JUJUR: DI MULUT ATAU DI HATI?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jujur diartikan sebagai … ??? (perkataan yang sesuai dengan
kenyataan sebenarnya, tanpa ada yang ditutupi)
Kumpulan idenya:
Lebih mudah mana: jujur di mulut atau jujur di hati?
Ada yang mengatakan lebih mudah jujur di hati ketimbang jujur di mulut. Bagi seorang dewasa, untuk
jujur di mulut orang biasanya akan berpikir terlebih dahulu tentang konsekwensi yang mungkin ia
hadapi. Apabila konsekwensinya akan merugikan dirinya, mungkin sekali ia memilih untuk tidak jujur di
mulut.
Sedangkan untuk jujur di hati, biasanya tidak berhadapan langsung dengan konsekwensi-konsekwensi
yang mungkin harus ditanggung orang tersebut. Orang dapat memilih jujur di hati tanpa perlu takut
orang lain mengetahuinya atau tidak. Namun seringkali masalahnya bukan pada konsekwensi-
konsekwensi yang akan diterima oleh seseorang. Sulitnya orang untuk jujur di hati lebih disebabkan
pada pemahamannya akan dirinya sendiri. Mereka yang merasa dirinya begitu hebat dan sombong,
seringkali tidak mau jujur bahwa mereka juga membutuhkan orang lain di sisi mereka.
Daud adalah contoh orang yang jujur di dalam hatinya. Darimana kita mengetahuinya? Karena Daud
seringkali ‘menumpahkan isi hati’-nya melalui mazmur-mazmur yang ditulisnya. Apabila dipahami secara
harafiah, apa yang ditulis Daud seperti yang terdapat dalam bacaan pada pagi hari ini sukar untuk kita
pahami. Bagaimana mungkin seorang anak Tuhan berdoa untuk membalas dendam kepada orang lain.
Apa yang keluar dari mulutnya memang sukar dipahami secara nalar manusia, karena memang itu bukan
bahasa logika, melainkan bahasa hati.
Daud sadar bahwa Tuhan menyelidiki hati manusia. Karena itu, tidak ada yang perlu kita sembunyikan
daripadaNya.
Dengan bersikap jujur kepada Tuhan, maka Ia sendiri yang akan menolong kehidupan kita. Maukah kita
membuka hati kita apa adanya bagi Tuhan, bersikap jujur di hadapanNya?
Perikop: boleh tentang Doa orang Farisi dan pemungut cukai; boleh juga salah satu mazmur Daud.