Anda di halaman 1dari 2

VARIABEL PENELITIAN SOSIOLINGUISTIK

Sosiolinguistik adalah cabang ilmu Bahasa yang mempelajari hubungan antar Bahasa
dan faktor-faktor kemasyarakatan. Dalam hubungan ini terdapat kolerasi yang erat antara
Bahasa dan faktor-faktor kemasyarakatan. Masing-masing unsur ini yakni Bahasa dan faktor
kemasyarakatan disebut variable. Terdapat dua jenis variabel yang menjadi perhatian
sosiolinguistik, yaitu variabel bebas atau disebut juga independent variabel dan variabel
bergantung atau disebut juga dependent variable.

Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang keberadaannya tidak bergantung dari variabel
lain. Dalam kajian sosiolinguistik faktor-faktor kemasyarakatan yang bersifat luar Bahasa
adalah variabel bebas. ekonomi seseorang, situasi pertuturan (resmi atau tidak resmi), jenis
kelamin seseorang, umur seseorang, tingkat pedidikan seseorang, dan sebagainya sama sekali
tidak dipengaruhi oleh bahasa yang dituturkannya. Semua variabel ini dalam sosiolinguistik
disebut dengan variabel bebas.

Variabel Bergantung
Variabel bergantung adalah variabel yang keberadaannya bergantung pada variabel
yang lain. Bentuk-bentuk kebahasaan yang diucapkan oleh seseorang adalah variabel
bergantung. Bentuk-bentuk kebahasaan bervariasi wujudnya bergantung pada faktor-faktor
kemasyarakatan yang terlibat dalam pertuturan. Dari kacamata sosiolinguistik, setiap penutur
bahasa memiliki berbagai jenis atau ragam bahasa yang disebut dengan repertoar kebahasaan
(linguistic repertoire). Misalnya sebagai orang Indonesia dewasa, seseorang pasti sedikit
banyak menguasai bahasa Indonesia dan satu bahasa daerah sebagai bahasa ibunya. Ia juga
mampu menggunakan bahasa Indonesia yang formal atau kurang formal. Mungkin ia juga
mengetahui sedikit banyak bahasa gaul yang digunakan oleh para remaja. Sebagai orang
Jawa ia sedikit banyak juga memiliki pengetahuan sekaligus mampu menggunakan tiga jenis
ragam bahasa Jawa yang lazim disebut dengan varian ngoko, madya, dan krama.
Kesemuanya ini disebut dengan repertoar kebahasaan. Setiap orang tentu saja memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam menggunakan setiap jenis repertoar itu.
Penutur-penutur bahasa akan menggunakan repertoar bahasa yang dimilikinya sesuai
dengan situasi atau konteks pembicaraan, yakni dengan siapa pembicara, siapa lawan bicara,
kapan berbicara, di mana berbicara, dan untuk tujuan apa berbicara.
Ada hubungan yang resmi, serius, akrab, setengah akrab, sakral, dan sebagainya.
Secara sepintas tampak penggunaan itu dapat dipilah secara tegas, tetapi dalam banyak kasus
pemilihan dan pemilahan repertoar itu amat rumit. Yang satu berinteraksi dengan yang lain
karena tujuan berkomunikasi yang bermacam-macam. Misalnya tidak jarang sebuah pidato
resmi diselingi dengan guyonan-guyonan sehingga membutuhkan jenis ragam yang berbeda.

Studi Korelasional Dan Studi Implikasional


Sosiolinguistik adalah studi yang bersifat korelasional, maksudnya studi ini berusaha
mencari korelasi (hubungan) antara bahasa dan faktor-faktor kemasyarakatan. Misalnya ada
hubungan antara penggunaan kata saya dengan suasana resminya pertuturan atau hubungan
yang belum begitu akrab antara penutur dan lawan tutur. Sementara itu, kata aku
berhubungan dengan suasana pertuturan yang relatif kurang atau tidak formal, dan hubungan
personal yang lebih akrab. Bila dihubungkan dengan penggunaan kata lu 'kamu', loh 'kamu',
dan gue 'saya' atau gua 'saya", di samping ada korelasi dengan suasana informal dan akrab,
terdapat pula kemungkinan daerah asal penutur yang berbeda.
Di samping itu, studi sosiolinguistik dapat juga bersifat implikasional. Artinya,
bentuk-bentuk variasi bahasa yang digunakan oleh seorang penutur juga mungkin
mengimplikasikan sesuatu. Misalnya, bila seseorang memanggil ayah kepada 'orangtua
lelakinya', maka terimplikasi ia akan menggunakan kata ibu untuk menunjuk 'orangtua
perempuannya'. Bila ia memanggil papa kepada ayahnya, ia akan memanggil mama kepada
ibunya. Bila terjadi penyimpangan, tentu ada faktor-faktor ekstralingual lain yang
menyebabkannya. Studi sosiolinguistik seperti ini dikatakan bersifat implikasional.
Fadila Nur Zakia
519 kata

Anda mungkin juga menyukai