Anda di halaman 1dari 14

BALAI WILAYAH SUNGAI

SULAWESI III PALU

Tantangan serta Inovasi terhadap Proyek Rehabilitasi


dan Rekonstruksi Pasca Bencana

https://sda.pu.go.id/balai/bwssulawesi3/ pupr_sda_sulawesi3
OUTLINE

TANTANGAN: UPAYA: INOVASI:


BENCANA LIKUIFAKSI DI REHABILITASI & REKONSTRUKSI REHABILITASI & REKONSTRUKSI KESIMPULAN
SULAWESI TENGAH BWS SULAWESI III PALU PASCA BENCANA
TANTANGAN: BENCANA LIKUIFAKSI DI SULAWESI TENGAH
Gempa yang terjadi pada tanggal 28 September 2018 memicu
serangkaian bencana besar lainnya, yaitu likuifaksi yang
mengakibatkan runtuhnya struktur bangunan, dan gelombang
tsunami yang juga berdampak pada kerusakan yang terjadi
pada wilayah pantai di Kota Palu. Selain itu gempa ini juga
mengakibatkan struktur tanah di hulu menjadi tidak stabil,
sehingga mudah terbawa pada saat hujan terjadi dengan
intensitas yang tinggi.

Likuifaksi atau pencairan tanah adalah hilangnya kekuatan


dan kekakuan tanah jenuh akibat adanya perubahan tegangan
pada tanah. Salah satu penyebab paling dahsyat dari
keruskan struktur pada gempa bumi adalah terjadinya
likuifaksi pada tanah pasir yang jenuh air. Pada umumnya,
gejala yang ditimbulkan oleh likuifaksi dapat berupa semburan
pasir atau semburan lumpur, dan kerusakan pada tanah
permukaan.

Terdapat 4.240 korban meninggal akibat terjadinya likuifaksi


dan tsunami di Sulawesi Tengah (Jakarta Post, 2019). Bencana
ini juga mengakibatkan kerusakan rumah sejumlah 68.451,
dan kerusakan infrastruktur lainnya, termasuk infrastruktur
sumber daya air, dan menyebabkan 206.494 jiwa harus
mengungsi.

Untuk itu Balai Wilayah Sungai Sulawesi III Palu, melalui


Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana,
melakukan pembangunan kembali infrastruktur sumber daya
air, dengan mengaplikasikan teknologi dan inovasi di bidang
sumber daya air.
UPAYA BWS SULAWESI III PALU (BIDANG SUMBER DAYA AIR) –
PROGRAM REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA

1 BIDANG SUNGAI PANTAI 2 BIDANG IRIGASI DAN RAWA 3 BIDANG AIR TANAH AIR BAKU

1. Rehabilitation and Reconstruction of Palu Coastal 1. Works for Paneki Intake Construction;
Protection, Central Sulawesi; 2. Rehabilitation D.I. Gumbasa Weir and 1. Works for PASIGALA raw water
2. River Improvement and Sediment Control in POI Groundsill Construction-Paket 1; transmission system rehabilitation (Paket 1);
River; 3. Rehabilitation and Reconstruction of 2. Works for PASIGALA raw water
3. River Improvement and Sediment Control in Bangga Gumbasa Irrigation System (Weir and Main transmission system rehabilitation (Paket 2;
River; Canal BGKn.7 ~ BGKn.24 - 2695 Ha) - 3. Works for Huntap Tondo raw water;
4. River Improvement and Sediment Control in SALUA Paket 2; 4. Works for Huntap Duyu raw water;
River; 4. Rehabilitation and Reconstruction of 5. Ground water equipment (Drilling Rig);
5. River Improvement and Sediment Control in PANEKI Gumbasa Irrigation System (Main Canal 6. Vehicle Supporting Ground Water
River (Downstream); BGKn.24 ~ BGKn.42-2458 Ha) - Paket 3; Equipment Operations;
6. River Improvement and Sediment Control in MIU 5. Rehabilitation and Reconstruction of 7. Countermeasure For Liquefaction-Landslide
River and Tuva River; Gumbasa Irrigation System (Main Canal area ;
7. River Improvement and Sediment Control in NAMO BGKn.42 ~ BGKn.54-1815 Ha) – (Paket 4); 8. Capacity Development of the Surface abd
1. Hydrometeorological
Groundwater and
Monitoring (including
River and KULAWI River Area ; 6. Installation of U-ditch K-225 Precast by P3A
Telemetric
telemetry system).Equipment
8. River Improvement and Sediment Control in OMU for Tertiary channels of Gumbasa Irrigation
River System (BGKn.1 ~ BGKn.7);
9. Polder System Pilot Project in Lende Sirenja Village ; 7. U-ditch K-225 Precast for Tertiary channels
10. River Improvement and Sediment Control in Gumbasa of Gumbasa Irrigation System (BGKn.1 ~
River, Pondo River, And Rogo Area; BGKn.7; 4 SISTEM MONITORING
11. River Improvement and Sediment Control in PANEKI 8. Improvement of Gumbasa Main Channel
River (Middlestream) and River Channel (BGKn.54- BGKn 59) Package 5; 1. Procure and Installation of Scada
Normalization of BANGGA River Down Stream; 9. Improvement of secondary, tertiary channel Irrigation;
12. Flood and Sediment Disaster Countermeasures in in Gumbasa & Rehabilitations of Bangga 2. Hydrometeorological and Telemetric
Relocation Areas in TONDO, DUYU; Irrigation Main Channel Equipment.
13. River Improvement in Palu City Area (Downstream of
Palu Considering Tsunami Countermeasures,
Kawatuna, Ngia River).
INOVASI BIDANG SUNGAI
PEMANFAATAN SABO DAM UNTUK SEDIMEN CONTROL DI SUNGAI
NAMA PEKERJAAN: RIVER IMPROVEMENT AND SEDIMENT CONTROL IN SALUA RIVER Banjir dan longsor dengan membawa material sedimen dari hulu
yang kerap terjadi di wilayah Palu, Sigi, Donggala merupakan
DATA TEKNIS:
“secondary disaster” akibat terjadinya gempa di wilayah Kota
1. SA-SD 1 Palu, Sigi, dan Donggala. Gempa menyebabkan kondisi tanah di
• Tinggi Sabo Dam Utama = 14,0 m
• Tinggi Sub-Dam = 7,0 m
area tersebut (bagian hulu) menjadi tidak stabil dan mudah
• Panjang apron = 20 m terjadi longsor pada saat banjir.
2. SA-SD 2
• Tinggi Sabo Dam Utama = 11,50 m
• Tinggi Sub-Dam = 5,0 m Upaya rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan oleh BWS
• Panjang apron = 20 m
Sulawesi III Palu, sebagai upaya penanggulangan darurat untuk
3. CHANNEL WORK mengatasi banjir dan longsor adalah pembuatan Sabo Dam.
• Panjang Channel = 220 m
• Dimensi Channel = B = 15 m, H = 5 m
• Kapasitas aliran = 62,5 m3/detik PEMANFAATAN TEKNOLOGI:
Bangunan Sabo Dam adalah bangunan penahan sedimen di
sungai yang dirancang seperti bendung tetap, sehingga
berfungsi menampung dan/atau menahan sedimen untuk
jangka waktu sementara/tetap, serta harus tetap dapat
melewatkan air baik melalui mercu, maupun tubuh bangunan.

SABODAM Teknologi Sabodam dalam arti luas adalah sistem pengendalian


erosi, sedimen, lahar dingin, dan penanggulangan tanah longsor
untuk melindungi kehidupan dari ancaman kebencanaan.

Pembangunan Sabodam yang dilaksanakan oleh BWS


Sulawesi III Palu, dengan tujuan agar pada saat terjadi banjir,
air sungai tetap dapat mengalir, namun material sedimen dapat
tertahan dan tidak mengancam bangunan di bawahnya.
INOVASI BIDANG PANTAI
TEKNOLOGI PERLINDUNGAN PANTAI
NAMA PEKERJAAN: REHABILITATION AND RECONSTRUCTION OF PALU COASTAL PROTECTION CENTRAL SULAWESI PROVINCE

Tsunami yang terjadi di pesisir Kota Palu, salah satu dari rangkaian bencana yang terjadi pada
tanggal 28 September 2018, merusak sebagian besar infrastruktur dan fasilitas umum di area
pesisir pantai. Selain itu, tsunami juga merusak batas-batas wilayah di pesisir Kota Palu. Selain itu,
akibat rusaknya infrastruktur di pesisir Kota Palu, menimbulkan bencana banjir rob di area pesisir
pantai.
PEMANFAATAN TEKNOLOGI:
Upaya Perlindungan Pantai Palu yang dilakukan adalah dengan membangun Tanggul Pengaman Pantai
dengan material utama batu boulder dengan dilapisi geotextile, untuk melindungi infrastruktur dan batas
wilayah di Pantai Palu.

Pemilihan material batu boulder dimaksudkan agar struktur lebih fleksibel terhadap kejadian gempa, dan
mempertimbangan ketersediaan material setempat. Geotextile woven digunakan pada lapisan dasar,
berfungsi sebagai pemisah/separator dan untuk mencegah terjadinya rembesan air yang menyebabkan
uplift pada bangunan. Geotextile non woven digunakan sebagai pelapis struktur, agar pada saat
gelombang air laut datang, dan kembali ke laut, tidak membawa/merusak material penyusun tanggul
pantai.
Fungsi Tanggul Pengaman Pantai:
1. Penahan air laut saat gelombang air pasang/rob;
2. Pengendalian penurunan muka tanah;
3. Mengurangi kerugian ekonomi akibat banjir;
4. Dan menjadi batas jelas Kawasan pesisir.

GEOTEXTILE NON WOVEN

GEOTEXTILE WOVEN
INOVASI BIDANG IRIGASI RAWA
PEMANFAATAN GEOMEMBRANE, CONCRETE LINING, CRUSHED STONE, DAN
SUMUR PANTAU COUNTERMEASURE PADA SALURAN IRIGASI GUMBASA
PEMANFAATAN TEKNOLOGI:

SUMUR COUNTERMEASURE MUKA AIR SEMULA

GEOMEMBRANE CONCRETE LINING

Kerusakan lainnya yang terjadi pada GAMBAR POTONGAN SALURAN


infrastruktur sumber daya air
adalah, rusaknya sarana dan
prasana irigasi. Likuifaksi MUKA AIR RENCANA
menyebabkan terputusnya saluran
irigasi, sehingga produksi pertanian
menjadi terhenti. CONCRETE LINING

Rehabilitasi saluran irigasi Gumbasa 1. Penggunaan geomembrane pada Saluran Primer Gumbasa (hulu s.d.
merupakan proyek penting untuk hilir) dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya rembesan/lolos air
mendorong pemulihan pertanian di
wilayah Petobo dan Jono Oge.
dari sambungan antar modul precast, ke dasar tanah yang dapat
Langkah mitigasi risiko bencana mengurangi potensi terjadinya likuifaksi;
pada rehabilitasi saluran irigasi 2. Penggunaan teknologi concrete lining
Gumbasa adalah dengan pelapisan
saluran utama untuk mencegah Keunggulan: mempercepat pelaksanaan konstruksi, mengurangi
terjadinya resapan air ke tanah, kehilangan air, meningkatkan keseragaman, dan kualitas bahan
sekaligus perlu dilakukan
pemantauan ketinggian air tanah
pelapis dan pada akhirnya dapat memperpanjang umur teknis
pada sistem Irigasi Gumbasa, serta bangunan/infrastrukstur;
pengeluaran tekanan air pori 2. Penggunaan material timbunan berupa crushed stone/filter untuk
(preasure realease) pada saat terjadi
gempa melalui sumur pantau struktur pondasi saluran, berfungsi memperkuat shear zone dan
countermeasure. memungkinkan pelepasan tekanan air pori berlebih yang dapat
muncul sesaat setelah gempa bumi;
3. Pembuatan sumur pantau countermeasure untuk merilis tekanan air
pori saat gempa.
INOVASI BIDANG AIR TANAH AIR BAKU
PEMANFAATAN BETON MODULAR PADA BENDUNG DAN INTAKE

NAMA PEKERJAAN: WORKS FOR HUNTAP TONDO RAW WATER

GAMBAR POTONGAN INTAKE DETAIL MAIN DAM


MODUL BOX SHAPE

MODUL BOX SHAPE

BETON MODULAR

PEMANFAATAN TEKNOLOGI:
BETON MODULAR BETON MODULAR Bendung dan Intake pada pekerjaan ini terbuat dari modul blok beton precast yang dirancang
khusus untuk memudahkan pekerjaan konstruksi. Pemanfaatan Beton Modular digunakan untuk menjawab
tantangan:
GAMBAR POTONGAN INTAKE 1. Keterbatasan waktu pelaksanaan pekerjaan (upaya penanganan darurat harus dilaksanakan secara
cepat);
2. Kecenderungan perubahan morfologi sungai yang selalu berubah (akibat bencana);
3. Ketersediaan data lapangan yang terbatas.

BENDUNG MODULAR BENDUNG KONVENSIONAL


Waktu konstruksi cepat Waktu konstruksi lebih lama

MODUL BOX SHAPE Konstruksi lebih mudah disesuaikan dengan bentuk Konstruksi lebih sulit untuk menyesuaikan bentuk
morfologi sungai (fleksibel) morfologi sungai
Keseragaman mutu dan kualitas beton terjamin Mutu beton tidak seragam
BETON MODULAR C SHAPE (menggunakan beton precast)
Biaya konstruksi lebih murah (pemasangan lebih cepat) Biaya konstruksi lebih mahal
INOVASI BIDANG AIR TANAH AIR BAKU

NAMA PEKERJAAN: WORKS FOR PASIGALA RAW WATER TRANSMISSION SYSTEM REHABILITATION

Salah satu rekonstruksi yang dilakukan oleh BWS Sulawesi III Palu di bidang air air baku pasca
FLEXIBLE JOINT
bencana gempa bumi dan likuifaksi adalah peningkatan Sistem Jaringan Air Baku PASIGALA
(Palu, Sigi, dan Donggala) untuk mengembalikan fungsi penyediaan air baku dari intake Saluki
dengan kapasitas 600 liter/detik.

Keigatan Works For Pasigala Raw Water Transmission System Rehabilitation merupakan kegiatan
pembangunan yang dilakukan untuk menanggulangi dampak munculnya retakan dan degradasi
permukaan tanah yang terjadi akibat likuifaksi yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada
pipa air baku dan sistem distribusi jaringan.

PEMANFAATAN TEKNOLOGI:

1. Pemanfaatan Flexible Joint pada lokasi-lokasi di atas patahan maupun subduksi atau area
yang masih berpotensi terjadi likuifaksi. Flexible Joint didesain untuk dapat lebih mudah
menyesuaikan repon dinamis pipa transmisi terhadap potensi displacement, rotation, dan
elongation yang dapat memberi pengaruh pada pipa saat ada aktivitas seismic;

2. Pemasangan Pipa GIP di atas trust block tipe 1 yang dilengkapi dengan Clamp Saddle dan
trust block tipe 2 dengan struktur beton yang membungkus pipa, didesain untuk lebih protektif
dalam menjaga posisi pipa agar tetap stabil jika ada guncangan;
CLAMP SADDLE ANODE DAN CATHODIC PROTECTION
3. Pemasangan Anode dan Cathodic Protection yang berfungsi melindungi pipa besi dari
potensi karat sehingga umur operasi dapat menjadi lebih Panjang;

4. Pemanfaatan teknologi Real Time Leakage Detection and Monitoring System (Sistem
Monitoring dan Deteksi Kebocoran Pipa - SCADA) yang dapat memberikan peringatan jika ada
anomali tekanan dan debit air yang tidak sesuai dengan referensi yang ditetapkan dalam sistem.
INOVASI SISTEM MONITORING (SCADA)

SCADA (Supervisory Control and Data


Acquisition) adalah sebuah sistem yang
mengawasi, mengendalikan peralatan dan
proses yang tersebar secara geografis.

Penggunaan teknologi SCADA di BWS Sulawesi


III Palu, digunakan untuk:
1. Sistem Monitoring Irigasi; dan
2. Sistem Monitoring Air Baku.

Keunggulan SCADA (Irigasi):


1. Dapat menyajikan informasi real time
kondisi saluran (debit, muka air, cuaca,
dan kualitas air);
2. Data tersebut kemudian dapat digunakan
untuk mensimulasi/ memperhitungkan
neraca air, water losses dan efektivitas
saluran irigasi;
3. Pengoperasian pintu-pintu air secara
otomatis, menggunakan sistem jaringan;
4. Sebagai early warning system apabila
terdapat anomaly, missal: debit rendah,
overflow, runoff.

Keunggulan SCADA (Air Baku):


Untuk monitoring sistem anti karat pipa, dan
mitigasi kebocoran pipa secara real time, dan
dapat memberikan peringatan apabila terdapat
anomali tekanan dan debit air yang tidak sesuai
dengan referensi yang ditetapkan dalam sistem.
INOVASI SISTEM MONITORING (SCADA) – IRIGASI
RECORDING MUKA AIR SERVER PROCESSING DATA (SCADA) REPORTING DATA

SCADA IRIGASI GUMBASA

SCADA Sistem Irigasi digunakan untuk


telemonitoring dan telecontrol secara terpusat.
Telemonitoring adalah kegiatan memantau muka
air kemudian dikonversi menjadi debit dengan
rating curve Bangunan Ukur, yang digunakan
untuk menghitung neraca air, water losses, dan
efektivitas saluran irigasi.

Setelah menghitung kebutuhan air, sesuai luasan DISPLAY DATA DAN


dan pola tanam, Telecontrol adalah kegiatan CONTROLLING SYSTEM
mengatur bukan pintu pada level muka air yang
1. TELECONTROL;
tercatat dalam database. Level muka air ini juga 2. EFEKTIVITAS JARINGAN
dapat digunakan untuk evaluasi, prediction, dan IRIGASI;
3. PERBANDINGAN DEBIT
forecasting. AIR;
4. PERINGATAN DINI
(APABILA TERDAPAT
ANOMALI)
INOVASI SISTEM MONITORING (SCADA) – AIR BAKU

DISPLAY DATA DAN PERINGATAN DINI


(APABILA ADA ANOMALI)
KESIMPULAN

KESIMPULAN:

Dibalik kejadian bencana likuifaksi yang terjadi di Sulawesi Tengah, khususnya wilayah Palu, Sigi, dan Donggala terdapat hal
yang dapat dipetik dan mendapatkan pelajaran yang banyak, salah satunya dalam bidang keteknik sipilan khususnya dalam
hal teknologi dan inovasi bidang keteknik sipilan.
TERIMA KASIH

https://sda.pu.go.id/balai/bwssulawesi3/ pupr_sda_sulawesi3

Anda mungkin juga menyukai