineal), dan berdasar-
Pertama, kajian dilakukan dengan terle- kan garis keturunan kedua-duanya (parental).
bih dahulu melihat bidang-bidang hukum yang Adapun faktor teritorial mengikat anggota-ang-
bersifat netral dan non netral (sensitif). 25 Di- gota persekutuan hukum berdasarkan hubungan
maksudkan dengan bidang hukum netral adalah bersama terhadap suatu daerah yang sama. Per-
bidang hukum yang tidak berkaitan langsung de- sekutuan hukum berdasarkan faktor teritorial
ngan aspek spiritual manusia, seperti hukum meliputi, desa, daerah, dan perserikatan desa.
benda, hukum perjanjian dan bidang hukum Persekutuan desa adalah apabila suatu tempat
ekonomi, sedangkan bidang hukum non netral kediaman bersama mengikat suatu persekutuan
adalah bidang hukum yang berkaitan erat de- manusia di atas daerahnya sendiri. Persekutuan
ngan spiritual manusia seperti hukum perka- daerah adalah apabila terdapat beberapa tem-
winan, hukum waris dan hukum tanah.26 Kedua, pat kediaman bersama dalam suatu daerah ter-
berlandaskan hukum adat yang tidak mengham- tentu dan senantiasa dengan kebebasan dalam
bat perkembangan masyarakat yang berkeadi- taraf yang tertentu dan masing-masing dikepalai
lan. Ketiga, hukum adat yang masih dianggap oleh pejabat, dimana tempat-tempat kediaman
tersebut merupakan bagian-bagian dari suatu
24
Pembidangan hukum dalam hukum adat pada dasarnya persekutuan yang mempunyai batas-batas dan
tidak dikenal, namun demikian pembidangan ini dilaku- pemerintahan sendiri, serta hak wilayah sendiri.
kan oleh para ahli untuk mengkaji hukum adat guna
kepentingan ilmiah. Soepomo, misalnya menggunakan Perserikatan desa adalah apabila persekutuan-
istilah hukum adat perdata untuk membandingkannya persekutuan desa masing-masing lengkap de-
dengan hukum perdata Barat.
25
Bidang hukum yang non netral ini adalah bidang hukum ngan pemerintahan dan daerah sendiri dan ter-
kekeluargaan, waris dan tanah. letak berdekatan dan mengadakan perjanjian
26
Keterkaitan antara kebijakan pertanahan yang dipe-
ngaruhi oleh hukum adat dapat dilihat dalam Kallie Szc- untuk memelihara kepentingan bersama dengan
zepanski, “Land Policy and Adat Law in Indonesia Fo- mengadakan perjanjian untuk memelihara ke-
rests”, Pasific Rim Law & Policy Journal Association,
Vol. 11 No. 1, 2002, di download dari http:// digital. pentingan bersama derngan mengadakan suatu
lib.washington.edu/dspace-law/bitstream/handle/1773. pemerintahan yang bersifat kerjasama antara
1/752/11 pacriml.poly.j231.pdfs.sequence+1,15.

5
324 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 2 Mei 2013

pemerintah-pemerintah tersebut, dimana kepa- merupakan kesatuan masyarakat hukum yang


la-kepala desa yang tergabung itu tidak diberi- memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
kan wilayah tersendiri. untuk mengatur dan mengurus kepentingan ma-
Tuntutan nasionalisme terhadap Negara syarakat setempat, berdasarkan asal usul dan
Kesatuan Republik Indonesia telah memaksa adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam
persekutuan hukum berdasarkan faktor geneo- sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
logis tidak dapat dimunculkan kepermukaan, se- Indonesia. Nagari dipimpin oleh seorang Wali
lain itu penyebab lainnya adalah karena susunan Nagari yang dibantu oleh beberapa Wali Jorong
masyarakat tertib geneologis tersebar pada (Sekretaris Nagari). Wali Nagari dipilih oleh
daerah-daerah karena tidak memiliki wilayah Anak Nagari (penduduk nagari) secara demokra-
sendiri. Namun tidak demikian halnya pada su- tis. Nagari secara administratif pemerintahan
sunan masyarakat berdasarkan faktor teritorial saat ini di bawah kecamatan yang merupakan
seperti Nagari di Minangkabau dan Subak di Bali bagian dari perangkat Daerah Kabupaten, se-
hingga kini keberadaannya masih sejalan dengan dangkan pada struktur Pemerintahan Kota, Na-
perkembangan pemerintahan, bahkan pada era gari tidak dikenal lagi. Nagari memiliki otonomi
otonomi daerah konsep pemerintahan Nagari te- sehingga Nagari dapat dianalogikan dengan oto-
lah menginspirasi revitalisasi otonomi desa. Ke- nomi desa. Dalam sebuah Nagari dibentuk Kera-
beradaan persekutuan hukum adat sebagai sa- patan Adat Nagari (KAN) yaitu lembaga yang
lah satu sistem pemerintahan di daerah secara beranggotakan dari unsur alim ulama, cerdik
yuridis formal mendapat landasan yang kuat. pandai, dan ninik mamak (tigo tungku sejara-
Eksistensi masyarakat adat di Indonesia ngan). Keputusan penting yang akan diambil se-
diakui secara konstitusional sebagaimana diatur lalu dimusyawarahkan antara Wali Nagari de-
dalam UUD 1945 Amandemen ke-4 Pasal 18B ngan Kerapatan Adat Nagari. Adapun untuk bi-
ayat (2): “Negara mengakui dan menghormati dang legislasi terdapat Badan Musyawarah Na-
kesatuan-kesatuan masyarakat adat beserta gari (BMN). Nagari juga memiliki harta kekayaan
hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup sendiri seperti hak ulayat. Di Kabupaten Solok
dan sesuai dengan perkembangan masyarakat saat ini Nagari memiliki 111 (seratus sebelas)
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia kewenangan termasuk didalmnya Izin Mendiri-
yang diatur dalam undang-undang”. Dalam tata- kan Bangunan dan Surat Izin tempat Usaha
ran praktis misalnya UUD 1945 yang mengintro- (SITU).
dusir Hak Menguasai Negara, diangkat dari Hak Di Indonesia persekutuan hukum sejenis
Ulayat, Hak Pertuanan yang secara tradisional Nagari terdapat kurang lebih 600.000 (enam ra-
diakui dalam hukum adat. Selain dilindungi oleh tus ribu) yang dihuni oleh sekitar 70 (tujuh pu-
konstitusi, eksistensi masyarakat adat juga di- luh) juta penduduk,27 mereka tinggal di daerah-
lindungi dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang daerah pedalaman dan hutan. Keberadaannya
Hak Asasi Manusia sebagaimana diatur dalam sangat sulit dijangkau oleh pemerintah daerah
Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) yang menentukan: setempat. Oleh karena itu untuk efektivitas pe-
Dalam rangka penegakan Hak Asasi Ma- layanan pemerintahan dan dalam upaya mense-
nusia perbedaan dan kebutuhan, dalam jahterakan masyarakat yang tinggal di daerah
masyarakat hukum adat harus diperhati- pedalaman maka revitalisasi pemerintahan Na-
kan dan dilindungi oleh hukum, masyara-
kat, dan pemerintah… Identitas budaya gari dan sejenisnya merupakan hal yang penting
masyarakat hukum adat termasuk hak dan segera diwujudkan, karena sangat sejalan
atas tanah ulayat dilindungi, selaras de- dengan konsepsi otonomi daerah.
ngan perkembangan jaman.
Perkawinan Dan Kewarisan Adat
Nagari di Propinsi Sumatera Barat meru-
pakan pembagian wilayah administratif sesudah 27
Lihat Imamulhadi, 2010, Penegakan Hukum Lingkungan
kecamatan menggantikan istilah desa. Nagari Berbasis Masyarakat Adat, Bandung: Unpad Press, hlm.
110.

6
Revitalisasi Hukum Adat Sebagai Sumber Hukum dalam Membangun Sistem Hukum Indonesia 325

Hukum perkawinan dan kewarisan adat menda dengan jalan perkawinan. Dalam susunan
merupakan bidang hukum yang non netral (sen- pertalian menurut garis bapak atau patrilineal
sitif), oleh karena itu politik hukum di bidang seorang anak menemukan saudara kandungnya
perkawinan dan kewarisan, hukum adat menjadi hanya dari garis keturunan bapak. Keluarga dari
landasan didalam pembentukan hukum nasional. garis Ibu bukan termasuk sanak saudara anak
Berdasarkan hal itu, peneliti akan memfokus- tersebut. Peraturan-peraturan yang berlaku ba-
kan bidang-bidang tertentu dalam hukum per- gi si anak mengenai pantangan kawin, hukum
data adat, yakni hukum yang berkaitan dengan waris, dan kewajiban memberi nafkah terhadap
hukum kekeluargaan meliputi hukum pertalian saudara kandung ayahnya berbeda dengan sau-
sanak (hukum kekerabatan) dan perkawinan. Se- dara kandung ibunya. Pada umumnya saudara
lain itu, bidang hukum waris, yang bertalian kandung bapak lebih penting bagi si anak dari
erat dengan bidang hukum yang tidak dapat di- pada saudara kandung ibunya. Pada susunan
pisahkan dari sistem kekerabatan dan perkawi- pertalian menurut garis ibu atau matrilineal,
nan . Diberlakukannya Undang-undang Nomor 1 yang terhitung saudara kandung dari si anak ia-
Tahun 1974 Tentang Perkawinan, mengakhiri lah ibunya, dan selanjutnya mereka yang bersa-
pluralisme hukum perkawinan adat. Dengan de- ma-sama dari seorang ibu asal dihitung menurut
mikian, dapat dikatakan bahwa di bidang hukum garis ibu.
perkawinan telah terjadi unifikasi sekaligus ko- Bagi masyarakat adat perkawinan meru-
difikasi hukum perkawinan. Namun demikian, pakan masalah yang menyangkut seluruh perse-
Hazairin mengatakan bahwa unifikasi hukum kutuan masyarakat adat. Perkawinan menjadi
perkawinan merupakan unifikasi yang unik, ka- persoalan keluarga di daerah-daerah dimana
rena sebenarnya masih mengakui berlakunya terdapat tertib parental, dan perkawinan men-
beragam sistem hukum agama. Pengaruh agama jadi persoalan family, keturunan, dan klan ter-
terhadap hukum adat sudah diakui sejak Snouck utama pada masyarakat adat yang menganut ga-
Hurgronje melakukan penelitian tentang hukum ris keturunan matrilineal dan patrilineal. Susu-
adat Indonesia.28 Hal ini terlihat antara lain da- nan pertalian parental, matrilineal, dan patrili-
lam Pasal 2 ayat (1) yang mengatur bahwa per- neal menjadi landasan aturan dalam perkawi-
kawinan adalah sah apabila dilakukan menurut nan seperti larangan perkawinan dengan orang-
hukum masing-masing agama. Dapat dikatakan orang tertentu. Pada tertib sanak bertali satu
bahwa sumber pembentukan Undang-Undang larangan perkawinan dengan famili terdekat
Perkawinan adalah hukum adat dan hukum Is- memiliki sifat yang istimewa. Berkaitan dengan
lam.29 Apabila dicermati lebih lanjut, penga- perkawinan, masyarakat adat mengenal kawin
kuan asas-asas hukum adat sangat terlihat di lari, kawin jujur, dan perkawinan dengan pem-
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 ini. bayaran lain.
Hubungan anak dengan saudara dari pihak Kawin lari atau kawin merat merupakan
ibu sederajat dengan saudara dari pihak bapak perkawinan yang dilakukan karena tidak disetu-
dalam susunan pertalian parental atau pertalian jui oleh orang tua, atau dikarenakan pihak laki-
dua sisi, atau bilateral. Terhadap anak tersebut laki tidak mampu membayar biaya perkawinan
berlaku peraturan-peraturan yang sama tentang yang mahal. Pada tertib patrilineal dikenal per-
perkawinan, kewajiban memberi nafkah, peng- kawinan jujur, yaitu perkawinan dengan mem-
hormatan, dan perwarisannya. Dalam susunan bayar jujur, atau mas kawin dari pihak laki-laki
parental seorang anak hanya memperoleh se- untuk melepaskan calon pengantin perempuan
dari keluarganya dan untuk dimasukan dalam
28 golongan keluarga pihak laki-laki. Pada perkawi-
Thailand Law Journal 2012 Fall Issue 1 Volume 15, di
download dari http://www.thailawforum.com/articles/ nan jujur dikenal pula perkawinan dengan pem-
Indonesia Customary Law and European Colonialism- bayaran jasa, yaitu pembayaran mas kawinnya
4.html, tanggal 10 September 2012, pkl 15.15.
29
Lihat Pasal 3 yang mengatur asas monogami relatif, ditunda dimana mempelai pria bekerja pada
Pasal 7 ayat (2) yang mengatur dispensasi terhadap mertuanya sehingga utang jujurnya terbayar lu-
batas minimal usia perkawinan.

7
326 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 2 Mei 2013

nas. Berkenaan dengan sistem kekeluargaan benda kepunyaan kedua orang tua diwariskan
dalam masyarakat patrilineal, maka saat ini sama rata kepada semua anak. Harta pusaka da-
anak-anak perempuan cenderung memiliki ke- lam tertib ini terdiri dari harta milik sendiri dari
dudukan dan hak waris yang sama dengan laki- yang meninggal ditambah dengan setengah dari
laki.30 harta bersama dalam perkawinan. Suami atau
Perkawinan memasukkan (inlijfhuwelijk) istri yang masih hidup tidak mendapat bagian
di mana pihak laki-laki dilepaskan dari golongan waris dari yang meninggal. Apabila yang me-
keluarganya dan dimasukan dalam golongan ke- ninggal tidak memiliki anak harta bersama akan
luarga perempuan. Perkawinan silih tikar yaitu jatuh ke tangan saudaranya yang masih hidup,
dimana seorang istri meninggal dan kedudukan- dan apabila tidak ada saudara, harta bersama
nya digantikan oleh saudara perempuannya tan- akan menjadi warisan keluarga dari kedua belah
pa pemberian mas kawin, atau sebaliknya di- pihak. Pada suatu tertib patrilineal hanyalah
mana laki-laki mengawini janda saudaranya anak laki-laki yang mendapat warisan dari ba-
yang telah meninggal. pak dan ibunya, dan berhak atas semua harta
Perkawinan dengan pembayaran lain ter- benda. Apabila yang meninggal tidak mempu-
dapat pada masyarakat yang mempunyai tertib nyai anak laki-laki maka bagian warisnya itu
garis Ibu atau pada tertib parental. Pembayaran akan jatuh pada kakeknya dari bapak yang me-
dimaksud berlainan sifatnya dengan mas kawin. wariskan, demikian pula dengan harta pusaka.
Pada tertib matrilineal yang murni si istri tetap Apabila kakeknya sudah meninggal maka anak-
tinggal dalam golongan keluarganya, dan laki- anak dari kakek itu (saudara laki-laki yang me-
laki juga tetap dalam golongannya pula, meski- wariskan) menjadi ahli waris. Pada tertib matri-
pun ia tinggal di rumah pihak istrinya, dan anak- lineal yang menjadi ahli waris adalah semua
anaknya termasuk dalam golongan keluarga is- anak-anak, akan tetapi biasanya hanyalah anak-
trinya. Selain itu pada masyarakat adat dikenal anak dari si Ibu. Bila yang meninggal laki-laki
pula perkawinan patrilokal dan matrilokal. Per- maka yang menjadi ahli waris adalah saudara-
kawinan patrilokal artinya suami istri tinggal pa- saudaranya yang perempuan beserta anak-anak
da keluarga laki-laki baik sementara maupun se- mereka.
lamanya. Perkawinan matrilokal artinya suami Politik hukum nasional dalam hal perwa-
istri tinggal pada keluarga pihak perempuan. risan adalah menyerahkan pada hukum adat ma-
Perkawinan mengandung konsekuensi be- sing-masing, dan pada hukum Islam pada masya-
rupa munculnya harta perkawinan, yang terdiri rakat yang beragama Islam. Berdasarkan hal ini
dari harta pusaka, harta yang diperoleh dari maka eksistensi hukum waris adat masih diper-
usaha masing-masing, dan harta bersama. Harta lukan sebagai landasan hukum proses perwari-
pu-saka merupakan harta yang tetap menjadi san. Negara mengakui mekanisme pembagian
milik dari pihak yang memperolehnya. Harta pu- waris oleh masyarakat berdasarkan hukum waris
saka tidak jatuh menjadi harta bersama. Pada adat, dan apabila terjadi perselisihan hakim
kebanyakan daerah harta yang terdapat selama akan memutuskan perkara dengan berpedoman
perkawinan menjadi harta bersama. Namun hal pada hukum adatnya masing-masing. Sejauh ini
ini tidak berlaku di daerah-daerah dimana ter- Negara tidak hendak melakukan unifikasi ter-
dapat susunan keluarga bertali satu. hadap hukum waris, karena permasalahan waris
Hukum waris adat memuat seluruh pera- merupakan bidang hukum tidak netral (sensi-
turan hukum yang mengatur pemindahan hak tif). Upaya unifikasi hukum waris menjadi satu
milik barang-barang dan harta benda karena hukum waris nasional akan berdampak pada ter-
kematian. Dalam tertib parental semua harta jadinya disintegrasi bangsa. Oleh karenanya hu-
kum waris nasional terdiri atas hukum waris
30
Ihromi T Omas, “Inheritance and Equal Rights for Toba adat dan hukum waris Islam, dimana hukum wa-
Batak Daughters”, Law and Society Review, Vol 24 Issue
3, Sepetember 1994, hlm. 525-537, di download dari ris adat terdiri atas hukum waris masing-masing
http://web.ebscohost.com/ehost/delivery?sid+7b85a34 masyarakat adat. Terkait dengan permasalahan
b-beea-4ad6.

8
Revitalisasi Hukum Adat Sebagai Sumber Hukum dalam Membangun Sistem Hukum Indonesia 327

perwarisan adalah hukum pertalian sanak. Sis- hubungan yang tetap antara anggota perseku-
tem perwarisan masyarakat adat sangat dipe- tuan yang menggarap dengan tanah tersebut.
ngaruhi oleh susunan pertalian yang dianutnya. Hak keuntungan jabatan adalah hak dari
Pada masyarakat yang mengambil garis keturu- seorang pamong desa atas tanah jabatan dima-
nan berdasarkan susunan pertalian matrilineal na ia memiliki hak untuk menarik hasil dari ta-
akan berbeda sistem perwarisannya dengan ma- nah tersebut selama ia memegang jabatan. Ter-
syarakat patrilineal dan parental. Dikarenakan hadap tanah ini pemegang hak tidak diperke-
hukum waris nasional adalah hukum waris ma- nankan menjual dan menggadaikannya. Apabila
sing-masing masyarakat adat maka keberadaan jabatannya telah berakhir maka tanah tersebut
hukum pertalian sanak atau hukum keluarga ti- kembali menjadi tanah hak persekutuan.
dak dapat dipisahkan keberadaannya dari hu- Hak menarik hasil adalah hak yang diper-
kum waris adat. oleh atas persetujuan para pemimpin perseku-
Adapun untuk hukum perkawinan, ber- tuan bagi anggota yang mengolah atau meng-
dasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 garap tanah untuk satu atau beberapa kali pa-
tentang Perkawinan telah terjadi unifikasi hu- nen. Sedangkan yang dimaksud dengan Hak pa-
kum, dimana perkawinan adalah sah apabila di- kai yaitu hak mengolah tanah dan memungut
lakukan menurut agamanya masing-masing. Ke- hasil yang diperoleh dari tanah pertanian yang
tentuan tersebut telah mengesampingkan ke- dimiliki oleh orang lain.
beradaan sistem perkawinan berdasarkan hukum Terkait dengan transaksi tanah, hukum
adat. Artinya masyarakat yang melangsungkan adat membedakan antara transaksi tanah de-
perkawinan berdasarkan hukum adat maka Ne- ngan transaksi yang bersangkutan dengan tanah.
gara tidak mengakuinya. Dengan berlakunya Dalam transaksi tanah hanya dikenal satu jenis
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 maka hu- perbuatan hukum yakni jual, yaitu perpindahan
kum perkawinan adat tidak diakui sebagai hu- hak milik atas tanah, baik untuk selama lama-
kum yang mengikat dan sebagai sesuatu yang nya atau jual lepas, perpindahan tanah dengan
menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian pembayaran sejumlah uang yang dibayar dengan
keberadaan hukum adat sudah tidak relevan tunai dan orang yang memindahkan hak tanah
lagi. itu dapat memperoleh kembali tanah itu jika ia
membayar kembali sebanyak uang yang ia teri-
Hukum Tanah ma atau jual gadai. Si pemegang gadai memper-
Masyarakat adat mengenal hak-hak atas oleh hak untuk menarik segala manfaat dari ta-
tanah yang meliputi hak persekutuan yang oleh nah tersebut, namun tidak boleh menyewakan
van Vollenhoven disebutnya beschikkingsrecht, dan menjual lepas dan jual tahunan yakni suatu
hak keuntungan jabatan, hak menarik hasil, hak bentuk perpindahan tanah dan si pemilik untuk
pakai, hak gadai, dan hak sewa. Hak persekutu- waktu yang tertentu dengan pembayaran se-
an atas tanah merupakan hak ulayat yang mem- jumlah uang tunai kepada orang lain dan sete-
bolehkan kepada persekutuan dan anggota-ang- lah sampai waktu tertentu maka tanah akan
gotanya untuk menarik keuntungan dari tanah kembali kepada si pemiliknya. Hukum Adat se-
dan segala yang tumbuh dan hidup di atas tanah lain mengenal transaksi tanah yang objeknya ta-
itu (mengolah, mendirikan bangunan, menggem- nah, mengenal pula transaksi yang bersangkutan
bala ternak, mengumpulkan bahan makanan, dengan tanah. Dalam transaksi ini tanah bukan-
berburu dan memancing). lah objek perjanjian, namun tidak dapat dipi-
Hak untuk menarik keuntungan dari tanah sahkan dari perjanjian. Dalam masyarakat adat
persekutuan hanyalah sekedar dipergunakan un- misalnya dikenal perjanjian maro atau belah pi-
tuk memenuhi keperluan hidup diri dari keluar- nang dan mertelu. Perjanjian belah pinang ada-
ga (tidak boleh dikomersilkan). Apabila hak per- lah suatu perjanjian dalam mana si pemilik ta-
sekutuan itu diolah atau digarap maka timbul nah mengijinkan orang lain mengerjakan, mena-
nami, dan memetik hasil tanahnya dengan tu-

9
328 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 2 Mei 2013

juan membagi hasilnya menurut perbandingan Nasional.31 Adapun hukum adat yang menjadi
yang telah diperjanjikan sebelumnya. Perjan- dasar berlakunya hukum Agraria Nasional adalah
jian belah pinang biasanya datang dari pihak pe- hukum adat yang sudah dibersihkan dari unsur-
milik tanah, hal itu dikarenakan pemilik tanah unsur asing yang individualistic-liberal dan feo-
tidak memiliki cukup tenaga untuk menggarap dal yang tidak sesuai dengan Pancasila, selan-
tanahnya sendiri. Pada model perjanjian belah jutnya hukum adat ini menjadi sumber utama
pinang, kebanyakan menerapkan perjanjian bagi dalam pembangunan hukum tanah nasional, se-
dua, dimana masing-masing pihak menerima kaligus menjadi sumber pelengkap bagi hukum
masing-masing setengah dari hasilnya. Bila ta- tanah nasional. Sejalan dengan pemikiran terse-
nahnya subur, mudah diolah, si pemilik tanah but dikatakan bahwa UUPA lebih bersifat pem-
menyediakan alat-alat dan benih. Pemilik tanah bahasan hukum tanah berdasarkan atas landas-
menerima 2/3 bagian sementara penggarap me- an peraturan hukum tanah yang disesuaikan de-
nerima 1/3 bagian. Pada tanah yang kurang su- ngan Pancasila, struktur serta tujuan Negara ke-
bur dan sulit dikerjakan, pemilik tanah men- satuan Indonesia. Adapun menurut Soepomo ke-
dapat 1/3 bagian dan penggarap mendapat 2/3 dudukan hukum adat di kemudian hari tetap
bagian. menjadi acuan pembangunan hukum Indonesia
Jenis perjanjian yang bersangkutan de- baik untuk memberi bahan-bahan dalam pem-
ngan tanah lainnya adalah perjanjian sewa yak- bentukan kodifikasi hukum, maupun langsung
ni perjanjian yang intinya adalah bahwa pemilik diterapkan pada lapangan yang belum mungkin
tanah mengijinkan orang lain untuk mengolah, untuk dikodifikasi. Bahkan dalam lapangan hu-
menanami dan memungut hasil dari tanah itu kum yang telah dapat dikodifikasikan pun hu-
dengan pembayaran sejumlah uang tertentu se- kum adat sebagai hukum kebiasaan yang tidak
telah itu. Selanjutnya, dalam hukum adat di- tertulis akan tetap menjadi sumber hukum baru
kenal pula perjanjian jaminan yang bersang- atas hal-hal yang tidak atau belum ditetapkan
kutan dengan tanah, yakni jaminan apabila ter- dalam undang-undang. Hal ini mempertegas ke-
jadi suatu utang dimana apabila utang tidak ter- dudukan hukum adat sebagai basis Tata Hukum
bayar maka hasil kebun atau pertanian diserah- Nasional.32
kan kepada si pemberi utang sebagai pelunasan Selain itu perjanjian belah pinang (maro)
utang. Dapat disimpulkan bahwa hukum tanah telah menjadi sumber inspirasi kerjasama pro-
yakni transaksi tanah dan transaksi yang ber- duction sharing antara pemerintah Indonesia
sangkutan dengan tanah yang berlaku pada ma- dengan investor asing seperti dengan PT Free-
syarakat Adat justru relevan dalam pemben- port. Hampir sebagian besar aset Negara baik di
tukan hukum nasional karena dinilai memenuhi pusat maupun di daerah didayagunakan oleh pa-
rasa keadilan dan filosofis bangsa. Hal ini se- ra investor seperti Concessions Agreement,
jalan dengan Pasal 5 UUPA hukum agraria yang Build Operate and Transfer (BOT), Build Ope-
berlaku atas bumi, air, ruang angkasa adalah rate Leasehold and Transfer (BOLT), merupakan
hukum adat. Adapun hukum adat dimaksud ha- perjanjian yang sejenis dengan perjanjian belah
rus memenuhi syarat-syarat. Pertama, tidak pinang. Oleh karena itu, perjanjian belah pi-
bertentangan dengan kepentingan nasional dan nang (maro) masih relevan dengan perkem-
Negara yang berdasarkan atas persatuan bang- bangan perjanjian saat ini dan pada masa yang
sa. Kedua, tidak bertentangan dengan peratu- akan datang. Disini dapat dilihat bahwa lemba-
ran-peraturan yang tercantum dalam UUPA. Ke- ga hukum adat menjadi sumber inspirasi bagi
tiga, tidak bertentangan dengan peraturan per- perkembangan hukum yang antisipatif terhadap
undang-undangan lainnya.
Berdasar Pasal 5 UUPA tersebut maka ke- 31
Ida Nurlinda, 2009, Prinsip-prinsip Pembaruan Agraria
dudukan hukum adat berada pada posisi yang Perspektif Hukum, Bandung: Rajawali Pers, hlm. 47.
32
Joeni Arianto Kurniawan, Hukum Adat dan Problematika
penting dalam tatanan Sistem Hukum Agraria Hukum Indonesia, di download dari http://journal.lib.
unair.ac.id/index.php/yrik/article/view/511/510 Vol.23
No. 1, 2008.

10
Revitalisasi Hukum Adat Sebagai Sumber Hukum dalam Membangun Sistem Hukum Indonesia 329

kebutuhan di era global. Di belahan dunia Barat saksi yang bersangkutan de-
pun pengakuan hukum kebiasaan setempat men- ngan tanah.
Sumber: Lastuti Abubakar dkk, 2010, Revitalisasi Hukum
jadi sangat relevan dalam merencanakan kon- Adat Sebagai Sumber Hukum Dalam Sistem Hukum
sep-konsep hukum di berbagai aspek kehidupan, Indonesia, Laporan Hasil Penelitian, Bandung:
Fakultas Hukum Unpad.
termasuk hukum keluarga, bahkan hukum kor-
porasi dan perdagangan.33 Lembaga-lembaga hukum adat tersebut
Salah satu hasil penelitian mengenai ke- sebagian telah terkodifikasi secara parsial da-
beradaan masyarakat dalam aktivitas di masa lam berbagai perundang-undangan dan seba-
kini adalah mengenai pengelolaan sumber daya giannya lagi akan menjadi sumber inspirasi pem-
alam di Asia dan Amerika Latin yang telah mem- bentukan hukum nasional dan menjadi sumber
buktikan bahwa masyarakat adat memiliki kapa- hukum dalam proses penemuan hukum.35 Selain
sitas budaya, sistem pengetahuan, dan tekno- itu, hukum adat diyakini berperan untuk men-
logi, religi, tradisi,serta modal sosial seperti eti- jaga nilai-nilai yang dihasilkan oleh masyarakat,
ka dan kearifan lingkungan, norma-norma, dan dan pada akhirnya diharapkan dapat menjaga
institusi hukum untuk mengelola sumber daya hasil pembangunan.36 Mengacu pada eksistensi
alam secara bijaksana dan berkelanjutan. Hal hukum Adat dalam hukum potitif Indonesia, da-
yang sama diakui di Timor Leste, bahwa hak pat dikatakan bahwa baik hukum Adat yang ber-
milik atas tanah dapat dikuasai oleh masyarakat sifat netral maupun non netral masih diakui,
untuk kepentingan bersama.34 bahkan menjadi sumber hukum yang dapat di-
Berdasarkan pada uraian terdahulu, ber- rujuk dalam mengantisipasi perkembangan glo-
kenaan dengan relevansi hukum adat dalam per- bal. Pemerintah seyogyanya mengeksplorasi ni-
kembangan hukum nasional, maka sebagian dari lai-nilai dalam hukum adat sebagai hukum asli
pranata (lembaga) hukum adat masih relevan. bangsa Indonesia dalam pembentukan hukum
Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut. nasional di masa yang akan datang. 37
Tabel 1. Relevansi Hukum Adat dalam Per-
kembangan Hukum Nasional Penutup
Bidang Hukum Lembaga Simpulan
Ketatanegaraan  Nagari Ada beberapa simpulan atas permasalahan
Keperdataan  Pertalian darah yang dibahas pada artikel ini. Pertama, lemba-
 Pewarisan ga-lembaga hukum adat saat ini merupakan
 Hak ulayat lembaga hukum alternatif, yang penting untuk
 Hak keuntungan jabatan
dijadikan sebagai landasan atau sumber
 Hak menarik hasil
 Hak pakai pembentukan hukum nasional. Kedua, bidang-
 Hak sewa bidang hukum adat yang masih relevan dalam
 Perjanjian belah pinang (ma- mengatasi permasalahan-permasalahan saat ini
ro)
 Sewa & jaminan dalam tran-
meliputi baik bidang hukum yang bersifat netral

35
Berkenaan dengan fungsi hukum adat dalam pemba-
33
Lihat Susan H William, “Democrasy, Gender Equality, ngunan hokum nasional ini lihat Haryati, “Analisis Sistem
and Customary Law: Constitutionalizing Internal Cultural Hukum Jual Beli Hak atas Tanah Setelah Berlakunya
Disruption”, Indiana Journal of Global Legal Studies Undang-Undang Pokok Agraria”, Review Jurnal Hukum
Vol.18 #1, 2011. Lihat pula, Emily Kadens, “The Myth of Dagang, 30 April 2012. Di download dari http://nurvita
The Customary Law Merchant”, Texas Law Review, setianingsih06blogspot.com/2012/64/hukumdagang abs-
Vol.90 Issue 5, April 2012, hlm. 1153-1206, 54p, di trak.html. Lihat pula Teddy Anggoro, “Kajian Hukum
download dari http://web.ebscohost.com/ehost/deli Masyarakat Hukum Adat dan HAM Dalam Lingkup Negara
very?sid+7b85a34b-beea-4ad6,tanggal 1 Oktober 2012 Kesatuan Republik Indonesia”, Jurnal Hukum dan
pkl 09.21. lihat juga Letkowitz, David, Legal Theory Pembangunan, Tahun Ke-36 No. 4 Oktober-Desember
Journal11.4 dec 2005. 405-420, di download dari 2006.
36
http://search.proquest.com/printviewfile?accountid+48 Jaja Ahmad Jayus, “Rekonstruksi Kedudukan Hukum
290. Adat Dalam Pembangunan Hukum Dewasa Ini”, Jurnal
34
Maria SW Sumardjono, Research into East Timor Adat Litigasi, Vol. 12 No. 1 April 2011, hlm. 810.
37
Law, di download dari http://easttimorlawjournal.word Yanis Maladi, “Eksistensi Hukum Adat Dalam Konstitusi
press.com/tag/adat-law, pada tanggal 7 September pkl Negara Pasca Amandemen”, Jurnal Mimbar Hukum Vol
15.45. 22 No. 3, Oktober 2010, hlm 450-464.

11
330 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 2 Mei 2013

seperti hukum keluarga dan waris, hak–hak atas Vol. X No. 3 Edisi Juli Tahun 2005. Sura-
tanah yakni ulayat, hak keuntungan jabatan, baya: FH Universitas Wijaya Kusuma;
hak menarik hasil hak pakai, dan transaksi yang Haryati. “Analisis Sistem Hukum Jual Beli Hak
bersangkutan dengan tanah seperti, hak sewa, atas Tanah Setelah Berlakunya Undang-
Undang Pokok Agraria”. Review Jurnal
perjanjian belah pinang (maro), Sewa dan jami-
Hukum Dagang. 30 April 2012. Download
nan dalam perpindahan hak berkaitan dengan dari http://nurvitasetianingsih06blogspot.
tanah maupun non netral seperti lembaga Na- com/2012/64/hukumdagang abstrak.html.
gari. Hoadley, Mason C. “The Leiden Legacy: Con-
cepts of Law in Indonesia (review)”. Jour-
Saran nal of Social Issues in Southeast Asia. Vol.
Ada 1 (dua) sarang yang dapat diberikan 21 No. 1 April 2006. di download dari
http://muse.jhu.edu/journals/soj/sum-
sebagai solusi atas permsalahan yang dibahas
mary/v021/21.1.hoadley.html tanggal 7
pada artikel ini. Pertama, Pemerintah hendak- September 2012 pkl 9.15;
nya memberlakukan hukum adat sejajar dengan
Imamulhadi. 2010. Penegakan Hukum Lingkung-
hukum nasional. Kedua, Pemerintah hendaknya an Berbasis Masyarakat Adat. Bandung:
menjadikan hukum adat sebagai sumber hukum Unpad Press;
dalam pembentukan hukum nasional. Jayus, Jaja Ahmad. “Rekonstruksi Kedudukan
Hukum Adat Dalam Pembangunan Hukum
Dewasa Ini.” Jurnal Litigasi. Vol. 12 No. 1
Daftar Pustaka April 2011. Bandung: FH Universitas Pa-
Abubakar, Lastuti. “Implikasi Aktivitas Ekonomi sundan;
Syariah Terhadap Perkembangan Hukum
Kadens, Emily. “The Myth of The Customary Law
Ekonomi di Indonesia.” Jurnal Legal Re-
Merchant”. Texas Law Review. Texas,
view. Vol. I No. 2 Desember 2010. Jakar-
Vol. 90 Issue 5, April 2012. Download dari
ta: FH Universitas Pancasila;
http://web.ebscohost.com/ehost/deliver
-------. 2009. Transaksi Derivatif di Indonesia y?sid+7b85a34b-beea-4ad6, tanggal 1 Ok-
Tinjauan Hukum tentang Perdagangan tober 2012 pkl 09.21;
Derivatif di Bursa Efek. Bandung: Books
Kurniawan, Joeni Arianto. “Hukum Adat dan
Terrace & Library;
Problematika Hukum Indonesia” di down-
Anggoro, Teddy. “Kajian Hukum Masyarakat Hu- load dari http://journal.lib.unair.ac.id/in
kum Adat dan HAM Dalam Lingkup Negara dex.php/yrik/article/view/511/510 Vol.
Kesatuan Republik Indonesia”. Jurnal Hu- 23 No. 1 2008. Surabaya: FH Universitas
kum dan Pembangunan Vol. 36 No. 4, Ok- Airlangga;
tober-Desember 2006. Depok: FH Univer-
Letkowitz, David. Legal Theory Journal. Vol.11
sitas Indonesia;
No.4 Dec 2005. Download di http://
Asutay, Mehmet. An Introduction to Islamic Mo- search.proquest.com/printviewfile?accou
ral Economy, School of Government and ntid+48290;
International Affairs. Juli 2009 Durham
Maladi, Yanis. “Eksistensi Hukum Adat Dalam
University;
Konstitusi Negara Pasca Amandemen”.
Atmasasmita, Romli. 2010. Globalisasi Kejahat- Jurnal Mimbar Hukum. Vol. 22 No. 3, Ok-
an Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada Me- tober 2010. Yogyakarta: FH Universitas
dia Group; Gajah Mada;
Bederman, David. “The Customary Law of Hal Muhammad, Bushar. 2002. Asas Asas Hukum
and Ruth”. Emory Law Journal. Vol. 57 Adat Suatu Pengantar. Jakarta: Pradnya
Issue 6 2008. di download dari http:// Paramita;
web.ebscohost.com/ehost/delivery?sid=7
Nendisa, Renny H. “Eksistensi Lembaga Adat da-
b85a34b-beea-4ad6, tanggal 1 Oktober
lam Pelaksanaan Hukum Sasi Laut di Malu-
2012, pkl 10.00;
ku Tengah”. Jurnal Sasi. Vol. 15 No. 4
Dewi, Ratna Winahyu Lestari. “Peranan Hukum edisi Oktober- Desember 2010;
Adat dalam Pembangunan dan Pembangu-
Nurlinda, Ida. 2009. Prinsip-prinsip Pembaruan
nan KUHP Nasional”. Jurnal Perspektif
Agraria Perspektif Hukum. Bandung: Raja-
wali Pers;

12
Revitalisasi Hukum Adat Sebagai Sumber Hukum dalam Membangun Sistem Hukum Indonesia 331

Omas, Ihromi T. “Inheritance and Equal Rights Sumardjono, Maria SW. “Research into East Ti-
for Toba Batak Daughters”. Law and mor Adat Law”. Download dari http://
Society Review. Vol. 24 No. 3 sepetember easttimorlawjournal.wordpress.com/tag/
1994, di download dari http://web.ebsco- adat-law, pada tanggal 7 September pkl
host.com/ehost/delivery?sid+7b85a34b- 15.45;
beea-4ad6; Supusesa, Reimon. “Eksistensi Hukum Delik Adat
Otto, Jan Michiel. “Rule of Law, Adat Law and dalam Perspektif Pembaharuan Hukum Pi-
Sharia : 1901,2001 and Monitoring The dana Di Maluku Tengah”. Mimbar Hukum
Next Phase”. Hague Journal on The Rule Vol. 24 No. 1 Februari 2012. Yogyakarta:
of Law. 1:15-20, 2009, di download dari FH Universitas Gajah Mada;
http://search.proquest.com/doc.view/21 Syamsudin, M. “Beban Masyarakat Adat Meng-
75.38639/fulltextpdf/139/FE545647C131, hadapi Hukum Negara”. Jurnal Hukum.
pada tanggal 1 Oktober 2012 pkl 09.45; Vol. 15 No. 3 Juli 2008. Yogyakarta: FH
Rosmidah. “Pengakuan Hukum terhadap Hak Universitas Islam Indonesia. Download da-
Ulayat Masyarakat Hukum Adat dan Ham- ri http://journal.uii.ac.id/index.php/jur
batan Implementasinya”. Inovatif, Jurnal nalfakultas.hukum/article/viewfile/33/18
Ilmu Hukum. Vol. 2 No. 2. Tahun 2010. 39 tanggal 1 Oktober 2012 pkl 09.00;
Jambi: Universitas Jambi. Di download Szczepanski, Kallie. “Land Policy and adat Law
dari http://online-journal.unja.ac.id/in- in Indonesia Forests”. Pasific Rim Law &
dex.php/jimih/article/view/370/287; Policy Journal Association. Vol. 11 No. 1
Sahalessy, J. “Peran Latupati sebagai Lembaga 2002 di download dari http://digital.lib.
Hukum Adat dalam Penylesaian Konflik washington.edu/dspacelaw/bitstream/ha
Antar Negeri di Kecamatan Leihitu Pro- ndle/1773.1/752/11pacriml.poly.j231.pdf
vinsi Maluku”. Jurnal Sasi. Vol. 17 No. 3 s.sequence+1,15;
edisi Juli- September 2011; Tamarasari, Desi. “Pendekatan Hukum Adat
Soepomo. 2003. Bab Bab Tentang Hukum Adat. Dalam Menyelesaikan Konflik Masyarakat
Jakarta: Pradnya Paramita; Pada Daerah Otonomi”. Jurnal Krimino-
Sulang, Kusni. “Kemajemukan Hukum Adat se- logi Indonesia. Vol.2 No. 1 Januari 2002:
bagai Rahmat”. e-Jurnal Toddpuli. 20 di download dari http://www.jurnal.ui.
Februari 2011; ac.id/jkj/article/viewfile/1181/1088;
Sulastriyono dan Aristya. “Penerapan norma dan Thailand Law Journal 2012 Fall Issue 1 Volume
Asas-Asas Hukum Adat Dalam Praktik Per- 15, di download dari http://www.thailaw
adilan Perdata”. Jurnal Mimbar Hukum forum.com/articles/Indonesia Customary
Vol. 24 No. 1 Februari 2012. Yogyakarta: Law and European Colonialism-4.html,
FH Universitas Gajah Mada. di download tanggal 10 September 2012,pkl 15.15;
dari http://mimbar.hukum.ugm.ac.id/ William, Susan H. “Democrasy, Gender Equality,
index.php/jmh/article/view/381; and Customary Law : Constitutionalizing
Internal Cultural Disruption”. Indiana
Journal of Global Legal Studies. Vol.18
No.1 2011.

13

Anda mungkin juga menyukai