Anda di halaman 1dari 1

Hubungan Antara Price to Book Value & Pergerakan Harga Saham

Jakarta - Pertanyaan dari pembaca, Irwandi: Ada saham yang price to book value (PBV)-nya
sudah murah tapi harganya tidak naik naik, ada saham yang PBV-nya sudah tinggi tapi
harganya masih naik terus. Bagaimana cara melihat saham yang bagus untuk dibeli?

Terima kasih atas pertanyaannya. Memang menarik untuk melihat sejumlah fenomena
terkait pergerakan saham; seperti PBV (atau PER) yang rendah menandakan saham sudah
murah, tapi kenapa harga saham nya tidak naik naik.

Investment thesis yang umum adalah pergerakan harga saham berbanding lurus dengan
kinerja perusahaan tersebut. Jika kinerja perusahaan bagus (laba tinggi) biasa harga
sahamnya naik. Dan sebaliknya, jika kinerja memburuk (laba rendah atau bahkan rugi)
biasanya harga saham turun. Itu berdasarkan textbook. Namun dalam praktek sehari hari,
dimana sering terjadi disparitas antara teori dan praktek di lapangan, kondisi tidak 100%
seperti diatas.

Secara umum harga saham biasa bergerak akibat adanya demand dan supply. Jika
permintaan tinggi (pembeli lebih banyak dari penjual) harga saham memiliki kecenderungan
naik. Dan jika supply tinggi (penjual lebih banyak dari pembeli) maka biasa harga saham
turun. Demand dan supply sendiri dipengaruhi oleh HARAPAN akan kinerja keuangan
perusahaan. Jika investor memproyeksi kinerja sebuah perusahaan akan bagus, maka
permintaan atas saham tersebut akan tinggi yang menyebabkan harga saham naik. Dan
sebaliknya, jika kinerja diproyeksikan turun, maka investor akan menjual saham tersebut
yang menyebabkan harga turun.

Sehingga dapat saya simpulkan pergerakan harga saham dipengaruhi oleh besarnya
demand dan supply, dimana demand dan supply ini dipengaruhi oleh harapan atas kinerja
keuangan perusahaan tersebut. Sehingga bisa saja terjadi sebuah saham memiliki PBV
rendah namun harga nya tidak naik karena kemungkinan investor memiliki harapan di masa
depan kinerja keuangan perusahaan tersebut tidak sebaik masa lalu. Atau kemungkinan
kedua masih sedikit investor yang sadar bahwa saham tersebut saat ini memiliki PBV
rendah.

Dan terakhir, saya sering melontarkan lelucon di kelas pasca sarjana tempat saya mengajar,
bahwa kita harus dapat membedakan yang mana “saham murah” dan mana “saham
murahan”. Saham murah dapat diartikan sudah undervalued (PBV, PER rendah) dan
memiliki prospek keuangan masa depan yang bagus (laba tinggi). Sedangkan saham
murahan dapat diartikan memiliki PBV atau PER rendah karena memang masa depannya
kurang cerah.

Beli saham murah, jangan saham murahan.

Anda mungkin juga menyukai