Anda di halaman 1dari 18

Apa saja peninggalan kerajaan Majapahit yang ada di museum-museum luar negeri ?!

Majapahit Gold

Tombak Pataka ini di buat di era Kerajaan SINGHASARI (abad 12 – 13 Masehi), dan diwarisi oleh
Kerajaan WILWATIKTA (MAJAPAHIT). Adalah Pataka yang direbut kembali oleh para senopati
Singhasari eks ekspedisi PAMALAYU di Kerajaan Jayakatwang Kediri. Pasukan ini merasa terluka
hatinya dikarenakan kerajaan Singhasari diruntuhkan Jayakatwang ketika mereka tidak berada di
tempat, sehingga tidak bisa membela negara. Ketika mereka pamit melakukan tindakan perebutan
kembali pataka-pataka Singhasari sebagai wujud pengembalian kehormatan Singhasari kepada
SANGRAMA WIJAYA sempat tidak diijinkan. Karena SANGRAMA WIJAYA masih trauma akan perang
saudara yang baru saja dijalaninya (Raja JAYAKATWANG adalah sepupu SRI KERTANEGARA yang
sekaligus besannya, dan masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan SANGRAMA WIJAYA
melalui kakeknya NARASINGAMURTI).

Kemudian para senopati ini nekat berangkat setelah berpamitan kepada Prameswari
TRIBHUWANESWARI (yang juga putra pertama SRI KERTANEGARA dan istri SANGRAMA WIJAYA).
TRIBHUNARESWARI tidak menjawab YA atau TIDAK, hanya bersabda : PENUHI DHARMAMU SEBAGAI
KSATRYA. Dan ini yang menjadi legitimasi bagi para senopati ekspedisi PAMALAYU merebut kembali
panji pataka peninggalan Singhasari yang ada di Daha.

Mereka akhirnya berhasil membawa pulang 5 (lima) panji Pataka Singhasari dan meneguhkan sikap
para kerabat di wilayah Daha (yang masih bingung harus bersikap mengabdi kepada siapa), bahwa
Majapahit adalah penerus Singhasari yang sah dan penerus Rajasawangsa.

Pada Tombak Pataka ini lah pertama kali di pasang Lambang Kerajaan Wilwatikta (Majapahit). Ada 4
(empat) kali perubahan lambang negara Majapahit yang pernah ditambatkan pada Pataka ini. Pada
foto diatas adalah lambang kedua yang dipakai pada masa pemerintahan Rani TRIBHUWANA
TUNGGADEWI dan Raja SRI RAJASANAGARA DYAH HAYAM WURUK, dimana Majapahit mengalami
masa keemasannya. Mengenai keempat Lambang Negara Majapahit dapat anda lihat pada catatan
yang lain. Semua Lambang Kerajaan (keempat-empatnya) bernama : SURYA WILWATIKTA. Banyak
yang menyebutnya juga sebagai SURYA MAJAPAHIT.

Tombak Pataka ini sekarang berada di :

THE METROPOLITAN MUSEUM OF ART


1000 5th Avenue, New York, NY – USA
Dengan data museum sebagai berikut :
Top of a Scepter
Period: Eastern Javanese period, Singasari kingdom
Date: ca. second half of the 13th century
Culture: Indonesia (Java)
Medium: Copper alloy
Dimensions: H. 16 1/16 in. (40.8 cm)
Classification: Metalwork
Credit Line: Samuel Eilenberg Collection, Gift of Samuel Eilenberg, 1987
Accession Number: 1987.142.184
This artwork is currently on display in Gallery 247
Tombak Pataka ini di buat di era Kerajaan SINGHASARI (abad 12 – 13 Masehi), dan diwarisi oleh
Kerajaan WILWATIKTA (MAJAPAHIT). Merupakan satu-satunya tombak pataka Singhasari yang
mampu diselamatkan oleh SANGRAMA WIJAYA pada saat keruntuhan Kerajaan Singhasari akibat
serbuan Kerajaan Gelang-gelang. Pataka lainnya berhasil dikuasai dan diboyong oleh Raja
Jayakatwang ke Kerajaan Gelang-gelang.

Pada Tombak Pataka ini lah pertama kali di pasang bendera Kerajaan Wilwatikta (Majapahit) ketika
di proklamirkan di hutan Tarikh (setelah penyerbuan pasukan Tartar dan pasukan SANGRAMA
WIJAYA atas Kerajaan Gelang-gelang). Bendera tersebut bernama : Gula – Kelapa (Merah – Putih),
yang sekarang kita warisi menjadi Bendera Sang Saka Merah Putih.

Tombak Pataka ini sekarang berada di :


THE METROPOLITAN MUSEUM OF ART
1000 5th Avenue, New York, NY – USA
Dengan data museum sebagai berikut :
Halberd Head with Nagas and Blades
Period: Eastern Javanese period, Singasari kingdom
Date: ca. second half of the 13th century
Culture: Indonesia (Java)
Medium: Copper Alloy
Dimensions: H.17 1/4 in. (43.8 cm); W. 9 3/4 in. ( 24.8 cm)
Classification: Metalwork
Credit Line: Samuel Eilenberg Collection, Bequest of Samuel Eilenberg, 1998
Accession Number: 2000.284.29a, b
This artwork is currently on display in Gallery 247
Tombak Pataka ini di buat di era Kerajaan SINGHASARI (abad 12 – 13 Masehi), dan diwarisi oleh
Kerajaan WILWATIKTA (MAJAPAHIT). Dipasang di atas kapal yang memimpin rombongan ekspedisi,
menandai adanya seseorang diatas kapal tersebut yang mewakili Raja atau Negara. Bendera atau
panji yang dipasang bernama : “Getih – Getah Samudra” (lima garis merah dan empat garis putih),
sebagai bendera armada militer SINGHASARI / MAJAPAHIT. Sampai saat ini bendera ini dipakai oleh
TNI-AL dalam kapal-kapal perangnya di perairan internasional, dengan nama panji : “Ular-ular
Tempur”.

Pataka ini di bawa oleh pasukan ekspedisi PAMALAYU dan diserahkan kepada Kerajaan Majapahit
sebagai penerus dari Kerajaan Singhasari.

Berkiprah pada “Ekspedisi PAMALAYU (Singhasari)”, “Ekspedisi Duta Besar ADITYAWARMAN ke


China (Majapahit)” hal ini dilakukan dua kali, “Ekspedisi NUSANTARA oleh GAJAHMADA
(Majapahit)”. Dan eksis sampai saat ini, dilanjutkan oleh TNI-AL sebagai kekuatan maritim Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Tombak Pataka ini sekarang berada di :


THE METROPOLITAN MUSEUM OF ART
1000 5th Avenue, New York, NY – USA
Dengan data museum sebagai berikut :
Halberd Head with Naga and Blades
Period: Eastern Javanese period, Singasari kingdom
Date: ca. second half of the 13th century
Culture: Indonesia (Java)
Medium: Copper alloy
Dimensions: H.17 1/2 in. (44.4 cm); Gr. W. 8 1/4 in. (21 cm)
Classification: Metalwork
Credit Line: Samuel Eilenberg Collection, Gift of Samuel Eilenberg, 1996
Accession Number: 1996.468a, b
This artwork is currently on display in Gallery 247

Dalam menjalankan politik NUSANTARA (penyatuan seluruh kepulauan nusantara di bawah panji
Majapahit), terdapat 3 nama besar yang cukup disegani dalam pelaksanaannya.
Yang pertama adalah : ADITYAWARMAN (dengan pangkat tertingi Wredhamantri), adalah keluarga
raja yang meniti kariernya di dunia militer sebagai penerus ayahandanya (keluarga Raja Singhasari)
MAHESA ANABRANG yang bergelar ADWAYABRAHMA. Kedua-duanya dikenal tangguh di medan
pertempuran, jago strategi dan ulet menjalankan misi diplomatik (MAHESA ANABRANG adalah
pimpinan misi diplomatik ekspedisi PAMALAYU Singhasari ke Kerajaan DHARMASRAYA, jejak ini
diikuti putranya : ADITYAWARMAN yang melakukan “mission imposible” dengan melakukan
kunjungan diplomatik ke Kaisaran China. Padahal baru 2 dekade pasukan Tartar ini digempur dalam
pertempuran tanah Jawa oleh Raden WIJAYA, dan mereka sedang mempersiapkan gempuran
balasan). Kehandalan ADITYAWARMAN sebagai duta lah yang bisa menetralisir keadaan dan bahkan
menemukan kesepahaman dalam hubungan antar negara. Baik ayah dan anak ini ketika melakukan
tugasnya : membawa Tombak Pataka SANG HYANG BARUNA.

Yang kedua dan ketiga adalah dua serangkai : Panglima Laut Rakarian Tumenggung MPU NALA dan
Mahapatih Amangkubhumi GAJAHMADA. Keduanya secara bahu-membahu menjalankan tugas
penyatuan nusantara dengan konsisten dibidangnya masing-masing. MPU NALA adalah generasi
kedua panglima armada laut, ayahandanya dikenal sebagai panglima laut yang memimpin
rombongan pertama ekspedisi Pamalayu Singhasari menuju Kerajaan Tumasik di selat Malaka. Maka
penunjukannya sebagai Panglima Laut di era pemerintahan Rani TRIBHUWANA TUNGGADEWI
bersifat mutlak, mengingat banyak pelaut-pelaut yang dahulu mengabdi kepada ayahandanya telah
bersumpah setia mendukung kepemimpinannya mengarungi samudra. Dikenal jago pertempuran
laut dan pandai menyatukan pasukan laut yang berasal dari beberapa negara bawahan.

Mahapatih Amangkubhumi GAJAHMADA adalah tokoh kunci dari politik penyatuan nusantara lewat
SUMPAH PALAPAnya. Seorang militer tulen yang memulai karirnya dari bawah sebagai bekel dan
dikenal cerdas mempelajari ilmu pemerintahan. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh politik
NUSANTARA Kerajaan Singhasari Raja SRI KERTANEGARA dan hal ini cocok dengan pemikiran Rani
Majapahit (TRIBHUWANA TUNGGADEWI yang juga cucu dari SRI KERTANEGARA) yang mendapat
pemahaman serupa dari ibundanya : DYAH AYU GAYATRI.

Keteguhan hati sang GAJAHMADA dalam mencapai cita-citanya diujinya sendiri dalam berbagai
medan pertempuran di separuh kehidupannya. Kemampuannya yang ulet, luwes sekaligus tegas dan
tangguh telah mewariskan kepada kita INDONESIA Raya yang luas ini.

Dalam menjalankan ekspedisinya, kapal panglimanya selalu membawa Tombak Pataka Sang Hyang
BARUNA dan mengibarkan panji-panji kebesaran Majapahit.

Rupanya perjalanan sejarah tersebut diabadikan secara konsisten oleh TNI-AL sebagai kekuatan
maritim INDONESIA. Panji Maritim Majapahit tetap dipakai hingga saat ini, bahkan GAJAHMADA
dibuatkan monumennya di Markas Komando TNI-AL Surabaya. Keduanya baik MPU NALA maupun
GAJAHMADA, namanya diabadikan sebagai nama kapal perang : KRI. NALA dan KRI. GAJAHMADA.

PUSAKA-PUSAKA MILIK MAJAPAHIT


Jenis : Pusaka Kubur
Nama : TOPENG KUBUR
Era : Majapahit, Abad ke-14
Material : Emas
Koleksi :
THE METROPOLITAN MUSEUM OF ART
1000 5th Avenue, New York, NY – USA
Funerary Mask
Period: Eastern Javanese period
Date: 14th century
Culture: Indonesia (Java, Majapahit)
Medium: Gold
Dimensions: Diam. 7 1/2 in. (19.1 cm)
Classification: Sculpture
Credit Line: Gift of The Kronos Collections, 1995
Accession Number: 1995.569.2
Jenis : Pusaka
Nama : Liontin KEPALA DEWA SIWA
Era : Majapahit, abad ke-15
Material : Emas
Koleksi :
THE METROPOLITAN MUSEUM OF ART
1000 5th Avenue, New York, NY – USA
Head of Shiva(?)
Period: Majapahit period
Date: ca. 15th century
Culture: Indonesia (Java)
Medium: Gold
Dimensions: H. 1 1/2 in. (3.8 cm)
Classification: Sculpture
Credit Line: Gift of Cynthia Hazen Polsky, 1991
Accession Number: 1991.423.11
This artwork is not on display
Jenis : Pusaka Emas
Nama : LIONTIN KALA
Era : Abad Ke-10
Asal : Jawa Timur
Material : Emas
Koleksi :
THE METROPOLITAN MUSEUM OF ART
1000 5th Avenue, New York, NY – USA
Rattle with Kala Head
Period: Eastern Javanese period
Date: last quarter of the 10th–last quarter of the 14th century
Culture: Indonesia (Java)
Medium: Gold
Dimensions: 2 3/4 in. (7 cm)
Classification: Metalwork
Credit Line: The Samuel Eilenberg-Jonathan P. Rosen Collection of Indonesian Gold, Bequest of
Samuel Eilenberg and Gift of Jonathan P. Rosen, 1998
Accession Number: 1998.544.26
This artwork is currently on display in Gallery 247
Jenis : Pusaka Emas
Nama : HULU KERIS
Material : Emas
Era : Perkiraan abad ke 9 – 14
Asal : Jawa Timur
Koleksi :
THE METROPOLITAN MUSEUM OF ART
1000 5th Avenue, New York, NY – USA
Weapon Handle with Ganesha
Period: Eastern Javanese period
Date: early 9th–14th century
Culture: Indonesia (Java)
Medium: Gold
Dimensions: H. 2 1/8 in. (5.5 cm)
Classification: Metalwork
Credit Line: The Samuel Eilenberg-Jonathan P. Rosen Collection of Indonesian Gold, Bequest of
Samuel Eilenberg and Gift of Jonathan P. Rosen, 1998
Accession Number: 1998.544.56
This artwork is currently on display in Gallery 247
Jenis : Pusaka Emas
Nama : HULU KERIS
Material : Emas
Era : Abad ke-15
Asal : Majapahit
Koleksi :
THE METROPOLITAN MUSEUM OF ART
1000 5th Avenue, New York, NY – USA
Hilt of a Weapon
Period: Eastern Javanese period
Date: last quarter of the 10th–last quarter of the 15th century
Culture: Indonesia (Java)
Medium: Gold
Dimensions:
Classification: Metalwork
Credit Line: The Samuel Eilenberg-Jonathan P. Rosen Collection of Indonesian Gold, Bequest of
Samuel Eilenberg and Gift of Jonathan P. Rosen, 1998
Accession Number: 1998.544.43
This artwork is currently on display in Gallery 247
Melihat ornamennya yang lengkap sesuai cerita GARUDHA MUKHA dan model hiasannya, saya
meyakini arca ini dibuat di era Kerajaan Kahuripan pada abad ke-10 / 11. Sebab ketika era KADIRI
dan SINGHASARI, ornamen KURA-KURA tidak digunakan lagi.

Koleksi :
THE BARAKAT GALLERY – Baverly Hills, CA – USA
Gold Sculpture of Vishnu Riding on the Shoulders of Garuda – CK.0051
Origin: Indonesia
Circa: 900 AD to 1300 AD
Dimensions: 7.25″ (18.4cm) high x 3.5″ (8.9cm) wide 989 Grams
Collection: Asian
Style: Javanese
Medium: Gold
Jenis : Arca Emas
Nama : DEWA WISNU
Era : Kerajaan Majapahit, abad ke-14
Koleksi : Museum Eropa (namanya dirahasiakan)
Jenis : Pusaka Kasekten (Kesaktian)
Nama : DURGO NGERIK
Era : Majapahit, abad ke-14
Tangguh : Daha (Kadiri)
Koleksi :
THE METROPOLITAN MUSEUM OF ART
1000 5th Avenue, New York, NY – USA
Kris
Date: 18th–19th century
Culture: Javanese
Medium: Steel, gold, and wood
Classification: Krisses
Credit Line:
Edward C. Moore Collection, Bequest of Edward C. Moore, 1891
Accession Number: 91.1.899
This artwork is not on display
Jenis Pusaka : Keris Sikep (Kebesaran)
Dapur : SINGO BARONG Kinatah Emas
Pamor : Lintang Kemukus
Era : Kerajaan MATARAM
Koleksi : Museum VOLKENKUNDE, Leiden
Inventaris No. : 924-58
Asal Perolehan : Yogyakarta

Satu lagi Pusaka Ampuh MATARAM yang berpamor langka : Lintang Kemukus yang terpasung di luar
negeri. Ini bukan satu-satunya pusaka utama kita yang tersandera, ada ribuan dalam database
mereka, semoga saya bisa mengakses masuk dan menunjukkan kepada anda semua. Tetapi ada yang
sedikit melegakan, rata-rata kondisi pusaka terawat dengan baik, saya dengar mereka malah
mempekerjakan orang Indonesia yang paham pusaka guna merawat koleksi museum.
Special collection: Insular Southeast Asia
Inventory number: 924-58
Material / technique: iron, nickel, gold, silver, brass, copper, wood
Dimensions: L 51 cm, L 41 cm blade, sheath 44 cm L
Date: for 1893

Jenis Pusaka : Tombak Pataka (tempat mengikat bendera Kerajaan)


Nama : KYAI TJAKRA
Era : Kerajaan MATARAM
Koleksi : Museum VOLKENKUNDE, Leiden
Inventaris No. : 704-15
Asal Perolehan : Yogyakarta
Staatsielans sheath and (say)
Special collection: Insular Southeast Asia
Inventory number: 704-15
Title: staatsielans sheath and (say)
Material / technique: gold, silver, copper, brass, wood
Dimensions: L 226 cm, 22.5 cm L point, B point 20 cm, 3.2 cm shaft D, L sheaths 11 to 18.8 cm, 2.6 to
10 cm B sheaths
Date: [NI]
Indigenous name: tjakra
Function: status, rank and dignity signs, identifiers
Culture: Yogyakarta
Origin: Yogyakarta

Jenis Pusaka : Tombak Pataka (tempat mengikat bendera Kerajaan)


Nama : KYAI ARDA DEDALI
Era : Kerajaan MATARAM
Koleksi : Museum VOLKENKUNDE, Leiden
Inventaris No. : 704-13
Asal Perolehan : Yogyakarta
Staatsielans and sheath
Special collection: Insular Southeast Asia
Inventory number: 704-13
Title: staatsielans and sheath
Material / technique: gold, diamond, wood, silver
Dimensions: L 230 cm x 6.4 cm section 22; D shaft 3 cm x 2.5 cm sheath 17
Date: [NI]
Indigenous name: Arda dedali
Function: status, rank and dignity signs, identifiers
Culture: Yogyakarta
Origin: Yogyakarta

Majapahit Artilery

Sebagai orang Indonesia, BANGGA saya karena nenek moyang kita HEBAT dan sangat LUARR BIASA,
namun di sisi lain saya juga SEDIH karena tidak bisa menjaga peninggalan-peninggalan ini, sehingga
diambil orang dan jadi milik mereka. Akhirnya, mengutip kalimat dari Presiden Sukarno, “Jangan
sekali-kali melupakan sejarah!”

Anda mungkin juga menyukai