Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROGEOLOGI
PRAKTIKUM LAPANGAN

OLEH:

NAMA : INDAH NURFADILLA YANDRI


NIM : 2210233006
KELAS KULIAH : AGROGEOLOGI TANAH C
KELAS PRAKTIKUM : AGROGEOLOGI TANAH C
DOSEN PENGAMPU : ZULDADAN NASPENDRA, SP., MSi

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya yang tiada kira besarnya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Agrogeologi ini.

Adapun dalam penyusunan laporan ini saya ucapkan terimakasih


kepada dosen penanggung jawab mata kuliah ini bapak Zuldadan
Naspendra., SP., MSi., serta teman teman yang telah memberi dukungan,
dan kepercayaan yang begitu begitu besar.

Demi kesempurnaan laporan praktikum ini, penulis mengharapkan


kritik dan saran yang membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan


praktikum saya ini bermanfaat.

Padang, 18 Desember 2023

Indah Nurfadilla
Yandri
2110233006
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................
1.2. Tujuan...............................................................................................................................
BAB II. METODE PRAKTIKUM.................................................................................
3.1. Waktu dan Tempat............................................................................................................
3.2. Alat dan Bahan..................................................................................................................
3.3. Cara Kerja.........................................................................................................................
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................................
4.1. Hasil..................................................................................................................................
4.2. Pembahasan......................................................................................................................
BAB IV. PENUTUP.......................................................................................................
5.1. Kesimpulan.....................................................................................................................
5.2. Saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kuliah lapangan merupakan kegiatan rutin bagi mahasiswa sebagai salah satu
syarat kurikulum, agar mahasiswa dapat memperoleh informasi serba guna
tentang dunia kerja sektor pertanian, sehingga nantinya dapat menyelesaikan
pelatihan profesi. Kuliah lapangan hanya sebatas observasi industri, observasi dan
tanya jawab langsung kepada narasumber.
Sumatera Barat terletak di beberapa wilayah yang aktif secara tektonik dan
vulkanik yaitu pertemuan Dataran Tinggi Indo-Australia dan Eurasia, pergerakan
dataran tinggi tersebut banyak memicu terjadinya bencana alam salah satunya
tanah longsor.
Bukit Tui merupakan bukit kapur yang membatasi bagian selatan Padang
Panjang antara Rao-Rao dan Tanah Hitam. Sebagian besar penduduk bermata
pencaharian sebagai penambang kapur, sebagian besar laki-laki bekerja sebagai
pengangkut batu kapur, memuat karung kapur ke truk. Meskipun pemeliharaan
batu kapur secara tradisional ditangani oleh keluarga, saat ini banyak pabrik yang
mendominasi wilayah tersebut. Oleh karena itu, Gunung Tui menjadi salah satu
sumber kehidupan utama masyarakat yang tinggal di sana, terlebih lagi Gunung
Tui merupakan batuan sedimen yang dibuktikan dengan meneteskannya larutan
HCl pada batuan tersebut dan buih batuannya. Dalam hal ini batu tersebut dapat
digolongkan sebagai batugamping.
Selain bentang alam struktural, Gunung Tui juga mempengaruhi bentang
alam vulkanik, pada masa lalu pernah terjadi letusan gunung berapi sehingga
semburan magma sampai ke Gunung Tui. Peristiwa ini diperkirakan terjadi ribuan
tahun lalu. Mengenai hubungan antara bentang alam struktural dan bentang alam
vulkanik, dapat digolongkan bahwa bentang alam vulkanik terbentuk lebih dahulu
dibandingkan bentang alam struktural. Karena terlihat jenis batuan yang
ditemukan merupakan batuan sedimen. Batuan sedimen ini terbentuk dari hasil
disintegrasi endapan batuan beku.
Lembah Harau adalah sebuah ngarai dekat kota Payakumbuh di kabupaten
LimapuluhKoto, provinsi Sumatera Barat. Lembah Harau diapit dua bukit cadas
terjal denganketinggian mencapai 150 meter. Lembah Harau dilingkungi batu
pasir yang terjal berwarna-warni, dengan ketinggian 100 sampai 500 meter.
Topografi Cagar AlamHarau adalah berbukit-bukit dan bergelombang. Tinggi dari
permukaan laut adalah500 sampai 850 meter, bukit tersebut antara lain adalah
Bukit Air Putih, Bukit Jambu,Bukit Singkarak dan Bukit Tarantang. Tebing-
tebing granit yang menjulang tinggidengan bentuknya yang unik mengelilingi
lembah. Tebing-tebing granit yang terjalini mempunyai ketinggian 80 m hingga
300 m.Letak lokasi kami melakukan pengamatan, apabila menggunakan GPS
kami berada pada koordinat
( 00.11279° ; 100.65905° ) dengan ketinggian 548 mdpl.
Perjalanan menuju lembah Harau sangat menyenangkan. Di udara segar,
kita melihat keindahan lingkungan. Lembah ini dikelilingi bebatuan granit yang
menjulang tinggi dengan bentuk yang unik. Tebing granit terjal ini tingginya
bervariasi antara 80 hingga 300 meter. Pada dasarnya, sejak kita memasuki
Lembah Harau, banyak sekali keindahan menakjubkan yang kita temukan di
sepanjang perjalanan. Bukit di lembah Harau disebabkan oleh naiknya tanah dan
juga turunnya gunung, tidak hanya karena turunnya satu bukit saja, tetapi juga
karena “terangkatnya” dataran tersebut.
Beberapa ahli geologi berpendapat bahwa Lembah Harau dulunya adalah
lautan, secara teoritis hal ini mungkin benar, karena banyak terdapat endapan laut
yang belum terganggu yang kini berada di daratan, maka secara teoritis dapat
disimpulkan bahwa kawasan ini dulunya adalah lautan. . Hal ini diperkuat dengan
hasil penelitian Kelompok Kerja Geologi Jerman (Barat) yang menyelidiki jenis
batuan yang ditemukan di Lembah Harau pada tahun 1980. Hasil penelitian
kelompok tersebut menunjukkan bahwa batuan di perbukitan di Lembah Harau .
pada tahun 1980 merupakan batuan Breksi dan Konglomerat yang biasanya
merupakan jenis batuan yang terdapat di dasar laut, , batuan kasar yang terdiri
dari pecahan-pecahan bulat yang berukuran lebih dari 2 mm.

B. Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakan praktikum lapangan agrogeologi kali ini yaitu
untuk mengetahui batuan-batuan dan klasifikasinya juga patahanya yang ada di
Bukit Tui Padangpanjang dan batuan di Lembah Harau Payakumbuh.
BAB II. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum lapangan ini dilaksanakan di Bukit Tui Padang Panjang dan
Lembah Harau pada hari Sabtu, 9 Desember 2023 pukul 7.30 WIB -Selesai
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu HCL,
cangkul, batu dan kamera sebagai alat dokumentasi
C. Prosedur / Cara Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum identifikasi batuan
sedimen adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Melakukan identifikasi batuan beku secara megaskopis/ kasat mata
berdasarkan sifat-sifat fisinya: Warna.tekstur,struktur,komposisi mineral
pembentuk batuan
3) Menentukan nama batuannya
4) Mengisi data pada lembar pengamatan
Dan Adapun untuk identifikasi patahan menggunakan metode geolistrik
dengan konfigurasi dipole- dipole yang melintang terhadap kelurusan berarah
pada batuan.
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil
No Lokasi Penjelasan Dokumentasi
1. Bukit Tui, Bukit Tui memiliki formasi
Padang Panjang
karst yang membentang
sepanjang pulau Sumatra,
membentuk banyaknya
batuan kapur yang ada
disana. Disana juga terdapat
proses pengolahan batu kapur
menjadi batu tohor
Batu kapur termasuk kedalam
batuan sedimen kimia yang
memiliki komposisi CaCO3

Gambar 1. Bukit Tui


dan tempat
pengolahan batu kapur
tohor

2. Tidak ada (tidak Batu yang keluar dari gunung Tidak ada
mengunjungi pendokumentasian
berapi tergolong batuan beku
lokasi yang karena tidak berada
bersangkutan) karena terbentuk akibat pada lokasi
proses vulkanik. Material
yang keluar berupa batuan,
kerikil maupun debu yang
keluar dari gunung berapi
3. Lembah Harau, Lembah Harau adalah sebuah
Kabupaten 50 ngarai dekat Kota
Kota Payakumbuh di Kabupaten
Limapuluh Koto, provinsi
Sumatera Barat. Lembah
Harau diapit dua bukit cadas
terjal dengan ketinggian
mencapai 150 meter
Lembah harau mempunyai
stuktur patahan. Dimana
terjadi patahan pada tebing
yang dihasilkan langsung
oleh proses tektonik yang
menyebabkan terjadinya
patahan turun atau block
sehingga terbentuk tebing
tebing yang menjuntai tinggi.

Gambar 2. Tebing
Lembah Harau

B.Pembahasan
1. Karakterisasi Formasi Karst Bukit Tui .
Batu kapur yang ada pada Bukit Tui adalah formasinya kapur (kars). Dimana
dahulunya Bukit Tui adalah sebuah lautan yang kemudian terangkat sehingga
menyebabkan daerah disekitar terangkat karena adanya gaya tektonik. Batuan
kapur ini termasuk batuan sedimen karena tampak berlapis yang terjadi karena
adanya kompaksi sedimen kimia, ion-ion Ca dan hewan-hewan laut yg
mengendap. Hal ini menyebabkan kadar Ca yang tinggi pada batu kapur kalsit
(CaCO3). Batu kapur kalsit ini bisa digunakan sebagai bahan amelioran yang
digunakan untuk meningkatkan pH tanah. Jika batu kapur tersebut dibakar akan
membentuk kapur tohor CaO dan manfaatnya utk campuran semen.
Hal ini sesuai dengan literatur dimana batuan kapur adalah batuan sedimen
yang berbasis dari laut, karena hal itu, batuan kapur berdasarkan tenaga alam yang
mengangkutnya dan tempat batuan kapur itu diendapkan termasuk klasifikasi
batuan sedimen marin, berdasarkan proses pengendapannya, batu gamping dan
batu karang merupakan batuan sedimen organik. Batu gamping juga dapat
menjadi batuan sedimen kimia yang terbentuk oleh pengendapan kalsium
karbonat dari air danau ataupun air laut. (Boggs Jr, S., dan Boggs, S, 2009).

Batu gamping/ kapur disini diolah oleh masyarakat sekitar menjadi batu
tohor (CaO). Dimana batu gamping nantinya akan dibakar dengan suhu yang
tinggi di dalam tungku dengan menggunakan batu bara dan bahan pencampur
lainnya pembakaran dilakukan sangat lama bisa lebih dari satu hari, hal ini
berfungsi untuk menghilangkan kadar air yang ada pada batu dan menjadikannya
kapur. Kapur tohor berbeda dengan dolomit, kapur dolomit mengandung kalsium
dan magnesium. Ini adalah pilihan yang baik untuk tanah yang kekurangan kedua
mineral ini. Selain itu, kapur dolomit lebih lambat bereaksi dibandingkan kapur
tohor, sehingga efeknya pada tanah lebih bertahap.
Dalam proses pengolahan batu ini bahan-bahan yang digunakan akan
diambil dari beberapa tempat dimana batu kapur tersebut diambil dari Gunung
Singgalang, sedangkan batu bara yang digunakan sebagai proses pembakaran
diambil dari Sawah Lunto. Batu bara yang diambil tersebut merupakan hasil dari
sisa tumbuhan purba yang memadat. Proses pembakaran batu disusun dengan
cara melapisi batu kapur dengan selapis batu bara. Pembakarannya dilakukan
selama seminggu. Mereka bekerja dari jam setengah tujuh pagi sampai jam
lima sore yang menghasilkan 10 hingga 12 ton per harinya. Proses pembuatan
tungku diawali dengan penimbunan tanah yang dilanjutkan dengan proses
pemadatan, lalu pembuatan pondasi. Untuk membuat tungku sedalam 8-10
meter, tidaklah murah. Menurut bapak Datuk Tuo, zaman dahulu pembuatannya
memakan biaya sekitar 60 juta rupiah hingga 100 juta lebih.
Proses penambangan batu kapur ini menjadi bahan baku industri kapur
yang diusahakan dan dikembangkan oleh masyarakat secara turun temurun
semenjak lebih dari satu abad yang lalu. Kegiatan dan pola penambangan
dilakukan warga dengan cara tradisional sehingga mengandung resiko yang
cukup tinggi seperti terjadinya kecelakaan yang menimpa para penambang.
Proses penambangan batu kapur ini dilakukan sendiri di Kota Padang Panjang
yang terdapat kawasan kars yang cukup luas berada di kawasan Bukit Tui.
Kawasan kars Bukit Tui memiliki potensi batu kapur atau batu gamping dalam
jumlah yang sangat banyak.
2. Vulkanik Gunung Marapi.
Gunung Marapi (juga dikenal sebagai Merapi atau Berapi) adalah gunung
berapi yang terletak di Sumatra Barat, Indonesia. Gunung ini tergolong gunung
yang paling aktif di Sumatra. Terletak dalam kawasan administrasi Kabupaten
Agam dan Kabupaten Tanah Datar. Gunung ini dapat juga dilihat dari kota
Bukittinggi, kota Padang Panjang dan kabupaten Tanah Datar dan memiliki
ketinggian 2.891 m. Gunung Marapi sudah meletus lebih dari 50 kali sejak akhir
abad 18. Gunung marapi termasuk di daerah jalur patahan semangko dimana
pada sekitar daerah patahan ini banyak ditemukan vulkan.
Tanah di Gunung Marapi memiliki ciri-ciri bewarna yang gelap dan banyak
mengandung bahan organik tanah. Bahan organik yang terkandung di dalam
tanah juga bertahan vcukup lama, hal ini disebabkan oleh tanah tersebut banyak
mengandung mineral nonkristalin yang bersifat amorful yang bisa mengkomplek
bahan organik sehingga bisa menahan bahan organik dalam waktu yang lama.
Aspek tanah sangat perpengaruh terhadap produksi pertanian, karena
letusan gunung tersebut menyebabkan kerusakan lahan karena sifat fisik, kimia,
maupun bilogi mengalami perubahan. Suhu Material yang dilepaskan saat erupsi
yang umumnya tinggi dapat mempengaruhi langsung terhadap kehidupan jasad
mikro tanah atau juga dapat menimbulkan menimbunan bahan-bahan beracun
yang dapat mempengaruhi kehidupan tanaman. Tetapi dilain pihak akibat erupsi
gunung api dapat menguntungkan dari segi kesuburan tanah yaitu berupa
penambahan bahan debu pasir yang kaya akan unsur hara(Syekhfani, 1991).
Lahan pertanian yang ada disekitaran gunung Merapi tersebut terlihat
subur dikarnakan tanah yang berada disana kaya akan bahan organik yang
ditandai dengan warnanya yang gelap, tidak hanya itu disekitan lereng gunung
merapi itu bisa dilihat sendiri sangat banyak tanaman yang ditama oleh petani itu
dikarnakan lahan disana masih sangat subur untuk dijadikan lahan pertanian yang
bisa menghasilkan untuk pertanian di sana. Pada lahan dilereng gunung Merapi
petani disana melakukan penanaman polikultur dimana tanaman yang tidak bisa
menghasilkan akan digantikan dengan tanaman yang lain.
3. Struktur Patahan Lembah Harau.
Lembah Harau adalah sebuah ngarai dekat kota Payakumbuh di kabupaten
Limapuluh Koto, provinsi Sumatera Barat. Lembah Harau diapit dua bukit cadas
terjal dengan ketinggian mencapai 150 meter. Lembah Harau dilingkungi batu
pasir yang terjal berwarna-warni, dengan ketinggian 100 sampai 500 meter.
Topografi Cagar Alam Harau adalah berbukit-bukit dan bergelombang. Tinggi
dari permukaan laut adalah 500 sampai 850 meter, bukit tersebut antara lain
adalah Bukit Air Putih, Bukit Jambu, Bukit Singkarak dan Bukit Tarantang.
Tebing-tebing granit yang menjulang tinggi dengan bentuknya yang unik
mengelilingi lembah. Tebing-tebing granit yang terjal ini mempunyai ketinggian
80 m hingga 300 m.
Lembah Harau mempunyai tujuh air terjun (sarasah) yang mempesona.
Ketinggian masing-masing air terjun berbeda-beda antara 50-90 meter. Air terjun
tersebut mengalir dari atas jurang yang membentang di sepanjang Lembah Harau.
Lembah Harau ini terbentuk akibat adanya patahan turun atau block yang turun
membentuk lembah yang cukup luas dan datar. Salah satu tanda-tanda atau untuk
melihat dimana lokasi patahannya adalah dengan adanya air terjun. Ini artinya
dahulu ada sungai yang kemudian terpotong akibat adanya patahan turun,
sehingga membentuk air terjun. Secara geologi, batuan yang ada disitu berumur
cukup tua, kira-kira 30-40 juta tahun. Batuan seumur ini yang sangat halus berupa
serpih (besar butir lebih kecil dari pasir 1/16 mm) yang merupakan batuan yang
banyak mengandung organic carbon, yaitu batuan yang terbentuk dari sisa-sisa
organisme.
Beberapa ahli geologi berpendapat lembah Harau dulu adalah sebuah lautan,
secara teoritis bisa benar, karena disana banyak sekali kita jumpai endapan-
endapan laut yang belum terganggu itu saat ini berada didarat, hal itu secara
teoritis bisa disimpulkan daerah itu dahulunya laut. Hal tersebut diperkuat oleh
temuan dari survey team geologi Jerman (Barat) yang meneliti jenis bebatuan
yang terdapat di Lembah Harau pada tahun 1980. Dari hasil survey team tersebut
dapat diketahui bahwa batuan yang ada di perbukitan Lembah Harau adalah
batuan Breksi dan Konglomerat yang merupakan jenis bebatuan yang umumnya
terdapat di dasar laut.
Bukit yang ada dilembah Harau terjadi akibat pengangkatan daratan, dan juga
penurunan bukit. Bukan hanya turunnya salah satu bukit, tetapi juga
"pengangkatan" sebuah dataran juga. Kedua proses ini berjalan simultan. Hal
tersebut tebukti dari Endapan batuan penyusun tembing-tebing harau itu adalah
endapan dataran rendah (endapan sungai) yang sekarang sudah menjadi sebuah
bukit, tentu itu membuktikan kepada seorang ahli geologi bahwa bukit ini adalah
akibat pengangkatan daratan. Dimana pengangkatan dan penurunan daratan terjadi
akibat gaya endogen bisa saja terjadi karena kita tahu Tektonisme (diastropisme)
terdiri atas tenaga epirogenesa dan tenaga orogenesa. Tenaga epirogenesa
merupakan proses pengangkatan (negative) atau penurunan (positive) letak bumi
dalam wilayah luas. dengan kecepatan relatif lambat. Kemudian, tentang
pengangkatan dapat dibuktikan juga dengan banyaknya batuan batuan yang
mengandung fosil makhluk laut di bukit Lembah Harau.
Selanjutnya, akibat gaya endogen juga Lembah Harau terbentuk juga akibat
adanya patahan turun atau block yang turun membentuk lembah yang cukup luas
dan datar. Salah satu tanda-tanda atau untuk melihat dimana lokasi patahannya
adalah dengan adanya air terjun. Ini artinya dahulu ada sungai yang kemudian
terpotong akibat adanya patahan turun, sehingga membentuk air terjun.
Gaya eksogen yang bekerja adalah erosi, Salah satu yang menarik di Lembah
Harau adalah terbing yang terjal yang menjulang tiinggi. Kemungkinan proses
terjadinya tebing terjal yang seperti batu ditebas pedang itu adalah akibat erosi
ribuan tahun telah menggerus batuan lunak, dan yang tersisa adalah batuan keras
yang berdiri terjal tersebut. Jadi, dahulu ada sebuah daratan batuan yang cukup
besar terangkat dan tingkat kekerasannya tidak merata, kemudian lama kelamaan
batuan yang tidak begitu keras atau lembut terkikis dengan berjalannya waktu dan
akhirnya tinggallah batuan yang memiliki kekerasan cukup tinggi dan tak mudah
terkikis beberapa bagian dari batuan yang tidak terkikis itu ada yang mengalami
pertambahan kenaikan dan ada penurunan seperti yang saya jelaskan diatas tadi.
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa Pada
Bukit Tui bentang alam yang terdapat di sana yaitu bentang alam struktural
danvulkanik. Bukit Tui merupakan bukit yang mengandung batu gamping atau
batu kapur. Lembah Harau adalah lembah yang terbentuk oleh patahan naik
dan turun yang terjadi secara bersamaan yang terjadi pada saat ribuan tahun
yang lalu. Batuan yang terdapat pada Lembah Harau adalah Batu Breksi, Batu
Rijang dan Batu Konglomerat yang mana jenis mineralnya adalah fieldspar k
sehungga batuanya berwarna terang.

B. Saran
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, disarankan agar praktikan
mengikuti arahan dari dosen penjab agar tidak terjadi kesalahan dalam
melaksnakan praktikum, serta disarankan juga agar memperhatikan penjelasan
dari dosen penjab agar tidak terjadi misskom antara praktikan dengan dosen
penjab atau asisten penjab.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Mustagfhirin. 2014. Geologi Dasar kelas 10 Semester 2. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Budi Setiawan Orisa, 2009. Geologi Dasar II. Palu.


Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.

Firdaus. 2011. Modul Praktikum Geologi Dasar. Universitas Haluoleo:


Kendari. Graha Setia Doddy, 1987. Batuan dan Mineral. Nova :
Bandung

Hasria., Idrus, A., Warmada, I.W., 2017. The Metamorphic Rocks-Hosted


Gold Mineralization At Rumbia Mountains Prospect Area In The
Southeastern Arm Of Sulawesi Island, Indonesia. Journal of Geoscience
Engineering Environment and Technology, 2: 217–223.

Idrus, A., Prihatmoko, S., Warmada, I.W., Nur, I., Meyer, F.M., 2012. The
Metamorphic Rock-Hosted Gold Mineralization at Bombana, Southeast
Sulawesi: A New Exploration Target in Indonesia. Resources Geology,
22, 35–48.

Iskandar et al., 2018. Penuntun Praktikum Agrogeologi. Bandung: Institut


Pertanian Bogor.

Korps, Asisten, 2015. Buku Penuntun Praktikum Petrologi. Jurusan Teknik


Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim
Indonesia : Makassar.
LAMPIRAN
Gambar Deskripsi

Proses pembakaran batu kapur di Bukit


Tui Padang Panjang

Salah satu sampel batu kapur di Bukit


Tui Padang Panjang

Pengamatan reaksi batu kapur


yang diberikan larutan HCl

Struktur Patahan Lembah Harau

Anda mungkin juga menyukai