Sosiolinguistik Bab 2
Sosiolinguistik Bab 2
Sosiolinguistik adalah cabang ilmu Bahasa yang mempelajari hubungan antar Bahasa
dan faktor-faktor kemasyarakatan. Dalam hubungan ini terdapat kolerasi yang erat antara
Bahasa dan faktor-faktor kemasyarakatan. Masing-masing unsur ini yakni Bahasa dan faktor
kemasyarakatan disebut variable. Terdapat dua jenis variabel yang menjadi perhatian
sosiolinguistik, yaitu variabel bebas atau disebut juga independent variabel dan variabel
bergantung atau disebut juga dependent variable.
Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang keberadaannya tidak bergantung dari variabel
lain. Dalam kajian sosiolinguistik faktor-faktor kemasyarakatan yang bersifat luar Bahasa
adalah variabel bebas. ekonomi seseorang, situasi pertuturan (resmi atau tidak resmi), jenis
kelamin seseorang, umur seseorang, tingkat pedidikan seseorang, dan sebagainya sama sekali
tidak dipengaruhi oleh bahasa yang dituturkannya. Semua variabel ini dalam sosiolinguistik
disebut dengan variabel bebas.
Variabel Bergantung
Variabel bergantung adalah variabel yang keberadaannya bergantung pada variabel
yang lain. Bentuk-bentuk kebahasaan yang diucapkan oleh seseorang adalah variabel
bergantung. Bentuk-bentuk kebahasaan bervariasi wujudnya bergantung pada faktor-faktor
kemasyarakatan yang terlibat dalam pertuturan. Dari kacamata sosiolinguistik, setiap penutur
bahasa memiliki berbagai jenis atau ragam bahasa yang disebut dengan repertoar kebahasaan
(linguistic repertoire). Misalnya sebagai orang Indonesia dewasa, seseorang pasti sedikit
banyak menguasai bahasa Indonesia dan satu bahasa daerah sebagai bahasa ibunya. Ia juga
mampu menggunakan bahasa Indonesia yang formal atau kurang formal. Mungkin ia juga
mengetahui sedikit banyak bahasa gaul yang digunakan oleh para remaja. Sebagai orang
Jawa ia sedikit banyak juga memiliki pengetahuan sekaligus mampu menggunakan tiga jenis
ragam bahasa Jawa yang lazim disebut dengan varian ngoko, madya, dan krama.
Kesemuanya ini disebut dengan repertoar kebahasaan. Setiap orang tentu saja memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam menggunakan setiap jenis repertoar itu.
Penutur-penutur bahasa akan menggunakan repertoar bahasa yang dimilikinya sesuai
dengan situasi atau konteks pembicaraan, yakni dengan siapa pembicara, siapa lawan bicara,
kapan berbicara, di mana berbicara, dan untuk tujuan apa berbicara.
Ada hubungan yang resmi, serius, akrab, setengah akrab, sakral, dan sebagainya.
Secara sepintas tampak penggunaan itu dapat dipilah secara tegas, tetapi dalam banyak kasus
pemilihan dan pemilahan repertoar itu amat rumit. Yang satu berinteraksi dengan yang lain
karena tujuan berkomunikasi yang bermacam-macam. Misalnya tidak jarang sebuah pidato
resmi diselingi dengan guyonan-guyonan sehingga membutuhkan jenis ragam yang berbeda.