Anda di halaman 1dari 132

i

USULAN PENELITIAN

ANALISIS KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, DAN


PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP MOTIVASI
KERJA SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA APARATUR DESA
DI KANTOR DESA TONYAMAN KECAMATAN BINUANG
KABUPATEN POLEWALI MANDAR

Nama Mahasiswa : Zaldi Mardianzah


NIM : 21B11001

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


INSTITUT BISNIS DAN KEUANGAN NITRO
MAKASSAR
2023
ii

ANALISIS KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, DAN


PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP MOTIVASI
KERJA SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA APARATUR DESA
DI KANTOR DESA TONYAMAN KECAMATAN BINUANG
KABUPATEN POLEWALI MANDAR

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Manajemen

Dalam Program Pascasarjana

Pada Institut Bisnis dan Keuangan Nitro Makassar

NAMA : ZALDI MARDIANZAH


NIM : 21B11001

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


INSTITUT BISNIS DAN KEUANGAN NITRO
MAKASSAR
2023
iii

PERSETUJUAN PENANGGUNGJAWAB

Judul Penelitian : Analisis Kompetensi Sumber Daya Manusia,


dan Pemanfaatan Teknologi Informasi
Terhadap Motivasi Kerja serta Dampaknya
pada Kinerja Aparatur Desa di Kantor Desa
Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar
Nama Mahasiswa : Zaldi Mardianzah
NIM : 21B11001
Program Studi : Pasca Sarjana
Konsentrasi : Manajemen SDM

Telah diperiksa dan Disetujui Untuk Diseminarkan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hendra Gunawan, S.E.,M.Si Dr. Rosnaini Daga, S.E.,M.M.,CPHCM

Mengetahui
Direktur Pasca Sarjana,

Dr. Rosnaini Daga, S.E.,M.M.,CPHCM


iv

DAFTAR ISI

Halaman

Sampul Judul......................................................................................... i

Persetujuan Penanggung Jawab .......................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 15

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 16

1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………... . . 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori .............................................................................. 18

2.1.1 Kompetensi SDM ................................................................ 18

2.1.2 Pemanfaatan Teknologi Informasi .................................. 38

2.1.3 Motivasi Kerja ..................................................................... 42

2.1.4 Kinerja Aparatur Desa ......................................................... 49

2.2 Penelitian Terdahulu .................................................................... 61

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

2.3 kerangka Konseptual Penelitian ...................................................... 63

2.4 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 72

BAB IV METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 73

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penentuan Sampel ....................... . . 73

3.3 Insturmen Penelitian ........................................................................ 74


v

4.3.1 Uji Validitas .......................................................................... 74

4.3.2 Uji Reliabilitas ...................................................................... 75

3.4 Defenisi Operasional ....................................................................... 75

4.4.1 Kompentensi SDM (X1) ....................................................... 75

4.4.2 Pemanfaatan Teknologi Informasi (X2)................................ 76

4.4.3 Motivasi Kerja (Z) ................................................................ 76

4.4.4. Kinerja Aparatur Desa (Y) .................................................. 77

3.5 Lokasi Pelaksanaan dan Waktu Penelitian ................................... . . 77

4.5.1 Lokasi Penelitian ................................................................. 77

4.5.2 Waktu Penelitian ................................................................. 77

3.6 Prosedur Pengambilan Data ......................................................... . . 78

4.6.1 Observasi ............................................................................ 78

4.6.2. Kuisioner ............................................................................ 78

4.6.3 Dokumentasi ....................................................................... 79

3.7 Analisis Data .................................................................................... 62

4.7.1 Analisis Deskriptif ................................................................ 80

4.7.2 Uji Hipotesis ........................................................................ 83

4.7.3 Partial Least Square ............................................................ 83

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 91

LAMPIRAN
vi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1.1 Identifikasi Permasalahan 5

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 5


vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep .................................................... 71


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kantor Desa merupakan unit pelaksana pemerintahan yang berperan

penting dalam penyelenggaraan pemerintahan di tingkat desa. Kinerja

aparaturnya memiliki peran signifikan dalam mencapai tujuan

pembangunan di tingkat desa. Salah satu faktor yang mempengaruhi

kinerja aparat desa adalah motivasi kerja mereka. Motivasi kerja yang

tinggi dapat mendorong aparat desa untuk bekerja lebih efektif dan

efisien, serta berkontribusi secara maksimal dalam penyelenggaraan

pemerintahan desa.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dijelaskan

bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui

dan dihormati dalam sisitem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Aparat Pemerintah yang berkinerja tinggi adalah aparat yang

mempunyai komitmen terutama pada dirinya sendiri, maupun terhadap

aparat lainnya, dan juga suka bekerja keras dengan senantiasa tidak
2

memiliki kamus menyerah karena tantangan pekerjaan seberat apapun

selalu dihadapi dengan senyum dan tawa. Aparat desa yaitu semua unsur

yang mempunyai peran penting dan terlibat di dalam lingkungan desa.

Contoh aparatur desa yaitu Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur/Kasi,

BPD, LPM, Karang Taruna, RW, RT dan Pemangku Adat, Makmur (2009).

Perkembangan teknologi memiliki dampak besar pada kinerja aparat

desa. Pemanfaatan teknologi dapat membantu mempercepat proses

administrasi, meningkatkan aksesibilitas informasi, dan mempermudah

tugas-tugas rutin yang dilakukan oleh aparat desa. Namun, pemanfaatan

teknologi dapat menjadi tantangan bagi aparat desa yang belum memiliki

kompetensi yang memadai dalam penggunaan teknologi. Oleh karena itu,

kompetensi sumber daya manusia menjadi faktor penting dalam

meningkatkan kinerja aparat desa.

Kompetensi sumber daya manusia menjadi faktor kunci dalam

meningkatkan motivasi kerja dan kinerja aparat desa. Kompetensi sumber

daya manusia mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

dimiliki oleh aparat desa dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya. Dengan memiliki kompetensi yang memadai, aparat desa dapat

menghadapi tuntutan pekerjaan yang semakin kompleks dan memberikan

pelayanan yang baik kepada masyarakat.

Kompetensi sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi

menjadi faktor kunci dalam mencapai tujuan pembangunan di tingkat

desa. Kompetensi sumber daya manusia yang baik sangat penting untuk
3

meningkatkan kualitas kinerja aparatur desa. Dalam konteks ini,

kompetensi mengacu pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

dimiliki oleh aparatur desa dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dengan

adanya kompetensi yang memadai, aparatur desa akan mampu

menghadapi tantangan dan tuntutan yang semakin kompleks dalam

melaksanakan kinerja aparatur pemerintahan desa.

Aparatur desa yang memiliki kompetensi dalam bidang administrasi

pelayanan masyarakat akan lebih efektif dalam melaksanakan tugas

administratif seperti pengelolaan data penduduk, penerbitan dokumen,

dan pengelolaan keuangan desa. Pemanfaatan teknologi berperan

penting dalam meningkatkan motivasi kerja aparatur desa. Penggunaan

teknologi yang tepat dapat memberikan efisiensi dan kemudahan dalam

melaksanakan kinerja aparatur desa. Misalnya, penggunaan perangkat

lunak atau aplikasi yang memungkinkan aparatur desa untuk mengelola

data secara digital dapat mengurangi waktu dan tenaga yang diperlukan

untuk mencari informasi atau menyelesaikan kinerja rutin aparatur

pemerintahan desa.

Hal ini dapat memberikan dampak positif pada motivasi kerja

aparatur desa, karena mereka akan merasa lebih efisien dan produktif

dalam melaksanakan kinerja aparatur pemerintahan desa. Beberapa

penelitian terdahulu juga telah dilakukan untuk menggali hubungan

antara kompetensi sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi,

motivasi kerja, dan kinerja aparatur desa.


4

Penelitian yang dilakukan oleh Lubis, A. (2020) menemukan bahwa

kompetensi sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi memiliki

hubungan positif dengan motivasi kerja dan kinerja aparatur desa.

Mereka menemukan bahwa aparatur desa yang memiliki kompetensi

yang baik dan menggunakan teknologi dengan efektif cenderung

memiliki motivasi kerja yang tinggi dan kinerja yang lebih baik. Penelitian

lain yang dilakukan oleh Bakri, M et al. (2023) menemukan bahwa

motivasi kerja memiliki peran penting dalam memediasi hubungan antara

kompetensi sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi, dan kinerja

aparatur desa.

Hasil penelitian terdahulu diatas menunjukkan bahwa aparatur desa

yang memiliki kompetensi yang baik dan menggunakan teknologi dengan

efektif akan memiliki motivasi kerja yang tinggi, yang pada gilirannya

akan berdampak positif pada kinerja mereka. Dalam rangka

meningkatkan kinerja aparatur desa, penting untuk memperhatikan

kompetensi sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi. Melalui

peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan penggunaan

teknologi yang tepat, diharapkan aparatur desa dapat bekerja dengan

lebih efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat desa.

Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk

mengeksplorasi hubungan antara kompetensi sumber daya manusia,

pemanfaatan teknologi, motivasi kerja, dan kinerja aparat desa di kantor


5

desa. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan

topik ini:

1. Penelitian oleh Umaira, S., & Adnan, A (2019) mengungkapkan bahwa

kompetensi sumber daya manusia yang tinggi memiliki dampak positif

terhadap kinerja aparat desa. Penelitian ini menekankan pentingnya

pendidikan dan pelatihan yang memadai bagi aparat desa dalam

menghadapi tuntutan pekerjaan yang semakin kompleks.

2. Penelitian oleh Huda, H. A., Suwaryo, U., & Sagita, N. I. (2020)

menemukan bahwa pemanfaatan teknologi informasi, seperti sistem

informasi desa dan aplikasi berbasis mobile, memiliki pengaruh positif

terhadap motivasi kerja aparat desa. Penelitian ini menunjukkan bahwa

penggunaan teknologi dapat memberikan aparat desa akses yang lebih

baik terhadap informasi dan alat kerja yang diperlukan.

3. Penelitian oleh Aribean, A., Syarifuddin, A., & Iqbal, I (2020) meneliti

hubungan antara motivasi kerja dan kinerja aparat desa. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa motivasi intrinsik, seperti kepuasan

dalam bekerja dan pencapaian pribadi, memiliki dampak positif

terhadap kinerja aparat desa. Selain itu, motivasi ekstrinsik, seperti

insentif finansial, juga berperan penting dalam meningkatkan kinerja

aparat desa.

Dalam konteks penelitian terdahulu diatas, terdapat hubungan yang

erat antara kompetensi sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi,

motivasi kerja, dan kinerja aparat desa di kantor desa. Dengan


6

meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dan pemanfaatan

teknologi yang tepat, dapat diharapkan bahwa motivasi kerja dan kinerja

aparat desa akan meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, penelitian

lebih lanjut dan tindakan yang tepat perlu dilakukan untuk memperkuat

kompetensi sumber daya manusia dan memaksimalkan pemanfaatan

teknologi di kantor desa.

Untuk membantu kelancaran program pemerintah di desa dan guna

lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, maka setiap dusun di

Desa Tonyaman Kecamatan Binuang membentuk perangkat organisasi

kemasyarakatan di bawah desa berupa dusun, pada Desa Tonyaman

Kecamatan Binuang, Dusun Welang Pelang yaitu 1.517 orang adalah

desa yang memiliki dusun paling banyak diantara dusun di Desa

Tonyaman, seperti pada tabel 1.1, dibawah ini :

Tabel 1.1
Data Pendudukan Dusun pada Desa Tonyaman

Jumlah Jumlah Penduduk Akhir Bulan


No. Desa/Dusun
KK Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Sarampu 270 517 516 1.033
2 Tonyaman 155 296 417 708
3 Kampung Baru 146 311 277 588
4 Tanah Takko 207 386 418 804
5 Welang Pelang 366 748 769 1.517
6 Lendang 219 413 345 758
7 Kapejang 84 133 127 260
Total Jumlah 1447 2.804 2.864 5.668
Sumber : Kantor Desa Tonyaman, 2023

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, bahwa data kependudukan yang

dilaksanakan setiap 10 tahun sekali, yakni tahun yang berakhiran angka

nol, data penduduk yang akan mendapatkan pelayanan dari aparatur desa
7

sebagaimana data yang lain, sangat diperlukan dalam perencanaan dan

evaluasi pembangunan sebab penduduk merupakan subyek dan

sekaligus objek dari suatu pembangunan, jumlah penduduk Desa

Tonyaman Kecamatan Binuang berdasarkan data dari disdukcapil untuk

tahun 2023 jumlah kepala keluarga (KK) seluruhnya pada 7 dusun

sebanyak 1447 kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk sebanyak

5.668 jiwa yang terdiri atas 2.804 laki-laki dan 2.864 perempuan. Dengan

luas wilayah 2.074,12 km² (BPS 2022), penduduk Desa Tonyaman

Kecamatan Binuang paling banyak berada di Dusun Welang Pelang yaitu

1.517 orang, sedangkan penduduk paling sedikit berada di Dusun

Kapejang 260 orang.

Pada penelitian yang dilakukan pada wilayah Desa Tonyaman

Kecamatan Binuang, adapun jumlah Aparatur Desa dan Dusun lingkup

Desa Tonyaman dan dapat dilihat pada pada tabel 1.2. berikut :

Tabel 1.2
Jumlah Aparatur Desa/Dusun
pada Lingkup Desa Tonyaman dan Dusun Wilayah Tonyaman

No Desa dan Dusun Aparatur


Desa/Dusun
1 Dusun Tonyaman 1
2 Dusun Sarampu 1
3 Dusun Tanah Takko 1
4 Dusun Kampung Baru 1
5 Dusun Welang Pelang 1
6 Dusun Lendang 1
7 Dusun Kapejang 1
Total 7
Sumber : Data Desa Tonyaman, 2023
8

Dari tabel 1.2 Kondisi yang belum ideal masih ada di lingkungan

yakni kualitas kinerja aparatur desa dan dusun masih menjadi persoalan.

Selama ini aparatur desa masih belum sepenuhnya dapat

memaksimalkan jam kerja yang ada. Pemanfaatan waktu yang tidak tepat,

melakukan sesuatu di luar tanggung jawab, sehingga banyak pemborosan

waktu pada jam kerja yang berdampak pada tugas-tugas yang

terbengkalai dan tidak tuntas sebagaimana mestinya. Selain itu

kedisiplinan waktu-waktu masuk dan pulang kantor yang masih belum

sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Selain itu persoalan lain

yakni aparatur desa masih kurang dalam berinisiatif serta daya kritis,

sehingga dalam menjalankan tanggung jawabnya menyebabkan

persoalan yang berimplikasi pada penurunan kinerja. Kinerja aparatur

desa juga dapat juga tergambar dari keluhan warga masyarakat terkait

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, hasil pra survei dengan

beberapa warga masyarakat terkait kinerja aparatur desa mengatakan

bahwa untuk mendapatkan pelayanan yang baik dan cepat tidak semudah

yang dibayangkan masyarakat, hal ini dibuktikan dengan adanya

perbedaan atau perlakuan aparatur desa kepada masyarakat dalam

melakukan pelayanan. Kesiapan petugas juga dinilai kurang sehingga

tidak jarang masyarakat rela menunggu untuk mendapatkan pelayanan,

disamping itu fasilitas perangkat teknologi yang masih minim.

Berdasarkan pada kajian empiris, fakta dan permasalahan yang ada,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Kompetensi


9

Sumber Daya Manusia, dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap

Motivasi Kerja serta Dampaknya pada Kinerja Aparatur Desa di Kantor

Desa Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dengan berbagai

permasalahan yang ada dan juga inkonsistensi berbagai penelitian

terdahulu, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap

motivasi kerja di Kantor Desa Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar?

2. Apakah pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap

motivasi kerja di Kantor Desa Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar?

3. Apakah kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap

kinerja aparatur desa di Kantor Desa Tonyaman Kabupaten Polewali

Mandar?

4. Apakah pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap kinerja

aparatur desa di Kantor Desa Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar?

5. Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja aparatur desa di

Kantor Desa Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar?

6. Apakah kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap

kinerja aparatur desa melalui motivasi kerja di Kantor Desa Tonyaman

Kabupaten Polewali Mandar?

7. Apakah pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap kinerja

aparatur desa melalui motivasi kerja di Kantor Desa Tonyaman


10

Kabupaten Polewali Mandar?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian yang

dicapai penelitian ini untuk :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis kompetensi sumber daya

manusia pengaruh terhadap motivasi kerja di Kantor Desa Tonyaman

Kabupaten Polewali Mandar

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pemanfaatan teknologi informasi

terhadap motivasi kerja di Kantor Desa Tonyaman Kabupaten Polewali

Mandar

3. Untuk mengetahui dan menganalisis kompetensi sumber daya

manusia terhadap kinerja aparatur desa di Kantor Desa Tonyaman

Kabupaten Polewali Mandar

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pemanfaatan teknologi informasi

terhadap kinerja aparatur desa di Kantor Desa Tonyaman Kabupaten

Polewali Mandar

5. Untuk mengetahui dan menganalisis motivasi kerja terhadap kinerja

aparatur desa di Kantor Desa Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar

6. Untuk mengetahui dan menganalisis kompetensi sumber daya

manusia terhadap kinerja aparatur desa melalui motivasi kerja di

Kantor Desa Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar

7. Untuk mengetahui dan menganalisis pemanfaatan teknologi informasi

terhadap kinerja aparatur desa melalui motivasi kerja di Kantor Desa


11

Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain yaitu sebagai berikut :

1. Dapat menjadi masukan bagi khususnya Pemerintah Kabupaten

Kepulauan Selayar mengetahui faktor – faktor yang membentuk

kompetensi sumber daya manusia, dan pemanfaatan teknologi

informasi terhadap motivasi kerja serta dampaknya pada kinerja

Aparatur Desa di Kantor Desa Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar

2. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dalam kajian manajemen

kinerja aparatur desa, khususnya dalam aspek sumber daya manusia.


12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kompetensi Sumber Daya Manusia

Manajemen merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai

tujuan yang yang telah ditetapkan oleh organisasi. Dengan adanya

manajemen yang baik akan dapat membantu terwujudnya tujuan dari

organisasi, karyawan, dan masyarakat. Manusia selalu berperan aktif

dalam setiap organisasi karena manusia menjadi perencana, pelaku dan

penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin terwujud

tanpa peran aktif karyawan meski peralatan canggih yang dimiliki

organisasi begitu canggihnya, Hasibuan (2016).

Fokus kajian Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah

masalah tenaga kerja manusia yang diatur dalam urutan fungsi-fungsinya,

agar efektif dan efisien dalam mewujudkan tujuan perusahan, karyawan

dan masyarakat. Sebagai kunci pokok sumber daya manusia menentukan

keberhasilan pelaksanaan kegiatan organisasi. Tuntutan organisasi untuk

memperoleh, mengembangkan dan mempertahankan sumber daya yang

berkualitas semakin mendesak sesuai dengan dinamika lingkungan dan

teknologi yang selalu berubah.


13

Menurut Veithzal Rivai (2015) menyatakan strategis sumber daya

manusia juga menyangkut masalah kompetensi sumber daya manusia

dalam kemampuan teknis, konsektual, dan hubungan manusiawi.

Pengelolaan kompetensi tenaga kerja meliputi beberapa kompetensi SDM

seperti: kompetensi berbasis input, kompetensi transpormasional,

kompetensi output.

Secara umum menurut Martoyo (2004) bahwa kompetensi

didefinisikan sebagai karakteristik dasar yang terdiri dari kemampuan,

pengetahuan, serta atribut personal lain yang membedakan seseorang

yang perform dan tidak perform, ini berarti inti utama dari sIstem atau

model kompetensi ini sebenarnya alat pembentuk untuk mempredeksikan

keberhasilan kerja seseorang pada suatu posisi. Kompetensi selalu

mengandung maksud dan tujuan yang merupakan dorongan motif atau

trait yang menyebabkan suatu tindakan untuk memperoleh hasil kinerja

yang baik. Pengaruh kompetensi sumber daya manusia pada kinerja

dapat dilihat dari tingkat kompetensinya yang mempunyai implikasi praktis

dalam perencanan sumber daya manusia, hal ini dapat dilihat dari

gambaran bahwa kompetensi pengetahuan dan keahlian cenderung lebih

nyata dan relatif berada di permukaan salah satu karakteristik yang dimiliki

karyawan.

Penilain kinerja karyawan sebagai pelaku dalam organisasi dengan

membuat ukuran kinerja yang sesuai dengan tujuan organisasi. Standar

penilaian kinerja suatu organisasi harus dapat diproyeksikan dalam


14

standar kinerja para karyawan sesuai dengan unit kerjanya. Evaluasi

kinerja harus dilaksanakan secara terusmenerus agar tujuan organisasi

dapat tercapai secara efektif dan efisien. Untuk itu perlu dilakukan

kegiatan penilaian kinerja secara periodik yang berorientasi pada masa

lalu atau masa yang akan datang. Organisasi perlu mengetahui sebagai

kelemahan atau kelebihan karyawan sebagai landasan untuk

memperbaiki kelemahan atau menguatkan kelebihan dalam rangka

meningkatkan produktivitas karyawan.

Menurut H. Gunawan (2018) bahwa SDM merupakan manusia

yang dipekerjakan di sebuah instansi sebagai penggerak, pemikir dan

perencana untuk mencapai tujuan organisasi. Bangun Wibowo (2012)

menyatakan bahwa sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan

pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pemisahan

tenaga kerja dalam rangka tercapainya tujuan organisasi. Berdasarkan

referensi dari penelitian terdahulu dapat disimpulakn bahwa sumber daya

manusia merupakan manusia yang dipekerjakan disebuah organisasi

sebagai pelopor, pemikir, serta perencana untuk mencapai tujuan

organisasi.

Yendrawati (2013) menyatakan bahwa pengertian kompetensi

Sumber Daya Manusia adalah kemampuan seseorang atau individu suatu

organisasi (kelembagaan) atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-

fungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan

efisien.
15

Pengertian kompetensi Menurut Bangun Wibowo (2012) adalah

tingkat keterampilan, pengetahuan, dan tingkah laku yang dimiliki oleh

individu untuk melakukan tugasnya dalam organisasi. Sedangkan Sudiarti

(2020) mengungkapkan jika Kompetensi sumber daya manusia adalah

kemampuan yang dimiliki seseorang berhubungan dengan pengetahuan,

keterampilan, dan karakteristik kepribadian yang mempengaruhi secara

langsung terhadap kinerja yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Jadi secara umum, kompetensi sumber daya manusia adalah

tingkat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang guna

melakukan suatu kegiatan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhannya.

Semakin tinggi kemampuan dan pengetahuannya, maka semakin tinggi

juga kualitas kompetensi sumber daya manusianya.

Michael Zwell sebagaimana dikutip oleh Bangun Wibowo (2012)

memberikan lima macam kompetensi, yang terdiri dari:

1. Task achievement

Merupakan kategori kompetensi yang berhubungan dengan kinerja

baik. Kompetensi yang berkaitan dengan Task achievement ditunjukkan

oleh: orientasi pada hasil, mengelola kinerja, mempengaruhi inisiatif,

efisiensi produksi, fleksibilitas, inovasi, peduli pada kualitas, perbaikan

berkelanjutan, dan keahlian teknis.

2. Relationship
16

Merupakan kategori kompetensi yang berhubungan dengan

komunikasi dan bekerja baik dengan orang lain dan memuaskan

kebutuhannya. Kompetensi yang berhubungan dengan Relationship

meliputi kerjasama, orientasi pada pelayanan, kepedulian antar pribadi,

kecerdasan organisasional, membangun hubungan, penyelesaian konflik,

perhatian pada komunikasi dan sensitivitas lintas budaya.

3. Personal attribute

Merupakan kompetensi intrinsik individu dan menghubungkan

bagaimana orang berfikir, merasa, belajar, dan berkembang. Personal

attribute merupakan kompetensi yang meliputi: integritas dan kejujuran,

pengembangan diri, ketegasan, kualitas keputusan, manajemen stress,

berpikir analitis, dan berpikir konseptual.

4. Managerial

Merupakan kompetensi yang secara spesifik berkaitan dengan

pengelolaan, pengawasan dan mengembangkan orang. Kopetensi

manajerial berupa: memotivasi, memberdayakan, dan mengembangkan

orang lain.

5. Leadership

Merupakan kompetensi yang berhubungan dengan memimpin

organisasi dan orang untuk mencapai maksud, visi, dan tujuan organisasi.

Kompetensi berkenaan dengan leadership meliputi: kepemimpinan

visioner, berpikir strategis, orientasi kewirausahaan, manajemen


17

perubahan, membangun komitmen organisasional, membangun focus dan

maksud, dasar-dasar, dan nilai-nilai.

Michael Zwell sebagaimana yang dikutip oleh Bangun Wibowo

(2012) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kecakapan kompetensi seseorang, yaitu sebagai berikut:

1. Keyakinan dan nilai-nilai.

Keyakinan orang tentang dirinya maupun terhadap orang lain akan

sangat memengaruhi perilaku. Apabila mereka tidak kreatif dan inovatif,

mereka tidak akan berusaha berfikir tentang cara baru atau berbeda

dalam melakukan sesuatu. Setiap orang harus berpikir positif baik

terhadap dirinya maupun orang lain dan menunjukkan ciri orang yang

berpikir kedepan.

2. Ketrampilan.

Keterampilan merupakan peran penting di kebanyakan kompetensi.

Berbicara di depan umum merupakan keterampilan yang dapat dipelajari,

dipraktikkan, dan diperbaiki. Keterampilan menulis juga dapat diperbaiki

dengan instruksi, praktik dan umpan balik. Dengan memperbaiki

keterampilan berbicara di depan umum dan menulis, individu akan

meningkat kecakapannya dalam kompetensi tentang perhatian terhadap

komunikasi. Pengembangan keterampilan yang secara spesifik berkaitan

dengan kompetensi dapat berdampak baik pada budaya organisasi dan

kompetensi individual.
18

3. Pengalaman.

Keahlian dari banyak kompetensi memerlukan pengalaman

mengorganisasikan orang, komunikasi di hadapan kelompok,

menyelesaikan masalah, dan sebagainya. orang yang tidak pernah

berhubungan dengan organisasi besar dan kompleks tidak mungkin

mengembangkan kecerdasan organisasi untuk memahami dinamika

kekuasaan dan pengaruh dalam lingkungan.

4. Karakteristik Kepribadian.

Dalam kepribadian termasuk banyak faktor yang diantaranya sulit

untuk berubah. Akan tetapi, kepribadian bukannya sesuatu yang tidak

dapat berubah. Kenyataanya, kepribadian seseorang dapat berubah

sepanjang waktu. Orang merespon dan berinteraksi dengan kekuatan dan

lingkungan sekitarnya. Kepribadian dapat mempengaruhi keahlian

seorang karyawan dalam sejumlah kompetensi, termasuk dalam

penyelesaian konflik, menunjukkan kepedulian interpersonal, kemampuan

bekerja dalam tim, memberikan pengaruh dalam membangun hubungan

dalam tim.

5. Motivasi.

Motivasi merupakan faktor dalam kompetensi yang dapat berubah.

Dengan memeberikan dorongan, apresiasi terhadap pekerjaan bawahan,

memberikan pengakuan dan perhatianindividual dari atasan dapat

berpengaruh positif terhadap motivasi bawahan.

6. Isu Emosional.
19

Hambatan emosional dapat membatasi penguasaan kompetensi.

Takut membuat kesalahan, menjadi malu, merasa tidak disukai atau tidak

menjadi bagian, semuanya cenderung membatasi motivasi dan inisiatif.

7. Kemampuan Intelektual.

Kompetensi bergantung pada pemikiran kognitif seperti pemikiran

konseptual dan pemikiran analitis. Faktor pengalaman dapat

meningkatkan kecakapan dalam kompetensi.

Menurut Wiguna (2022) indikator kompetensi sumber daya manusia

meliputi:

1. Pengembangan diri. Kemampuan untuk melakukan perubahan dalam

segala bidang, terutama perilaku dan kemampuan mengembangkan

diri.

2. Profesional. Kemampuan dalam memahami setiap pekerjaan yang

diberikan dan siap melakukan pengembangan kemampuan yang

dimiliki.

3. Penguasaan teknologi. Kemampuan dalam mengusai teknologi dalam

proses pekerjaan.

4. Jenjang pendidikan. Kemampuan untuk memiliki pengetahuan atau

latar belakang pendidikan yang sesuai dalam melaksanakan bidang

pekerjaan.

5. Keahlian. Kemampuan untuk mempertanggungjawabkan pekerjaannya

secara detail dan juga memiliki kemampuan untuk memecahkan

masalah secara efektif dan efisien.


20

2.1.2. Pemanfaatan Teknologi Informasi

Pemanfaatan teknologi informasi menurut Syahroni, K. (2014)

merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna sistem informasi

dalam melaksanakan tugasnya atau perilaku dalam menggunakan

teknologi pada saat melakukan pekerjaan. Pengukurannya berdasarkan

intensitas pemanfaatan, frekuensi pemanfaatan, dan jumlah aplikasi atau

perangkat lunak yang digunakan. Pemanfaatan teknologi informasi yang

tepat dan didukung oleh keahlian individu yang mengoperasikannya dapat

meningkatkan kinerja perusahaan maupun kinerja individu yang

bersangkutan.

Pemanfataan teknologi informasi adalah perilaku atau sikap

menggunakan teknologi informasi untuk menyelesaikan tugas dan

meningkatkan kinerjanya. Pemanfaatan teknologi informasi menurut

Marwati, S (2017) “Pemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat

yang diharapkan oleh pengguna sistem informasi dalam melakasanakan

tugasnya atau perilaku dalam menggunakan teknologi pada saat

melakukan pekerjaan.

Pengukurannya berdasarkan intensitas pemanfaatan, frekuensi

pemanfaatan dan jumlah aplikasi atau perangkat lunak yang digunakan”.

Menurut Andini, M (2021) pemanfaatan teknologi informasi sebagai


21

berikut: “Pemanfaatan teknologi informasi adalah perilaku karyawan

teknologi dengan tugasnya, pengukurannya, berdasarkan frekuensi

penggunaan dalam diversitas aplikasi yang digunakan”. Sedangkan,

Annasai, G. G (2022) berpendapat bahwa: “Pemanfaatan teknologi

berhubungan dengan perilaku dalam menggunakan teknologi tersebut

untuk melaksanakan tugasnya”.

Menurut Santoso, B et al., (2022), pemanfaatan teknologi informasi

pada sebagian besar perusahaan saat ini bukan lagi menjadi barang

langka yang sulit ditemukan. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa teknologi

informasi telah menjadi kebutuhan sekaligus persyaratan bagi organisasi

dalam menjalankan bisnisnya. Teknologi informasi sangat dibutuhkan

organisasi untuk membantu mencapai tujuannya, namun pengadaan

Teknologi informasi membutuhkan investasi yang besar. Investasi

Teknologi informasi yang sudah dikeluarkan perusahaan harus dapat

dijalankan dengan maksimal. Teknologi informasi pada organisasi tidak

cukup hanya diatur (manage) oleh bagian Teknologi informasi saja, tetapi

harus dikelola (govern) secara profesional. Pengelolaan Teknologi

informasi yang profesional disebut sebagai tata kelola teknologi informasi

(IT Governance).

Menurut Zubaidi, N. et al., (2019) bahwa Teknologi informasi

meliputi komputer dan teknologi komunikasi yang digunakan untuk

memproses dan menyebarkan informasi baik itu yang bersifat finansial

atau non finansial. Sedangkan menurut Humdiana dan Indrayani,


22

Teknologi informasi adalah alat yang menggunakan komputer yang

digunakan organisasi atau instansi untuk bekerja dengan informasi dan

mendukung informasi dan kebutuhan proses informasi bagi organisasi.

Pengertian teknologi informasi secara umum menurut Taufik, A et

al., (2022) ialah suatu studi perancangan, implementasi, pengembangan,

dukungan atau manajemen sistem informasi berbasis komputer terutama

pada aplikasi hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak

komputer). Secara sederhana, pengertian teknologi informasi adalah

fasilitasfasilitas yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak

dalam mendukung dan meningkatkan kualitas informasi untuk setiap

lapisan masyarakat secara cepat dan berkualitas.

Jadi berdasarkan pengertian teknologi informasi secara umum

serta menurut pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa

teknologi informasi merupakan segala fasilitas baik berupa hardware atau

software yang dapat meningkatkan kualitas informasi dan

pemanfaatannya diharapkan dapat membantu pengguna teknologi

informasi dalam menyelesaikan tugas – tugas mereka.

Pemanfaatan Teknologi Informasi Pengolahan data menjadi suatu

informasi dengan bantuan komputer jelas akan lebih meningkatkan nilai

dari informasi yang dihasilkan. Teknologi informasi adalah suatu studi,

perancangan, pengembangan, implementasi, dukungan atau manajemen

sistem informasi berbasis komputer, khususnya aplikasi perangkat lunak

dan perangkat keras komputer. Pemanfaatan teknologi informasi


23

merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna sistem informasi

dalam melaksanakan tugasnya atau perilaku dalam menggunakan

teknologi pada saat melakukan pekerjaan.

Dalam kehidupan sehari-hari tentunya teknologi sangat penting.

Manfaat teknologi informasi yaitu untuk menunjang kehidupan manusia

yang lebih baik karena dengan adanya teknologi infomasi bisa membatu

kegiatan menjadi lebih efektif dan efisien. Berikut ini adalah beberapa

manfaat teknologi informasi diberbagai bidang kehidupan, diantaranya

dalam bidang bisnis dan perbankan, Dapat membantu penyimpan berkas

yang lebih aman. Dapat berfungsi pula dalam kegiatan bertransaksi.

Menurut Thomson, et al., (1991) ada 6 faktor yang mempengaruhi

pemanfaatan teknologi informasi yaitu :

1. Faktor sosial Faktor sosial diartikan sebagai tingkat dimana seorang

individu menganggap bahwa orang lain menyakinkan dirinya bahwa dia

harus menggunakan teknologi informasi.

2. Perasaan (Affect) Perasaan individu dapat diartikan bagaimana

perasaan individu, apakah menyenangkan atau tidak menyenangkan

dalam melakukan pekerjaan dengan menggunakan teknologi informasi.

3. Kesesuaian Tugas Kesesuaian tugas dengan teknologi informasi

secara lebih spesifik menunjukkan hubungan pemanfaatan teknologi

informasi dengan kebutuhan tugas.

4. Konsekuensi jangka panjang Konsekuensi jangka panjang diukur dari

output yang dihasilkan apakah mempunyai keuntungan pada masa


24

yang akan datang, seperti peningkatan karier dan peningkatan

kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih penting.

5. Kondisi yang memfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi Menurut

Triandis dalam Jogiyanto kondisi yang memfasilitasi pemanfaatan

teknologi informasi meliputi faktor objektifitas yang ada di lingkungan

kerja yang memudahkan pemakai dalam melakukan suatu pekerjaan.

6. Kompleksitas Kompleksitas didefinisikan sebagai tingkat inovasi yang

dipersepsikan sesuatu yang relatif sulit untuk dimengerti dan

digunakan.

Investasi organisasi pada teknologi informasi membutuhkan dana

yang besar dan beresiko. Untuk membuat keputusan yang lebih informatif,

maka pengembangan sistem perlu memiliki pemahaman yang lebih baik

mengenai factor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi

informasi menurut Thomson, dkk dalam Diana (2018):

1. Faktor Sosial (Social Factor), mendefinisikan faktor sosial sebagai

internalisasi individu dari referensi kelompok budaya subyektif dan

mengkhususkan persetujuan antar pribadi bahwa individu telah

berusaha dengan yang lain pada situasi sosial khusus.

2. Affect, menjelaskan faktor affect sebagai perasaan gembira, kegirangan

hati, kesenangan atau depresi, kemuakan, ketidaksenangan dan benci

yang berhubungan dengan individu tertentu dalam pemanfaatan

teknologi informasi.
25

3. Kompleksitas (Complexity), kompleksitas didefinisikan sebagai tingkat

inovasi yang dirasakan sepeti sukar secara relatif untuk memahi dan

menggunakan.

4. Kesesuaian Tugas (Job Fit), menjelaskan bahwa kesesuaian tugas

berhubungan dengan sejauh mana kemampuan individual

menggunakan teknologi informasi untuk meningkatkan kinerja individual

dalam melaksanakan tugas.

5. Konsekuensi Jangka Panjang (Long-term Consequences), konsekuensi

jangka panjang didefinisikan sebagai hasil yang diperoleh dimasa

datang, seperti peningkatan fleksibilitas, merubah pekerjaan atau

peningkatan kesempatan bagi pekerjaan yang lebih berarti.

6. Kondisi Yang Memfasilitasi (Facilitating Condition), faktor kondisi yaang

memfasilitasi didefinisikan sebagai faktor obyektif diluar lingkungan

yang memudahkan pemakai dalam bertindak/bekerja.

Dalam konteks pemanfaatan teknologi informasi, ketentuan-

ketentuan yang mendukung pengguna adalah merupakan bentuk dari

kondisi yang memfasilitasi yang akan mempengaruhi pemanfaatan

teknologi informasi. Ketentuan-ketentuan yang mendukung pengguna

dilakukan dengan memberikan pelatihan dan membantunya ketika

menghadapi kesulitan sehingga beberapa halangan dalam pemanfaatan

akan dapat dikurangi atau dihilangkan.

Menurut Saidah, Z. (2022) pengukuran pemanfaatan teknologi

informasi berdasarkan tiga item indikator, yaitu ;


26

1. Intensitas Pemanfaatan Minat (intention) atau Intensitas pemanfaatan

yang tinggi terhadap penggunaan teknologi sistem informasi akan

menumbuhkan perilaku yang menunjang pemanfaatan teknologi sistem

informasi.

2. Frekuensi Pemanfaatan Pengukuran penggunaan sesungguhnya

(actual use) diukur sebagai jumlah waktu yang digunakan untuk

berinteraksi dengan suatu teknologi dan besarnya frekuensi

penggunaannya.

3. Jumlah Aplikasi atau Perangkat Lunak yang digunakan Program yang

secara khusus digunakan untuk mendukung aplikasi khusus untuk para

pemakai seperti aplikasi untuk bisnis, aplikasi untuk pendidikan, aplikasi

multimedia, dan aplikasi lainnya yang digunakan sesuai dengan

bidangnya.

Menurut Umma, D. H (2023) bahwa pemanfaatan teknologi

informasi adalah tingkat integritas informasi pada pelaksanaan tugas-

tugas akuntansi. Konstruksi pemanfaatan teknologi informasi diukur

dengan indikator:

1. Perangkat, merupakan indikator untuk menggambarkan kelengkapan

yang mendukung terlaksananya penggunaan teknologi informasi,

meliputi perangkat lunak, perangkat keras dan sistem jaringan.

2. Pengelolaan Data Keuangan, merupakan indikator untuk

menggambarkan pemanfaatan teknologi informasi untuk pengelolaan

data keuangan secara sistematis dan menyuluruh.


27

3. Perawatan, merupakan indikator untuk menggambarkan adanya jadwal

pemeliharaan peralatan secara teratur terhadap perangkat teknologi

informasi guna mendukung kelancaran pekerjaan.

Menurut Pratama, et al., (2021) bahwa pemanfaatan teknologi

informasi adalah tingkat integritas informasi pada pelaksanaan tugas-

tugas manajemen. Konstruksi pemanfaatan teknologi informasi diukur

dengan indikator:

1. Perangkat, merupakan indikator untuk menggambarkan kelengkapan

yang mendukung terlaksananya penggunaan teknologi informasi,

meliputi perangkat lunak, perangkat keras dan sistem jaringan.

2. Pengelolaan Data Keuangan, merupakan indikator untuk

menggambarkan pemanfaatan teknologi informasi untuk pengelolaan

data keuangan secara sistematis dan menyuluruh.

3. Perawatan, merupakan indikator untuk menggambarkan adanya jadwal

pemeliharaan peralatan secara teratur terhadap perangkat teknologi

informasi guna mendukung kelancaran pekerjaan.

Menurut Sulistiani, H, et al., (2020) bahwa pengukuran

pemanfaatan teknologi informasi berdasarkan sebagai berikut:

1. Intensitas pemanfaatan (intensity of use), “Minat (intention) atau

intensitas pemanfaatan yang tinggi terhadap penggunaan Teknologi

Sistem Informasi akan menumbuhkan perilaku yang menunjang

pemanfaatan teknologi sistem informasi”.


28

2. Frekuensi pemanfaatan (frequency of use) “Pengukuran penggunaan

sesungguhnya (actual use) diukur sebagai jumlah waktu yang

digunakan untuk berinteraksi dengan suatu teknologi dan besarnya

frekuensi penggunaannya”. Dan Jumlah aplikasi atau perangkat lunak

yang digunakan (diversity of software package used)”, perangkat lunak

aplikasi adalah program yang ditulis oleh manusia untuk melakukan

tugas-tugas atau memecahkan masalah tertentu.

Perangkat lunak aplikasi masih dibedakan menjadi dua jenis yaitu,

program aplikasi umum dan program aplikasi khusus. Program aplikasi

umum merupakan program yang melakukan tugas atau pemrosesan

secara umum bagi para pengguna akhir, misal pengolah kata,

spreadsheet, DBMS, e-mail sender, web browser, dan lain sebagainya.

Sedangkan program aplikasi khusus adalah program yang secara khusus

digunakan untuk mendukung aplikasi khusus untuk para pemakai seperti

aplikasi untuk bisnis, aplikasi untuk pendidikan, aplikasi multimedia, dan

aplikasi lainnya yang digunakan sesuai dengan bidangnya.

2.1.3. Motivasi Kerja

Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang

mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan

tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu kekuatan untuk

mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Dorongan

tersebut terdiri dari dua komponen, yaitu: arah perilaku kerja (kerja untuk

mencapai tujuan), dan kekuatan perilaku (sebagai kuat usaha individu


29

dalam bekerja). Motivasi meliputi perasaan unik, pikiran dan pengalaman

masa lalu yang merupakan bagian dari hubungan internal dan eksternal

perusahaan. Menurut Veithzal Rivai (2015) Motivasi adalah serangkaian

sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang

spesifik sesuai dengan tujuan individu masing masing. Widyastuti, W

(2019) mengemukakan bahwa “motivasi sebagai suatu hal pokok yang

menjadi dorongan setiap motif untuk bekerja”.

Motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku

seseorang. Menurut Robbins (2020) motivasi sebagai proses yang

menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seseorang individu untuk

mencapai tujuan. Motivasi kerja adalah keinginan yang timbul dari dalam

diri seseorang atau individu karena terinspirasi, tersemangati, dan

terdorong untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan dengan keikhlasan,

senang hati dan sungguh-sungguh sehingga hasil dari aktivitas yang dia

lakukan mendapat hasil yang baik dan berkualitas, Afandi (2018).

Sementara itu menurut Hartatik Puji (2014) motivasi kerja

merupakan hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung

perilaku manusia supaya mau bekerja giat serta antusias mencapai hasil

yang optimal. Hal yang dimaksud ini adalah gejala proses mental, seperti

kognitif proses mental kognitif (akal) atau afeksi (perasaan). Spesifiknya,

motivasi termasuk ke dalam proses mental atau gejala jiwa konasi yang

berarti kehendak atau kemauan seseorang. Dengan demikian motivasi


30

juga dapat dikatakan sebagai proses mental seseorang yang memiliki

kehendak atau kemauan untuk melakukan suatu hal.

Selanjutnya, menurut Fahmi, et al., (2018) motivasi adalah suatu

set atau kumpulan perilaku yang memberikan landasan bagi seseorang

untuk bertindak dalam suatu cara yang diarahkan pada tujuan spesifik

tertentu (specific goal/directed way). Disebut perilaku karena seseorang

yang termotivasi hanya dapat diamati secara langsung dari tingkah

lakunya. Proses mental konasi seseorang akan mencoba memunculkan

suatu sikap melalui jalan tertentu yang dalam konteks ini adalah karena

memiliki motif, setelah konasi memproses motif tersebut maka muncullah

sikap termotivasi yang selanjutnya akan ditunjukkan pada perilaku nyata

yang termotivasi.

Sedangkan menurut Priansa (2018) motivasi kerja adalah prilaku

dan faktor-faktor yang mempengaruhi pegawai untuk menunjukkan

intensitas individu, arah, dan ketekunan sebagai upaya mencapai tujuan

organisasi. Artinya, motivasi tidak hanya dapat datang dari diri individu

saja, melainkan terdapat faktor dari luar yang mampu merangsangnya

pula. Seperti yang diungkapkan oleh Winardi (2000) bahwa motivasi

merupakan hasil sejumlah proses baik internal maupun eksternal bagi

seorang individu sehingga menimbulkan sikap antusiasme dan semangat

dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.


31

Telah diungkapkan sebelumnya bahwa motivasi dapat muncul dari

dalam diri sendiri (intrinsik) maupun dari faktor luar (ekstrinsik). Dengan

demikian, setidaknya terdapat dua tipe motivasi seperti yang diungkapkan

oleh Afandi (2018) bahwa motivasi terbagi menjadi dua jenis dan jenis-

jenis motivasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Motivasi dalam diri merupakan dorongan atau kehendak yang kuat

yang berasal dari dalam diri seseorang. Beberapa contoh motivasi

dalam diri adalah:

a) Persepsi seseorang mengenai diri sendiri;

b) Harga diri;

c) Harapan pribadi;

d) Kebutuhan;

e) Keinginan.

2. Motivasi luar diri dinamakan demikian karena tujuan utama individu

melakukan kegiatan adalah untuk mencapai tujuan yang terletak di luar

aktivitas kerja itu sendiri. Beberapa contoh yang termasuk motivasi luar

diri adalah:

a) Jenis dan sifat pekerjaan;

b) Kelompok kerja di mana seseorang bergabung;

c) Situasi lingkungan kerja;

d) Gaji.
32

Menurut Sutrisno (2013), motivasi sebagai proses psikologi dalam

diri seseorang akan dipengaruhi oleh beragam faktor, dan faktor tersebut

dapat dibedakan menjadi faktor intern dan ekstern yang akan dijabarkan

sebagai berikut.

1. Faktor Internal

Faktor intern yang dapat memengaruhi pemberian motivasi kerja

pada karyawan di antaranya adalah sebagai berikut.

a) Keinginan untuk dapat hidup, untuk dapat bertahan hidup maka

seseorang harus bekerja. Keinginan untuk dapat hidup meliputi

kebutuhan untuk memperoleh kompensasi, pekerjaan yang tetap, dan

kondisi kerja yang aman dan nyaman.

b) Keinginan untuk dapat memiliki, keinginan yang keras untuk dapat

memiliki itu dapat mendorong orang mau bekerja.

c) Keinginan untuk memperoleh penghargaan, seseorang mau bekerja

disebabkan adanya keinginan untuk diakui, dihormati oleh orang lain.

d) Keinginan untuk memperoleh pengakuan, seperti adanya

penghargaan terhadap prestasi, hubungan kerja yang harmonis,

pimpinan yang bijaksana, perusahaan tempat bekerja dihargai oleh

masyarakat.

e) Keinginan untuk berkuasa, Keinginan untuk berkuasa atau memiliki

kekuatan akan mendorong seseorang untuk bekerja.


33

2. Faktor Eksternal

Sementara itu factor-faktor ekstern yang dapat memengaruhi

motivasi kerja di antaranya yaitu sebagai berikut.

a) Kondisi lingkungan kerja, keseluruhan sarana dan prasarana kerja

yang ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang

dapat memengaruhi pelaksanaan pekerjaan.

b) Kompensasi yang memadai, motivasi yang paling penting bagi

perusahaan untuk mendorong para karyawan bekerja dengan baik.

c) Supervisi yang baik, memberikan pengarahan, membimbing kerja

para karyawan agar bekerja dengan baik tanpa melakukan kesalahan.

d) Jaminan pekerjaan, atau tepatnya adanya jaminan pekerjaan berupa

jaminan karier untuk masa depan seperti promosi jabatan, pesangon,

dll.

e) Status dan tanggung jawab, terutama seseorang yang telah bekerja

lama pada posisi yang stagnan akan menjadi lebih termotivasi ketika

dipercayakan status dan tanggung jawab yang lebih, tentunya diiringi

oleh hak yang lebih pula.

f) Peraturan yang fleksibel, saat peraturan jelas dan tegas namun tetap

fleksibel, maka seseorang akan mematuhinya dengan lebih mudah

sehingga mampu memastikan pekerjaannya berjalan dengan baik dan

memicu motivasi untuk terus melakukannya.


34

Seorang manajer atau pimpinan harus mampu mendorong,

menyemangati yang berarti memotivasi karyawan agar terus bergairah

dan bersemangat dalam bekerja agar kinerja dan produktivitas mereka

berjalan dengan baik. Untuk meningkatkan motivasi kerja, terdapat

beberapa asas atau prinsip yang dapat memandu kita dalam kegiatan

atau perilaku yang mampu memberikan motivasi terhadap para personel.

Menurut Hasibuan (2016) beberapa prinsip-prinsip dalam motivasi kerja

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Prinsip mengikutsertakan, yaitu mengajak bawahan untuk ikut

berpartisipasi, memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan

ide-ide, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan.

2. Prinsip komunikasi, yaitu menginformasikan secara jelas tentang tujuan

yang ingin dicapai, cara mengerjakannya, dan kendala yang dihadapi.

3. Prinsip pengakuan, yaitu memberikan penghargaan dan pengakuan

yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang

dicapainya.

4. Prinsip wewenang, yang didelegasikan adalah mendelegasikan

sebagian wewenang serta kebebasan karyawan untuk mengambil

keputusan dan berkreativitas dan menjalankan tugas-tugas atasan atau

manajer.

5. Prinsip perhatian, timbal balik yaitu memotivasi bawahan dengan

mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan di samping


35

berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan bawahan

dari perusahaan.

Sementara itu menurut Afandi (2018) terdapat beberapa prinsip

untuk memotivasi kerja karyawan yang di antaranya adalah sebagai

berikut.

1. Prinsip Partisipasi, Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu

diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan

yang akan dicapai oleh pemimpin.

2. Prinsip Komunikasi, Pemimpin mengomunikasikan segala sesuatu yang

berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang

jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

3. Prinsip Mengakui Andil Bawahan, Pemimpin mengakui bahwa bawahan

(pegawai) mempunyai andil di dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan

pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

4. Prinsip Memberi Perhatian, Pemimpin memberikan perhatian terhadap

apa yang dinginkan pegawai atau karyawan sehingga dapat

memotivasi para pegawai bekerja sesuai dengan yang diharapkan oleh

pemimpin.

Menurut teori Herzberg (2005), terdapat faktor yang berperan

sebagai satisfiers atau motivators yang dapat dijadikan sebagai indikator

motivasi kerja yang di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Prestasi (Achievement), Kebutuhan akan prestasi akan mendorong

seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua


36

kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja

yang optimal.

2. Pengakuan (Recognition), Pengakuan artinya karyawan memperoleh

pengakuan dari pihak perusahaan bahwa ia adalah orang yang

berprestasi dan diberi penghargaan. Pengakuan dapat diperoleh

melalui kemampuan dan prestasi sehingga terjadi peningkatan status

individu.

3. Pekerjaan itu sendiri (The work it self), Untuk mencapai hasil karya

yang baik, diperlukan orang-orang yang memiliki kemampuan yang

tepat. Ini berarti bahwa diperlukan suatu program seleksi yang sehat

dalam merekrut karyawan sesuai pada kemampuannya.

4. Tanggung jawab (Responsibility), Tanggung jawab adalah keterlibatan

individu dalam usaha-usaha di setiap pekerjaan, seperti kesanggupan

dan penguasaan diri sendiri dalam menyelesaikan pekerjaannya.

5. Kemajuan (Advancement), Untuk meningkatkan hasil kinerja karyawan

maka pemimpin perlu memberikan pelatihan kepada karyawan agar

karyawan terus berinisiatif untuk mengembangkan wawasannya dalam

bekerja dan bertanggung jawab atas pekerjaannya.

6. Pengembangan potensi individu (The possibility of growth),

Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan

teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan

kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan.


37

Sementara itu, Afandi (2018) membagi indikator pada dimensi

pengukurang masing-masing yang dijabarkan sebagai berikut.

1. Balas jasa, Segala sesuatu yang berbentuk barang, jasa, dan uang

yang merupakan kompensasi yang diterima karyawan karena jasanya

yang dilibatkan pada organisasi, seperti:

a) Pemberian hadiah atau reward;

b) Promosi jabatan.

2. Kondisi kerja, Kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari suatu

perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang

bekerja di dalam lingkungan tersebut. Kondisi kerja yang baik yaitu

nyaman dan mendukung pekerja untuk dapat menjalankan aktivitasnya

dengan baik, seperti:

a) Lingkungan kerja yang menyenangkan;

b) Lingkungan kerja yang nyaman, aman, dan bersih.

3. Fasilitas kerja, Segala sesuatu yang terdapat dalam organisasi yang

ditempati dan dinikmati oleh karyawan, baik dalam hubungan langsung

dengan pekerjaan maupun untuk kelancaran pekerjaan, seperti:

a) Sarana yang memadai;

b) Prasarana yang memadai.

4. Prestasi kerja, Hasil yang dicapai atau yang diinginkan oleh semua

orang dalam bekerja. Untuk tiap-tiap orang tidaklah sama ukurannya

karena manusia itu satu sama lain berbeda, seperti:

a) Hasil kerja yang maksimal;


38

b) Pencapaian tugas yang ditargetkan.

5. Pengakuan dari atasan, Pernyataan yang diberikan dari atasan apakah

karyawannya sudah menerapkan akan motivasi yang telah diberikan

atau tidak, seperti:

a) Pujian atas keberhasilan karyawan;

b) Penilaian prestasi kerja karyawan.

Menurut Hasibuan (2016) teori-teori motivasi adalah sebagai

berikut:

1. Teori Kepuasan (Content Theory) yang memusatkan pada kebutuhan

dan kepuasan individu yang menyebabkan bertindak serta berperilaku

dengan cara tertentu.

Teori ini memusatkan perhatian pada factor-fakto kebutuhan

dan kepuasan individu yang menyebabkan bertindak serta berperilaku

dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada factor-

faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung,

dan menghentikan perilakunya.

2. Teori Motivasi Proses (Prosess Theory) yang memusatkan pada

bagaimana-nya motivasi.

Teori motivasi proses pada dasarnya menjawab pertanyaan

bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara, dan

menghentikan perilaku individu - individu agar setiap individu bekerja

sesuai dengan keinginan manajer.


39

3. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory) yang menitik beratkan pada

cara dimana perilaku dipelajari.

Teori teori ini mendasarkan sebab dan akibat dari perilaku

dengan pemberian kompensasi, Misalnya ; promosi tergantung dari

prestasi yang selalu dapat dipertanyakan.

Menurut Herzberg (2015) mengklaim telah menemukan penjelasan

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja yaitu:

1. Hygiene Factors yang meliputi gaji, kehidupan pribadi, kualitas

supervisi, kondisi kerja, jaminan kerja, hubungan antar pribadi,

kebijaksanaan dan administrasi perusahaan.

2. Motivation Factors yang dikaitkan dengan isi pekerjaan mencakup

keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang menantang, peningkatan dan

pertumbuhan dalam pekerjaan.

Menurut Hasibuan (2008) Tujuan Motivasi antara lain sebagai

berikut :

1. Meningatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.

2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan,

3. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan.

4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan.

5. Mengefektivkan pengadaan karyawan.

6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.

7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan.

8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.


40

9. Mempertinggi rasa tangung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.

10. Meningkatkan efesiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

Menurut Hasibuan (2008) ada dua jenis motivasi, yaitu:

1. Motivasi positif, manajer memotivasi bawahan dengan memberikan

hadiah kepada mereka yang berprestasi diatas prestasi standar.

Dengan motivasi positif, semangat kerja bawahan akan meningkat

karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja.

2. Motivasi negatif, manajer memotivasi bawahan dengan standar mereka

akan mendapat hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat kerja

bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena mereka

takut mendapat hukuman, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat

berakibat kuranng baik. Kebijaksanaan yang ideal adalah

menggunakan kedua motivasi tersebut denagn waktu dan proporsi

yang tepat, sesuai pertimbangan kondisi dan situasi yang ada. Dengan

demikian akan dicapai hasil yang diharapkan.

Indikator motivasi kerja menurut Sedarmayanti (2017) yaitu :

1. Gaji (salary).

Bagi pegawai, gaji merupakan faktor penting untuk memenuhi

kebutuhan diri sendiri dan keluarganya. Gaji selain berfungsi memenuhi

kebutuhan pokok bagi setiap pegawai juga dimaksudkan untuk menjadi

daya dorong bagi pegawai agar dapat bekerja dengan penuh

semangat.
41

2. Supervisi.

Supervisi yang efektif akan membantu peningkatan produktivitas

pekerja melalui penyelenggaraan kerja yang baik, juga pemberian

petunjukpetunjuk yang nyata sesuai standar kerja, dan perlengkapan

pembekalan yang memadai serta dukungan-dukungan lainnya.

Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil

sebaik mungkin dengan mengkoordinasikan sistem kerja pada unit

kerjanya secara efektif.

3. Hubungan kerja.

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, haruslah

didukung oleh suasana kerja atau hubungan kerja yang harmonis yaitu

terciptanya hubungan yang akrab, penuh kekeluargaan dan saling

mendukung baik hubungan antara sesama pegawai atau antara

pegawai dengan atasan. Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu

membutuhkan hubungan dengan orang lain, baik di tempat kerja

maupun di luar lingkungan kerja.

4. Pengakuan atau penghargaan (recognition).

Setiap manusia mempunyai kebutuhan terhadap rasa ingin

dihargai. Pengakuan terhadap prestasi merupakan alat motivasi yang

cukup ampuh, bahkan bisa melebihi kepuasan yang bersumber dari

pemberian kompensasi. Seseorang yang memperoleh pengakuan atau

penghargaan akan dapat meningkatkan semangat kerjanya.


42

5. Keberhasilan (achievement).

Setiap orang tentu menginginkan keberhasilan dalam setiap

kegiatan/tugas yang dilaksanakan. Pencapaian prestasi atau

keberhasilan (achievement) dalam melakukan suatu pekerjaan akan

menggerakkan yang bersangkutan untuk melakukan tugas-tugas

berikutnya.

Dengan demikian prestasi yang dicapai dalam pekerjaan akan

menimbulkan sikap positif, yang selalu ingin melakukan pekerjaan dengan

penuh tantangan. Sesorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai

suatu kebutuhan dapat mendorongnya untuk mencapai sasaran.

Kebutuhan berprestasi biasanya dikaitkan dengan sikap positif dan

keberanian mengambil resiko yang diperhitungkan untuk mencapai

sasaran yang telah ditentukan.

2.1.4. Kinerja Aparatur Desa

Menurut Nasucha (2014) dalam (Pasolong, 2014), mengemukakan

bahwa kinerja organisasi adalah sebagai efektivitas organisasi secara

menyeleruh untuk memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dari setiap

kelompok yang berkenaan melalui usaha-usaha yang sistemik dan

meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus mencapai

kebutuhannya secara efektif. Wibawa (1992) dan Atmosudirdjo (1997)

dalam (Pasolong, 2014) mengemukakan bahwa kinerja organisasi adalah

sebagai efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk kebutuhan yang

ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan melalui usaha-usaha


43

yang sistemik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus

menerus untuk mencapai kebutuhannya secara efektif.

Definisi kinerja menurut Mangkunegara (2016) adalah

perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per

satuan waktu (lazimnya per jam). Faustino Cardosa Gomes dalam

Mangkunegara (2016) mengemukakan definisi kinerja sebagai ungkapan

seperti output, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan dengan

produktivitas. Sedangkan Menurut Mangkunegara (2016), kinerja pegawai

(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

H. Gunawan (2018b) mendefinisikan kinerja sebagai hasil dari

usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan

perbuatan dalam situasi tertentu. Jadi prestasi kerja merupakan hasil

keterkaitan antara usaha, kemampuan dan persepsi tugas. Usaha

merupakan hasil motivasi yang menunjukkan jumlah energi (fisik atau

mental) yang digunakan oleh individu dalam menjalankan suatu tugas.

Sedangkan kemampuan merupakan karakteristik individu yang digunakan

dalam menjalankan suatu pekerjaan. Persepsi tugas merupakan petunjuk

di mana individu percaya bahwa mereka dapat mewujudkan usaha-usaha

mereka dalam pekerjaan.

Menurut wahyuni (2015) kinerja merupakan perbandingan hasil

kerja yang dicapai oleh pegawai dengan standar yang telah ditentukan.
44

Kinerja juga berarti hasil yang dicapai oleh pegawai dengan standar yang

ditentukan. Kinerja juga berarti hasil yang dicapai oleh seseorang baik

kuantitas maupun kualitas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Kinerja seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,

inisiatif, pengalaman kerja dan motivasi pegawai. Hasil kerja seseorang

akan memberikan umpan balik bagi orang itu sendiri untuk selalu aktif

melakukan kerjanya secara baik dan diharapkan akan menghasilkan mutu

pekerjaan yang baik.

Kinerja pegawai merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pegawai

tersebut dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk

suatu pekerjaan tertentu. Menurut Robbins (2016) kinerja pegawai adalah

fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi. Dalam studi

manajemen kinerja pegawai ada hal yang memerlukan pertimbangan

yang penting sebab kinerja individu seorang pegawai dalam organisasi

merupakan bagian dari kinerja organisasi dan dapat menentukan kinerja

dari organisasi tersebut. Berhasil tidaknya kinerja pegawai yang telah

dicapai organisasi tersebut akan dipengaruhi oleh tingkat kinerja dari

pegawai secara individu atau kelompok. menurut Amstrong dalam

Wibowo (2019) lebih melihat manajemen kinerja sebagai sarana untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik dari organisasi, tim dan individu

dengan cara memahami dan mengelola kinerja dalam suatu kerangka

tujuan, standar dan persyaratan-persyaratan yang disepakati


45

Menurut Umar (2002) secara umum kinerja mengandung arti sebagai

perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya

yang digunakan. Selanjutnya Rivai dan Basri (2004) mengatakan bahwa

arti dari kinerja adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan,

dikerjakan seseorang dalam melaksanakan kerja atau tugas. Kinerja

adalah hasil dari seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu

di dalam melaksanakan tugas, seperti standar hasil kerja, target atau

sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah

disepakati bersama

Menurut Sinambela (2012) menyatakan bahwa kinerja pegawai

didefinisikan sebagai kemampuan pegawai dalam melakukan sesuatu

keahlian tertentu. Kinerja pegawai sangatlah perlu, sebab dengan kinerja

ini akan diketahui seberapa jauh kemampuan pegawai dalam

melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Untuk itu diperlukan

penentuan kriteria yang jelas dan terukur. serta ditetapkan secara

bersama-sama yang dijadikan sebagai acuan.

Kegiatan yang dilakukan secara efesien, merupakan penilaian

hasil kerja sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang menggunakan

waktu kerja patuh pada aturan kerja. Pada sisi lain suatu organisasi

membutuhkan target sebagai pencapaian puncaknya, dimana target

menurut teori yang dikemukakan Philips (2009) adalah standar batas

pencapaian yang diharapkan dari suatu penggunaan kemampuan


46

untuk tujuan sehingga pencapaian hasil yang mencapai atau melampaui

suatu target yang ditetapkan merupakan sebuah prestasi.

Teori-teori tersebut memberikan gambaran bahwa kinerja pada

intinya menilai suatu pekerjaan berdasarkan hasil kerja, capaian suatu

pekerjaan sangat ditentukan oleh pegawai, dalam memperlihatkan wujud

kerjanya. Penilaian kinerja merupakan hal yang penting dilakukan

dalam melihat hasil pekerjaan, ukuran penilian kinerja berdasarkan

asumsi yang digunakan. Sejalan dengan pernyataan Douglas (1997)

dan Osvaldo (2011) terhadap penilaian kinerja individu, kompetensi

berperan penting dari keberhasilan sumber daya manusia dalam

mewujudkan tujuan organisasi. Kompetensi berasal dari kata

competentyang berarti mampu sepadan dengan kata abilityatau

kemampuan. Individu yang mandiri dalam suatu organisasi selalu

menghasilkan orang-orang yang berkompetensi berdasarkan

karyanya. Kompetensi menurut McKenna (2004) berkenaan dengan

kebutuhan individu dan kebutuhan organisasi. Menurut Donald (dalam

Kamidin, 2010) keberhasilan ini sangat dipengaruhi oleh akses

pengembangan diri pada dasarnya dapat dilihat dari empat sisi sudut

pandang yang terbentuk integrasi meliputi pengetahuan (knowledge),

keterampilan (skill), pengalaman kerja (experience) dan sikap

(attitude), teori tersebut diperkuat teori aset sebagaimana

dikemukakan Beer et al. (1985) yang menjelaskan bahwa setiap individu


47

SDM dinilai memilki aset kompetensi bagi suatu organisasi, yang saling

mempengaruhi untuk menghasilkan kinerja.

Supaya kinerja berjalan secara optimal, seseorang harus mempunyai

keinginan yang tinggi untuk mengerjakan pekerjaannya serta mengetahui

pekerjaannya. Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh 3

(tiga) faktor yaitu kemampuan, keinginan, lingkungan. Menurut

Soeprihanto (2001) kinerja seorang pegawai pada dasarnya adalah hasil

kerja seorang pegawai selama periode tertentu jika dibandingkan dengan

berbagai kemungkinan.

Sedangkan menurut Mangkunegara (2016) mengemukakan indikator

dari kinerja pegawai yaitu sebagai berikut:

1. Kualitas Kerja

Seberapa baik seorang pegawai mengerjakan apa yang seharusnya

dikerjakan.

2. Kuantitas Kerja

Seberapa lama seseorang pegawai bekerja dalam satu harinya.

Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai itu

masing-masing.

3. Pelaksanaan Tugas

Seberapa jauh pegawai mampu melakukan pekerjaannya dengan

akurat atau tidak ada kesalahan.


48

4. Tanggung Jawab

Kesadaran tentang kewajiban melakukan pekerjaan dengan akurat

maupun tidak ada kesalahan dalam pekerjaannya.

5. Kerjasama Tim (Teamwork)

Melihat bagaimana seorang pegawai bekerja dengan orang lain

dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Kerjasama tidak hanya sebatas

secara Vertical ataupun kerjasama antar pegawai, tetapi kerjasama

secara Horizontal merupakan factor penting dalam suatu kehidupan

organisasi yaitu dimana antar pimpinan organisasi dengan para

pegawainya terjalin suatu hubungan yang kondusif dan timbal balik yang

saling menguntungkan.

Kinerja bukan merupakan karakteristik individu, seperti bakat, atau

kemampuan, namun merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan

itu sendiri. Kinerja merupakan perwujudan dari kemampuan dalam bentuk

karya nyata. Kinerja merupakan hasil dari kerja yang dicapai pegawai

dalam mengemban tugas dan pekerjaan yang berasal dari organisasi,

Priansa (2014).

Menurut Mangkunegara (2016) Istilah kinerja berasal dari kata Job

Performance atau Actual Performance (Prestasi Kerja atau Prestasi

sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian Kinerja

merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab

yang diberi kepadanya.


49

Menurut Kasmir (2016) Kinerja individu adalah dasar kinerja

organisasi yang sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu, motivasi

individu, pengharapan, dan penilaian yang dilakukan oleh manajemen

terhadap pencapaian hasil kerja individu.

Menurut Samsuddin (2010) Pengertian kinerja menurut yakni hasil

dari usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan

perbuatan dalam situasi tertentu. Penilaian kinerja secara umum yakni

penilaian terhadap hasil kerja individu yang dihasilkan yang dibandingkan

dengan standar yang ada baik kualitas maupun kuantitas yang di tetapkan

sebelumnya.

Faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah variabel individu,

variable psikologis, maupun variabel organisasi. Variabel individu meliputi

kemampuan dan keterampilan baik fisik maupun mental. Latar belakang,

seperti keluarga, tingkat sosial dan pengalaman, demografi menyangkut

umur, asal usul dan jenis kelamin. Variabel psikologis meliputi persepsi,

sikap, kepribadian, belajar, motivasi. Variabel organisasi meliputi sumber

daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan, Priansa

(2014).

Menurut Samsuddin (2010) yakni kinerja pegawai dipengaruhi oleh

beberapa factor yaitu :

1. Kualitas Pekerjaan (Quality of Work) Merupakan tingkat baik atau

buruknya sesuatu pekerjaan yang diterima bagi seorang pegawai yang


50

dapat dilihat dari segi ketelitian dan kerapihan kerja, keterampilan dan

kecakapan.

2. Kuantitas Pekerjaan (Quantity of Work) Merupakan seberapa besarnya

beban kerja atau sejumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh

seorang pegawai. Diukur dari kemampuan secara kuantitatif didalam

mencapai target atau hasil kerja atas pekerjaan-pekerjaan baru.

3. Pengetahuan Pekerjaan (Job Knowledge) Merupakan proses

penempatan seorang pegawai yang sesuai dengan background

pendidikan atau keahlian dalam suatu pekerjaan. Hal ini ditinjau dari

kemampuan pegawai dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan

tugas yang mereka lakukan.

4. Kreatifitas (Creativity) Merupakan kemampuan seorang pegawai dalam

menyelesaikan pekerjaannya dengan cara atau inisiatif sendiri yang

dianggap mampu secara efektif dan efisien serta mampu menciptakan

perubahan-perubahan baru guna perbaikan dan kemajuan organisasi.

5. Inovasi (Inovation) Kemampuan menciptakan perubahan-perubahan

baru guna perbaikan dan kemajuan organisasi. Hal ini ditinjau dari ide-

ide cemerlang dalam mengatasi permasalahan organisasi.

6. Inisiatif (Initiative) Melingkupi beberapa aspek seperti kemampuan

untuk mengambil langkah yang tepat dalam menghadapi kesulitan,

kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan tanpa bantuan,

kemampuan untuk mengambil tahapan pertama dalam kegiatan.


51

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2016) dalam rangka

peningkatan kinerja paling tidak terdapat dua langkah yang harus

dilakukan sebagai berikut:

1. Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja dapat dilakukan

dengan cara:

a. Mengidentifikasi masalah melalui data dan informasi yang

dikumpulkan terus menerus mengenai fungsi bisnis.

b. Megidentifikasi masalah melalui pegawai.

c. Memperhatikan masalah yang ada.

2. Mengenai kekurangan dan tingkat keseriusan untuk memperbaiki

keadaan ini diperlukan berbagai informasi antara lain:

a. Mengidentifikasi masalah secepat mungkin.

b. Menemukan tingkat keseriusan dengan mempertimbangkan harga

yang harus dibayar apabila tidak ada kegiatan dan harga yang

harus dibayar bila ada campur tangan dan penghematan yang

dperoleh apabila penutupan kekurangan kerja.

c. Mengidentifikasi hal-hal yang mungkin menjadi penyebab

kekurangan, baik yang berhubungan dengan system maupun yang

berhubungan dengan pegawai itu sendiri.

d. Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi

kekurangan tersebut.

e. Melakukan rencana tindakan tersebut.


52

f. Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau

belum.

g. Memulai dari awal bila perlu.

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2016) ada 12 poin untuk

meningkatkan kinerja pegawai, yaitu:

1. Membuat pola pikir yang modern.

2. Kenali manfaat.

3. Kelola kerja.

4. Bekerjalah bersama pegawai.

5. Rencanakan secara tepat dengan sasaran jelas.

6. Satukan sasaran pegawai.

7. Tentukan insentif pegawai.

8. Jadilah orang yang mudah di temui.

9. Berfokus pada komunikasi.

10. Melakukan tatap muka.

11. Hindarkan resiko pemeringkatan.

12. Jangan melakukan penggolongan.

Menurut Priansa (2014) menyatakan bahwa ada 2 faktor yang

dapat mempengaruhi kinerja yakni factor kemampuan dan factor motivasi,

penjelasannya sebagai berikut :

1. Faktor Kemampuan yakni secara psikologis terdiri dari kemampuan

potensi yang disebut IQ (Intelligent Quotient) dan kemampuan Reality

(Knowledge + Skill), artinya pegawai dengan IQ tinggi dan pendidikan


53

yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam melakukan

pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja

yang diharapkan.

2. Faktor Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam

menghadapi situasi (situation) kerja. Sikap mental itu sendiri

merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk

berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental

seorang pegawai harus sikap mental yang siap secara psikosifisik (siap

mental, fisik, tujuan, dan situasi). Artinya seorang pegawai harus siap

secara mental, maupun secara fisik, memahami tujuan utama dan

target kerja yang akan dicapai, juga mampu memanfaatkan dan

menciptakan situasi kerja.

Menurut Priansa (2014) menyatakan bahwa indikator kinerja

pemerintah desa dapat dilakukan dengan menggunakan dimensi :

1. Kuantitas Pekerjaan (Quantity of Work) Kuantitas pekerjaan

berhubungan dengan volume pekerjaan dan produktivitas kerja yang

dihasilkan oleh pegawai dalam kurun waktu tertentu.

2. Kualitas Pekerjaan (Quality of Work) Kualitas pekerjaan berhubungan

dengan pertimbangan ketelitian, presisi, kerapian, dan kelengkapan di

dalam menangani tugas-tugas yang ada di dalam organisasi.

3. Kemandirian (Dependability) Kemandirian berkenaan dengan

pertimbangan derajat kemampuan pegawai untuk bekerja dan

mengemban tugas secara mandiri dengan meminimalisir bantuan orang


54

lain. Kemandirian juga menggambarkan kedalam komitmen yang

dimiliki oleh pegawai.

4. Inisiatif (Initiative) Inisiatif berkenaan dengan pertimbangan

kemandirian, fleksibilitas berfikir, dan kesediaan untuk menerima

tanggung jawab.

5. Adaptabilitas (Adaptability) Adaptabilitas berkenaan dengan

kemampuan untuk bereaksi terhadap mengubah kebutuhan dan

kondisi-kondisi.

Kinerja aparatur pemerintah desa adalah gambaran mengenai

tingkat pencapaian sasaran/tujuan sebagai penjabaran dari visi, misi dan

strategi instansi pemerintah daerah yang mengindikasikan tingkat

keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi aparatur pemerintah menurut Gusmal (Wardani : 2010).

Kinerja aparatur`pemerintah desa mempunyai arti yang sangat

penting dalam rangka pelaksanaan pemerintah dan kegiatan

pembangunan oleh pelayanan masyarakat di desa diupayakan untuk

berjalan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pemerintah

desasebagai pihak yang diberikan tugas menjalankan roda pemerintahan,

pembangunan dan layanan sosial masyarakat wajib menyampaikan

pertanggungjawaban kinerja desanya untuk dinilai apakah pemerintah

desa berhasil menjalankan tugasnya dengan baik.


55

2.2. Penelitian terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti/ Judul Hasil


No. Jurnal
Tahun Penelitian Penelitian
1 Marsel Jurnal Administrasi Evaluasi Kinerja Pemerintah De Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Paramata, Publik; Vol. 9 No. 2 sa Tasye Kecamatan Loloda Evaluasi Kinerja Pemerintah Desa Tasye
Joyce J. Rares, (2023): Jurnal Kabupaten Halmahera Kecamatan Loloda Kabupaten
Joorie M. Ruru Administrasi Publik; 191- Barat (2023-03-23) Halmahera Barat. Metode yang
199 ; 2338-961 digunakan yakni metode kualitatif dengan
(2023) pendekatan deskriptif. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilaksanakan
di Desa Tasye Kecamatan Loloda
Kabupaten Halmahera Barat itu berjalan
dengan baik meskipun dalam Evaluasi
ditemukan adanya hal-hal yang harus
diperbaiki, dalam hal ini
Evaluasi Kinerja Desa Tasye menjadi
sorotan yakni menjadi
contoh Kinerja untuk desa-desa lainnya
dari hal penerapan anggaran dan
program-program lainnya desa Tasye
menjadi Contoh Desa terbaik di
Kecamatan Loloda. Dengan adanya
Evaluasi yang diselenggarakan
menjadikan pemerintah desa semakin
terarah dalam menjalankan program
56

Nama Peneliti/ Judul Hasil


No. Jurnal
Tahun Penelitian Penelitian
sesuai dengan tanggung jawab kepada
masing- masing aparatur desa. Kata
Kunci:
Evaluasi, Kinerja, Pemerintah Desa.
2 Nonia Sakka Arus Jurnal Sosial dan Kinerja Kepala Desa Dalam Hasil penelitian dapat diketahui bahwa
Lebang, Risman Humaniora; Vol 2 No 1: Melaksanakan Tugas Secara serempak pendidikan, pelatihan,
Togala April (2022); 1-7 ; 2808- pada Desa Silea Kecamatan motivasi dan pengalaman kerja
1307 ; 2808-1447 Kolono Kabupaten Konawe berpengaruh sangat sigtifikan (high
(2022) Selatan (2022-04-29) significant)
terhadap kinerja kepala desa dalam
pelaksanaan tugas pemerintahan
di Desa Silea Kecamatan Kolono
Kecamatan Konawe Selatan. Hal ini
berarti bahwa faktor pendidikan,
pelatihan, motivasi dan pengalaman kerja
sangat menentukan sekali
terhadap kinerja kepala desa dalam
pelaksanaan tugas pemerintahan
di Desa Silea Kecamatan Kolono
Kabupaten Konawe Selatan. Secara
parsial pengalaman kerja dan motivasi
berpegaruh signifikan
terhadap kinerja kepala desa dalam
pelaksanaan tugas pemerintahan
di Desa Silea Kecamatan Kolono
Kabupaten Konawe
57

Nama Peneliti/ Judul Hasil


No. Jurnal
Tahun Penelitian Penelitian
Selatan. Kinerja kepala desa dalam
pelaksanaan
tugas pemerintah desa di Desa Silea
Kecamatan Kolono Kabupaten Konawe
Selatan sangat ditentukan oleh motivasi,
dan pengalaman kerja mereka selama
bertugas sebagai kepala desa.
3 Nikki Prafitri, Siti Jurnal Administrasi Implementasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hardianti Publik; Vol 11, No 2 Bisnis Pemerintah Desa: Studi kesiapan BUM Desa, kinerja komunikasi
(2020): JURNAL Kasus Badan Usaha stakeholder, kapasitas dan komitmen
(2020) ADMINISTRASI PUBLIK ; Milik Desa Di Desa Sukaratu bisnis, sosialisasi serta partisipasi
2549-9319 ; 2087-8923 ; Kabupaten Serang (2021-01-07) masyarakat dalam forum penting
10.31506/jap.v11i2 BUM Desa merupakan faktor-faktor yang
mampu mempengaruhi keberhasilan
implementasi
bisnis pemerintah desa melalui
BUM Desa.Kata kunci:
Bisnis Pemerintah Desa, Implementasi
Kebijakan, BUM Desa
4 Muliadin CIVICUS : Pendidikan- Implementasi Kinerja Perangkat Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Muliadin, Penelitian-Pengabdian Desa Dalam 1). Kinerja perangkat desa dalam
Maemunah Pendidikan Pancasila Penyelenggaraan Pemerintah D penyelenggaraan pemerintah desa berda
Maemunah, dan Kewarganegaraan; esa Berdasarkan Undang- sarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
Candra Candra Vol. 5 No. 2: September undang Nomor 6 Tahun 2014 2014 Tentang Desa sudah berjalan
2017; 7-13 ; 2614-509X ; secara optimal, hal tersebut terlihat dari
58

Nama Peneliti/ Judul Hasil


No. Jurnal
Tahun Penelitian Penelitian
(2017) 2338-9680 Tentang Desa (2017-09-30) kemampuan Dalam Membuat
Perencanaan Pembangunan Desa,
kemampuan Dalam Memberikan
Pengarahan Kepada Bawahan atau
Masyarakat Dalam Pelaksanaan
Pembangunan, dan kemampuan Dalam
Mengambil Keputusan Dalam Proses
Penyelenggaraan Pembangunan, 2)
Kendala-kendala
tentang kinerja perangkat desa dalam
penyelenggaraan pemerintah di Desa Gu
nung Sari Kecamatan Gunung Sari
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2017
yaitu a) Persoalan Sumber Daya Manusia
b) Fenomena pengalaman sistem
pembangunan dari masa orde baru
hingga masa reformasi saat ini masih
kuat di memori masyarakat desa. Kata
Kunci: Kinerja; Perangkat Desa;
Penyelenggaraan Desa
5 Rizaldi Haryo E-CIVICS; Vol 8, No 3 Kinerja Aparatur Pemerintah De Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
Meilana, eny (2019): Volume 8 No.3 sa Larangan Kecamatan aspek produktivitas
kusdarini Tahun 2019; 209-217 ; Larangan Kabupaten Brebes aparatur pemerintah Desa Larangan
2541-1918 ; 1829-5789 Dalam Mewujudkan Pelayanan digolongkan sedang, kualitas layanan
(2020) Yang Baik Pada baik, responsivitas sedang,
responsibilitas sedang, akuntabilitas
59

Nama Peneliti/ Judul Hasil


No. Jurnal
Tahun Penelitian Penelitian
Masyarakat (2020-01-28) sedang, kerja aparatur perlu sedang,
kompetensi aparatur sedang, sedangkan
dari aspek motivasi sudah baik.
Hambatan
aparatur pemerintah Desa Larangan
dalam mewujukan pelayanan yang baik
yaitu Dana Desa yang tidak mencukupi
untuk
program pemerintah Desa Larangan,
sarana dan prasarana yang terbatas dan
Kepala Desa hanya pejabat sementara.
Upaya Pemerintah Desa Larangan yaitu
mengelola dana desa sebaik
mungkin,koordinasi Kepala Desa dengan
aparatur pemerintah Desa lainya harus
berjalan dengan baik. Kata
kunci: Kinerja Aparatur, Pemerintah Desa
, Pelayanan yang baik.
6 Nurul atika Respon Publik; Vol 12, Peningkatan Kinerja Aparatur D Aparat pemerintah desa memiliki peranan
No 2 (2018): AGUSTUS ; esa Dalam Melaksanakan yang penting dalam menentukan maju
(2018) 23028432 Tugas mundurnya suatu
Administrasi Desa Melaluipendi unitpemerintahan.Untuk
dikan Dan Pelatihan (2018-09- menyelenggarakanadministrasi desa
29) yang efektif diperlukan pendidikan, dan
pelatihan yang dilakukan
oleh pemerintah desa terhadap
60

Nama Peneliti/ Judul Hasil


No. Jurnal
Tahun Penelitian Penelitian
aparatur pemerintah desa, sedangkan di
kantor desa ini masih terdapatbeberapa
permasalahan diantaranya kurangnya
penguasaan terhadap teknologi,
rendahnya pelayanan publik
sertakurangnya kedisiplinan kerja
aparatur serta beberapa faktor
penghambat lainnya. Hal ini perlu adanya
upaya untukmenyelesaikan masalah
tersebut, salah satunya dengan adanya
pendidikan dan pelatihan kepada
aparatur desa, taklain tujuan tersebut
untukmengoptimalkan kinerja aparatur
desa Sungai Teluk Kecamatan
Sangkapura KabupatenGresik.
7 Wahyudi – Jurnal Hukum Prodi Ilmu Kesiapan Pemerintah Desa Pipit Kesimpulan dalam penelitian ini adalah
(2015) Hukum Fakultas Hukum teja Kecamatan Teluk Keramat lemahnya kinerja, kesiapan
Untan (Jurnal Mahasiswa Kabupaten Sambas Dalam kepala desa serta lemahnya SDM
S1 Fakultas Hukum) Mengimplmentasikan Pasal 26 pada pemerintah desa untuk membantu
Universitas Tanjungpura; Ayat 1 Uu No 06 Tahun 2014 kepala desa dalam melaksanakan
Vol 3, No 4 (2015): Jurnal Tentang Desa (2015-08-06) penyelenggaraan pemerintahan,
Mahasiswa S1 Fakultas pembinaan kemasyarakatan desa,
Hukum Untan Wahyudi - A011110074 pemberdayaan masyarakat desa serta
pembangunan desa sehingga
aparatur desa dalam menjalankan tugas
dan fungsinya dinilai lemah oleh
61

Nama Peneliti/ Judul Hasil


No. Jurnal
Tahun Penelitian Penelitian
masyarakat. Untuk itu rekomendasinya
adalah diharpkan kepada
kepala desa pipitteja untuk lebih
meningkatkan sosialisasi, komunikasi dan
interaksi kepada seluruh
masyarakat desa pipitteja sehingga
mampu menyerap, dam menampung
aspirasi masyarakat desa, dan
memberikan jalan keluar bagi mereka
yang berkeluh kesah didalam
permasalahan yang ada pada
pemerintahan desa. SDM pada
aparatur desa harus lebih ditingkatkan
lagi, untuk mempermudah
pemerintahan desa yang maju dan sesuai
pada visi dan misi desa.
8 Santi Rizki, Medani : Jurnal Upaya Kepala Desa Dalam Kepala desa merupakan pemegang
Muhammad Pengabdian Masyarakat; Meningkatkan Kinerja Perangka kekuasaan tertinggi di desa dan
Ilham Vol. 2 No. 2 (2023): Mei - t Desa (Studi Di Desa Karang merupakan pemimpin baik formal
Agustus 2023; 33-38 ; Gading Kecamatan Labuhan maupun informal yang selalu berada di
2962-8032 ; Deli) (2023-06-01) tengah-tengah masyarakat yang
10.59086/jpm.v2i2 dipimpinnya. Kinerja pegawai pada suatu
instansi pemerintah seperti
Kantor Desa Nagara merupakan salah
satu unsur dalam mewujudkan tujuan
pelayanan yang sebesar-besarnya bagi
62

Nama Peneliti/ Judul Hasil


No. Jurnal
Tahun Penelitian Penelitian
masyarakat. Kegiatan Pengabdian
kepada Masyarakat (PkM) ini
dilaksanakan pada Kantor
Kepala Desa Karang Gading Kecamatan
Labuhan Deli dengan segmet atau
khalyak sasaran adalah kepala desa dan
perangkat desa/staff desa, dengan
bentuk kegiatan seminar pelatihan. Hasil
dari kegiatan ini adalah 1) Baik
kepala desa maupun
perangkat desa Desa Karang Gading
Kecamatan Labuhan Deli dapat
memahami bebrapa upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kinerja. 2)
Baik kepala desa maupun
perangkat desa Desa Karang Gading
Kecamatan Labuhan Deli memahami
factor apa saja yang dapat
menghambat kinerja tidak dapat
meningkat kinerja
9 Siti Umi Efisiensi : Kajian Ilmu Optimalisasi Kinerja Pemerintah Pemerintahan desa kepanjangan
Khayatun Administrasi; Efisiensi Desa (2015-03-11) tangan pemerintah pusat yang berada di
Mardiyah No. 2 Volume VI, Agustus tingkat desa. Dilihat dari sudut pandang
2006 ; 2528-5750 ; 1412- struktur organisasinya,
(2006) 1131 ; pemerintahan desa tidak memiliki otoritas
penuh terhadap penyelenggaraan
63

Nama Peneliti/ Judul Hasil


No. Jurnal
Tahun Penelitian Penelitian
10.21831/efisiensi.v6i2 pemerintahan. Banyak tugas-tugas yang
dikerjakan sebatas penuaian tugas bukan
atas dasar kesukarelaan. Tugas sebagai
pelayan masyarakat semestinya paling
menonjol sebagai ikon
pemerintahan desa. Namun yang terjadi
tidak jarang dalam melakukan peiayanan,
para aparat bertindak arogan. Kondisi
demikian mencerminkan kinerja yang
belum optimal. Kinerja yang dilaksanakan
sebatas pengguguran kewajiban sebagai
aparat/pamong desa semata.
Kekuarangoptimalan kinerja dapat
dipahami mengingat secara finansial
pamong desa belum mendapatkan
jaminan kelayakan hidup dari
pekerjaanya tersebut. Rendahnya insentif
membuat citra pamong desa dipandang
sebelah mata. Sementara, perekrutan
pamong desa yang tidak melalui seleksi
yang ketat membuat kuatitas sumber
daya manusia rendah, ditambah
mekanisme organisasi belum berjalan
lancar, membuat kinerja belum optimal
untuk memberikan andil bagi
kemajuan desa. Melihat persoalan
64

Nama Peneliti/ Judul Hasil


No. Jurnal
Tahun Penelitian Penelitian
tersebut, ada tiga langkah yang dapat
ditempuh untuk
memperbaiki kinerja pemerintahan desa.
Pertama, mengupayakan kenaikan
tunjangan. Kedua, meningkatkan kualitas
sumber daya manusia pamong desa itu
sendiri. Ketiga, meningkatkan kualitas
pengawasan agar mekanisme organisasi
pemerintahan desa lancar.
10 Santi Rizki, Medani : Jurnal Upaya Kepala Desa Dalam Kepala desa merupakan pemegang
Muhammad Pengabdian Masyarakat; Meningkatkan Kinerja Perangka kekuasaan tertinggi di desa dan
Ilham Vol. 2 No. 2 (2023): Mei - t Desa (Studi Di Desa Karang merupakan pemimpin baik formal
Agustus 2023; 33-38 ; Gading Kecamatan Labuhan maupun informal yang selalu berada di
2962-8032 ; Deli) (2023-06-01) tengah-tengah masyarakat yang
10.59086/jpm.v2i2 dipimpinnya. Kinerja pegawai pada suatu
instansi pemerintah seperti
Kantor Desa Nagara merupakan salah
satu unsur dalam mewujudkan tujuan
pelayanan yang sebesar-besarnya bagi
masyarakat. Kegiatan Pengabdian
kepada Masyarakat (PkM) ini
dilaksanakan pada Kantor
Kepala Desa Karang Gading Kecamatan
Labuhan Deli dengan segmet atau
khalyak sasaran adalah kepala desa dan
perangkat desa/staff desa, dengan
65

Nama Peneliti/ Judul Hasil


No. Jurnal
Tahun Penelitian Penelitian
bentuk kegiatan seminar pelatihan. Hasil
dari kegiatan ini adalah 1) Baik
kepala desa maupun
perangkat desa Desa Karang Gading
Kecamatan Labuhan Deli dapat
memahami bebrapa upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kinerja. 2)
Baik kepala desa maupun
perangkat desa Desa Karang Gading
Kecamatan Labuhan Deli memahami
factor apa saja yang dapat
menghambat kinerja tidak dapat
meningkat kinerja
66

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Dalam konteks kinerja aparatur desa, kerangka konseptual kinerja

aparatur desa dapat dikaji dengan merujuk pada kajian pustaka, kinerja

aparatur desa akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kompetensi

sumberdaya manusia, pemanfaatan teknologi informasi dan motivasi

kerja. Dengan memahami faktor-faktor ini, peneliti dapat merancang

program dan kebijakan yang mendukung peningkatan kinerja aparatur

desa. Oleh karena itu, kerangka konseptual kinerja aparatur desa sangat

penting untuk memastikan efektivitas dan efisiensi pekerjaan.

1. Pengaruh kompetensi sumberdaya manusia terhadap motivasi


kerja

Pengaruh kompetensi sumberdaya manusia terhadap motivasi

kerja aparatur desa adalah topik yang sangat penting dalam konteks

pengembangan sumber daya manusia di tingkat desa. Kompetensi

sumber daya manusia merujuk pada pengetahuan, keterampilan, dan

sikap yang dimiliki oleh individu untuk melaksanakan tugas dan tanggung

jawab mereka dengan baik. Motivasi kerja, di sisi lain, melibatkan

dorongan internal dan eksternal yang mendorong individu untuk bekerja

dengan baik dan berprestasi.

Ada hubungan yang erat antara kompetensi sumber daya manusia

dengan motivasi kerja aparatur desa. Ketika aparatur desa memiliki


67

kompetensi yang baik dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

mereka, mereka cenderung merasa lebih percaya diri dan termotivasi

untuk melakukan pekerjaan mereka dengan baik. Misalnya, jika seorang

aparatur desa memiliki kompetensi dalam mengelola keuangan desa,

mereka dapat melaksanakan tugas mereka dengan efisiensi dan

ketepatan waktu, yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi

kerja mereka.

Selain itu, kompetensi sumber daya manusia yang baik juga dapat

meningkatkan motivasi kerja aparatur desa melalui peningkatan kualitas

pelayanan publik yang mereka berikan. Ketika aparatur desa memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam memberikan

pelayanan publik yang berkualitas, mereka dapat memberikan layanan

yang lebih baik kepada masyarakat. Hal ini dapat memberikan kepuasan

kepada masyarakat, yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi

kerja aparatur desa. Untuk memperkuat pengaruh kompetensi sumber

daya manusia terhadap motivasi kerja aparatur desa, penting bagi

pemerintah daerah untuk memperhatikan pengembangan sumber daya

manusia di tingkat desa.

Dalam hal ini, pemerintah dapat memberikan pelatihan dan

pengembangan kompetensi kepada aparatur desa agar mereka dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Contohnya,

pemerintah daerah dapat menyelenggarakan pelatihan keuangan desa

bagi aparatur desa yang bertugas di bidang keuangan. Hal ini akan
68

membantu meningkatkan kompetensi mereka dan pada akhirnya

meningkatkan motivasi kerja mereka. Selain itu, pemerintah daerah juga

dapat memberikan penghargaan dan pengakuan kepada aparatur desa

yang memiliki kompetensi sumber daya manusia yang baik dan telah

menunjukkan motivasi kerja yang tinggi. Misalnya, pemerintah daerah

dapat memberikan penghargaan kepada aparatur desa yang telah

berhasil mengimplementasikan program atau kegiatan yang memberikan

dampak positif bagi masyarakat desa. Penghargaan ini dapat menjadi

bentuk motivasi tambahan bagi aparatur desa untuk terus meningkatkan

kompetensi mereka dan berkinerja dengan baik.

Dalam rangka meningkatkan pengaruh kompetensi sumber daya

manusia terhadap motivasi kerja aparatur desa, penting juga bagi

aparatur desa untuk memiliki akses terhadap informasi dan sumber daya

yang diperlukan. Pemerintah daerah dapat memfasilitasi akses ini

melalui penyediaan sistem informasi yang memadai dan pelatihan yang

relevan. Misalnya, pemerintah daerah dapat menyediakan akses ke

database atau platform online yang berisi informasi terkait tugas dan

tanggung jawab aparatur desa, serta sumber daya tambahan seperti

panduan dan pedoman.

Dalam kesimpulannya, kompetensi sumber daya manusia memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja aparatur desa. Dengan

memiliki kompetensi yang baik, aparatur desa dapat melaksanakan

tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik, memberikan pelayanan


69

publik yang berkualitas, dan mencapai kepuasan masyarakat. Oleh

karena itu, penting bagi pemerintah daerah untuk memberikan perhatian

yang cukup terhadap pengembangan kompetensi sumber daya manusia

di tingkat desa, melalui pelatihan, penghargaan, dan akses terhadap

Berikut adalah beberapa contoh penelitian terdahulu yang telah

dilakukan untuk mengkaji pengaruh kompetensi sumberdaya manusia

terhadap motivasi kerja aparatur desa, diantaranya :

a. Penelitian Oleh Lubis, T. A. S. (2023), Pengaruh Kompetensi Sumber

Daya Manusia, Sistem Informasi Akuntansi, dan Faktor Politik

Terhadap Kualitas Laporan Keuangan dan Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah. Penelitian Ini menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan melibatkan responden aparatur desa. Hasil penelitian

menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara kompetensi

sumber daya manusia dengan motivasi kerja aparatur desa.

b. Penelitian oleh Irma, Y. (2020) Pengaruh Kompetensi Dan Budaya

Organisasi Terhadap Kinerja Melalui Motivasi Kerja Pegawai Pada

Kantor Kecamatan. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan melibatkan aparatur desa sebagai responden. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya manusia

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja

aparatur desa.

c. Penelitian oleh Holilah, H., Chamariyah, C., & Prasetyo, I. (2021).

Peningkatan Kinerja yang Dipengaruhi oleh Kompetensi, Motivasi Dan


70

Disiplin Kerja: Studi Kinerja Pegawai. Penelitian ini juga menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan melibatkan responden aparatur desa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara kompetensi sumber daya manusia dengan motivasi

kerja aparatur desa. Melalui penelitian-penelitian tersebut, dapat dilihat

bahwa terdapat konsistensi dalam temuan bahwa kompetensi sumber

daya manusia memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

motivasi kerja aparatur desa. Hal ini menunjukkan pentingnya

pengembangan kompetensi sumber daya manusia dalam

meningkatkan motivasi kerja aparatur desa.

2. Pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap motivasi


kerja

Pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap motivasi kerja

aparatur desa adalah topik yang sangat menarik dan relevan dalam

konteks pengembangan pelayanan publik di tingkat desa. Pemanfaatan

teknologi informasi dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap

motivasi kerja aparatur desa.

Pemanfaatan teknologi informasi dapat meningkatkan efisiensi dan

produktivitas kerja aparatur desa. Dengan adopsi teknologi informasi,

tugas-tugas administratif dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mudah.

Misalnya, penggunaan sistem informasi manajemen desa dapat

membantu dalam pengelolaan data dan dokumen yang efisien, sehingga

menghemat waktu dan energi para aparatur desa. Hal ini dapat

meningkatkan motivasi kerja mereka karena mereka dapat melaksanakan


71

tugas-tugas yang lebih penting dan memiliki dampak yang lebih besar

bagi masyarakat desa.

Pemanfaatan teknologi informasi memungkinkan aparatur desa

untuk mengakses informasi dengan lebih mudah dan cepat. Melalui akses

internet, mereka dapat mencari informasi terkait kebijakan, regulasi, dan

panduan terbaru yang relevan untuk pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab mereka. Dengan memiliki akses yang lebih baik terhadap informasi,

aparatur desa dapat meningkatkan pengetahuan mereka dan menjadi

lebih kompeten dalam melaksanakan tugas-tugas mereka. Hal ini dapat

meningkatkan motivasi kerja mereka karena mereka merasa lebih percaya

diri dan siap menghadapi tantangan.

Pemanfaatan teknologi informasi juga dapat meningkatkan kualitas

pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur desa. Misalnya, dengan

adanya aplikasi atau platform elektronik untuk pengajuan permohonan

administrasi desa, masyarakat dapat mengajukan permohonan secara

online tanpa harus datang ke kantor desa. Hal ini mempermudah dan

mempercepat proses pengajuan permohonan, serta mengurangi birokrasi

yang berbelit-belit. Dengan memberikan pelayanan yang lebih mudah,

cepat, dan efisien, aparatur desa dapat merasa lebih puas dengan

pekerjaan mereka dan merasa memiliki dampak yang positif bagi

masyarakat desa. Ini akan meningkatkan motivasi kerja mereka.

Pemanfaatan teknologi informasi juga memberikan peluang bagi

aparatur desa untuk mengembangkan diri mereka sendiri. Misalnya,


72

dengan mengikuti pelatihan atau kursus online, mereka dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam bidang-

bidang yang relevan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat memberikan

dorongan motivasi kerja karena mereka merasa terus berkembang dan

dapat memberikan kontribusi yang lebih baik dalam menjalankan tugas

dan tanggung jawab mereka.

Dalam kesimpulannya, pemanfaatan teknologi informasi dapat

memiliki pengaruh yang positif pada motivasi kerja aparatur desa. Dengan

meningkatkan efisiensi kerja, akses informasi yang lebih baik, peningkatan

kualitas pelayanan publik, dan peluang pengembangan diri, aparatur desa

dapat merasa lebih termotivasi dan bersemangat dalam menjalankan

tugas dan tanggung jawab mereka. Oleh karena itu, penting bagi

pemerintah daerah untuk terus mendorong dan mendukung pemanfaatan

teknologi informasi di tingkat desa guna meningkatkan motivasi kerja

aparatur desa.

Berikut adalah beberapa contoh penelitian terdahulu yang telah

dilakukan untuk mengkaji pengaruh pemanfaatan teknologi informasi

terhadap motivasi kerja aparatur desa, diantaranya :

a. Penelitian oleh Arimbi, N. C. (2023). Pengaruh Kompetensi Aparatur,

Partisipasi Masyarakat, Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan

Komunikasi, Dan Motivasi Kerja Aparatur Terhadap Akuntabilitas

Pengelolaan Dana Desa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh kompetensi aparatur, partisipasi masyarakat,


73

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, serta motivasi kerja

aparatur terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa kuesioner

dengan jumlah 138 kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

variabel partisipasi masyarakat dan motivasi kerja aparatur

berpengaruh positif dan signifikan sedangkan variabel kompetensi

aparatur dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

berpengaruh positif dan tidak signifikan.

b. Penelitian oleh Ningsih, L. P. P. S. (2021). Pengaruh sistem Akuntansi

Keuangan Desa, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Pengawasan

terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa. Hita Akuntansi Dan

Keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem

akuntansi keuangan desa, penggunaan teknologi informasi dan

pengawasan terhadap akuntabilitas pengelolaan dana. Sampel dalam

penelitian ini adalah 95 perangkat desa. Metode pengambilan sampel

yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif, uji validitas, uji

reliabilitas, uji asumsi klasik, uji normalitas, uji multikolinearitas, uji

heteroskedastisitas, regresi linier berganda, koefisien determinasi,

kelayakan model, uji-t. Dari hasil penelitian ini, sistem akuntansi

keuangan desa tidak berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas

pengelolaan dana desa. Penggunaan teknologi informasi memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap pengelolaan dana desa.


74

3. Pengaruh kompetensi sumberdaya manusia terhadap kinerja


aparatur desa

Pengaruh kompetensi sumberdaya manusia terhadap kinerja

aparatur desa adalah topik yang sangat relevan dan penting dalam

konteks pengembangan pemerintahan daerah. Kompetensi sumberdaya

manusia mengacu pada kualitas pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang dimiliki oleh individu atau kelompok dalam melaksanakan tugas-

tugas yang ditugaskan kepada mereka.

Kinerja aparatur desa merujuk pada hasil kerja yang dicapai oleh

aparatur desa dalam menjalankan tugas-tugas administratif dan

pelayanan kepada masyarakat desa. Dalam hal ini, kompetensi

sumberdaya manusia dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kinerja aparatur desa. Sebagai contoh, jika aparatur desa memiliki

kompetensi yang baik dalam hal pengetahuan dan keterampilan

administrasi, mereka akan mampu menjalankan tugas-tugas administratif

dengan efisien dan akurat. Mereka juga akan mampu memberikan

pelayanan yang baik kepada masyarakat desa, seperti pengelolaan

keuangan desa, administrasi kependudukan, pelayanan kesehatan, dan

sebagainya.

Dengan demikian, kompetensi sumberdaya manusia yang baik akan

berkontribusi positif terhadap kinerja aparatur desa. Selain itu, kompetensi

sumberdaya manusia juga berperan dalam meningkatkan inovasi dan

kreativitas dalam menjalankan tugas-tugas yang diemban oleh aparatur

desa. Jika aparatur desa memiliki kompetensi yang baik dalam hal
75

pemecahan masalah dan berpikir kritis, mereka akan mampu menghadapi

tantangan yang kompleks dan mencari solusi yang inovatif.

Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan

pengaruh kompetensi sumberdaya manusia terhadap kinerja aparatur

desa:

a. Penelitian oleh Ajijah, J. H., & Selvi, E. (2021) bertujuan untuk

mengidentifikasi pengaruh kompetensi sumberdaya manusia terhadap

kinerja aparatur desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi

sumberdaya manusia yang tinggi berhubungan positif dengan kinerja

aparatur desa. Para peneliti juga menemukan bahwa pelatihan dan

pengembangan keterampilan memiliki dampak positif yang signifikan

pada kinerja aparatur desa.

b. Penelitian oleh Putra, A. S. E (2021) mengkaji pengaruh kompetensi

sumberdaya manusia terhadap kinerja pegawai di kantor desa. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pegawai desa memiliki

pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Penelitian ini juga

menemukan bahwa faktor-faktor seperti pendidikan formal, pelatihan,

dan pengalaman kerja berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi

dan kinerja aparatur desa.

c. Penelitian oleh Raharja, A. D., Suherman, A., & Alamsyah, S (2020)

dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh kompetensi sumberdaya

manusia terhadap kinerja aparatur desa. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kompetensi sumberdaya manusia yang tinggi secara positif


76

mempengaruhi kinerja aparatur desa. Penelitian ini juga menemukan

bahwa faktor-faktor seperti pelatihan, pengalaman kerja, dan dukungan

organisasi berkontribusi pada peningkatan kompetensi dan kinerja

aparatur desa.

d. Penelitian oleh Pandey, J., Kiyai, B., & Ruru, J. M. (2015) fokus pada

pengaruh kompetensi sumberdaya manusia terhadap kinerja pegawai

di kantor desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi

sumberdaya manusia yang tinggi berhubungan positif dengan kinerja

pegawai desa. Penelitian ini juga menemukan bahwa dukungan

organisasi dan kepemimpinan yang baik berkontribusi pada

peningkatan kompetensi dan kinerja aparatur desa.

Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi

sumberdaya manusia memainkan peran penting dalam meningkatkan

kinerja aparatur desa. Melalui pelatihan, pendidikan, dukungan organisasi,

dan pengalaman kerja yang memadai, aparatur desa dapat

mengembangkan kompetensi yang diperlukan untuk memberikan

pelayanan yang baik kepada masyarakat desa dan menjalankan tugas

administratif dengan efisien. Implementasi strategi untuk meningkatkan

kompetensi sumberdaya manusia dapat berdampak positif secara

keseluruhan pada kinerja aparatur desa dan pembangunan desa secara

keseluruhan.
77

4. Pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja


aparatur desa

Pemanfaatan teknologi informasi dapat memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja aparatur desa. Teknologi informasi telah

menjadi alat yang penting dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas

dalam berbagai bidang, termasuk pemerintahan daerah. Berikut adalah

beberapa pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja

aparatur desa:

Dengan menggunakan teknologi informasi, aparatur desa dapat

dengan mudah mengakses dan mendapatkan informasi yang diperlukan

untuk menjalankan tugas-tugas mereka. Misalnya, mereka dapat

mengakses data kependudukan, informasi keuangan, dan berbagai

panduan atau peraturan yang diperlukan dalam proses administrasi desa.

Hal ini akan mempercepat proses pengambilan keputusan dan tindakan

yang diperlukan untuk melayani masyarakat desa dengan lebih efisien.

Pemanfaatan teknologi informasi, aparatur desa dapat melakukan

proses administrasi dengan lebih cepat dan efisien. Misalnya,

penggunaan sistem informasi manajemen administrasi desa (SIMAD)

dapat mempercepat proses pengolahan data, pengarsipan, dan

pembuatan laporan. Hal ini akan mengurangi waktu dan upaya yang

diperlukan dalam melakukan tugas-tugas administratif dan memungkinkan

aparatur desa untuk fokus pada tugas-tugas yang lebih strategis.

Pemanfaatan teknologi informasi dapat membantu meningkatkan

transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan desa. Misalnya,


78

dengan menggunakan sistem e-government, aparatur desa dapat

mempublikasikan informasi tentang anggaran desa, kebijakan publik, dan

keputusan-keputusan penting lainnya kepada masyarakat desa. Hal ini

akan memungkinkan masyarakat desa untuk memantau dan mengawasi

penggunaan dana desa serta memastikan akuntabilitas aparatur desa.

Pemanfaatan teknologi inf ormasi juga dapat meningkatkan layanan

publik yang diberikan oleh aparatur desa. Misalnya, dengan adanya

aplikasi atau website resmi desa, masyarakat desa dapat mengakses

informasi dan layanan seperti pendaftaran kependudukan, pengajuan

permohonan administrasi, dan pelaporan masalah-masalah yang

membutuhkan perhatian pemerintah desa. Hal ini akan meningkatkan

keterhubungan antara aparatur desa dan masyarakat serta meningkatkan

kepuasan masyarakat terhadap layanan yang diberikan.

Teknologi informasi juga dapat digunakan untuk memantau dan

mengevaluasi kinerja aparatur desa. Misalnya, dengan menggunakan

sistem informasi manajemen kinerja, aparatur desa dapat melacak dan

mengukur pencapaian target dan indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Hal ini akan memberikan informasi yang lebih akurat dan terukur tentang

kinerja aparatur desa, sehingga dapat dilakukan perbaikan dan

peningkatan yang diperlukan. Dalam rangka pemanfaatan teknologi

informasi dalam meningkatkan kinerja aparatur desa, pemerintah daerah

perlu memperhatikan beberapa hal. Penting untuk menyediakan

infrastruktur teknologi informasi yang memadai, seperti jaringan internet


79

yang stabil dan perangkat keras yang memadai. Selain itu, pelatihan dan

pendampingan dalam penggunaan teknologi informasi juga sangat

penting agar aparatur desa dapat memanfaatkannya dengan baik.

Pemerintah daerah juga perlu mengembangkan kebijakan dan prosedur

yang memastikan keamanan dan privasi data dalam pemanfaatan

teknologi informasi.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan yang

mengkaji tentang pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja

aparatur desa. Berikut adalah beberapa contoh penelitian tersebut:

a. Penelitian oleh Resfiana, R. (2019). Penelitian ini mengkaji pengaruh

pemanfaatan teknologi informasi, seperti penggunaan aplikasi e-

government, terhadap kinerja aparatur desa. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi memiliki

pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja aparatur desa,

terutama dalam hal efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas

administratif.

b. Penelitian oleh Mansyur, A., Edris, M., & Indaryani, M. (2022).

Penelitian ini fokus pada pengaruh pemanfaatan sistem informasi desa

(SID) terhadap kinerja aparatur desa. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pemanfaatan SID memiliki pengaruh positif terhadap kinerja

aparatur desa, terutama dalam hal aksesibilitas informasi, kecepatan

pengolahan data, dan transparansi dalam pelayanan publik.


80

c. Penelitian oleh Lestari, A. L. A., & Handayani, N. (2020). Penelitian ini

mengkaji pengaruh kualitas sistem informasi desa (SID) terhadap

kinerja aparatur desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas

SID, yang meliputi aspek keandalan, responsivitas, kecepatan, dan

aksesibilitas informasi, memiliki pengaruh positif yang signifikan

terhadap kinerja aparatur desa.

d. Penelitian oleh Wardana, I. (2021). Penelitian ini mengkaji pengaruh

pemanfaatan aplikasi sistem informasi desa (SID) terhadap kinerja

aparatur desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan

aplikasi SID memiliki pengaruh positif terhadap kinerja aparatur desa,

terutama dalam hal efisiensi administrasi, akurasi data, dan

transparansi pelayanan publik. Penelitian-penelitian tersebut

memberikan bukti bahwa pemanfaatan teknologi informasi, seperti

penggunaan aplikasi e-government dan sistem informasi desa, dapat

memiliki pengaruh positif terhadap kinerja aparatur desa. Dalam

pengembangan dan implementasi teknologi informasi di tingkat desa,

penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor seperti kualitas sistem

informasi, aksesibilitas informasi, dan keamanan data untuk

memastikan efektivitas dan keberhasilan pemanfaatan teknologi

informasi dalam meningkatkan kinerja aparatur desa.

5. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja aparatur desa

Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja aparatur desa adalah topik

yang sangat relevan dalam konteks pengembangan pemerintahan daerah.


81

Motivasi kerja merujuk pada alasan-alasan atau dorongan yang

mendorong seseorang untuk bekerja dengan baik dan mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kinerja aparatur desa, di sisi lain, merujuk pada

hasil kerja yang dicapai oleh aparatur desa dalam menjalankan tugas-

tugas administratif dan pelayanan kepada masyarakat desa.

Motivasi kerja yang tinggi dapat memiliki pengaruh yang positif

terhadap kinerja aparatur desa. Ketika aparatur desa merasa termotivasi,

mereka cenderung lebih bersemangat, berdedikasi, dan berusaha untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi kerja yang tinggi juga

dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja aparatur desa.

Sebagai contoh, aparatur desa yang termotivasi akan lebih berorientasi

pada pelayanan publik yang berkualitas, melakukan tugas-tugas dengan

teliti dan tepat waktu, serta berinovasi dalam meningkatkan kualitas

pelayanan kepada masyarakat desa.

Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan

untuk mengkaji pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja aparatur desa:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Arifa, S. N., & Muhsin, M. (2018),

menemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara motivasi

kerja dan kinerja aparatur desa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi motivasi kerja aparatur desa, semakin baik pula kinerja

mereka.

b. Penelitian lain yang dilakukan oleh Arofah, R., & Pramusinto, H (2015),

juga menunjukkan adanya pengaruh positif antara motivasi kerja dan


82

kinerja aparatur desa. Penelitian ini menekankan bahwa faktor motivasi

kerja, seperti pengakuan, imbalan, dan kesempatan pengembangan

karir, memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja aparatur desa.

c. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Guspul, A., & Solehatun, S

(2017), menemukan bahwa motivasi kerja aparatur desa secara

signifikan mempengaruhi kinerja mereka. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa aparatur desa yang memiliki motivasi kerja yang

tinggi cenderung memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan

yang memiliki motivasi kerja rendah.

d. Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya, S. W., & Anoraga, P. (2021),

menunjukkan bahwa motivasi kerja aparatur desa berpengaruh positif

terhadap kinerja mereka. Penelitian ini menemukan bahwa aparatur

desa yang memiliki motivasi kerja yang tinggi cenderung memiliki

kinerja yang lebih baik dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

mereka. Dari penelitian-penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

motivasi kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

aparatur desa. Semakin tinggi motivasi kerja aparatur desa, semakin

baik pula kinerja mereka.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah desa dan instansi terkait

untuk memberikan perhatian yang cukup terhadap motivasi kerja aparatur

desa guna meningkatkan kinerja mereka dan memastikan pelayanan

publik yang berkualitas.


83

6. Pengaruh kompetensi sumberdaya manusia terhadap kinerja


aparatur desa melalui motivasi kerja

Pengaruh kompetensi sumberdaya manusia terhadap kinerja

aparatur desa melalui motivasi kerja adalah topik yang sangat menarik

dalam konteks pengembangan dan peningkatan kinerja pemerintahan

desa. Kompetensi sumberdaya manusia, termasuk pengetahuan,

keterampilan, dan sikap, dapat memainkan peran kunci dalam

meningkatkan kinerja aparatur desa. Motivasi kerja juga memiliki

pengaruh penting terhadap kinerja individu dan organisasi secara

keseluruhan.

Dalam konteks aparatur desa, kompetensi sumberdaya manusia dan

motivasi kerja saling terkait dan dapat saling mempengaruhi. Kompetensi

sumberdaya manusia diukur melalui pengetahuan, keterampilan, dan

sikap yang dimiliki oleh individu di dalam organisasi. Ketika aparatur desa

memiliki kompetensi yang baik, mereka cenderung mampu melaksanakan

tugas dan tanggung jawab mereka dengan lebih efektif dan efisien.

Mereka memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola urusan

desa, keterampilan untuk melaksanakan tugas-tugas administratif, dan

sikap yang positif untuk bekerja dengan baik dengan masyarakat desa

dan pihak-pihak terkait lainnya. Misalnya, jika seorang aparatur desa

memiliki kompetensi yang kuat dalam bidang keuangan, mereka akan

dapat mengelola anggaran desa dengan baik, menghindari kesalahan dan

penyalahgunaan dana desa. Mereka juga akan mampu menyusun laporan


84

keuangan yang akurat dan transparan, yang pada gilirannya dapat

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan desa.

Dalam hal ini, kompetensi sumberdaya manusia yang kuat memiliki

pengaruh positif langsung terhadap kinerja aparatur desa. Selanjutnya,

pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja aparatur desa. Motivasi kerja

adalah faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tingkat kepuasan

dan kepuasan kerja individu dalam melaksanakan tugas mereka.

Motivasi kerja yang tinggi dapat meningkatkan kinerja individu dan

organisasi secara keseluruhan. Sebagai contoh, jika aparatur desa

merasa termotivasi untuk melayani masyarakat desa dengan baik, mereka

akan cenderung bekerja dengan lebih antusias dan berdedikasi. Mereka

akan mencari cara-cara baru untuk meningkatkan pelayanan publik,

berkomunikasi dengan masyarakat secara efektif, dan mencari solusi

inovatif untuk masalah yang dihadapi desa. Dalam hal ini, motivasi kerja

yang tinggi memiliki pengaruh positif langsung terhadap kinerja aparatur

desa. Namun, penting untuk diingat bahwa kompetensi sumberdaya

manusia dan motivasi kerja tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua

faktor ini saling mempengaruhi dan memperkuat satu sama lain. Seorang

aparatur desa yang memiliki kompetensi yang kuat mungkin merasa

termotivasi untuk mengembangkan keterampilan mereka lebih lanjut dan

melaksanakan tugas dengan lebih baik.

Di sisi lain, seorang aparatur desa yang merasa termotivasi mungkin

mencari peluang untuk meningkatkan kompetensi mereka dengan


85

mengikuti pelatihan atau kursus yang relevan. Dalam konteks

pengembangan kinerja aparatur desa, penting bagi pemerintah desa

untuk memperhatikan dan mendorong pengembangan kompetensi

sumberdaya manusia dan motivasi kerja yang tinggi. Ini dapat dilakukan

melalui berbagai kegiatan, seperti pelatihan dan pendidikan, pengakuan

dan penghargaan, serta memberikan kesempatan untuk berpartisipasi

dalam pengambilan keputusan dan merumuskan kebijakan.

Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan terkait dengan

pengaruh kompetensi sumberdaya manusia terhadap kinerja aparatur

desa melalui motivasi kerja. Berikut adalah beberapa penelitian yang

relevan:

a. Penelitian oleh Nurkhasanah, I. (2019) bertujuan untuk mengidentifikasi

pengaruh kompetensi sumberdaya manusia dan motivasi kerja

terhadap kinerja aparatur desadi Indonesia. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kompetensi sumberdaya manusia dan motivasi

kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja aparatur desa.

Penelitian ini juga menemukan bahwa kompetensi sumberdaya

manusia berpengaruh positif terhadap motivasi kerja, yang pada

gilirannya meningkatkan kinerja aparatur desa.

b. Penelitian oleh Kindangen, R. S., Saerang, D. P., & Budiarso, N. S

(2022) melakukan studi tentang pengaruh kompetensi sumberdaya

manusia terhadap kinerja pegawai desa melalui motivasi kerja. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi sumberdaya manusia


86

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi kerja

dan kinerja pegawai desa. Penelitian ini juga menyarankan perlunya

pemerintah desa untuk fokus pada pengembangan kompetensi

sumberdaya manusia dan meningkatkan motivasi kerja pegawai desa

guna meningkatkan kinerja mereka.

c. Penelitian oleh Pristiningsih, S (2015) dilakukan untuk menganalisis

pengaruh kompetensi sumberdaya manusia dan motivasi kerja

terhadap kinerja pegawai desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kompetensi sumberdaya manusia dan motivasi kerja memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai desa. Penelitian ini juga

menemukan bahwa motivasi kerja berperan sebagai variabel mediasi

antara kompetensi sumberdaya manusia dan kinerja pegawai desa.

Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara kompetensi sumberdaya manusia dan motivasi kerja

terhadap kinerja aparatur desa. Pengembangan kompetensi sumberdaya

manusia dan peningkatan motivasi kerja dapat meningkatkan kinerja

aparatur desa dan memberikan manfaat bagi pembangunan desa secara

keseluruhan. Dengan memperhatikan temuan-temuan ini, pemerintah

desa dapat merancang kebijakan dan program yang mendukung

pengembangan kompetensi sumberdaya manusia dan motivasi kerja

aparatur desa.
87

7. Pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja


aparatur desa melalui motivasi kerja

Pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja aparatur

desa melalui motivasi kerja adalah topik yang penting dalam konteks

transformasi digital dan peningkatan efisiensi pemerintahan desa.

Pemanfaatan teknologi informasi dapat memiliki dampak yang signifikan

pada kinerja aparatur desa dan motivasi kerja mereka.

Pemanfaatan teknologi informasi dapat meningkatkan aksesibilitas

informasi bagi aparatur desa. Dengan adanya teknologi informasi seperti

komputer, internet, dan perangkat mobile, aparatur desa dapat dengan

mudah mengakses informasi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-

tugas mereka. Misalnya, mereka dapat mengakses basis data yang berisi

informasi tentang program dan kegiatan desa, peraturan daerah, dan data

penduduk. Dengan akses mudah ini, aparatur desa dapat mengambil

keputusan yang lebih baik dan lebih cepat, serta meningkatkan efisiensi

dalam melaksanakan tugas-tugas administratif. Hal ini akan berdampak

langsung pada kinerja aparatur desa.

Selain itu, pemanfaatan teknologi informasi juga dapat mempercepat

proses komunikasi antara aparatur desa dan masyarakat. Dengan adanya

email, media sosial, dan aplikasi pesan instan, aparatur desa dapat

dengan mudah berkomunikasi dengan masyarakat untuk memberikan

informasi, menerima umpan balik, dan menjawab pertanyaan. Komunikasi

yang lebih efektif ini dapat memperkuat hubungan antara aparatur desa

dan masyarakat, serta meningkatkan kepercayaan dan kepuasan


88

masyarakat terhadap pemerintahan desa. Hal ini dapat menjadi sumber

motivasi kerja bagi aparatur desa, karena mereka melihat dampak positif

dari pemanfaatan teknologi informasi dalam interaksi mereka dengan

masyarakat.

Di samping itu, pemanfaatan teknologi informasi juga dapat

memperluas akses aparatur desa terhadap sumber daya dan peluang

pembelajaran. Dengan adanya platform e-learning dan sumber daya

online, aparatur desa dapat mengakses kursus, pelatihan, dan materi

pembelajaran yang relevan untuk meningkatkan kompetensi mereka.

Dalam hal ini, pemanfaatan teknologi informasi dapat memberikan

motivasi bagi aparatur desa untuk terus belajar dan mengembangkan diri,

karena mereka menyadari bahwa teknologi informasi dapat menjadi alat

untuk meningkatkan kinerja mereka. Namun, penting juga untuk diingat

bahwa pemanfaatan teknologi informasi tidak dapat lepas dari faktor

motivasi kerja.

Meskipun teknologi informasi dapat memberikan manfaat yang

signifikan, tetapi jika motivasi kerja aparatur desa rendah, maka

pemanfaatan teknologi informasi tidak akan memberikan dampak yang

maksimal. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah desa untuk

menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan memotivasi aparatur

desa dalam pemanfaatan teknologi informasi. Dukungan manajemen,

pelatihan yang sesuai, pengakuan dan penghargaan, serta partisipasi

dalam pengambilan keputusan adalah beberapa faktor yang dapat


89

meningkatkan motivasi kerja aparatur desa dalam menggunakan teknologi

informasi.

Pemanfaatan teknologi informasi dapat memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja aparatur desa melalui motivasi kerja. Dengan

aksesibilitas informasi yang meningkat, komunikasi yang lebih efektif, dan

sumber daya pembelajaran yang lebih luas, aparatur desa dapat

meningkatkan kinerja mereka dalam melaksanakan tugas-tugas

administratif, berinteraksi dengan masyarakat, dan mengembangkan

kompetensi mereka. Namun, penting bagi pemerintah desa untuk

menciptakan lingkungan kerja yang memotivasi aparatur desa dalam

pemanfaatan teknologi informasi.

Pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja aparatur

desa melalui motivasi kerja adalah topik yang menarik untuk diteliti dalam

konteks pengembangan dan peningkatan kinerja pemerintahan desa.

Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan topik

ini:

a. Penelitian oleh Widyarningsih, E., Oktarina, N., & Saeroji, A. (2020)

menemukan bahwa pemanfaatan teknologi informasi, seperti

penggunaan aplikasi berbasis mobile atau sistem informasi desa,

memiliki pengaruh positif terhadap kinerja aparatur desa. Dalam

penelitian ini, motivasi kerja dianggap sebagai mediator antara

pemanfaatan teknologi informasi dan kinerja aparatur desa. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pemanfaatan


90

teknologi informasi, semakin tinggi motivasi kerja dan kinerja aparatur

desa.

b. Penelitian lain yang dilakukan oleh Tarjo, T. (2020) juga menunjukkan

bahwa pemanfaatan teknologi informasi memiliki pengaruh positif

terhadap kinerja aparatur desa. Dalam penelitian ini, motivasi kerja

dianggap sebagai variabel moderator yang mempengaruhi hubungan

antara pemanfaatan teknologi informasi dan kinerja aparatur desa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja memperkuat

hubungan antara pemanfaatan teknologi informasi dan kinerja aparatur

desa.

c. Penelitian oleh Panjaitan, R. S et al., (2022) mengeksplorasi pengaruh

pemanfaatan teknologi informasi terhadap motivasi kerja dan kinerja

aparatur desa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan

teknologi informasi memiliki pengaruh positif terhadap motivasi kerja

dan kinerja aparatur desa. Selain itu, penelitian ini juga menemukan

bahwa motivasi kerja memediasi hubungan antara pemanfaatan

teknologi informasi dan kinerja aparatur desa.

d. Penelitian oleh Arifa, S. N., & Muhsin, M (2018) menguji pengaruh

pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja aparatur desa. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi

memiliki pengaruh positif terhadap kinerja aparatur desa. Faktor-faktor

seperti kemudahan penggunaan teknologi informasi dan dukungan


91

manajemen dalam penerapan teknologi informasi juga ditemukan

berpengaruh terhadap kinerja aparatur desa.

Dari penelitian-penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan

teknologi informasi memiliki pengaruh positif terhadap kinerja aparatur

desa melalui motivasi kerja. Semakin tinggi tingkat pemanfaatan teknologi

informasi, semakin tinggi motivasi kerja dan kinerja aparatur desa.

Namun, perlu diperhatikan juga faktor-faktor lain seperti kemudahan

penggunaan teknologi informasi dan dukungan manajemen dalam

penerapan teknologi informasi untuk memastikan efektivitas pemanfaatan

teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja aparatur desa.


92

Berdasarkan penjelasan diatas maka kerangka konseptual dari

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

KOMPETENSI SUMBER
DAYA MANUSIA
(X1)
Pengembangan diri
Profesional H3
Penguasaan teknologi
Jenjang pendidikan
Keahlian
H1
Wiguna (2022)

MOTIVASI KERJA
(Z) KINERJA APARATUR
DESA
Gaji (Y)
Supervisi
H6 Hubungan kerja Kuantitas pekerjaan
H5 Kualitas pekerjaan
Pengakuan dan
penghargaan Kemandirian
H7 Keberhasilan Inisiatif
Adaptabilitas
Sedarmayanti (2017)
PEMANFAATAN TEKNOLOGI Priansa (2014)
INFORMASI (X2)
Perangkat
Pengelolaan data
keuangan H2
Perawatan
Intensitas pemanfaatan
Frekuensi pemanfaatan
dan jumlah aplikasi yang
digunakan H4
Pratama, et al., (2021)
Sulistiani, H, et al., (2020)

Keterangan :

= pengaruh langsung
= pengaruh tidak langsung

Gambar 2.1
Kerangka Konsep
93

3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan

terhadap motivasi kerja di Kantor Desa Tonyaman Kabupaten Polewali

Mandar

2. Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap motivasi kerja di Kantor Desa Tonyaman Kabupaten Polewali

Mandar

3. Kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja aparatur desa di Kantor Desa Tonyaman Kabupaten

Polewali Mandar

4. Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja aparatur desa di Kantor Desa Tonyaman Kabupaten

Polewali Mandar

5. Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

aparatur desa di Kantor Desa Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar

6. Kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja aparatur desa melalui motivasi kerja di Kantor Desa

Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar

7. Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja aparatur desa melalui motivasi kerja di Kantor Desa

Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar


94

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Desain penelitian ini bersifat survey yaitu menganalisis fakta dan

data-data yang menunjang keterangan yang diperlukan untuk mendukung

pembahasan penelitian, dalam memecahkan dan menjawab pokok

permasalahan yang diajukan yaitu menganalisis kompetensi sumber daya

manusia, dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap motivasi kerja

serta dampaknya pada kinerja aparatur desa di Kantor Desa Tonyaman

Kabupaten Polewali Mandar.

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.

Pendekatan penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-

teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel.

4.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penentuan Sampel

Penentuan populasi, sampel dan teknik penentuan sampel

sangatlah penting bagi suatu penelitian. Populasi dan sampel pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Populasi adalah keseluruhan element yang akan dijadikan wilayah

generalisasi Sugiyono (2019). Populasi dalam wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh kepala keluarga (KK) yang ada di Kantor Desa Tonyaman
95

Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar. Oleh karena itu,

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga (KK) Desa

Tonyaman yang terdiri dari 7 dusun. Berdasarkan data rekapitulasi kepala

keluarga (KK) penduduk Desa Tonyaman tahun 2022 jumlah total kepala

keluarga sebanyak 1447 KK.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang

diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.

Jika populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh yang

ada pada populasi, hal seperti ini dikarenakan adanya keterbatasan dana

atau biaya, tenaga dan waktu, maka oleh sebab itu peneliti dapat

memakai sampel yang diambil dari populasi.

Untuk menentukan target sampel dalam penelitian ini maka peneliti

menggunakan tehnik stratified random sampling sederhana, Sugiyono

(2019) yakni pengambilan sampel melalui cara pembagian populasi ke

dalam setiap dusun yang ada, memilih sampel acak setiap KK tiap dusun

yang pernah mendapatkan pelayanan di Desa Tonyaman dan

menggabungkannya untuk menaksir parameter populasi. Peneliti

mengambil sampel secara proporsional dengan memilih kategori

responden berdasarkan KK yang mewakili 7 dusun yang ada di Desa

Tonyaman yang terbagi masing-masing sebanyak 20 KK tiap dusun,

jumlah sampel penelitian ini sebanyak 140 KK.


96

4.3. Instrumen Penelitian

Indikator-indikator yang telah ditentukan oleh peneliti kemudian

dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang

dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen

yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif

sampai sangat negative.

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan suatu informasi

yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan penelitian. Data yang diperlukan

dalam penelitian ini adalah data tentang kompetensi sumber daya

manusia, dan pemanfaatan teknologi informasi, motivasi kerja dan kinerja

aparatur desa di Kantor Desa Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan :

4.3.1. Kuisioner

Daftar pertanyaan, metode pengumpulan data yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner secara

personal (personally administered questionnaires). Data dikumpulkan

dengan menggunakan kuesioner (angket) tertutup, yaitu angket yang

digunakan untuk mendapatkan data kompetensi sumber daya manusia,

pemanfaatan teknologi informasi, motivasi kerja dan kinerja aparatur desa

di Kantor Desa Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar. Angket yang

digunakan dalam penelitian ini merupakan angket langsung dan tertutup,

artinya angket tersebut langsung diberikan kepada responden dan


97

responden dapat memilih salah satu dari alternatif jawaban yang telah

tersedia.

Pertanyaan-pertanyaan dalam daftar pertanyaan dibuat dengan

menggunakan skala likert dengan menggunakan lima variabel pilihan,

setiap tingkatan diberi skor mulai dari tingkat yang rendah dengan skor 1

hingga tingkatan yang paling tinggi dengan skor 5. Dalam pengukuran

variabel tersebut digunakan skala likert yaitu membagi 5 jawaban

responden yang dimulai berturut-turut :

1. Sangat Setuju (SS) dengan skor 5


2. Setuju (S) dengan skor 4
3. Cukup setuju (C) dengan skor 3
4. Tidak setuju (TS) dengan skor 2
5. Sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1

4.3.2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu pengumpulan data dengan cara melihat

langsung sumber-sumber dokumen yang terkait. Dengan arti lain bahwa

dokumentasi sebagai pengambilan data melalui dokumen tertulis maupun

elektronik. Digunakan sebagai mendukung kelengkapan data yang lain.

Dokumentasi yang dilakukan melalui penelusuran terhadap dokumen

yang telah tersedia pada Kantor Desa Tonyaman Kabupaten Polewali

Mandar dan dijadikan arsip untuk memperkuat hasil pengamatan.


98

4.4. Definisi Operasional

4.4.1 Kompetensi Sumber Daya Manusia (X1)

Kompetensi sumber daya manusia adalah tingkat kemampuan dan

pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang guna melakukan suatu

kegiatan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhannya. Semakin tinggi

kemampuan dan pengetahuannya, maka semakin tinggi juga kualitas

kompetensi sumber daya manusianya.

Menurut Wiguna (2022) indikator kompetensi sumber daya manusia

meliputi:

1. Pengembangan diri merupakan kemampuan untuk melakukan

perubahan dalam segala bidang, terutama perilaku dan kemampuan

mengembangkan diri.

2. Profesional merupakan kemampuan dalam memahami setiap

pekerjaan yang diberikan dan siap melakukan pengembangan

kemampuan yang dimiliki.

3. Penguasaan teknologi merupakan kemampuan dalam mengusai

teknologi dalam proses pekerjaan.

4. Jenjang pendidikan merupakan kemampuan untuk memiliki

pengetahuan atau latar belakang pendidikan yang sesuai dalam

melaksanakan bidang pekerjaan.

5. Keahlian merupakan kemampuan untuk mempertanggungjawabkan

pekerjaannya secara detail dan juga memiliki kemampuan untuk

memecahkan masalah secara efektif dan efisien.


99

4.4.2. Pemanfaatan teknologi informasi (X2)

Pemanfataan teknologi informasi adalah perilaku atau sikap

menggunakan teknologi informasi untuk menyelesaikan tugas dan

meningkatkan kinerjanya.

Menurut Pratama, et al., (2021) bahwa pemanfaatan teknologi

informasi adalah tingkat integritas informasi pada pelaksanaan tugas-

tugas manajemen. Konstruksi pemanfaatan teknologi informasi diukur

dengan indikator:

1. Perangkat, merupakan indikator untuk menggambarkan kelengkapan

yang mendukung terlaksananya penggunaan teknologi informasi,

meliputi perangkat lunak, perangkat keras dan sistem jaringan.

2. Pengelolaan Data Keuangan, merupakan indikator untuk

menggambarkan pemanfaatan teknologi informasi untuk pengelolaan

data keuangan secara sistematis dan menyuluruh.

3. Perawatan, merupakan indikator untuk menggambarkan adanya jadwal

pemeliharaan peralatan secara teratur terhadap perangkat teknologi

informasi guna mendukung kelancaran pekerjaan.

Menurut Sulistiani, H, et al., (2020) bahwa pengukuran

pemanfaatan teknologi informasi berdasarkan sebagai berikut:

1. Intensitas pemanfaatan (intensity of use), “Minat (intention) atau

intensitas pemanfaatan yang tinggi terhadap penggunaan Teknologi

Sistem Informasi akan menumbuhkan perilaku yang menunjang

pemanfaatan teknologi sistem informasi”.


100

2. Frekuensi pemanfaatan (frequency of use) “Pengukuran penggunaan

sesungguhnya (actual use) diukur sebagai jumlah waktu yang

digunakan untuk berinteraksi dengan suatu teknologi dan besarnya

frekuensi penggunaannya”. Dan Jumlah aplikasi atau perangkat lunak

yang digunakan (diversity of software package used)”, perangkat lunak

aplikasi adalah program yang ditulis oleh manusia untuk melakukan

tugas-tugas atau memecahkan masalah tertentu.

4.4.3. Motivasi Kerja (Z)

Motivasi kerja adalah prilaku dan faktor yang mempengaruhi

pegawai untuk menunjukkan intensitas individu, arah, dan ketekunan

sebagai upaya mencapai tujuan organisasi.

Indikator motivasi kerja menurut Sedarmayanti (2017) yaitu :

1. Gaji (salary) nerupakan faktor penting untuk memenuhi kebutuhan diri

sendiri dan keluarganya. Gaji selain berfungsi memenuhi kebutuhan

pokok bagi setiap pegawai juga dimaksudkan untuk menjadi daya

dorong bagi pegawai agar dapat bekerja dengan penuh semangat.

2. Supervisi merupakan supervisi yang efektif akan membantu

peningkatan produktivitas pekerja melalui penyelenggaraan kerja yang

baik, juga pemberian petunjukpetunjuk yang nyata sesuai standar kerja,

dan perlengkapan pembekalan yang memadai serta dukungan-

dukungan lainnya. Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah

mencapai hasil sebaik mungkin dengan mengkoordinasikan sistem

kerja pada unit kerjanya secara efektif.


101

3. Hubungan kerja merupakan dapat melaksanakan pekerjaan dengan

baik, haruslah didukung oleh suasana kerja atau hubungan kerja yang

harmonis yaitu terciptanya hubungan yang akrab, penuh kekeluargaan

dan saling mendukung baik hubungan antara sesama pegawai atau

antara pegawai dengan atasan. Manusia sebagai makhluk sosial akan

selalu membutuhkan hubungan dengan orang lain, baik di tempat kerja

maupun di luar lingkungan kerja.

4. Pengakuan atau penghargaan (recognition) merupakan setiap manusia

mempunyai kebutuhan terhadap rasa ingin dihargai. Pengakuan

terhadap prestasi merupakan alat motivasi yang cukup ampuh, bahkan

bisa melebihi kepuasan yang bersumber dari pemberian kompensasi.

Seseorang yang memperoleh pengakuan atau penghargaan akan

dapat meningkatkan semangat kerjanya.

5. Keberhasilan (achievement) merupakan setiap orang tentu

menginginkan keberhasilan dalam setiap kegiatan/tugas yang

dilaksanakan. Pencapaian prestasi atau keberhasilan (achievement)

dalam melakukan suatu pekerjaan akan menggerakkan yang

bersangkutan untuk melakukan tugas-tugas berikutnya.

4.4.4. Kinerja aparatur desa (Y)

Kinerja aparatur desa merupakan kumpulan kinerja

orang-orang/aparat yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya

bersinergi untuk mencapai tujuan bersama.


102

Menurut Priansa (2014) menyatakan bahwa indikator kinerja dapat

dilakukan dengan menggunakan dimensi :

1. Kuantitas Pekerjaan (Quantity of Work) Kuantitas pekerjaan

berhubungan dengan volume pekerjaan dan produktivitas kerja yang

dihasilkan oleh pegawai dalam kurun waktu tertentu.

2. Kualitas Pekerjaan (Quality of Work) Kualitas pekerjaan berhubungan

dengan pertimbangan ketelitian, presisi, kerapian, dan kelengkapan di

dalam menangani tugas-tugas yang ada di dalam organisasi.

3. Kemandirian (Dependability) Kemandirian berkenaan dengan

pertimbangan derajat kemampuan pegawai untuk bekerja dan

mengemban tugas secara mandiri dengan meminimalisir bantuan orang

lain. Kemandirian juga menggambarkan kedalam komitmen yang

dimiliki oleh pegawai.

4. Inisiatif (Initiative) Inisiatif berkenaan dengan pertimbangan

kemandirian, fleksibilitas berfikir, dan kesediaan untuk menerima

tanggung jawab.

5. Adaptabilitas (Adaptability) Adaptabilitas berkenaan dengan

kemampuan untuk bereaksi terhadap mengubah kebutuhan dan

kondisi-kondisi.
103

4.5. Lokasi Pelaksanaan dan Waktu Penelitian

Lokasi dan waktu pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

4.5.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Desa Tonyaman Kabupaten

Polewali Mandar.

4.5.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan berlangsung kurang lebih dua

bulan, yaitu pada mulai dari bulan September 2023 sampai dengan

Oktober 2023 atau sampai data yang diperlukan terhadap sejumlah

sampel yang ditetapkan dan data sekunder sebagai data pendukung

lengkap.

4.6. Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengolahan data yang telah

terkumpul, dan penginterpretasian hasil pengolahan data yang terkumpul

tersebut berikut kesimpulannya Priyatno (2008). Kemudian Mas’ud (2004)

menerangkan bahwa analisis data dilakukan setelah data dari lapangan

terkumpul. Dengan demikian, bahwa analisis data perlu dilakukan sebagai

langkah kongkrit pembuktian atas data-data yang telah dikumpulkan

dilapangan yang dilakukan dengan mengolah, menginterpretasikan hingga

menyimpulkan hasilnya. Analisis dan pengolahan data dalam penelitian ini

menggunakan metode statistik deskriptif yaitu analisis data untuk

memperolah distribusi responden jawaban responden melalui ukuran

mean, standar deviasi dan statistic inferensial melalui analisis strukctural


104

eguition model (SEM) dengan Partial Least Square (SEM-PLS) untuk

menganalisis pengaruh antar variabel. Software yang digunakan untuk

analisis SEM PLS adalah program SmartPLS 4.

Agar suatu data yang telah terkumpul dapat bermanfaat, maka

perlu dilakukan analisis data. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian agar dapat diinterpretasikan dan mudah dipahami adalah

sebagai berikut:

4.6.1. Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan suatu metode analisis dimana

data yang telah diperoleh, disusun, dikelompokkan, dianalisis, kemudian

diinterpretasikan secara objektif sehingga diperoleh gambaran tentang

masalah yang dihadapi dan menjelaskan hasil perhitungan.

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan

karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan

dan masa kerja. Selain itu analisis statistik deskriptif juga digunakan untuk

menjelaskan tanggapan responden terhadap variabel kompetensi SDM,

pemanfaatan sistem informasi , motivasi kerja dan kinerja aparatur desa.

Untuk memperoleh hasil interpretasi tanggapan responden

terhadap variabel penelitian, masing masing variabel dilakukan analisis

skoring. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: Sugiyono (2019).


105

Hasil rata-rata tanggapan responden pada setiap item pernyataan,

indikator, dan variabel selanjutnya dapat dikategorikan menggunakan

panduan rumus interval kelas sebagai berikut:

Interval kelas yang dihasilkan adalah sebesar 0,80, nilai ini

selanjutnya digunakan sebagai pedoman untuk menentukan kategori

berdasarkan interval rata-ratanya, yaitu sebagai berikut:

1,00 - 1,80 : Sangat rendah


1,80 - 2,60 : Rendah
2,60 - 3,40 : Cukup
3,40 - 4,20 : Tinggi
4,20 - 5,00 : Sangat tinggi

4.6.2. Uji Hipotesis

Hipotesis ini diuji pada tingkat signifikan 0,05 (tingkat keyakinan

95%). Mengetahui pengambilan keputusan uji hipotesa, maka dilakukan

dengan cara membandingkan tingkat signifikan dan alpha (0,05%) dengan

ketentuan sebagai berikut :

1. Apabila signifikan < 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima, jadi

variable bebas secara parsial memiliki pengaruh nyata terhadap

variabel terikat.

2. Apabila signifikan > 0,05 berarti Ho diterima dan Ha ditolak, jadi

variable bebas secara parsial tidak memiliki pengaruh nyata terhadap

variable terikat
106

4.6.3. Partial Least Square

Menurut Hair et al (2019), SEM PLS adalah metode statistik

multivariat untuk pengujian sebuat rangkaian pengaruh antara variabel

yang diestimasi secara simultan dengan tujuan prediksi, eksplorasi atau

pengembangan model structural. Penggunaan SEM PLS meliputi

beberapa alasan seperti bahwa analisis ini tidak membutuhkan asumsi

distribusi tertentu (distribusi normal), dapat bekerja dengan model yang

kompleks, serta tujuan studi adalah pengujian teori model yang

menitikberatkan pada studi prediksi, eksplorasi atau pengembangan teori

model struktural, Hair et al (2019).

Menurut Yamin (2022) evaluasi dalam SEM PLS meliputi 3 (tiga)

hal yaitu :

1. Evaluasi model pengukuran,

2. Evaluasi model structural dan

3. Evaluasi kebaikan dan kecocokan model atau goodness of fit.

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat

second order. Dimana variabel kompetensi SDM, pemanfaatan sistem

informasi , motivasi kerja dan kinerja aparatur desa) diukur secara reflektif.

Sarstedt et al (2020) menjelaskan bahwa metode embedded two

stage approach dapat digunakan sebagai metode estimasi pada model

second order dimana estimasi dilakukan dua langkah. Pada langkah awal

adalah estimasi pada tingkat dimensi/sub variabel dengan menggunakan


107

indikator pada pengukuran variabel dan langkah kedua, skor latent

variabel digunakan sebagai skor dimensi/sub variabel.

1. Evaluasi Model Pengukuran Reflektif

Yaitu mengukur kebaikan kausalitas antara variabel dengan item

pengukuran dimana, Hair et al (2021). Kriteria yang digunakan adalah :

a. Outer Loading atau Loading Factor

Outer Loading atau Loading Factor menggambarkan tingkat

validitas item dalam mengukur variabel. Uji validitas adalah untuk

menganalisis factor konfirmatori di masing-masing variabel laten dengan

melihat konvergen validitas dan diskriminan validitas yang dihitung

dengan SmartPLS 4. Nilai outer loading atau loading faktor yang

direkomendasikan adalah minimum 0.70, Hair et al (2021). Apabila item

pengukuran mempunyai nilai outer loading atau loading factor kurang dari

0.70 maka dihilangkan dalam model dan dilakukan estimasi ulang.

b. Composite Reliability

Ukuran ini menggambarkan tingkat reliabilitas atau konsistensi

internal. Menurut Hair et al (2021) Nilai Composite Reliability (CR) yang

direkomendasikan adalah minimum 0.70 yang berarti alat ukur atau

intrumen secara keseluruhan konsisten atau reliabel dalam mengukur

variabel.

c. Cronbach’s Alpha

Cronbach’s Alpha adalah sebuah ukuran reliabilitas yang

mempunyai makna seperti Composite Reliability yaitu sebagai ukuran


108

konsistensi internal. Nilai yang direkomendasikan adalah minimum 0.70

bahwa dimensi atau variabel disebut reliabel, Hair et al (2021).

d. Average Variance Ekstracted (AVE)

Average Variance Ekstracted (AVE) adalah ukuran convergent

validity atau sejauhmana item pengukuran mewakili/mencerminkan

pengukuran variabel. AVE juga menjelaskan besarnya variasi item

pengukuran yang dikandung oleh dimensi/variabel. Menurut Hair et al

(2021), nilai AVE minimum adalah 0.50,

e. Fornell dan Lacker Criterion

Fornell dan Lacker Criterion adalah ukuran discriminant validity

yaitu bahwa variabel harus berbeda dengan variabel lainnya secara teori

dan terbukti secara empiris. Dalam Hair et al (2021), variabel disebut

mempunyai discriminant validity yang baik bila akar AVE lebih besar dari

koreksi antar variabel/dimensi.

f. Heterotrait Monotrait Ratio (HTMT)

Heterotrait Monotrait Ratio (HTMT) adalah ukuran discriminant

validity selain Fornell dan Lacker dimana menurut Hair et al (2021), nilai

HTMT yang direkomendasikan adalah dibawah 0.90. HTMT menjelaskan

rasio dari Heterotrait (rerata korelasi antara item pengukuran variabel

yang berbeda) dengan akar dari perkalian geometris monotrait (korelasi

antara item yang mengukur variabel yang sama).


109

2. Evaluasi Model Pengukuran Formatif

Dalam Hair et al (2021), evaluasi model formatif dilihat dari

sigifikansi outer weight.

a. Signifikansi Outer Weight

Bila item pengukuran tidak signifikan maka dilanjutkan pemeriksaan

outer loadingnya. Bila outer loading diatas 0.50 maka tetap dalam model

dan bila outer loading kurang adri 0.50 dan signifikan maka

dipertimbangkan untuk masuk/dihapus dari model dan bila outer loading

kurang dari 0.50 dan tidak signifikan maka dikeluarkan dari model.

b. Pemeriksaan Kolinieritas antara Item Pengukuran

Selanjutnya pemeriksaan kedua adalah multikolinieritas antara item

dengan ukuran outer VIF kurang dari 5.

3. Evaluasi Model Pengukuran Struktural

Evaluasi Model Pengukuran Struktural adalah evaluasi atas

pengujian hipotesis penelitian. Pengaruh antara variabel

ddipresentasekan dalam path coefficient atau koefisien. Tahapan

pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan estimasi model akan robust (tidak bias) bila tidak ada

kolinieritas/hubungan yang tinggi antara variabel. Ukuran yang

digunakan untuk memeriksa kolinieritas adalah inner VIF (variane

inflated factor) dimana dalam Hair et al (2021) direkomendasikan

dibawah 5 (tidak ada kolinieritas).


110

b. Pengujian signifikansi Path Coefficient

Pengujian ini berkaitan dengan pengujian hipotesis penelitian. Proses

pengujian hipotesis dalam SEM PLS dilakukan melalui proses

bootstrapping dimana nilai t statistic diatas 1.96 atau p-value dibawah 0.05

menunjukkan ada pengaruh signifikan antara variabel.

c. Confidence Interval 95% Path Coefficient

Ukuran atau nilai yang menjelaskan interval atau selang kepercayaan

besarnya pengaruh (path coefficient) antara variabel dalam interval

kepercayaan 95%. Nilai ini berkaitan dengan sejauhmana nilai minimum

atau maksimum pengaruh antara variabel dihasilkan.

d. f Square

f square menjelaskan pengaruh variabel dalam level structural. Dalam

Hair et al (2021) interpretasi nilai f square adalah pengaruh rendah (f

square = 0.02), pengaruh sedang (f square = 0.15) dan pengaruh tinggi (f

square = 0.35).

4. Evaluasi kebaikan dan kecocokan model (Uji Goodness of Fit)

Yaitu melakukan evaluasi keseluruhan model. SEM PLS merupakan

analisis SEM berbasis varians dengan tujuan pada pengujian teori model

yang menitikberatkan pada studi prediksi. Oleh karena itu maka

dikembangkan beberapa ukuran untuk menyatakan model yang diajukan

dapat diterima seperti R square, Q square, SRMR, PLS Predict, Uji

Linierity Hair et al (2021), Goodness of Fit Index (GoF Index), Sarstedt et

al (2020).
111

a. R square

Ukuran statustik R square menggambarkan besarnya variasi variabel

endogen yang mampu dijelaskan oleh variabel eksogen/endogen lainnya

dalam model. Menurut Chin (1998) nilai interpretasi R square secara

kualitatif adalah 0.19 (pengaruh rendah), 0.33 (pengaruh moderat/sedang)

dan 0.66 (pengaruh tinggi).

b. Q square

Q square menggambarkan ukuran akurasi prediksi yaitu seberapa

baik setiap perubahan variabel eksogen/endogen mampu memprediksi

variabel endogen. Ukuran ini merupakan bentuk validitasi dalam PLS

untuk menyatakan kesesuaian prediksi model (predictive relevance) atau

juga akurasi prediksi. Nilai Q square diatas 0 menyatakan model

mempunyai predictive relevance akan tetapi dalam Hair et al (2019) nilai

interpretasi Q square secara kualitatif adalah 0 (pengaruh rendah), 0.25

(pengaruh moderat/sedang) dan 0.50 (pengaruh kuat)

c. Standardized Root Mean Square Residual (SRMR)

Standardized Root Mean Square Residual (SRMR) yaitu ukuran fit

model (kecocokan model) yatiu perbedaan antara matriks korelasi data

dengan matrik korelasi taksiran model. Hair et al (2021) menyebutkan nilai

SRMR dibawah 0.08 menunjukkan model fit (cocok). Meskipun demikian

Karin Schmelleh et al (2003) nilai SRMR antara 0.08 – 0.10 masih

acceptable fit.
112

d. Uji Liniearity

Menurut Hair et al (2019), ukuran robustness check dalam PLS adalah

memastikan adanya hubungan linier antara variabel yang dihipotesiskan.

Pemeriksaan ini mengacu pada Sarstedt et al (2020) yaitu bila p-value

pengujian kuadratik variabel eksogen tidak signifikan maka model

mempunyai hubungan linier (efek robustness terpenuhi).


113

DAFTAR PUSTAKA

Abdalatif, O. A., & Yamin, M. A. (2022). Enhancing Value Co-Creation


Through the Lens of DART Model, Innovation, and Digital
Technology: An Integrative Supply Chain Resilient Model.
Afandi, P. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori, Konsep dan
Indikator). Riau: Zanafa Publishing.
Ajijah, J. H., & Selvi, E. (2021). Pengaruh kompetensi dan komunikasi
terhadap kinerja perangkat desa. Jurnal Manajemen, 13(2), 232–236.
Andini, M. (2021). Pengaruh Pemanfaatan Teknologi, Kreativitas, dan
Inovasi Terhadap Kinerja Pelaku UMKM Himpunan Pengusaha Kecil
dan Mikro Indonesia di Banjarmasin (Studi pada Sektor Kuliner di
Masa COVID-19).
ANNASAI, G. G. (2022). PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI DAN
FASILITAS KERJA TERHADAP KINERJA PEMERINTAH (Survey
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Daerah
Kabupaten Ciamis). Universitas Siliwangi.
Aribean, A., Syarifuddin, A., & Iqbal, I. (2020). ANALISIS MOTIVASI
KERJA, KEPUASAN KERJA, DAN BUDAYA ORGANISASI
TERHADAP KINERJA PERANGKAT KERJA DESA PADA DESA
BENGGAULU KEC. KAROSSA KAB. MAMUJU TENGAH PROV.
SULAWESI BARAT. Master of Management Journal, 1(1), 38–47.
Arifa, S. N., & Muhsin, M. (2018). Pengaruh Disiplin Kerja, Kepemimpinan
dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Melalui Motivasi Kerja.
Economic Education Analysis Journal, 7(1), 374–389.
Arimbi, N. C. (2023). PENGARUH KOMPETENSI APARATUR,
PARTISIPASI MASYARAKAT, PEMANFAATAN TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI, DAN MOTIVASI KERJA
APARATUR TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA
DESA (Studi Kasus Pada Desa Kaligayam Kecamatan Margasari
Kabupaten Tegal). Universitas Islam Indonesia.
Arofah, R., & Pramusinto, H. (2015). Pengaruh fasilitas kantor, motivasi
kerja, dan disiplin kerja terhadap kinerja perangkat desa di kecamatan
tulis kabupaten batang. Economic Education Analysis Journal, 4(1).
Bakri, M., Jainuddin, J., Risman, R., & Erfan, M. (2023). Pengaruh
Kompetensi Sumber Daya Manusia Dan Kemampuan Pemanfaatan
Teknologi Terhadap Kinerja Aparatur Desa Di Kantor Desa Jojjolo.
Journal of Economic, Bussines and Accounting (COSTING), 6(2),
1946–1958.
Bangun, W. (2012). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Erlangga.
Wibowo. 2016. Manajemen Kinerja.
Chin, W. W. (1998). Commentary: Issues and opinion on structural
equation modeling. In MIS quarterly (pp. vii–xvi). JSTOR.
Diana, N. (2018). PENGARUH PENERAPAN E-SYSTEM PERPAJAKAN
TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG
114

PRIBADI DALAM MEMBAYAR PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN


PAJAK (KPP) PRATAMA KEPANJEN. E_Jurnal Ilmiah Riset
Akuntansi, 7(02).
Fahmi, M. H., & Cipta, B. S. I. (2018). Pengembangan Blended Learning
Berbasis Moodle (Studi Kasus Di Universitas Islam Raden Rahmat
Malang). G-Tech: Jurnal Teknologi Terapan, 2(1), 106–113.
Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., Donnelly, J. H., & Konopaske, R. (1997).
Organizational Behavior Structure-Process (J. Beck (ed.). McGraw-
Hill Irwin Companies. http://opac. uma. ac. id/repository ….
Gunawan, H. (2018a). Pengaruh Pelatihan Terhadap Pengembangan
Karier (Studi Kasus Pns Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Maros).
Bongaya Journal for Research in Management (BJRM).
https://doi.org/10.37888/bjrm.v1i1.39
Gunawan, H. (2018b). PENGARUH STRES KERJA TERHADAP
KINERJA KARYAWAN:(Kasus pada PT. Semen Bosowa Maros).
BJRM (Bongaya Journal of Research in Management), 1(2), 56–61.
Gunawan, H., Ilyas, G. B., & Naninsih, N. (2018). Effect of labor social
security on job satisfaction. International Journal of Scientific and
Technology Research, 7(12), 86–89.
Guspul, A., & Solehatun, S. (2017). Tingkat pendidikan, masa kerja,
motivasi kerja pengaruhnya terhadap kinerja perangkat desa di
kecamatan kaliwiro wonosobo. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian
Kepada Masyarakat UNSIQ, 4(1), 74–89.
Hair, J. F., Risher, J. J., Sarstedt, M., & Ringle, C. M. (2019). When to use
and how to report the results of PLS-SEM. European Business
Review, 31(1), 2–24. https://doi.org/10.1108/EBR-11-2018-0203
Hasibuan, H. (2008). Organisasi dan motivasi: dasar peningkatan
produktivitas.
Hasibuan, M. S. P., & Hasibuan, H. M. S. P. (2016). Manajemen sumber
daya manusia. Bumi Aksara.
Herzberg, F. (2005). Motivation-hygiene theory. Organizational Behavior
One: Essential Theories of Motivation and Leadership, Eds JB Miner,
ME Sharpe Inc, New York, 2(4), 61–74.
Herzberg, F. (2015). Motivation-hygiene theory. In Organizational
Behavior 1 (pp. 61–74). Routledge.
Holilah, H., Chamariyah, C., & Prasetyo, I. (2021). PENINGKATAN
KINERJA YANG DIPENGARUHI OLEH KOMPETENSI, MOTIVASI
DAN DISIPLIN KERJA: Studi Kinerja Pegawai Kecamatan Pademawu
Kabupaten Pamekasan. Jurnal Akuntansi, Ekonomi Dan Manajemen
Bisnis, 1(3), 64–75.
Huda, H. A., Suwaryo, U., & Sagita, N. I. (2020). PENGEMBANGAN
DESA BERBASIS SMART VILLAGE (Studi Smart Governance pada
Pelayanan Prima Desa Talagasari Kabupaten Karawang). Moderat:
Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 6(3), 539–556.
Irma, Y. (2020). PENGARUH KOMPETENSI DAN BUDAYA ORGANISASI
TERHADAP KINERJA MELALUI MOTIVASI KERJA PEGAWAI PADA
115

KANTOR KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP.


STIE Nobel Indonesia.
Kasmir, M. S. D. M. (2016). Cetakan ke-1. PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Kindangen, R. S., Saerang, D. P. E., & Budiarso, N. S. (2022).
PENGARUH KOMPETENSI, MOTIVASI DAN KOMPENSASI
TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH DESA DALAM
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BERBASIS SISKEUDES DI
KECAMATAN REMBOKEN KABUPATEN MINAHASA. JURNAL
RISET AKUNTANSI DAN AUDITING" GOODWILL", 13(2), 164–178.
Lestari, A. L. A., & Handayani, N. (2020). Pengaruh partisipasi anggaran,
budaya organisasi dan teknologi terhadap kinerja pemerintah aparat
desa. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA), 9(9).
Lubis, A. (2020). Pengaruh kualitas sumber daya manusia dan
pemanfaatan teknologi terhadap sistem pengelolaan dana desa serta
dampak terhadap kinerja pemerintah desa di kabupaten deli serdang.
Lubis, T. A. S. (2023). PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA
MANUSIA, SISTEM INFORMASI AKUNTANSI, DAN FAKTOR
POLITIK TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN DAN
KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Pada
Organisasi Perangkat Daerah Di Kota Bandar Lampung).
Makmur, H. (2009). Teori Manajemen Stratejik, dalam Pemerintahan dan
Pembangunan. Bandung: Refika Aditama.
Mangkunegara, A. A. A. P. (2016). Manajemen sumber daya manusia
perusahaan. PT. Remaja Rosdakarya.
Mansyur, A., Edris, M., & Indaryani, M. (2022). Pengaruh Komunikasi
Organisasi dan Penggunaan Teknologi Informasi terhadap Kinerja
Pegawai dengan Kepuasan Kerja Sebagai Intervening;(Studi Kasus
pada Perangkat Desa di Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara).
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Digital, 1(3), 201–215.
Martoyo, S. (2004). Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Marwati, S. (2017). PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI
INFORMASI DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP
KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (Studi Kasus pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Bandung). Universitas Widyatama.
Mas’Ud, F. (2004). Survai diagnosis organisasional konsep dan aplikasi.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ningsih, L. P. P. S. (2021). Pengaruh sistem Akuntansi Keuangan Desa,
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Pengawasan terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa. Hita Akuntansi Dan Keuangan,
2(4), 183–198.
Nurkhasanah, I. (2019). Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia,
Pemanfaatan Teknologi Informasi, Partisipasi Penganggaran,
Pengawasan, dan Komitmen Organisasi Pemerintah Desa Terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa. Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Magelang.
116

Osvaldo, R. (2011). Human Resource Management in Strength Quality


Prospective. Published McGraw Hill, New York.
Pandey, J., Kiyai, B., & Ruru, J. M. (2015). Pengaruh Kompetensi Kerja
terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Desa (suatu Studi di Kecamatan
Pineleng Kabupaten Minahasa). Jurnal Administrasi Publik, 3(031).
Panjaitan, R. S., Simanjuntak, A., Sembiring, Y. N., & Siahaan, S. B.
(2022). PENGARUH KOMPETENSI APARATUR, PARTISIPASI
MASYARAKAT, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI,
KOMITMEN ORGANISASI PEMERINTAH DESA, TRANSPARANSI
DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA DESA (Studi Empiris Di
Desa Motung, Pardumuan Motung dan Parsaoran Sibisa). Jurnal
Manajemen, 8(1), 51–70.
Perry, J. L., & Hondeghem, A. (2008). Motivation in public management:
The call of public service. Oxford university press on demand.
Philips, D. (2009). The Human Resource Recruitment Organization. CT.
JAI Press, Greenwich.
Pratama, O. T., & Anandita, A. (2021). Pengaruh Kapasitas Sumber Daya
Manusia, Pengendalian Intern Akuntansi, Pemanfaatan Teknologi
Informasi Dan Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap
Keterampilan Dalam Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Sukoharjo (Studi Empiris Pada Badan Keuangan D.
JURNAL EKOMAKS Jurnal Ilmu Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi,
10(1), 27–32.
Priansa, D. J. (2014). Perencanaan & Pemgembangan SDM.
Pristiningsih, S. (2015). Pengaruh kompetensi dan kepemimpinan
terhadap kinerja karyawan dengan motivasi sebagai variabel
moderasi. Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan, 15(2).
Priyatno, D. (2008). Mandiri belajar SPSS: untuk analisis data dan uji
statistik.
Puji, I. H. (2014). buku praktis mengembangkan SDM. Cetakan Pertama,
Laksana, Jogjakarta, Hal, 182.
Putra, A. S. E. (2021). Pengaruh Kompetensi dan Integritas terhadap
Kinerja Perangkat Desa. JESS (Journal of Education on Social
Science), 5(1), 24–35.
Raharja, A. D., Suherman, A., & Alamsyah, S. (2020). PENGARUH
KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP
PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD)(Studi Kasus Di Desa
Neglasari, Desa Cijangkar, Desa Bojongkalong, Desa Mekarsari,
Desa Bojongsari Dan Desa Kertaangsana Kecamatan Nyalindung
KabSukabumi Jawa Barat. Seminar Nasional Manajemen, Ekonomi
Dan Akuntansi, 5(1), 68–77.
Resfiana, R. (2019). Pengaruh Penerapan Teknologi Informasi terhadap
Kinerja Aparatur Nagari dalam Pengelolaan Keuangan Nagari. JESS
(Journal of Education on Social Science), 3(1), 91–100.
Rivai, B., & Basri, A. F. M. (2004). Penilaian Kinerja. Diakses Dari Website
117

Http:/Jurnal-Sdm. Blogsport. Com/Diunduh Tgl, 6.


Rivai, V. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen Sumber
Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori Ke Praktik.
Robbins, S. P., Coulter, M. K., & DeCenzo, D. A. (2020). Fundamentals of
management. Pearson.
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2016). Perilaku Organisasi Edisi 16.
Salemba Empat.
Saidah, Z. (2022). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN DAERAH DENGAN DUKUNGAN
PIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA
ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PEMERINTAHPROVINSI
SUMATERAUTARA.
Samsudin, S. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Ketiga.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Santoso, B., Luhgiatno, L., & Wahyuningsih, P. (2022). Analisis Pengaruh
Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dukungan Manajemen Puncak
dan Pengetahuan Manajer Terhadap Efektivitas Sistem Informasi
Akuntansi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Jurnal Ilmiah Fokus Ekonomi, Manajemen, Bisnis & Akuntansi
(EMBA), 1(2), 235–243.
Sarstedt, M., Ringle, C. M., Cheah, J.-H., Ting, H., Moisescu, O. I., &
Radomir, L. (2020). Structural model robustness checks in PLS-SEM.
Tourism Economics, 26(4), 531–554.
Sarstedt, M., Ringle, C. M., & Hair, J. F. (2021). Partial least squares
structural equation modeling. In Handbook of market research (pp.
587–632). Springer.
Schermelleh-Engel, K., Moosbrugger, H., & Müller, H. (2003). Evaluating
the fit of structural equation models: Tests of significance and
descriptive goodness-of-fit measures. Methods of Psychological
Research Online, 8(2), 23–74.
Sedarmayanti. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Sinambela, L. P. (2012). Kinerja pegawai: Teori, pengukuran dan
implikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soeprihanto, J. (2001). Penilaian kinerja dan pengembangan karyawan.
Yogyakarta: BPFE.
Sugiyono, P. D. (2019). Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif,
Kualitatif, Kombinasi, R&d dan Penelitian Pendidikan). Metode
Penelitian Pendidikan.
Sule, E. T., & Priansa, D. J. (2018). Kepemimpinan Dan Perilaku
Organisasi (Membangun Organisasi Unggul di Era Perubahan). In
Infant Beha.
Sulistiani, H., Miswanto, M., Alita, D., & Dellia, P. (2020). Pemanfaatan
analisis biaya dan manfaat dalam perhitungan kelayakan investasi
teknologi informasi. Jurnal Ilmiah Edutic: Pendidikan Dan Informatika,
6(2), 95–105.
118

Sutrisno, E. (2013). Manajemen sumber daya manusia.


Syahroni, K. H. (2014). Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi,
Kesesuaian Tugas-Teknologi Informasi, Dan Kepercayaan Atas
Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Individual (Studi Kasus Pada
Bank BPR Di Kabupaten Karanganyar). Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Tarjo, T. (2020). Pengaruh kompetensi sumber daya manusia dan
pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja aparatur desa.
JURNAL MANAJEMEN, 12(2), 334–340.
Taufik, A., Sudarsono, G., Sudaryana, I. K., & Muryono, T. T. (2022).
Pengantar Teknologi Informasi. Drestanta Pelita Indonesia Press, 1–
113.
Thompson, R. L., Higgins, C. A., & Howell, J. M. (1991). Personal
computing: Toward a conceptual model of utilization. MIS Quarterly,
125–143.
Umaira, S., & Adnan, A. (2019). Pengaruh partisipasi masyarakat,
kompetensi sumber daya manusia, dan pengawasan terhadap
akuntabilitas pengelolaan dana desa (studi kasus pada kabupaten
aceh barat daya). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi, 4(3),
471–481.
Umar, H. (2002). Evaluasi kinerja perusahaan. Gramedia Pustaka Utama.
Umma, D. H. (2023). Pengaruh Komitmen Organisasi, Kompetensi
Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan
Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan.
Universitas Hayam Wuruk Perbanas Surabaya.
Wahyuni, E. (2015). Pengaruh Budaya Organisasi Dan Gaya
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Bagian Keuangan
Organisasi Sektor Publik Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel
Intervening (Studi Kasus Pada Pegawai Pemerintah Kota
Tasikmalaya). Nominal: Barometer Riset Akuntansi Dan Manajemen,
4(1), 96–112.
Wardana, I. (2021). Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi, Peran
Perangkat Desa Dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa Di Kecamatan Kerambitan.
Universitas Pendidikan Ganesha.
Wibowo, W. (2019). Manajemen dari Fungsi Dasar ke Inovasi. Depok:
Rajawali Pers.
Widyarningsih, E., Oktarina, N., & Saeroji, A. (2020). Pengaruh Gaya
Kepemimpinan, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dan Tata Ruang
Kantor Terhadap Kinerja Perangkat Desa. Business and Accounting
Education Journal, 1(1), 43–53.
Widyastuti, W. (2019). HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL,
EFIKASI DIRI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA
(Studi Kasus Pada Karyawan PT Kharismamas Indoputra). Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEI) Jakarta.
Wiguna, R., & Sarman, H. R. (2022). PENGARUH REKRUTMEN DAN
119

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP


KINERJA PEGAWAI DI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA
BARAT. Universitas Pasundan Bandung.
Wijaya, S. W., & Anoraga, P. (2021). Pengaruh Kepemimpinan Dan
Motivasi Terhadap Kinerja Perangkat Desa Di Kecamatan Subah
Kabupaten Batang. ECONBANK: Journal of Economics and Banking,
3(2), 117–127.
Winardi, J. (2000). Kepemimpinan dalam manajemen. Jakarta: Rineka
Cipta.
Yendrawati, R., & Tarusnawati, L. R. (2013). Peran Environmental
Performance terhadap Environmental Disclosure dan Economic
Performance. Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 17(3), 434–442.
Zubaidi, N., Cahyono, D., & Maharani, A. (2019). Pengaruh kompetensi
sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap
kualitas laporan keuangan. International Journal of Social Science
and Business, 3(2), 68–76.
120

Lampiran 1 :

KUISIONER PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penulisan Tesis yang berjudul
“analisis kompetensi sumber daya manusia, dan pemanfaatan teknologi
informasi terhadap motivasi kerja serta dampaknya pada kinerja aparatur
desa di Kantor Desa Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar”.
Dalam pengisian kuisioner ini, dimohon kepada Bapak/Ibu/Sdr/i
dapat memilih salah satu dari kategori jawaban yang telah disediakan
dengan memberikan tanda cek list (√) pada jawaban yang dianggap tepat.
Jawaban Bapak/Ibu/Sdr/i akan dirahasiakan.
Atas kesediaan dan bantuan dari Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menjawab
kuesioner ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

1. Karakteristik Responden
Jenis kelamin
Pria Wanita
Pendidikan
SMP/MTSN SMA/SMK/MA
Diploma (D3/D2/D1) Sarjana/S1
Magister/S2

2. Variabel Penelitian

Bacalah semua pernyataan ini dengan cermat. Pilih dan beri tanda
silang (X) pada nomor yang paling menggambarkan kondisi yang paling
sesuai dengan anda.
1 = Sangat Tidak Setuju (STS),
2 = Tidak Setuju (TS),
3 = Cukup (C),
121

4 = Setuju (S),
5 = Sangat Setuju (SS)
1. Variabel Kompetensi SDM (X1)
Berikut ini disediakan sejumlah pernyataan berkaitan dengan
kompetensi SDM. Pada setiap pernyataan disertai lima pilihan jawaban.
Jawaban

No. Pernyataan STS TS C S SS

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Pengembangan diri Aparatur Desa


merupakan kemampuan untuk
melakukan perubahan dalam segala 1 2 3 4 5
bidang, terutama perilaku dan
kemampuan mengembangkan diri.
(X1.1)
2 Profesional aparatur desa merupakan
kemampuan dalam memahami setiap
1 2 3 4 5
pekerjaan yang diberikan dan siap
melakukan pengembangan
kemampuan yang dimiliki. (X1.2)
3 Penguasaan teknologi aparatur desa
merupakan kemampuan dalam 1 2 3 4 5
mengusai teknologi dalam proses
pekerjaan. (X1.3)
4 Jenjang pendidikan aparatur desa
merupakan kemampuan untuk memiliki
pengetahuan atau latar belakang 1 2 3 4 5
pendidikan yang sesuai dalam
melaksanakan bidang pekerjaan.
(X1.4)
5 Keahlian aparatur desa merupakan
kemampuan untuk
mempertanggungjawabkan
1 2 3 4 5
pekerjaannya secara detail dan juga
memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah secara efektif
dan efisien. (X1.5)
122

2. Variabel Pemanfaatan teknologi informasi (X2)


Berikut ini disediakan sejumlah pernyataan berkaitan dengan
pemanfaatan teknologi informasi. Pada setiap pernyataan disertai lima
pilihan jawaban.
Jawaban

No. Pernyataan STS TS C S SS

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Perangkat, merupakan indikator


untuk menggambarkan kelengkapan
yang mendukung terlaksananya 1 2 3 4 5
penggunaan teknologi informasi,
meliputi perangkat lunak, perangkat
keras dan sistem jaringan. (X2.1)
2 Pengelolaan data Keuangan,
merupakan indikator untuk
menggambarkan pemanfaatan 1 2 3 4 5
teknologi informasi untuk pengelolaan
data keuangan secara sistematis dan
menyuluruh. (X2.2)
3 Perawatan, merupakan indikator
untuk menggambarkan adanya
jadwal pemeliharaan peralatan 1 2 3 4 5
secara teratur terhadap perangkat
teknologi informasi guna mendukung
kelancaran pekerjaan. (X2.3)
4 Intensitas pemanfaatan (intensity of
use), “Minat (intention) atau intensitas
pemanfaatan yang tinggi terhadap
penggunaan Teknologi Sistem 1 2 3 4 5
Informasi akan menumbuhkan
perilaku yang menunjang
pemanfaatan teknologi sistem
informasi”. (X2.4)
5 Frekuensi pemanfaatan (frequency of 1 2 3 4 5
use) “Pengukuran penggunaan
sesungguhnya (actual use) diukur
sebagai jumlah waktu yang
digunakan untuk berinteraksi dengan
123

suatu teknologi dan besarnya


frekuensi penggunaannya”. Dan
Jumlah aplikasi atau perangkat lunak
yang digunakan (diversity of software
package used)”, perangkat lunak
aplikasi adalah program yang ditulis
oleh manusia untuk melakukan
tugas-tugas atau memecahkan
masalah tertentu. (X2.5)

3. Variabel Motivasi kerja (Z)


Berikut ini disediakan sejumlah pernyataan berkaitan dengan
motivasi kerja. Pada setiap pernyataan disertai lima pilihan jawaban.
Jawaban

No. Pernyataan STS TS C S SS

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Bagi pegawai, gaji merupakan faktor


penting untuk memenuhi kebutuhan
diri sendiri dan keluarganya. Gaji
selain berfungsi memenuhi
1 2 3 4 5
kebutuhan pokok bagi setiap pegawai
juga dimaksudkan untuk menjadi
daya dorong bagi pegawai agar dapat
bekerja dengan penuh semangat.
(Z1)
2 Supervisi yang efektif akan
membantu peningkatan produktivitas
pekerja melalui penyelenggaraan
kerja yang baik, juga pemberian
petunjukpetunjuk yang nyata sesuai
standar kerja, dan perlengkapan
1 2 3 4 5
pembekalan yang memadai serta
dukungan-dukungan lainnya.
Tanggung jawab utama seorang
supervisor adalah mencapai hasil
sebaik mungkin dengan
mengkoordinasikan sistem kerja pada
unit kerjanya secara efektif. (Z2)
3 Untuk dapat melaksanakan pekerjaan 1 2 3 4 5
dengan baik, haruslah didukung oleh
suasana kerja atau hubungan kerja
124

yang harmonis yaitu terciptanya


hubungan yang akrab, penuh
kekeluargaan dan saling mendukung
baik hubungan antara sesama
pegawai atau antara pegawai dengan
atasan. Manusia sebagai makhluk
sosial akan selalu membutuhkan
hubungan dengan orang lain, baik di
tempat kerja maupun di luar
lingkungan kerja. (Z3)
4 Setiap manusia mempunyai
kebutuhan terhadap rasa ingin
dihargai. Pengakuan terhadap
prestasi merupakan alat motivasi
yang cukup ampuh, bahkan bisa
1 2 3 4 5
melebihi kepuasan yang bersumber
dari pemberian kompensasi.
Seseorang yang memperoleh
pengakuan atau penghargaan akan
dapat meningkatkan semangat
kerjanya. (Z4)
5 Setiap orang tentu menginginkan
keberhasilan dalam setiap
kegiatan/tugas yang dilaksanakan.
Pencapaian prestasi atau
1 2 3 4 5
keberhasilan (achievement) dalam
melakukan suatu pekerjaan akan
menggerakkan yang bersangkutan
untuk melakukan tugas-tugas
berikutnya. (Z5)

4. Variabel Kinerja aparatur desa (Y)


Berikut ini disediakan sejumlah pernyataan berkaitan dengan
kinerja aparatur desa. Pada setiap pernyataan disertai lima pilihan jawaban.
Jawaban

No. Pernyataan STS TS C S SS

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Kuantitas Pekerjaan (Quantity of 1 2 3 4 5


Work) Kuantitas pekerjaan
berhubungan dengan volume
pekerjaan dan produktivitas kerja
125

yang dihasilkan oleh pegawai dalam


kurun waktu tertentu. (Y1)
2 Kualitas Pekerjaan (Quality of Work)
Kualitas pekerjaan berhubungan
dengan pertimbangan ketelitian, 1 2 3 4 5
presisi, kerapian, dan kelengkapan di
dalam menangani tugas-tugas yang
ada di dalam organisasi. (Y2)
3 Kemandirian (Dependability)
Kemandirian berkenaan dengan
pertimbangan derajat kemampuan
pegawai untuk bekerja dan
mengemban tugas secara mandiri 1 2 3 4 5
dengan meminimalisir bantuan orang
lain. Kemandirian juga
menggambarkan kedalam komitmen
yang dimiliki oleh pegawai (Y3)
4 Inisiatif (Initiative) Inisiatif berkenaan
dengan pertimbangan kemandirian,
1 2 3 4 5
fleksibilitas berfikir, dan kesediaan
untuk menerima tanggung jawab.
(Y4)
5 Adaptabilitas (Adaptability)
Adaptabilitas berkenaan dengan
1 2 3 4 5
kemampuan untuk bereaksi terhadap
mengubah kebutuhan dan kondisi-
kondisi. (Y5)

Anda mungkin juga menyukai