Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organizatatiaon pada tahun 2010 Mortalitas

Morbiditas Rate di Negara berkembang mencapai 239/100.000\ kelahiran

hidup, 20 kali lebih tinggi dibandingkan Negara maju. Negara berkembang

menyumbang sekitar 90 % atau 302.000 dari seluruh total kematian ibu yang

diperkirakan terjadi pada tahun 2015 (WHO, 2015).

Program pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih

diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA) terutama pada kelompok yang paling rentan yaitu Kesehatan pada ibu

hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir. Pembangunan kesehatan di

Indonesia dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional 2015-

2025, mempunyai visi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dimana

salah satu target nya adalah menurunkan angka kematian bayi dan balita

(Depkes RI, 2011).

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu di dunia yaitu:

1
Tabel 1.1 Angka Kematian Ibu di Dunia Tahun 2015
WHO (Global) 216 /100.000 KH 303.000 Kasus

Afrika 542 /100.000 KH 195.000 Kasus

Asia Tenggara 164/100.000 KH 61.000 Kasus

Timur Mediterania 166/100.000 KH 28.000 Kasus

Pasifik Barat 41/100.000 KH 9.800 Kasus

Amerika 52 /100.000 KH 7.900 Kasus

Indonesia 126/100.000 KH 6.400 Kasus

Eropa 16 /100.000 KH 1.800 Kasus

(Sumber: WHO, 2015)

AKI di Indonesia tersebut masih jauh dari target MDG’s 2015 (102 per

100.000 KH). Sedangkan untuk angka kematian bayi (AKB) tahun 2012

sebesar 32 per 1000 KH, adapun target AKB pada MDG’s 2015 sebesar 23

per 1000 KH. (MDG’s dan BPS, 2012).

Tabel 1.2 Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

jawa barat
Tahun AKI AKB

2010 804 kasus 4.982 kasus

2011 850 kasus 4.306 kasus

2013 781 kasus 4.803 kasus

2014 748 kasus 3.979 kasus


(Data Profil Kesehatan Jabar, 2014).

Tabel 1.4 Kelompok kehamilan dengan kategori risiko tinggi di Indonesia


Perdarahan 28%

Persalinan <24 bulan 5,2%


Eklampsi/PEB 24%

Trauma Obstetri 5%
Infeksi 11%

Umur Ibu <20 tahun 4,1%


Paritas >3 9,4%

Umur ibu >35 tahun 3,8%

(WHO, 2010)

Di Kabupaten Bandung jumlah AKI tercatat sebanyak 73,29/100.000 KH

menempati urutan ke-21 kabupaten/kota dengan AKI tertinggi dari 27

kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Barat. Dan jumlah AKB di Kabupaten

Bandung tercatat sebanyak 3,41/1.000 KH menempati urutan ke-20

kabupaten/kota dengan AKB tertinggi dari 27 kabupaten/kota yang ada di

Provinsi Jawa Barat (Dinkes Jawa Barat, 2017).

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan

terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun

janin yang dikandungnya selama kehamilan, persalinan ataupun nifas bila

dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal (WHO, 2006).

Faktor-faktor penyebab terjadinya faktor resiko pada ibu hamil

menurut Rochjati. P (2003) meliputi: umur ibu yang tergolong risiko tinggi ≤

20 tahun dan ≥ 35 tahun, paritas yang termasuk risiko tinggi adalah ibu yang

pernah hamil atau melahirkan anak 4 kali atau lebih, jarak anak yang
tergolong risiko tinggi ≤ 2 tahun dan tinggi badan yang termasuk risiko tinggi

145 cm atau kurang, yang tergolong risiko tinggi berdasarkan riwayat

obstetrik jelek meliputi persalinan yang lalu dengan tindakan, bekas operasi

caesarea, penyakit ibu, pre-eklamsi ringan, hamil kembar, hidramnion/ hamil

kembar air, janin mati dalam kandungan, hamil lebih bulan, kelainan letak,

perdarahan antepartum, dan pre-eklamsi berat / eklamsi. Dampak yang

dapat terjadi pada ibu hamil risiko tinggi yaitu keguguran, persalinan

prematur, mudah terjadi infeksi, anemia pada kehamilan, gestosis, serta

kematian ibu yang tinggi (Saifuddin, 2005).

Deteksi dini risiko tinggi kehamilan dan persalinan dapat

menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. Melalui

deteksi dini, kelainan yang mungkin timbul cepat diketahui dan segera dapat

diatasi sebelum berpengaruh buruk yang berujung pada kematian ibu.

Angka kematian ibu menggambarkan banyaknya wanita yang meninggal

dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau

penanganan selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari

setelah masa nifas) per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2012).

Penyulit pada kehamilan terlalu muda lebih tinggi dibandingkan

kehamilan pada kurun waktu reproduksi sehat (antara 20-30 tahun).

Keadaan ini disebabkan kurang siapnya alat reproduksi ibu untuk hamil,

sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan

pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan semakin menyulitkan bila

ditambah dengan tekanan (stres), psikologis, sosial, ekonomi.

Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang diberikan kepada

ibu secara berkesinambungan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas dan


bayi baru lahir. Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang tidak terputus

dalam memenuhi kebutuhan klien sehingga terciptanya mutu pelayanan

kebidanan, asuhan komprehensif secara menyeluruh dapat menurunkan

angka kematian ibu dan bayi dalam jumlah yang signifikan. Peran serta

bidan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang optimal.

Dengan adanya kasus umur ibu saat hamil 17 tahun dapat

menimbulkan komplikasi dan penulis terdorong untuk memberikan asuhan

kebidanan pada Ny. R G1P0A0 dengan usia 17 tahun. Dan saya melakukan

asuhan kebidanan dengan cara study kasus untuk memenuhi tugas akhir di

D3 Kebidanan. Dengan demikian penulis memberikan judul untuk studi

kasus ini yaitu “ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R G1P0A0 DENGAN

RESIKO TINGGI USIA IBU <20 TAHUN DI PUSKESMAS PACET KAB.

BANDUNG”

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis membuat

rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ny. R G1P0A0 dengan Resiko Ibu <20 tahun di

PUSKESMAS PACET ?”

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan pada masa kehamilan Ny. R di

PUSKESMAS PACET.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui etiologi asuhan kehamilan dengan resiko tinggi

usia ibu <20 tahun

b. Untuk mengetahui dampak asuhan kehamilan dengan resiko tinggi

usia ibu <20 tahun

c. Untuk mengetahui patofisiologi asuhan kehamilan dengan resiko

tinggi usia ibu <20 tahun

A. Manfaat

1. Bagi Penulis

Untuk menerapkan ilmu dan keterampilan praktek dalam melaksanakan

asuhan kebidanan terutama mengenai asuhan kebidanan pada masa

kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir serta penanganan pada umur

resiko tinggi <20 tahun, serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah

didapat pada mata ajar perkuliahan asuhan kebidanan.

2. Bagi institusi

Asuha kebidanan ini sebagai salah satu cara menerapkan ilmu yang

telah diterima mahasiswi sebagai bahan acuan untuk membantu

mahasiswi yang akan membuat asuhan kebidanan dengan kasus risiko

tinggi (umur <20 tahun) serta sebagai bahan evalusi bagi institusi

pendidikan.

3. Bagi lahan praktik

Sebagai bahan masukan terutama bagi bidan dalam melaksanakan

praktik pelayanan kebidanan pada kehamilan, persalinan, nifas dan bayi

baru lahir dengan pendokumentasian ke dalam SOAP.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Definisi

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari

hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan

pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan

keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan

(Saifuddin, 2010).

2. Fisiologi Kehamilan

a. Konsepsi

Konsepsi adalah pertemuan antara ovum matang dan sperma sehat

yang memungkinkan terjadinya kehamilan. Konsepsi ini dapat terjadi jika

terpenuhi beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut :


1) Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang

tepat.

2) Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat

ovulasi.

3) Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat

selama ejakulasi.

Tidak ada barrier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai,

melakukan penetrasi, dan sampai akhirnya membuahi ovum

(Sulistyawati, 2010).

b. Tanda-tanda Kehamilan

1) Tanda Pasti Kehamilan

a) Terdengar denyut jantung janin (DJJ).

b) Terasa gerakan janin.

c) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan, ada

gambaran embrio.

d) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (16

minggu) (Sulistyawati, 2010).

2) Tanda Tidak Pasti Kehamilan

a) Rahim membesar

b) Tanda hegar

c) Tanda chadwick, yaitu wanita kebiruan pada serviks, vagina dan

vulva.

d) Tanda poskacek, yaitu pembesaran uterus ke salah satu arah

sehingga menjadi menonjol jelas kea rah pembesaran tersebut.

e) Braxton hicks
Bila uterus dirangsang (distimulasi dengan diraba) akan mudah

berkontraksi.

f) Basal metabolism rate (BMR) meningkat:

g) Ballotement positif

Jika dilakukan pemeriksaan palpasi di perut ibu dengan cara

menggoyang-goyangkan di salah satu sisi, maka akan terasa

“pantulan” di sisi yang lain.

h) Tes urine kehamilan (tes HCG) positif

Tes urine dilaksanakan minimal satu minggu setelah terjadi

pembuahan. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengetahui

kadar hormone gonadotropin dalam urine. Kadar yang melebihi

ambang normal, mengindikasikan bahwa wanita mengalami

kehamilan (Sulistyawati, 2010).

3) Tanda dugaan kehamilan menurut Manuaba (2010):

a) Amenorea (terlambat datang bulan).

b) Mual dan muntah (emesis).

c) Ngidam wanita hamil menginginkan makanan atau minuman

tertentu.

d) Pingsan terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf dan menimbulkan sinkop

atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16

minggu.

e) Payudara tegang dan membesar, disebabkan oleh pengaruh

estrogen dan progesteron.


f) Nokturia (sering kencing), desakan rahim kedepan menyebabkan

kandung kemih cepat terasa penuh dan sering kencing pada

triwulan kedua, gejala ini akan menghilang.

g) Obstipasi, pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltic

usus, menyebabkan kesulitan untung buang air besar.

h) Pigmentasi kulit, terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas. Pada

pipi, hidung, dan dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen

yang berlebihan.

i) Varises, karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi

penampakan pembuluh darah vena terutama bagi mereka yang

mempunyai bakat. Varises itu terjadi disekitar genitalia eksterna,

kaki dan betis, dan payudara varises ini menghilang setelah

persalinan.

c. Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi pada Ibu Hamil

Trimester I, II, III

Adaptasi maternal melindungi fungsi fisiologis normal seorang wanita,

memnuhi tuntutan metabolic kehamilan tubuh wanita, dan menyediakan

kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin (Marmi, 2011:

79). Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormo

somatomatropin, estrogen, dan progestero yang menyebabkan

perubahan pada:

1) Rahim atau uterus

Terjadi pembesaran uterus yang terjadi akibat peningkatan

vaskluarisasi dan dilatasi pembuluh darah, hyperplasia (produksi


serabut otot dan fibroelastis yang sudah lama) serta perkembangan

desidua (Marmi, 2011: 79).

Penambahan ukuran TFU per tiga jari, dapat dicermati dalam tabel

berikut ini.

Tabel 2.1 TFU menurut Penambahan per Tiga Jari

Usia Kehamilan (Minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU)

12 3 jari di atas symfisis

16 Pertengahan pusat symfisis

20 3 jari di bawah pusat

24 Setinggi pusat

28 3 jari di atas pusat

32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)

36 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px)

40 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)

(Sumber :Sulistyawati,2009).

Tabel 2.2 Bentuk Uterus berdasarkan Usia Kehamilan

Usia Kehamilan Bentuk dan Konsistensi Uterus

Bulan Pertama Seperti buah alpukat.

Isthmus rahim menjadi hipertropi dan bertambah

panjan sehingga bila diraba terasa lebih lunak,

keadaan ini yang disebut dengan tanda hegar.

2 bulan Sebesar telur bebek.

3 bulan Sebesar telur angsa.

4 bulan Berbentuk bulat.

5 bulan Rahim teraba seperti berisi cairan ketuban, rahim


terasa tipis, itulah sebabnya mengapa bagian-

bagian janin ini dapat dirasakan melalui perabaan

dinding perut.

(Sumber : Sulistyawati, 2012)

2) Ovarium

Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum graviditas

sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih

pengeluaran estrogen dan progestero. Dengan terjadinya kehamilan,

indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan

meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna

pada usia 16 minggu. Kejadian ini tidak dapat lepas dari kemampuan

vili korealis yang mengeluarkan hormon korionik gonadotropin yang

mirip dengan hormon luteotropik hipofisi anterior.

3) Vagina (liang senggama)

Vagina dan vulva mengalami perubahan karena pengaruh

estrogen. Akibat dari hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat

lebih merah atau kebiruan (Dewi, 2012: 81).

Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya disetensi

selama persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal,

jaringan ikat longgar, hipertrofi otot polos, dan pemanjangan vagina.

Peningkatan vaskuarisasi menimbulkan warna ungu kebiruan pada

mukosa vagina dan serviks disebut tanda chadwick (Marmi, 2011:

81).

4) Payudara
Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat di

payudara muncul sejak minggu ke enam masa gestasi. Sensitivitas

bervariasi dari rasa geli ringan sampai nyeri yang tajam. Puting susu

dan aerola menjadi berpigemn, warna merah muda sekunder pada

aerola, dan puting susu menjadi lebih reaktil vagina dan vulva

mengalami perubahan karena pengaruh estrogen. Akibat dari

hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah atau

kebiruan (Dewi, 2012: 82).

Selama trimester I dan II ukuran payudara meningkat progresif.

Hormon luteal dan plasenta meningkatkan poliferasi ductus

lactiferous dan jaringan labulus-alveolar. Walaupun perkembangan

kelenjar mammae secara fungsional lengkap pada pertengahan

masa hamil, tetapi laktasi terhambat sampai kadar estrogen

menurun, yaitu saat janin dan plasenta lahir. NAmun pada akhir

minggu ke-6 dapat keluar prokolostrum yang jernih, dan kental.

Sekresi ini mengental yang kemudian disebut kolostrum, cairan

sebelum menjadi susu, berwarna krem atau putih kekuningan yang

dapat dikeluarkan selama trimester III (Marmi, 2011: 82).

5) Sirkulasi Darah Ibu

Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memnuhi

kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.

b) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi

retro-plasenter.
c) Pengaruh hormone estrogen dan progesteron semakin meningkat.

Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan

peredaran darah

6) Sistem respirasi

Kebutuhan O2 meningkat sebagai respon terhadap percepatan

laju metabolik dan peningkatan kebutuhan O2 jaringan uterus dan

payudara.

7) Sistem Pencernaan

Selama masa hamil nafsu makan meningkat, sekresi usus

berkurang, fungsi hati berubah dan absorbs nutrient meningkat.

Aktivitas peristaltic (motilitas) menurun, akibatnya bising usus

menghilang dan konstipasi, mual serta muntah menjadi umum terjadi.

Aliran darah kepanggul dan tekanan vena meningkat, menyebabkan

haemoroid terbentuk pada kahir kehamilan (Marmi, 2011: 89).

8) Sistem Urinaria

Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi

pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering

berkemih. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat

terasa penuh. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat

terasa penuh.

9) Perubahan pada Kulit

Perubahan integument selama hamil disebabkan oleh perubahan

keseimbangan hormo dan peregangan mekanis. Perubahan umum

timbul ialah peningkatan kelebihan kulit lemak subdermal,

hiperpigmentasi, perubahan rambut dan kuku, percepatan aktivitas


kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, peningkatan sirkulasi dan

aktifitas vasomotor.

10) Sistem Endokrin (Ovarium dan placenta)

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum

graviditatis sampai 16 minggu kehamilan, kemudian mengecil karena

plasenta telah terbentuk. Korpus luteum mempunyai fungsi sebagai

penghasil estrogen, progesteron dan relaxin yang mempunyai

pengaruh menenangkan sehingga pertumbuhan janin optimal.

11) Sistem Muskuloskeletal

Wanita hamil membutuhkan sepertiga lebih banyak kalsium dan

fosfor untuk menjaga gigi tidak berlubang. Sendi pelvic sedikit dapat

bergerak untuk mengimbangi penambahan berat badan, selain itu

bahu lebih tertarik ke belakang, tulang belakang lebih melengkung,

sendi tulang belakang lebih lentur dan kadang terdapat nyeri

punggung.

3. Perubahan Adaptasi dan Psikologis dalam Masa Kehamilan

a. Trimester Pertama

Mual, lelah, perubahan selera dan emosional. Trimester pertama

merupakan masa kekhawatiran dari penantian kehamilan. Ibu hamil

pada trimester pertama akan mencari tanda-tanda untuk meyakinkan

kehamilannya, ia memperhatikan setiap perubahan pada dirinya. Wanita

hamil juga memiliki perubahan keinginan seksual yang dalam trimester

pertama. Meskipun beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat,

umumnya pembicaraan Trimester I adalah waktu menurunnya libido,

namun mereka merasa butuh dicintai dan merasa kuat untuk mencinta
walaupun tanpa hubungan seks. Libido sangat dipengaruhi oleh

kelelahan, pembesaran payudara, rasa mual, depresi, kekhawatiran,

sakit dan keprihatinan yang semuanya merupakan bagian normal pada

Trimester I (Varney, 2008).

b. Trimester II

Trimester kedua sering dikatakan periode pancaran kesehatan. Hal

ini disebabkan selama trimester II ini wanita umumnya merasa baik dan

terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan. Ibu hamil cenderung merasa

sehat, ia sudah bisa menerima dan beradaptasi dengan kehamilannya,

ibu akan merasakan gerakan bayinya dan mulai merasakan kehadiran

bayinya sebagai seseorang diluar dirinya.

c. Trimester III

Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian atau

menunggu dan waspada. Sekarang wanita menanti kehadiran bayinya

sebagai bagian dari dirinya. Wanita hamil tidak sabar untuk menunggu

kelahiran bayinya dan melihat bayinya, kadang ibu merasa khawatir

akan tanda-tanda persalinan, atau akan kondisi kesehatan bayinya. Ada

perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat pada

waktunya. Fakta yang menempatkan wanita tersebut gelisah hanya bisa

melihat dan menunggu tanda-tanda dan gejala. Ibu mungkin mulai

merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik saat nanti melahirkan.

(Kusmiyati dkk, 2009).

4. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

a. Tujuan Asuhan antenatal menurut Saifuddin (2012):


1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

2) Meningkatkan dan mepertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial

ibu dan bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

ASI eksklusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

b. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama

kehamilan:

1) Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu)

2) Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27 minggu)

3) Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu)

Tabel 2.3. Informasi yang Diberikan Ketika Kunjungan Kehamilan

KUNJUNGAN WAKTU KEGIATAN

Trimester I Usia 1. Menjalin hubungan saling percaya

kehamilan 2. Deteksi masalah

0-13 3. Mencegah masalah (TT dan anemia)

minggu 4. Konseling persiapan persalinan dan

komplikasi
5. Perilaku sehat (gizi, latihan/senam,

kebersihan, istirahat)

6. Motivasi hidup sehat

Trimester II Usia 1. Membina hubungan baik

kehamilan 2. Deteksi masalah dan Penanganan

14-27 3. Mencegah masalah (Tetanus dan

minggu anemia)

4. Konseling persiapa persalinan dan

komplikasi

5. Perilaku sehat (gizi, latihan/senam,

kebersihan, istirahat)

6. Motivasi hidup sehat

7. Kewaspadaan khusus terhadap

preeclampsia

Trimester III Usia 1. Sama seperti asuhan pada trimester I

kehamilan dan II, bedanya yaitu melakukan palpasi

28- 36 abdominal untuk mengetahui apakah ada

minggu kehamilan kembar

Setelah 36 2. Sama seperti asuhan pada trimester I,II

minggu dan III bedanya yaitu ditambah dengan

melakukan deteksi letak janin dan

kondisi lain

(Sumber : Sulistyawati, 2009)

5. Pemeriksaan Fisik dan Pengawasan pada Ibu Hamil

a. Anamnesa
1) Anamnesa identitas dan suami : nama, umur, agama, pekerjaan,

alamat, dan sebagainya.

2) Anamnesa umum :

a) Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, defekasi,

perkawinan dan sebagainya.

b) Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HPHT)

c) Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan ektopik

atau kehamilan mola sebelumnya.

b. Inspeksi dan Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik meliputi: tekanan darah, nadi,

suhu, pernafasan, jantung, paru-paru, dan sebagainya.

c. Perkusi

Tidak begitu banyak artinya kecuali bila ada suatu indikasi

d. Palpasi

Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih

tinggi dengan memakai bantal.Pemeriksaan berdiri di sebelah kanan ibu

hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi bimanual terutama pada

pemeriksaan perut dan payudara. Palpasi perut untuk menentukan:

1) Besar dan konsisten rahim

2) Bagian-bagian janin, letak dan presentasi

3) Gerakan janin

4) Kontraksi rahim Braxton-Hicks dan His

Manuver palpasi menurut Leopold:

1) Leopold I :
a) Pemeriksaan menghadap ke arah muka ibu hamil

b) Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus

c) Konsisten uterus

2) Leopold II :

a) Menentukan batas samping rahim kanan-kiri

b) Menentukan letak punggung janin

c) Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin

Variasi menurut Budin : Menentukan letak punggung, dengan satu

tangan menekan fundus.

3) Leopold III :

a) Menentukan bagian terbawah janin

b) Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk pintu atas panggul

atau masih dapat digoyang.

Variasi menurut Ahlfeld : Menentukan letak punggung, dengan

pinggir tangan kiri diletakkan tegah ditengah perut.

4) Leopold IV :

a) Pemeriksaan menghadap kearah kaki ibu hamil

b) Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh

sudah masuk pintu atas panggul (PAP)

c) Memantau Tumbuh Kembang Janin (nilai normal)

e. Auskultasi

Monoaural (stetoskop obstetric) untuk mendengarkan denyut jantung

janin (djj). Yang kita dengarkan adalah:

1) Dari janin

a) Djj normalnya 120-160x/menit


b) Bising tali pusat

c) Gerakan tendangan janin

2) Dari ibu

a) Bising rahim (uterine soufflé)

b) Bising aort

c) Peristaltic usus

6. Antenatal Care (Anc) Terpadu "10 T"

1. Strandar Pelayanan pada Masa Kehamilan

a. Antenatal Care

1) Pengertian

Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan pada ibu hamil

untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu

apakah ibu hamil normal atau bermasalah. (Rukiah, Yulianti,

Maemunah, & Susilawati, 2013)

2) Tujuan kunjungan

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,maternal dan

sosial ibu dan bayi.

c. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan.


d. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan

selamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian

ASI eksklusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dapat menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

(Rukiah, Yulianti, Maemunah, & Susilawati, 2013).

3) Jadwal kunjungan

Sebaiknya setiap wanita hamil memeriksakan diri ketika haidnya

terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Pemeriksaandilakukan

setiap 6 minggu sampai kehamilan. Sesudah itu, pemeriksaan

dilakukan setiap 2 minggu. Dan sesudah 36 minggu.

Kunjungan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali

selama kehamilan.

a) Satu kali pada trimester pertama

b) Satu kali pada trimester kedua

c) Dua kali pada trimester ketiga. (Rukiah, Yulianti, Maemunah, &

Susilawati, 2013)

b. Pelayanan antenatal terpadu

Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal

komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil

serta terpadu dengan program lain yang memerlukan intervensi selama

kehamilannya.
Tujuan ANC terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil

memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas, sehingga mampu

menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan

melahirkan bayi yang sehat. (Sari, Ulfa, & Daulay, 2015).

c. Standar asuhan kebidanan

Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai

berikut (Depkes RI, 2009) :

1) Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ).

Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum

hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar anatar 9-13,9

kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal

adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Berat badan ideal untuk

ibu hamil sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu

sebelum hamil. Indeks massa tubuh (IMT) adalah hubungan antara

tinggi badan dan berat badan. Ada rumus tersendiri untuk

menghitung IMT anda yakni:

Perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT)

IMT = Berat Badan dalam Kilogram

(Tinggi Badan dalam Meter)2


Sumber (Varney, 2010)

Tabel 2.4 Klasifikasi Nilai IMT

Kategori IMT Rekomendasi (kg)

Rendah < 19,8 12,5 – 18

Normal 19,8 – 26 11,5 – 16

Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas > 29 ≥7

Gemeli - 16 – 20,5

Sumber : (Prawirohadjo, 2013)

Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik perlahan dan

bertahap, bukan mendadak dan drastis. Pada trimester II dan III

perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambha berat badan 0,4 kg.

Perempuan dengan gizi kurang 0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks masa tubuh

adalah suatu metode untuk mengetahui penambahan optimal, yaitu:

a. 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5 kg

b. 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg

c. Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg. (Sari,

Ulfa, & Daulay, 2015)

Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi

faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan

keadaan rongga panggul.

2) Ukur Tekanan Darah (T2)

Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang dan berkunjung.

Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui

standar normal, tinggi atau rendah. Tekanan darah yang normal

110/80 - 120/80 mmHg.

3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas) (T3)

Lingkaran lengan atas adalah suatu cara untuk menghitung skala

gizi wanita usia subur, baik ibu hamil maupun calon ibu untuk

mengidentifikasi wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi

berat badan lahir rendah.


Tabel 2.5 Ambang Batas Pengukuran LILA

Hasil Pengukuran Ambang Batas

<23,5 cm Risiko Kekurangan Energi Kronik

(KEK)

>23,5 Bukan risiko Kekurangan Energi

Kronik (KEK)

Sumber: (Sirajuddin,2012)

4) Ukur Tinggi Fundus Uteri (T4)

Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah

menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya

bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid

terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU

yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang

dicantumkan dalam HPHT.

Tabel 2.6 TFU Menurut Aturan Mc- Donald

Tinggi Fundus
Usia
Menggunakan penunjuk
Kehamilan Dalam cm
Badan

12 minggu - Teraba diatas simfisis pubis

Ditengah, antara simfisis pubis


16 Minggu -
dan umbilicus

20 minggu 20 cm (±2 cm) pada umbilicus


22-27 Usia kehamilan dalam
-
minggu minggu = cm (± 2 cm)

Ditengah antara umbilicus dan


28 minggu 28 cm (±2 cm)
prosesus sifoideus

29-35 Usia kehamilan dalam


-
minggu minggu = cm (± 2 cm)

36 minggu 36 cm (± 2 cm) Pada prosesus sifoideus

(Sumber :Prawirohardjo,2012).

Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ)

Dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan janin dalam kandungan

melalui pertambahan berat badan janin yang diukur saat palpasi

abdomen.

Taksiran Berat Janin (TBJ) = [Tinggi Fundus Uteri (dalam cm) N] x 155

Taksiran berat badan janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson

Toshack :

N : 13 bila kepala belum melewati pintu atas panggul

N : 12 bila kepala masih berada diatas spina isciadika

N : 11 bila kepala masih berada dibawah spina isciadika

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) (T5)

Baru dapat didengar pada akhir bulan ke V, walaupun dengan

ultrasound (dopton) sudah dapat didengar pada akhir bulan ke III.

Frekuensinya lebih cepat dari bunyi jantung orang dewasa ialah

antara 120-160x/menit. Pada presentasi kepala biasa (letak kepala)


tempat ini kiri atau kanan dibawah pusat. Jika bagian-bagian anak

belum dapat ditentukan, maka bunyi jantung harus dicari pada garis

tengah diatas symphisis.

Lokalisasi suatu bising adalah tempat bising itu paling keras

terdengar (punctum maximum). Bising mitral biasanya terdengar

paling keras di apeks, bising trikuspid di para sternal kiri bawah,

bising pulmonal di sela iga 2 tepi kiri sternum, bising aorta di sela

iga ke 2 tepi kanan atau kiri sternum.

6) Pemberian Imunisasi TT (T6)

Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun

kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.

Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan

dan kemudian dimurnikan. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)

artinya pemberian kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu

hamil dan bayi yang dikandungnya.

Umur kehamilan mendapat imunisasi TT :

a. Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan

untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005).

b. TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana

biasanya diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana

kesehatan (Depkes RI, 2000).

Jadwal Imunisasi TT :

Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan

imunisasi tetanus maka ia harus mendapatkan paling sedikitnya dua


kali (suntikan) selama kehamilan (pertama pada saat kunjungan

antenatal dan kedua pada empat minggu kemudian)Jarak

pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu

(Saifuddin dkk, 2001 ; Depkes RI, 2000) . (Sari, Ulfa, & Daulay,

2015).

Tabel 2.7 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

Lama %
Antigen Interval
perlindungan Perlindungan

Pada kunjungan
-
TT 1 antenatal -

pertama
3 tahun
TT 2 4 minggu setelah 80

TT1
5 tahun
TT 3 6 bulan setelah 95

TT2
10 tahun
TT 4 1 tahun setelah 99

TT3
25 tahun/seumur
TT 5 1 taun setelah 99
hidup
TT4

Sumber : (Saifuddin dalam Sari, Ulfa, & Daulay, 2015)


7) Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T7)

Tablet ini mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat

yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah

untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena

pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring

pertumbuhan janin. Zat besi ini penting untuk mengkompensasi

penigkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan dan untuk

memastikan pertumbuhan dan perkembangan janin.

8) Test laboratorium (rutin dan khusus) (T8)

a) Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara Talquis dan

dengan cara Sahli. Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan

ibu hamil pertama kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan.

Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi

Anemia pada ibu hamil.

b) Pemeriksaan Protein urine

Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein

dalam urin ibu hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam

asetat 2-3% ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat tekanan

darah tinggi, kaki oedema. Pemeriksaan protein urin ini untuk

mendeteksi ibu hamil kearah preeklampsia.

c) Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab)

Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL)


adalah untuk mengetahui adanya treponema pallidum/ penyakit

menular seksual, antara lain syphilis. Pemeriksaan kepada ibu

hamil yang pertama kali datang diambil spesimen darah vena ± 2

cc. Apabila hasil tes dinyatakan postif, ibu hamil dilakukan

pengobatan/rujukan. Akibat fatal yang terjadi adalah kematian

janin pada kehamilan < 16 minggu, pada kehamilan lanjut dapat

menyebabkan premature, cacat bawaan.

d) Pemeriksaan urine reduksi

Untuk ibu hamil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu

diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya

Diabetes Melitus Gestasioal. Diabetes Melitus Gestasioal pada

ibu dapat mengakibatkan adanya penyakit berupa pre-eklampsia,

polihidramnion, bayi besar.

8) Tatalaksana kasus (T9)

proses menyelesaikan masalah klinis, membuat keputusan, dan

memberikan perawatan khusus pada masalah-masalah yang

ditentukan

10) Temu wicara / Konseling (T10)

Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan. Hal ini

dilakukan sebagai perencanaan, antisipasi dan persiapan dini untuk

pengambilan keputusan dalam melakukan rujukan jika terjadi

komplikasi (Depkes, 2010).

7. Ketidaknyamanan dalam Kehamilan


Tidak semua wanita mengalami ketidaknyamanan yang muncul selama

kehamilan, tetapi banyak wanita mengalami dari tingkat ringan sampai

berat. Berikut ini ketidaknyamanan dalam kehamilan diantaranya:

a. Sakit Punggung Atas dan Bawah

Cara untuk mengatasinya yaitu dengan menggunakan bantal ketika

tidur untuk meluruskan punggung, gunakan kasur yang keras,

menggunakan bra yang menopang dengan ukuran tepat dan

memposisikan tubuh yang baik (Sulistyawati, 2010).

b. Peningkatan Frekuensi Berkemih

Sering buang air kecil pada bulan-bulan pertama kehamilan karena

kandung kemih yang tertekan oleh uterus yang mulai membesar

sehingga sering timbul BAK. Pada akhir kehamilan bila kepala janin

mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering BAK akan

timbul lagi karena kandung kemih mulai tertekan kembali (Vivian, 2011).

c. Nyeri Ulu Hati

Mulai timbul menjelang akhir trimester ketiga. Saran yang dapat

diberikan antara lain: makan dalam porsi kecil, tetapi sering, regangkan

lengan melampaui kepala untuk memberi ruang bagi perut anda untuk

berfungsi, hindari makanan dingin, hindari makanan pedas atau

makanan lain yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan, dan

upayakan minum susu murni dari pada susu manis (Varney, 2008).

d. Kram Tungkai

Kram pada kaki dapat terjadi setelah usia kehamilan 24 minggu

(Sulistyawati, 2010). Kram pada kaki disebabkan oleh gangguan asupan

kalsium atau asupan kalsium yang tidak adekuat. Selain itu kram kaki
juga dapat disebabkan karena uterus yang membesar memberi tekanan

pada pembuluh darah panggul (Varney, 2008).

e. Varises

Varises dapat diakibatkan oleh gangguan sirkulasi vena dan

peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah (Varney,

2008). Dapat timbul pada trimester II dan III (Sulistyawati, 2010).

f. Insomnia

Disebabkan oleh sejumlah penyebab, seperti kekhawatiran,

kecemasan, terlalu gembira menyambut suatu acara untuk keesokan

hari. Penyebab fisik hal ini meliputi ketidaknyamanan akibat uterus yang

membesar, ketidaknyamanan lain selama kehamilan, dan pergerakan

janin terutama jika janin tersebut aktif (Varney, 2008).

g. Rasa Khawatir dan Cemas

Terjadi karena gangguan hormonal (penyesuaian hormonal, rasa

khawatir ibu menjadi ibu setelah kelahiran). Penatalaksanaan yang

dilakukan adalah relaksasi, masasse perut, minum susu hangat, dan

tidur dengan memakai ganjal bagian tubuh (Salmah, 2006).

8. Tanda Bahaya Kehamilan

a. Pada Trimester I

Trimester I adalah usia kehamilan 1- 3 bulan atau kehamilan

berusia 0 - 12 minggu ,salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan


pendeteksian dini adanya komplikasi/penyakit yang mungkin terjadi

selama hamil muda. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I meliputi :

1. Perdarahan pervaginam / Perdarahan dari jalan lahir

Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22

minggu.Perdarahan pervaginam dalam kehamilan adalah cukup

normal. Pada masa awal kehamilan, ibu akan mengalami

perdarahan yang sedikit (spotting) di sekitar waktu terlambat

haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi dan normal,

perdarahan kecil dalam kehamilan adalah pertanda dari “Friabel

cervik”.

Perdarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda

adanya infeksi.Jika terjadi perdarahan yang lebih (tidak normal)

yang menimbulkan rasa sakit pada ibu.Perdarahan ini bisa berarti

aborsi, kehamilan molar atau kehamilan ektopik.

2. Mual Muntah Berlebihan

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang

wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasa

terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan

malam hari.

Gejala gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama

haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.Mual

dan muntah terjadi pada 60-80 % primigravida dan 40-60 %

multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala gejala ini

menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena

meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum.


Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin

karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang

berkurang.Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan

keadaan ini, meskipun demikian gejala mual muntah yang berat

dapat berlangsung sampai 4 bulan.Pekerjaan sehari-hari menjadi

terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.Keadaan inilah

disebut hiperemisis gravidarum.Keluhan gejala dan perubahan

fisiologis menentukan berat ringanya penyakit. (Sarwono, 2005:

275).

3. Sakit Kepala Yang Hebat

Sakit kepala yang bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali

merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit

kepala yang menunjukan suatu masalah serius dalam kehamilan

adalah sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang dengan

beristirahat.Terkadang sakit kepala yang hebat tersebut, ibu

mungkin menemukan bahwa penglihatanya menjadi kabur atau

berbayang.Hal ini merupakan gejala dari pre-eklamsia dan jika tidak

diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati

dan kematian. (Uswhaaya, 2009: 4-5)

4. Nyeri Perut Yang Hebat

Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang.Hal ini mungkin

gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus. (Saifuddin,

2002: 98).

Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal

adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan


masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat,

menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti

apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks,

persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi

uterus, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lain.

5. Selaput Kelopak Mata Pucat/ Anemia

Anemia adalah masalah medis yang umum terjadi pada banyak

wanita hamil. Jumlah sel darah merah dalam keadaan rendah,

kuantitas dari sel sel ini tidak memadai untuk memberikan oksigen

yang dibutuhkan oleh bayi.Anemia sering terjadi pada kehamilan

karena volume darah meningkat kira kira 50% selama kehamilan.

Darah terbuat dari cairan dan sel. Cairan tersebut biasanya

meningkat lebih cepat dari pada sel- selnya.Hal ini dapat

mengakibatkan penurunan hematokrit (volume, jumlah atau persen

sel darah merah dalam darah).Penurunan ini dapat mengakibatkan

anemia.

6. Demam Tinggi

Ibu hamil menderita deman dengan suhu tubuh lebih 38° C dalam

kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat

merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan.

b. Tanda Bahaya Trimester II (3 Bulan Kedua / Usia kehamilan 6 Bulan)

Trimester II adalah usia kehamilan 4-6 bulan atau kehamilan

berusia 13-28 minggu. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II

meliputi:

1. Bengkak Pada Wajah, Kaki dan Tangan


Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan

tubuh, dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta

pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.Oedema pretibial yang

ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak

seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia. Hampir

separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada

kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan

kaki. Oedema yang mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul

mendadak dan cenderung meluas.

2. Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya

Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22

minggu, ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses

persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi

pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun

kehamilan aterm.

4. Pusing Yang hebat

5. Gerakan bayi berkurang

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-

6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika

bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling

sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah

terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan

minum dengan baik.

Apabila ibu tidak merasakan gerakan bayi seperti biasa, hal ini

merupakan suatu risiko tanda bahaya.Bayi kurang bergerak seperti


biasa dapat dikarenakan oleh aktivitas ibu yang terlalu berlebihan,

keadaan psikologis ibu maupun kecelakaan sehingga aktivitas bayi

di dalam rahim tidak seperti biasanya.

c. Tanda Bahaya Trimester III (3 Bulan Ketiga / Usia kehamilan 9 Bulan)

Trimester III adalah usia kehamilan 7-9 bulan atau kehamilan

berusia 29-42 minggu. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II meliputi:

1. Penglihatan Kabur Penglihatan menjadi kabur atau berbayang

Dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi

oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang

mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan

kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan

penglihatan.Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat

menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah visual yang

mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah

perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur

atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang.

Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan

tanda-tanda yang menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang

mengarah pada eklampsia.Hal ini disebabkan adanya perubahan

peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau

didalam retina (oedema retina dan spasme pembuluh darah).

(Uswhaaja, 2009: 5).

2. Gerakan Janin Berkurang

Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan 29 minggu

3. Kejang
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya

keadaan dan terjadinya gejala gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu

hati sehingga muntah.Bila semakin berat, penglihatan semakin

kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam

kehamilan dapat merupakan gejala dari eklamsia

4. Demam Tinggi

5. Bengkak pada wajah, kaki dan tangan

Cara Mencegah Tanda Bahaya Selama Masa Kehamilan Pencegahan

Tanda Bahaya Kehamilan

1. Mengenal dan mengetahui ibu-ibu yang termasuk dalam kondisi yang

mengalami tanda bahaya dengan adanya pengetahuan ibu-ibu sehingga

dapat dilakukan rujukan ke tempat fasilitas yang lebih baik (rumah sakit).

2. Meningkatkan mutu perinatal care

3. Menganjurkan setiap ibu hamil kontrol ke BKIA.

4. Penyuluhan oleh bidan desa terhadap kesehatan ibu, bayi serta penyakit

yang dapat diderita oleh ibu selama kehamilan secara aktif.

5. Bidan desa harus bertempat tinggal di desa yang ditugaskan yang

merupakan ujung tombak tentang kesehatan ibu di desa yang

ditempatinya.

6. Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke

Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa

kehamilan.

7. Dengan mendapatkan imunisasi TT 2X.

8. Bila ditemukan kelainan saat pemeriksaan harus lebih sering dan lebih

intensif.
9. Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.

(Rachmat, 2007).

10. Kehamilan Risiko Tinggi

1. Definisi Kehamilan Risiko Tinggi

Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah keadaan yang dapat

mempengaruhi keadaan optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan

yang dihadapi. Faktor itu bisa digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor

medis dan faktor non medis. Faktor medis meliputi, usia, paritas,

graviditas, jarak kehamilan, riwayat kehamilan dan persalinan, dan faktor

non medis adalah pengawasan antenatal (Manuaba, 2010).

Kelompok faktor resiko antara lain: primipara muda berusia kurang

dari 20 tahun, primipara tua berusia lebih dari 35 tahun, primipara

sekunder dengan usia anak terkecil di atas 5 tahun, tinggi badan kurang

145 cm, riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran, pernah

persalinan prematur, lahir mati, riwayat persalinan dengan tindakan ;

ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, operasi sesar), preeklamsi-eklamsia,

gravida serotinus, kehamilan dengan perdarahan antepartum, kehamilan

dengan kelainan letak kehamilan dengan penyakit ibu yang

mempengaruhi kehamilan (Manuaba, 2010).

Kehamilan resiko tinggi adalah suatu kondisi ibu yang mungkin

dapat menyebabkan seorang ibu hamil beresiko mendapatkan penyulit

untuk dapat menyelesaikan kehamilannya secara sehat dan aman, serta

beresiko untuk terjadinya penyulit atau komplikasi pada saat melahirkan.

Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan
tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,

beresiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk

hamil harus siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi

(Prawirohardjo, 2014).

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan

terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun

janin yang dikandungnya selama kehamilan, persalinan ataupun nifas bila

dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal (WHO,

2006)

1. Penggolongan Kehamilan dengan Resiko Tinggi

Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.

Ibu hamil yang termasuk golongan kehamilan dengan resiko tinggi adalah

ibu dengan:

a. Riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya kurang baik.

Contoh: Riwayat keguguran, perdarahan pasca lahir, lahir mati.

b. Tinggi badan ibu hamil < 145 cm.

c. Ibu hamil yang kurus/ berat badan kurang.

d. Usia ibu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

e. Sudah memiliki anak 4 atau lebih, terlalu sering.

f. Jarak antara dua kehamilan kurang dari 2 tahun (terlalu dekat).

g. Ibu menderita anemia berat (hb <8gr%).

h. Perdarahan pada kehamilan.

i. Tekanan darah yang meninggi dan sakit kepala hebat dan adanya

bengkak pada tungkai.

j. Kelainan letak janin atau bentuk panggul ibu tidak normal.


k. Kelainan penyakit kronik seperti diabetes, darah tinggi, asma, dll

(Manuaba, 2010).

2. Klasifikasi Kehamilan Risiko Tinggi

Menurut Manuaba dalam pengantar kuliah obstetric 2010,

menetapkan kehamilan dengan risiko tinggi

1) Berdasarkan anamnesis diantaranya

a. Usia, usia kurang dari 20 tahun, usia di atas 35 tahun, perkawinan

di atas 30 tahun.

b. Riwayat operasi diantaranya operasi plastic pada fistel vagina,

operasi persalinan atau operasi pada rahim.

c. Riwayat kehamilan diantaranya keguguran berulang, kematian

intrauterine, sering mengalami perdarahan saat persalinan, terjadi

infeksi saat hamil, anak terkecil 5 tahun tanpa KB, riwayat

molahidatidosa.

d. Riwayat persalinan diantaranya persalinan premature, persalinan

BBLR, persalinan dengan induksi, persalinan dengan manual

plasenta, perdarahan post partum dan persalinan dengan

tindakan.

2) Dan jika berdasarkan hasil pemeriksaan fisik diantaranya

a. Tinggi badan kurang dari 145 cm, deformitas pada tulang panggul,

dan kehamilan disertai penyakit sistemik atau anemia.

b. Hasil pemeriksaan kehamilan, pada trimester satu ibu mengalami

hiperemesis gravidarum berat, perdarahan, infeksi intrauterine,

serviks inkompeten, kista ovarium, mioma uteri. Pada kehamilan

trimester dua ibu mengalami preeklampsia, eklampsia,


perdarahan, kehamilan kembar, hidramnion, dismaturitas atau

gangguan pertumbuhan, kehamilan dengan kelainan letak, hamil

dengan dugaan disproporsi sefalofelvik dan kehamilan lewat dari

42 minggu (Manuaba, 2010 hal : 244).

Anda mungkin juga menyukai