Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH GAYA DAN KEMANDIRIAN BELAJAR

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

Ai Solihah1, Dedy Yusuf Aditya2, Asep Saefullah Kamali3


1,2
Universitas Indraprasta PGRI, 3STKIP Syekh Manshur
Email: 2yusufadit42@yahoo.co.id

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Pengaruh gaya belajar terhadap pemahaman konsep
Matematika Siswa. 2) Pengaruh kemandirian belajar belajar terhadap pemahaman konsep Matematika
Siswa. 3) Pengaruh interaksi gaya belajar dan kreativitas belajar terhadap pemahaman konsep
Matematika Siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah survey Expose Facto. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 62 siswa dari SMA di Jakarta. Hasil penelitian menyimpulkan 1)
Terdapat pengaruh yang signifikan gaya belajar terhadap pemahaman konsep Matematika siswa. Hal ini
dibuktikan dengan nilai sig. = 0,009 < 0,05 dan Fhitung = 5,110. 2) Terdapat pengaruh yang signifikan
kemandirian belajar siswa terhadap pemahaman konsep Matematika Siswa. Hal ini dibuktikan dengan
nilai sig. = 0,004 < 0,05 dan Fhitung = 9,119. 3) Terdapat pengaruh interaktif yang tidak signifikan gaya
belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap penguasaan konsep Matematika Siswa. Hal ini dibuktikan
dengan nilai sig. = 0,402
> 0,05 dan Fhitung = 0,927.

Kata kunci: Gaya Belajar, Kemandirian Belajar, Pemahaman Konsep


Matematika.

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine 1) The effect of learning styles on students' understanding of
mathematical concepts. 2) The effect of independent learning to learn on students' understanding of
mathematical concepts. 3) The effect of the interaction of learning styles and learning creativity on
students' understanding of mathematical concepts. The research method used is the Expose Facto survey.
The sample used in this study was 62 students from high school in Jakarta. The results of the study
conclude 1) There is a significant effect of learning style on students' understanding of mathematical
concepts. This is evidenced by the value of sig. = 0.009 < 0.05 and Fcount = 5.110. 2) There is a
significant effect of student learning independence on students' understanding of mathematical concepts.
This is evidenced by the value of sig. = 0.004 < 0.05 and Fcount = 9.119. 3) There is an interactive
effect that is not significant and independent learning styles of students on the mastery of students'
mathematical concepts. This is evidenced by the value of sig. = 0.402 > 0.05 and Fcount = 0.927.
Keywords: Learning Style, Independent Learning, Understanding Mathematical
Concepts.
PENDAHULUAN sampai kapanpun dan dimanapun manusia itu
Belajar merupakan aktivitas manusia berada
yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, bahkan sejak mereka
lahir sampai akhir hayat. Pernyataan tersebut
menjadi ungkapan bahwa manusia tidak
dapat lepas dari proses belajar itu sendiri

DOI: 231
https://doi.org/10.47353/bj.v2i2.82
Website: www.ojs.berajah.com
dan belajar juga menjadi kebutuhan yang
terus meningkat sesuai dengan
perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) khususnya Matematika telah maju
dengan pesatnya karena selalu berkaitan erat
dengan perkembangan teknologi yang
memberikan wahana yang memungkinkan
perkembangan

DOI: 232
https://doi.org/10.47353/bj.v2i2.82
Website: www.ojs.berajah.com
Volume 2 Nomor 2 (Maret - Mei
tersebut. Perkembangan yang pesat telah Tentunya ini bukan terletak pada mata
menggugah para pendidik untuk dapat pelajaran Matematika itu sendiri, melainkan
merancang dan melaksanakan pendidikan dari cara penyajiannya yang terkadang
yang lebih terarah pada penguasaan konsep terkesan bagi siswa yang membosankan.
Matematika, yang dapat menunjang kegiatan Maka dari itu penguasaan berbagai strategi
sehari-hari dalam masyarakat. belajar mengajar yang diberikan oleh guru
Oleh karena itu, untuk dapat akan memberi peluang untuk memilih variasi
menyesuaikan perkembangan tersebut kegiatan belajar mengajar yang lebih
menuntut kreatifitas dan kualitas sumber bermakna. Dalam rangka upaya mewujudkan
daya manusia harus ditingkatkan yang dapat pengajaran yang mendidik, perlu pula
dilakukan melalui jalur pendidikan. Untuk dikemukakan bahwa setiap keputusan dan
meningkatkan kualitas peserta didik melalui tindakan dari guru dalam rangka kegiatan
pengajaran Matematika, guru diharapkan belajar mengajar akan membawa dampak
tidak hanya memahami disiplin ilmu atau efek kepada siswa, baik efek
Matematika, tetapi hendaknya juga instruksional maupun efek pengiring.
memahami hakikat proses pembelajaran Untuk mengantisipasi itu semua
Matematika yang mencakup tiga ranah peranan guru sangatlah penting artinya dalam
kemampuan, yaitu kognitif, afektif dan pencapaian hasil yang diharapkan. Guru yang
psikomotor. Oleh karena itu, pengalaman baik bukan sekedar mampu dalam
belajar Matematika harus memberikan penyampaian informasi penting kepada
pertumbuhan dan perkembangan siswa pada peserta didiknya namun dituntut berperan
setiap aspek kemampuan tersebut. sebagai pendidik. Guru juga harus mampu
Perkembangan Matematika tidak hanya menjadi pembimbing, pendorong dan
ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja menuntun siswa dalam belajar sesuai minat
(produk ilmiah) tetapi juga oleh timbulnya dan bakat, sehingga usaha untuk
metode ilmiah dan sikap ilmiah. Jadi metode menghantarkan siswa ke taraf yang dicita-
ilmiah itu merupakan bagian Matematika. citakan dapat tercapai.
Selama proses belajar mengajar sejalan Sejalan dengan itu seorang guru
dengan hakikat Matematika maka semakin dituntut untuk menciptakan suasana
pemahaman siswa terhadap Matematika belajar mengajar yang lebih baik. Bukan
menjadi lebih bermakna. Namun kenyataan sekedar berpengetahuan luas tetapi mampu
sehari-harinya, dalam suatu kelas ketika sesi memilih metode pengajaran yang efektif
Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM) dalam penyampaian materi pelajarannya.
berlangsung, nampak beberapa atau sebagian Memang tidak mungkin seorang guru hanya
besar siswa belum mau belajar sewaktu guru menggunakan suatu metode yang sesuai
sedang mengajar. Jika masalah ini dengan minat para siswa. Seorang guru harus
dibiarkan berlanjut, generasi penerus bangsa dapat mengusahakan agar mata pelajaran atau
akan sulit bersaing dengan generasi bangsa- proses belajar mengajar itu lebih menarik,
bangsa lain. dengan memberikan metode yang cocok
Umumnya pengalaman guru mengajar sehingga membangkitkan minat siswa dalam
di kelas menunjukkkan bahwa siswa belajar. Hendaknya guru memanfaatkan
cenderung enggan untuk mempelajari sarana bantuan pengajaran yang kiranya
Matematika dengan berbagai alasan. dapat

DOI: 233
https://doi.org/10.47353/bj.v2i2.82
Website: www.ojs.berajah.com
Volume 2 Nomor 2 (Maret - Mei
membantu membangkitkan minat dan dipengaruhi oleh dorongan dalam diri dan
perhatian siswa. kemampuan peserta didik untuk memahami
Dalam proses belajar mengajar terdapat cara belajar yang tepat bagi diri mereka
banyak faktor yang mempengaruhi minat sendiri. Oleh karena itu keberhasilan proses
belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran tergantung pada peserta didik
minat belajar dapat dikelompokkan menjadi itu sendiri. Namun demikian tidak
dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. sepenuhnya merupakan permasalahan diri
Beberapa faktor ekstern yang ikut berperan peserta didik sendiri, bila tidak didukung oleh
dalam peningkatan minat belajar adalah pengetahuan guru dalam membantu
faktor keluarga, guru, metode pembelajaran, menemukan gaya belajar peserta didiknya.
fasilitas sekolah, teman pergaulan, dan lain Selain faktor yang berasal dari peserta
sebagainya. Yang akan dibicarakan dalam hal didik, ada beberapa faktor yang
ini adalah faktor esktern yang berupa mempengaruhi hasil belajar yaitu: faktor-
penerapan metode praktikum dan metode faktor yang mempengaruhi belajar banyak
konvensional dalam belajar. Sedangkan jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi
faktor intern yang ikut berperan dalam dua golongan saja, yaitu faktor intern dan
kemandirian belajar siswa yang merupakan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor
suatu itikat atau kemampuan siswa dalam yang ada di dalam diri individu yang sedang
belajar secara mandiri, baik menyusun belajar, sedangkan faktor ektern adalah faktor
struktur belajar maupunkemampuan dalam yang ada di luar individu.
memenegerian diri selama proses belajar, Strategi pembelajaran Matematika
khusunya proses belajar pada pokok bahasan harus dirancang sedemikian rupa agar proses
plantae. pembelajaran dapat mencapai tujuan dan
Apalagi pelajaran Matematika adalah dilakukan oleh guru. Namun metode
sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari mengajar sangat tergantung pada cara
tentang makhluk hidup. Setiap siswa yang maupun gaya belajar peserta didik, pribadi
lulus dalam Matematika diperlukan prasyarat serta kesanggupannya. Setiap peserta didik
tertentu yaitu dapat memahami konsep- mempunyai cara sendiri untuk mengerti
konsep Matematika. Pada proses belajar kekhasannya, keunggulan dan kelemahannya
mengajar, setiap materi hendaknya dapat dalam memahami Matematika. Mereka perlu
diserap oleh siswa sehingga tujuan menemukan cara belajar yang tepat dan
pembelajaran tercapai. Siswa yang cocok bagi diri mereka untuk membentuk
mempunyai minat belajar yang rendah akan pengetahuannya yang sangat berbeda dari
mengalami kesulitan dalam menerima teman-temannya. Gaya belajar sangat
pelajaran dan jika standar pengajaran guru dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian
disesuaikan dengan kondisi siswa, maka seseorang (aspek internal dan aspek
siswa dapat menyerap dan menerima mata eksternal) yang meliputi aspek kognitif,
pelajaran Matematika yang akan diberikan afektif dan psikomotor.
oleh guru tersebut. Oleh karenanya belajar harus menjadi
Dalam proses pembelajaran inisiatif dari diri peserta didik sendiri, guru
permasalahan yang sering muncul salah berperan sebagai pembimbing, yang
satunya adalah faktor peserta didik sebagai mengemudikan perahu yang tenaga gerak
subjek didik. Karena proses belajar sangat

DOI: 234
https://doi.org/10.47353/bj.v2i2.82
Website: www.ojs.berajah.com
Volume 2 Nomor 2 (Maret - Mei
perahu tersebut adalah pebelajar sendiri. Cara matematika dianggap sebagai ilmu
belajar atau gaya belajar bukanlah warisan yangsukar, ruwet, dan sulit”. Oleh karena itu,
dari dalam diri peserta didik, melainkan dibutuhkan peran seorang guru untuk
sangat ditentukan oleh lingkungan yang membantu siswa mengembangkan pola pikir
dirancang oleh guru. Oleh sebab itu guru dan mengaitkan konsep konsep dalam
perlu memperhatikan gaya belajar yang matematika.
dimiliki oleh peserta didik. Berdasarkan uraian di atas dapat
Pemahaman merupakan perangkat disimpulkan bahwa pemahaman konsep
standar program pendidikan yang adalah suatu kemampuan menafsirkan,
merefleksikan kompetensi sehingga dapat memperkirakan, mengerti dan memahami
mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten suatu konsep-konsep materi setelah
dalam berbagai ilmu pengetahuan, sedangkan dipelajari, serta mampu menangkap makna
suatu konsep menurut (Hamalik, 2008) tentang materi yang telah dipelajari itu.
adalah “suatu kelas atau kategori stimuli Dengan demikian siswa memiliki kemampua
yang memiliki ciri-ciri umum. Jadi nuntuk menerjemahkan, menafsirkan, dan
pemahaman konsep adalah menguasaisesuatu menyimpulkan suatu konsep matematika
dengan pikiran yangmengandung kelas atau berdasarkan pembentukan pengetahuannya
kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri sendiri bukan hasil dari menghafal.
umum”. Secara psikologi ada perbedaan cara
Pemahaman konsep merupakan dasar orang memproses dan mengorganisasi
utama dalam pembelajaran matematika. kegiatannya. Perbedaan tersebut dapat
(Hudjono, 2005) menyatakan bahwa belajar mempengaruhi kuantitas dan kualitas dari
“belajar itu memerlukan pemahaman hasil kegiatan yang dilakukan, termasuk
terhadap konsep-konsep, konsep-konsep ini kegiatan belajar siswa di sekolah. (White,
akan melahirkan teorema ”. Agar konsep- 1974) mengemukakan bahwa “Istilah gaya
konsep dan teorema- teorema dapat belajar mengacu pada kekonsistenan pola
diaplikasikan ke situasi yang lain, perlu yang ditampilkan seseorang dalam merespon
adanya keterampilan menggunakan konsep- berbagai situasi.” Juga mengacu pada
konsep dan teorema- teorema tersebut. Oleh pendekatan intelektual dan/atau strategi
karena itu, pembelajaran matematika harus dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan
ditekankan ke arah pemahaman konsep. menurut Kogan (Ardana, 2008), “Gaya
Pemahaman konsep dalam matematika belajar dapat didefinisikan sebagai variasi
merupakan suatu hal yang sangat penting individu dalam cara memandang, mengingat
dalam pembelajaran. Sedangkan penguasaan dan berpikir atau sebagai cara tersendiri
siswa terhadap konsep– konsep materi dalam hal memahami, menyimpan,
matematika saat inimasih lemah bahkan mentransformasi, dan menggunakan
terdapat konsep materi yang dipahami informasi.”
dengan keliru. Sebagaimana yang Gaya belajar dapat dikatakan sebagai
dikemukakan oleh (Ruseffendi, 2006) bahwa cara khas yang digunakan seseorang dalam
“terdapat banyak siswa yang setelah belajar mengamati dan beraktivitas mental di bidang
matematika, tidak mampu memahami bahkan kognitif, yang bersifat individual dan
pada bagian yang paling sederhana sekalipun, kerapkali tidak disadari dan cenderung
banyak konsep yang dipahami secara bertahan terus.
keliru sehingga
DOI: 235
https://doi.org/10.47353/bj.v2i2.82
Website: www.ojs.berajah.com
Volume 2 Nomor 2 (Maret - Mei
Sejalan dengan definisi di atas, Menurut (Tirtaraharja & La Sulo, 2005)
(Nasution, 2000) mengemukakan bahwa kemandirian dalam belajar diartikan sebagai
“Gaya kognitif (gaya belajar) adalah cara aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih
yang konsisten yang dilakukan oleh seorang didorong oleh kemauan sendiri, pilihan
murid dalam menangkap stimulus atau sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari
informasi, cara mengingat, berpikir, dan pembelajar. Kemandirian disini, berarti lebih
memecahkan masalah.” ditekankan pada individu yang belajar dan
Gaya belajar merujuk pada cara orang kewajibannya dalam belajar dilakukan secara
memperoleh informasi dan menggunakan sendiri dan sepenuhnya dikontrol sendiri.
strategi untuk merespon suatu tugas. Disebut Pengertian belajar mandiri menurut (Uno,
sebagai gaya dan tidak sebagai kemampuan 2011) yaitu metode belajar dengan kecepatan
karena merujuk pada bagaimana orang sendiri, tanggung jawab sendiri, dan belajar
memproses informasi dan memecahkan yang berhasil. Jadi, berhasil tidaknya dalam
masalah, dan bukan merujuk pada bagaimana belajar semuanya ditentukan oleh pribadi
cara yang terbaik dalam memproses tersebut.
informasi dan memecahkan masalah. Menurut (Mujiman, 2011) belajar
Kemandirian yaitu sikap penting yang mandiri merupakan kegiatan belajar aktif,
harus dimiliki seseorang supaya mereka tidak yang didorong oleh motif untuk menguasai
selalu bergantung dengan orang lain. Sikap sesuatu kompetensi, dan dibangun dengan
tersebut bisa tertanam pada diri individu bekal pengetahuan atau kompetensi yag telah
sejak kecil. Di sekolah kemandirian penting dimiliki. Dalam penetepan kompetensi
untuk seorang siswa dalam proses sebagai tujuan belajar dan cara
pembelajaran. Pada bidang pendidikan sering pencapaiannya baik penetapan waktu belajar,
disebut dengan kemandirian belajar. Sikap ini tempat belajar, irama belajar, tempo belajar,
diperlukan setiap siswa agar mereka mampu cara belajar, sumber belajar, maupun evaluasi
mendisiplinkan dirinya dan mempunyai hasil belajar dilakukan sendiri.
tanggung jawab. Dari beberapa definisi tersebut, maka
Menurut (Ali Muhammad & Asrori, dapat disimpulkan bahwa kemandirian
2005) kemandirian diartikan sebagai suatu belajar merupakan sikap individu
kekuatan internal individu dan diperoleh khususnya siswa dalam pembelajaran yang
melalui proses individuasi, yang berupa mampu secara individu untuk menguasai
proses realisasi kedirian dan proses menuju kompetensi, tanpa tergantung dengan orang
kesempurnaan. Tokoh lain seperti (Uno, lain dan tanggung jawab. Siswa tersebut
2006) mengartikan kemandirian sebagai secara individu memiliki sikap tanggung
kemampuan untuk mengarahkan dan jawab, tidak tergantung orang lain, percaya
mengendalikan diri dalam berpikir dan diri dan mampu mengontrol dirinya sendiri.
bertindak, serta tidak merasa bergantung pada Kemandirian belajar ini sangat diperlukan
orang lain secara emosional. Pada intinya, siswa agar pencapaian prestasi belajar dapat
orang yang mandiri itu mampu bekerja optimal.
sendiri, tanggung jawab, percaya diri, dan
tidak bergantung pada orang lain.

DOI: 236
https://doi.org/10.47353/bj.v2i2.82
Website: www.ojs.berajah.com
Volume 2 Nomor 2 (Maret - Mei
METODE Rendah (B2) A1B2 A2B2 A3B2 B2
Berdasarkan tujuan dan perumusan Ax
masalah penelitian di atas, maka jenis Jumlah A1 A2 A3
B
penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan Keterangan:
metode survei Expose Facto. Data diperoleh A1B1 : Kelompok siswa yang memiliki
dari skor hasil tes pemahaman konsep gaya belajar visual dengan
matematika siswa yang dilihat dari gaya kemandirian belajar tinggi.
belajar siswa dan kemandirian belajar siswa. A2B1 : Kelompok siswa yang memiliki
Dalam penelitian ini terdapat dua variable gaya belajar auditorial dengan
yaitu gaya belajar siswa dan kemandirian belajar kemandirian belajar tinggi.
sebagai variable bebas dan pemahaman konsep A3B1 : Kelompok siswa yang memiliki
matematika sebagai variabel terikat. Adapun gaya belajar kinestetik dengan
metode yang akan digunakan dalam penelitian ini kemandirian belajar tinggi.
adalah metode penelitian survei dengan desain A1B2 : Kelompok siswa yang memiliki
factorial 3 x 2. gaya belajar visual dengan
kemandirian belajar rendah.
Tabel 1. Desain Faktorial 2 x 3 A2B2 : Kelompok siswa yang memiliki
Gaya gaya belajar auditorial dengan
Visual (A1)

Kinestetik
Auditorial

Belajar
Jumlah

kemandirian belajar rendah.


(A2)

(A3)

Kemandirian A3B2 : Kelompok siswa yang memiliki


belajar gaya belajar kinestetik dengan
Tinggi (B1) A1B1 A2B1 A3B1 B1 kemandirian belajar rendah.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Deskriptif Data
Tabel 2. Deskriptif Data

Variabel A1 A2 A3 B1 B2 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2

Mean 78,45 74,50 72,00 78,39 72,90 82,64 74,53 75,64 73,11 74,75 67,60

Median 80,00 75,00 70,00 80,00 70,00 85,00 75,00 75,00 75,00 77,50 68,00

Modus 70 65 65 80 70 80 70 80 65 80 65

Std. 7,962 7,178 8,196 8,577 6,450 7,207 6,675 7,827 6,470 9,438 2,510

DOI: 237
https://doi.org/10.47353/bj.v2i2.82
Website: www.ojs.berajah.com
Volume 2 Nomor 2 (Maret - Mei

Varians 63,399 51,526 67,167 73,559 41,596 51,940 44,552 61,255 41,861 89,071 6,300

Uji Persyaratan Analisis Data


Uji Normalitas Data
Tabel 3. Normalitas Data
Variabel Sig Ket.
A1 0,156 Normal
A2 0,200 Normal
A3 0,144 Normal
B1 0,078 Normal
B2 0,089 Normal
A1B1 0,136 Normal
A1B2 0,195 Normal
A2B1 0,200 Normal
A2B2 0,200 Normal
A3B1 0,200 Normal
A3B1 0,200 Normal
Uji Homogenitas
Tabel 4. Homogenitas
Variabel Sig Ket.
A 0,774 Homogen
B 0,128 Homogen
A*B 0,201 Homogen
Uji Hipotesis
Tabel 5. Hipotesis
Variabel F hitung Sig
A 5,110 0,009
B 9,199 0,004
A*B 0,927 0,402

Pembahasan
Pengaruh Gaya Belajar terhadap Dari tabel di atas, diperoleh bahwa hasil
Pemahaman Konsep Matematika bahwa hasil analisis data pada kelompok
Gaya Belajar yaitu Gaya Belajar visual,
gaya

DOI: 238
https://doi.org/10.47353/bj.v2i2.82
Website: www.ojs.berajah.com
Volume 2 Nomor 2 (Maret - Mei
belajar audio dengan Gaya Belajar kinestetik Dari tabel di atas , diperoleh bahwa
diperoleh skor sig 0,009 < 0,05 dan skor F hasil bahwa hasil analisis data pada
hitung = 5,110 maka Ho ditolak dan H1 kelompok Gaya Belajar yaitu Gaya Belajar
diterima, berarti terdapat pengaruh yang interaktif dengan Gaya Belajar konvensional
signifikan Gaya Belajar terhadap diperoleh skor sig
Pemahaman Konsep Matematika. 0,004 < 0,05 dan skor F hitung = 9,199 ,
Hasil pengujian hipotesis pertama , maka
diperoleh F hitung = 5,110 > F tabel = 3,17 Ho ditolak dan H1 diterima, berarti terdapat
yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh pengaruh yang signifikan kemandirian belajar
yang signifikan antara Pemahaman Konsep siswa terhadap Pemahaman Konsep
Matematika siswa dengan gaya belajar Matematika.
visual, audio dan juga kinestetik. Hasil ini Hasil pengujian hipotesis kedua ,
memperkuat asumsi bahwa gaya belajar diperoleh F hitung = 91,99 > F tabel = 4,02
siswa yang berbeda akan memberikan yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh
pemahaman konsep Matematika yang yang signifikan antara Pemahaman Konsep
berbeda pula. Hasil penelitian pada Matematika siswa yang memiliki
pemahaman konsep matematika pada siswa kemandirian belajar tinggi dan siswa yang
yang memiliki gaya belajar yang berbeda memiliki kemandirian belajar rendahl. haman
menunjukkan adanya perbedaan pemahaman konsep matematika . Pada kelompok
konsep matematika antara kelompok siswa kemandirian belajar siswa yang berbeda
yang memiliki gaya belajar visual (A1) yaitu kemandirian belajar tinggi dan
dengan kelompok siswa yang memiliki gaya kemandirian belajar rendah, perbedaan
belajar audio (A2) dan kelompok siswa yang kemandirian belajar siswa terhadap
memiliki gaya belajar kinestetik (A3). pemahaman konsep matematika ditunjukkan
Perbedaan ini dapat dilihat dari oleh perbedaan rerata skornya. Rerata hasil
perbedaan rerata skor pemahaman konsep belajar kelompok siswa yang memiliki
matematika yang diperoleh setiap kelompok kemandirian belajar tinggi (µB1 =
tersebut. Rerata pemahaman konsep 78,39) lebih tinggi dari pada rerata
matematika kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep matematika kelompok
gaya belajar visual (µA1 = 78,45) lebih tinggi siswa yang memiliki kemandirian belajar
daripada rerata pemahaman konsep rendah (µB2 = 72,90).
matematika siswa yang memiliki gaya belajar
audio (µA2 = 74,50) dan kinestetik (µA3 = Pengaruh Interaktif Gaya Belajar dan
72,00). Berdasarkan data di atas, maka Kemandirian Belajar terhadap
kesimpulan yang diperoleh terdapat Pemahaman Konsep Matematika
perbedaan antara ketiga kelompok siswa Dari tabel di atas , diperoleh bahwa
yang memiliki gaya belajar visual, audio dan hasil bahwa hasil analisis data pada interaksi
kinestetik. Gaya Belajar dan Kemandirian Belajar siswa
yaitu yang menganalisis varians pada 4
Pengaruh Kemandirian Belajar Terhadap kelompok (A1B1, A1B2, A2B1 , A2B2,
Pemahaman Konsep Matematika A3B1 DAN A3B2) diperoleh skor sig 0,402
> 0,05 dan F hitung = 0,927, maka Ho
diterima dan H1 ditolak, berarti terdapat

DOI: 239
https://doi.org/10.47353/bj.v2i2.82
Website: www.ojs.berajah.com
pengaruh
Volume 2 interaksi yang- Mei
Nomor 2 (Maret tidak signifikan
Gaya Belajar dan

DOI: 240
https://doi.org/10.47353/bj.v2i2.82
Website: www.ojs.berajah.com
Volume 2 Nomor 2 (Maret - Mei
Kemandirian Belajar siswa terhadap kemandirian belajar yang inggi namun siswa
Pemahaman Konsep Matematika. dengan gaya belajar audio lebih unggul dalam
Hasil pengujian hipotesis ketiga, memahami konsep matematika dibandingkan
diperoleh F hitung = 0,927 < F tabel = 0,402 dengan siswa yang memiliki gaya belajar
yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh kinestetik. Siswa dengan gaya belajar visual
yang tidak signifikan Gaya Belajar dan dan kemandirian belajar tinggi dapat
Kemandirian Belajar siswa terhadap mengkonkretkan konsep dengan melihat dan
Pemahaman konsep matematika. hasiswa menangkap informasi secara visual sebelum
terhadap pemahaman konsep matematika . mereka memahaminya misalnya lewat materi
Sementara itu, untuk uji perbedaan antar bergambar. Sementara unutuk siswa dengan
kelompok gaya belajar dengan kelompok gaya belajar kinestetik, memepelajari hal-hal
kemandirian belajar diperoleh ada perbedaan yang abstrak merupakan hal yang sulit.
pemahaman konsep matematika yang Mereka dapat memahami konsep dengan cara
signifikan antara siswa yang memiliki gaya menyentuh sesuatu yang memberikan
belajar visual dan kemandirian belajar tinggi informasi tertentu agar bisa mengingatnya.
(µA1B1 = 82,64) dengan siswa yang Terdapat perbedaan pemahaman konsep
memiliki gaya belajar visual dan kemandirian yang signifikan antara siswa yang memiliki
belajar rendah (µA1B2 = 74,53). Hal ini gaya belajar visual dan kemandirian belajar
menunjukkan bahwa pada siswa dengan gaya tinggi (µA1B1 = 82,64) dengan siswa yang
belajar visual, faktor kemandirian belajar memiliki gaya belajar kinestetik dan
sangat menentukan tinggi rendahnya kemandirian belajar rendah (µA3B2 = 67,60).
pemahaman konsep yang dicapai. Orang Hal ini menunjukkan siswa dengan gaya
yang memiliki gaya belajar visual belajar kinestetik, mempelajari hal-
menitikberatkan ketajaman penglihatan. matematika merupakan hal yang sulit.
Artinya buktibukti konkret harus Mereka dapat memahami konsep dengan cara
diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka menyentuh sesuatu yang memberikan
paham. Konsep belajar yang terdapat di informasi tertentu agar bisa mengingatnya
dalam matematika akan sulit dipahami oleh serta diperlukan kemandirian belajar yang
siswa dengan gaya belajar visual. Mereka tinggi. Jika mereka memiliki kemandirian
membutuhkan waktu yang cukup untuk dapat belajar rendah maka akan makin sulit dalam
mengkonkretkan konsep abstrak yang memahami konsep matematika. Usaha yang
terdapat pada matematika dan dibutuhkan optimal diperlukan agar kelompok gaya
kemauan keras untuk mencapainya sehingga belajar kinestetik dan kemandirian belajar
diperlukan tingkat kemandirian belajar yang rendah dapat mencapai pemahaman konsep
tinggi. yang baik. Pembelajaran yang mengarahkan
Terdapat perbedaan pemahaman pada ketrampilan psikomotor dapat
konsep yang signifikan antara siswa yang memberikan efektifitas bagi pemahaman
memiliki gaya belajar audio dan kemandirian konsep siswa dengan gaya belajar kinestetik.
belajar tinggi (µA2B1 = 75,64) dengan siswa Selain itu, pemebelajaran dengan ketrampilan
yang memiliki gaya belajar kinestetik dan psikomotor diharapkan dapat meningkatkan
kemandirian belajar tinggi (µA3B1 = 74,75). kemandirian belajar sisw
Dari uraian tersebut, maka diinterpretasikan
bahwa meskipun siswa sama-sama memiliki

DOI: 241
https://doi.org/10.47353/bj.v2i2.82
Website: www.ojs.berajah.com
Volume 2 Nomor 2 (Maret - Mei
PENUTUP Berbasis Belajar Mandiri. Mitra
Berdasarkan hasil penelitian, hipotesis Cendikia.
dan pembahasan hasil penelitian, dapatlah Nasution, S. (2000). Metode Research. Bumi
ditarik simpulan sebagai berikut: Aksara.
1. Terdapat pengaruh yang signifikan gaya Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar Kepada
belajar terhadap pemahaman konsep Membantu Guru Mengembangkan
Matematika siswa. Hal ini dibuktikan Kompetensinya Dalam Pengajaran
dengan nilai sig. = 0,009 < 0,05 dan Fhitung Matematika Untuk Meningkatkan CBSA.
= 5,110. Tarsito.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan Tirtaraharja & La Sulo. (2005). Pengantar
kemandirian belajar siswa terhadap Pendidikan. Rineka Cipta.
pemahaman konsep Matematika Siswa. Uno, B. H. (2006). Orientasi Baru Dalam
Hal ini dibuktikan dengan nilai sig. = Psikologi Pembelajaran. Bumi Aksara.
0,004 Uno, B. H. (2011). Teori Motivasi Dan
< 0,05 dan Fhitung = 9,119. Pengukurannya: Analisis Di Bidang
3. Terdapat pengaruh interaktif yang tidak Pendidikan. Bumi Aksara.
signifikan gaya belajar dan kemandirian White, C. R. H. & K. (1974). Psychological
belajar siswa terhadap penguasaan konsep Concepts In The Classroom. Harper &
Matematika Siswa. Hal ini dibuktikan Row Publisher.
dengan nilai sig. = 0,402> 0,05 dan Fhitung
= 0,927.

DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad & Asrori, M. (2005).
Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik. Bumi Aksara.
Ardana, M. (2008). Perilaku Organisasi.
Graha Ilmu.
Hamalik, O. (2008). Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Bumi Aksara.
Hudjono, H. (2005). Pengembangan
Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika. UM Press.
Ika Pratiwi, Amaliyah, A. ., & Puspita Rini,
C.
. (2021). ANALISIS KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
SISWA DALAM MENYELESAIKAN
SOAL CERITA DI KELAS IV MI AL-
KAMIL KOTA TANGERANG. Berajah
Journal, 2(1), 1–5.
https://doi.org/10.47353/bj.v2i1.43
Mujiman, H. (2011). Manajemen Pelatihan
DOI: 242
https://doi.org/10.47353/bj.v2i2.82
Website: www.ojs.berajah.com

Anda mungkin juga menyukai