Anda di halaman 1dari 9

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak, karena disanalah
anak mulai mengenal segala sesuatunya hingga mereka menjadi tahu dan mengerti. Di mana
semua ini tidak akan terlepas dari tanggung jawab keluarga terutama orang tua yang memegang
peran yang sangat penting bagi kehidupan anaknya, oleh karena itu orang tua bertanggung jawab
atas proses pembentukan perilaku anak, sehingga diharapkan selalu memberikan arahan,
memantau, mengawasi dan membimbing perkembangan anak melalui interaksi antara orang tua
dengan anak dalam lingkungan keluarga.

Komunikasi, sebagai unsur terpenting dalam kehidupan manusia, mendapatkan peran sentral
dalam proses sosialisasi yang membentuk kepribadian. Keterkaitan erat antara komunikasi dan
perkembangan diri menciptakan fondasi yang sulit dipisahkan. Keberadaan komunikasi bukan
hanya sekadar kebutuhan, tetapi juga merupakan elemen krusial yang membantu menjalin
hubungan dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Manusia, yang secara alamiah adalah
makhluk sosial, memandang komunikasi sebagai jembatan yang menghubungkan satu sama lain.

Lebih dari sekadar alat untuk berbicara, komunikasi memainkan peran integral dalam
menyampaikan informasi kepada orang lain. Pengaruhnya tidak terbatas pada diri sendiri,
melainkan juga dapat menciptakan dampak signifikan pada orang di sekitarnya. Meskipun
begitu, paradoksnya terlihat dalam kehidupan siswa zaman sekarang. Dalam kepadatan tugas-
tugas yang mereka hadapi, waktu untuk berkomunikasi dengan keluarga dan orang-orang
terdekat seringkali menjadi suatu kejaran yang sulit dikejar.

Perubahan ini menimbulkan pertanyaan tentang dampak dari beban tugas yang berlebihan
terhadap hubungan antara orang tua dan anak. Bagaimana keberadaan komunikasi, yang
seharusnya menjadi perekat keluarga, mengalami tantangan dalam dinamika kehidupan siswa
modern? Penelitian ini mencoba mengungkap jawaban atas pertanyaan tersebut untuk memahami
peran penting komunikasi dalam menjaga keintiman dan keseimbangan dalam hubungan
keluarga di tengah kesibukan siswa
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Dampak pemberian banyaknya tugas terhadap hubungan orang tua dan anak.?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Dampak pemberian banyaknya tugas terhadap hubungan orang tua dan
anak

1.4. Manfaat

1. Untuk Memberikan edukasi kepada apa Dampak pemberian banyaknya tugas terhadap
hubungan orang tua dan anak

1.5 Hipotesis

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Tugas

Tugas dapat diartikan sebagai beban kerja dan tanggung jawab seseorang. Ini mencakup
pekerjaan yang harus dilakukan atau ditentukan sebagai bagian dari perintah untuk melakukan
sesuatu dalam suatu jabatan. Sebagai contoh, dalam konteks sekolah, tugas dapat dilihat sebagai
kegiatan yang telah direncanakan di sekolah, dan tanpa sekolah, seseorang tidak dapat
melaksanakan pekerjaan. Pekerjaan yang dimaksud di sini merujuk pada tugas atau perintah
yang diberikan oleh guru kepada siswa sebagai tanggung jawab di sekolah.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tugas adalah pekerjaan yang harus dilakukan
seseorang dalam suatu organisasi berdasarkan perintah dalam suatu jabatan. Oleh karena itu,
untuk menjalankan tugas dengan baik, seseorang perlu memahami tugas dan fungsi kerja sesuai
aturan yang berlaku dalam organisasi tersebut.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di jabatan organisasi, kerjasama dengan bidang
lain sangat diperlukan. Ini berarti setiap bidang dalam organisasi harus memiliki koordinasi dan
kerjasama yang baik untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Metode Pemberian Tugas Dalam Belajar Mengajar

Metode pemberian tugas Biasanya seorang guru memberikan tugas itu sebagai pekerjaan rumah.
Akan tetapi ada perbedaan antara pekerjaan rumah dan pemberian tugas Untuk pekerjaan rumah,
guru menyuruh membaca buku dirumah dengan kata lain mencari referensi diluar dari sekolah,
sedangkan dalam pemberian tugas guru menyuruh membaca. Untuk menambah menambah
tugas.

Dari penjelasan diatas pengertian tugas jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode
pemberian tugas diberikan dari guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggung
jawabkan. Siswa dapat menyelesaikan di sekolah, atau dirumah atau di tempat lain yang kiranya
dapat menunjang penyelesaian tugas tersebut, baik secara individu atau kelompok. Tujuannya
untuk melatih ataumenunjang terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, dan
juga melatih tanggung jawab akan tugas yang diberikan. Hal yang harus diperhatikan dalam
pemberian tugas ;

1. Tujuan penugasan
2. Bentuk pelaksanaan tugas
3. Manfaat tugas
4. Bentuk Pekerjaan
5. Tempat dan waktu penyelesaian tugas
6. Memberikan bimbingan dan dorongan
7. Memberikan penilaian

Jenis tugas yang diberikan oleh guru dalam proses belajar mengajar :

1. Tugas membuat rangkuman


2. Tugas membuat makalah
3. Menyelesaikan soal
4. Tugas mengadakan observasi
5. Tugas mempraktekkan sesuatu
6. Tugas mendemonstrasikan observasi

Kelebihan Pemberian Tugas Oleh Guru

Metode pemberian tugas ini dalam pelaksanaannya memiliki beberapa kelebihan disamping juga
mempunyai beberapa kelemahan. Adapun kelebihan metode pemberian tugas diantaranya adalah
Metode ini merupakan aplikasi pengajaran modern disebut juga azas aktivitas dalam mengajar
yaitu guru mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai aktivitas sehubungan
dengan apa yang dipelajari, sehingga :

1. Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri


2. Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah menginformasikan dan
mengkomunikasikan sendiri.
3. Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan
4. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
5. Dapat mengembangkan kreativitas siswa
6. Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan anak.

Kelemahan metode pemberian tugas banyak

1. Tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu dikerjakan oleh orang lain
yang lebih ahli dari siswa.
2. Sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas
3. Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan siswa,
4. Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit
5. Pemberian tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa apabila terlalu
sering.
6. Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif

2.2. Dampak pemberian banyaknya tugas terhadap komunikasi

orang tua dan anak Mereka tidak punya waktu untuk menjadi seorang anak-anak lagi. Dan
karena kebanyakan dari tugas yang mereka dapat hanya membuat mereka sibuk, belajar hanyalah
menjadi sebuah tugas semata, bukan sebuah pengalaman yang positif dan membangun. Terlalu
banyak PR bagi anak juga akan mempengaruhi kehidupan keluarga. Banyak anak yang pada
akhirnya melewatkan waktu makan malam, dan sebagai hasilnya, satu-satunya interaksi anak
dengan orang tua hanyalah perdebatan mengenai PR tersebut.

Selama ini banyak pendidik yang berpikir bahwa memberikan pekerjaan rumah yang banyak
akan memaksa siswa untuk lebih giat belajar hingga prestasi mereka akan meningkat. Hasil
penelitian terakhir justru menunjukkan bukti yang bertentangan dengan anggapan ini. Survey
yang dilakukan di 41 negara di dunia ini dipublikasikan dalam buku "National Differences,
Global Similarities: World Culture and the Future of Schooling" yang diterbitkan oleh Stanford
University Press.Survey ini dilakukan dengan mengujikan sejumlah soal yang sama kepada
sejumlah siswa di setiap negara.Hasilnya sangat menakjubkan. Murid di Jepang, Republik Ceko
dan Denmark yang hanya menerima PR yang jumlahnya relative sedikit, memperoleh nilai yang
tertinggi. Sebaliknya paa siswa dari Thailand, Yunani dan Iran yang mendapat PR yang banyak
jumlahnya memperoleh nilai yang paling rendah. Fakta ini diungkapkan oleh David Baker
peneliti dari Penn State University.

Jumlah PR yang banyak biasanya akan menjadi problem yang besar bagi para siswa yang
kemampuan ekonominya rendah. Hal ini disebabkan karena orang tua mereka tidak mampu
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar. PR juga biasanya dirancang untuk sekedar
mengingat langkah-langkah pengerjaan soal, dan hal ini tidak cocok untuk kebanyakan siswa.
Begitulah kesimpulan yang ditarik oleh para peneliti melalui survey ini. PR biasanya diambil
sebagai jalan pintas bagi peningkatan mutu pendidikan, bukannya meningkatkan kesempatan dan
akses memperoleh pengetahuan. Hal ini justru akan memboroskan energi, waktu dan biaya.
Begitulah pendapat yang diajukan oleh LeTendre peneliti dari Penn State University. Hasil
penelitian ini hendaknya menjadi renungan bagi para pendidik di Indonesia yang kebanyakan
penduduknya miskin. Selain memperkirakan jumlah PR, bentuk PR tersebut juga harus
diperbaiki. PR harus menjadi media untuk memperluas akses informasi siswa dan bukan sekedar
media menghafal Langkah-langkah pengerjaan soal.

Komunikasi yang buruk atau kurang tepat tidak baik untuk hubungan antara orang tua dan anak.
Ini sering terjadi di masyarakat kita karena kebanyakan orang tua kurang memahami akan
komunikasi yang benar terhadap anaknya. Apalagi jika anak berusia kurang dari 12 tahun. Anak
ini biasanya akan menuruti kemauannya sendiri dan tidak mau menuruti perintah orang tuanya.
Jika komunikasi ini tidak segera dikoreksi hubungan orang tua dan anak makin memburuk.
Komunikasi yang tidak disukai anak-anak biasanya komunikasi yang berupa perintah. Tentunya
sebagai orang tua akan merasa jengkel apabila perintah atau harapannya tidak mau dipatuhi
anak-anaknya. Jalan satu- satunya ialah menjelaskan kepada anak mengapa pilihan itu dianggap
kurang menyenangkan itu yang harus diambil, jelaskan pula akibat kalau mengabaikan pilihan
itu, apakeuntungan buat anak, dan bernegosiasi jika anak merasa punya alasan tersendiri untuk
tidak memenuhi harapan orang tua.

Penting bagi orang tua untuk meredam ego dan berusaha menjalin komunikasi yang tidak
memaksa dan tidak menyakiti anak. Jika tidak situasi akan menjadi semakin sulit dan
pertengkaran pun mungkin tidak dapat di hindarkan. Ketika anak merasa dirinya tidak
didengarkan anak cenderung menjadi defensive dan mengambil sikap berseberangan dengan
orang tuanya. Untuk seterusnya ia akan menjauh dan menutup diri. Kondisi seperti itu jauh lebih
sulit diperbaiki ketimbang jika orang tua bersedia melakukan komunikasi sejajar dengan anak,
mengesampingkan ego, dan menghargai apa yang disampaikan anak.

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metodelogi Penelitian

3.2 Prosedur Penelitian

3.3 Instrumen Penelitian

3.4 Definisi Operasional

3.5. Populasi dan Sampel

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Penelitian


4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL SEKOLAH

Anda mungkin juga menyukai