Anda di halaman 1dari 12

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN METODE PROJEK

BASED LEARNING PADA PERAKITAN PRODUK SISWA KELAS XII RPL1 DI


SMKN 1 SUMBERASIH

Oleh :
Dedy Ari Prihartono, S. Pd, M. Pd
Guru di SMKN 1 Sumberasih
Alamat Email : dedyari007@gmail.com

Abstrak : Tujuan dilaksanakannya penelitian adalah agar hasil belajar siswa kelas XII RPL 1
SMKN 1 Sumberasih dapat ditingkatkan lewat penggunaan model pembelajaran Project
Based Learning dengan bahan ajar Perakitan Produk. Menerapkan penelitian tindakan kelas
yang dijalankan dengan teknik siklus dan perbaikan/revisi. Mengambil subjek penelitian dari
peserta didik kelas 12 RPL1 SMK Negeri 1 Sumberasih yang berjumlah 27 anak.
Pengumpulan data mempergunakan teknik pengamatan, teknik tes, dokumentasi, angket dan
interview. Penelitian telah menghasilkan yang dapat dilihat diantaranya: (1) Terjadi kenaikan
hasil belajar siswa kelas 12 RPL 1. Di mana peningkatan hasil belajar merakit produk dapat
disimak lewat nilai rata-rata prosentase pencapaian indikator hasil belajar siswa. Indikator
hasil belajar berasal dari ulangan harian, dan unjuk kerja siswa. Pada level pra siklus sebesar
3,70%, lantas siklus I naik sebesar 11%, selanjutnya siklus II meningkat lagi yakni 70%.
Kemudian meningkat secara signifikan pada siklus tiga yakni 100 %. Target pencapaian
kinerja penelitian telah terlampaui dari yang telah ditetapkan yakni 70%. (2) Terjadi hasil
belajar peserta didik yang meningkat sesudah diaplikasikannya model pembelajaran Project
Based Learning di kelas XII RPL1 SMKN 1 Sumberasih. Untuk hasil belajar dari ranah
kognitif dapat disimak melalui saat kondisi pra siklus yang mencapai nilai sesuai KKM
sebanyak 59,59, kemudian saat siklus 1 mencapai kenaikan menjadi 67,93, pada siklus 2
meningkat lagi menjadi 76,74. Selanjutnya pada siklus tiga kembali mengalami peningkatan
sebesar 93,15. Pencapaian tersebut telah terpenuhinya batas minimal kriteria ketuntasan yang
telah ditentukan yaitu 80.

Kata kunci : hasil belajar, perakitan produk, project based learning

Abstract : The aim of carrying out the research is that the learning outcomes of class XII
RPL 1 SMKN 1 Sumberasih students can be improved through the use of the Project Based
Learning learning model with Product Assembly teaching materials. Implementing classroom
action research carried out using cycle and improvement/revision techniques. Taking
research subjects from class 12 RPL1 students at SMK Negeri 1 Sumberasih, totaling 27
children. Data collection uses observation techniques, test techniques, documentation,
questionnaires and interviews. The research has produced results that can be seen,
including: (1) There has been an increase in the learning outcomes of class 12 RPL 1
students. Where the increase in learning outcomes to assemble products can be seen through
the average value of the percentage achievement of student learning outcome indicators.
Learning outcome indicators come from daily tests and student performance. At the pre-cycle
level it was 3.70%, then cycle I increased by 11%, then cycle II increased again, namely
70%. Then it increased significantly in cycle three, namely 100%. The research performance
achievement target has been exceeded, namely 70%. (2) There was an increase in student
1
learning outcomes after the application of the Project Based Learning learning model in
class XII RPL1 SMKN 1 Sumberasih. The learning outcomes from the cognitive domain can
be seen through the pre-cycle conditions which reached a value according to the KKM of
59.59, then during cycle 1 it increased to 67.93, in cycle 2 it increased again to 76.74.
Furthermore, in cycle three there was another increase of 93.15. This achievement has
fulfilled the predetermined minimum threshold of completion criteria, namely 80.

Keywords: learning outcomes, product assembly, project based learning

1. Pendahuluan
Melakukan perubahan dalam kemajuan pendidikan di setiap sekolah untuk lebih baik
lagi bukan hanya menjadi beban berat dari pihak tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
saja walaupun demikian peningkatan kualitas pendidikan menjadi tanggung jawab bersama
bagi para peserta didik kita sendiri. Apalagi setelah sekian lama negri kita dilanda pandemic
yang sangat lama melanda di Indonesia bahkan seluruh dunia juga mengalami hal yang
serupa, sehingga seluruh lini dan aspek kehidupan manusia terhenti begitu saja. Dengan
berlalunya masa pandemic tersebut, membuat seluruh masyarakat dunia berusaha bangkit dan
terus menata kembali kehidupan agar lebih baik lagi, demikian pula di Indonesia, kita akan
selalu bangkit dan terus maju dalam meraih kemajuan lewat bersama-sama memajukan
bangsa kita sendiri, khususnya di bidang pendidikan.
Sumber daya manusia terkait kualitasnya yang ditingkatkan sebagai peran serta yang
penting dari pendidikan di negeri kita pasca pandemic tersebut. Manusia dapat meningkatkan
dan mempertahankan taraf hidupnya dengan adanya pendidikan. Pendidikan merupakan
proses mendidik para siswa agar nantinya akan bertahan dan menyesuaikan diri sebaik
mungkin dengan lingkungannya, sehingga memunculkan perubahan pada pribadinya agar
dapat bermanfaat untuk menjadi lebih kuat secara sosial. Pendidikan mengacu pada orang
dewasa yang secara sadar memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik untuk
menjadikan lebih dewasa dalam menjalani kehidupan kelak. Pendidikan adalah bantuan yang
diserahkan oleh orang dewasa yang bertanggung jawab secara penuh terhadap pertumbuhan
anak sampai pada tingkat orang dewasa. Pendidikan yang diterapkan lewat perkembangan
dan penyempurnaan kurikulum dalam mendidik dan memberikan pembelajaran di lembaga
sekolah mulai tingkat usia dasar peserta didik hingga perguruan tinggi terus mengalami
perubahan dengan menyesuaikan perkembangan era saat ini. Penerapan kurikulum yang terus
tumbuh berkembang memiliki tujuan yang sama dibandingkan sebelumnya untuk

2
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia sendiri untuk lebih baik dan maju. Kurikulum
yang saat ini dikembangkan dan dimasyarakatkan adalah kurikulum merdeka belajar.
Guru sebagai penggerak pendidikan haruslah terus belajar agar mampu menjadi
pemimpin transformasi pembelajaran karena dengan peran guru hebat akan mampu
membawa dampak perubahan terhadap pendidikan Indonesia.Para guru-guru hendaknya
dapat membangun proses pembelajaran yang bermakna bagi para peserta didiknya.
Kurikulum merdeka belajar sebagai kurikulum yang diperbarui yang memenuhi
persyaratan pendidikan abad 21 dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Pembaruan kurikulum 2013 ke tahapan yang mandiri bukan tanpa alasan. Ingat, kurikulum
sebagai kerangka dasar dari suatu sistem pendidikan. Jika diibaratkan sebuah bangunan,
kurikulum merupakan sejenis kerangka arsitektural. Dengan adanya revolusi industri 4.0 dan
4.1 yang mulai merambah ke wilayah Asia sebagai sebuah tantangan yang hampir semua
aspek kehidupan, termasuk pendidikan, harus dihadapi bersama. Tantangan pendidikan di era
4.0 dan 4.1 meliputi transformasi pola pikir, pola belajar dan pola perilaku, berupaya untuk
terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas di berbagai bidang. Memenuhi tantangan ini
akan membutuhkan kolaborasi pemerintah, pendidik, siswa, orang tua, dan masyarakat. Salah
satunya adalah fokus pada keterampilan literasi digital. Tidak hanya siswa tetapi juga
pendidik harus mampu meningkatkan keterampilan literasi dan pemahaman serta
menyelesaikan masalah yang terkait dengan pengetahuan mereka.
Pembelajaran dapat berlangsung baik secara formal maupun informal. Pembelajaran
formal adalah pembelajaran yang dijalankan di dalam kelas melalui pemberian materi
pembelajaran. Berhasil atau tidaknya proses pengajaran (pendidikan) berkaitan pada kondisi
dan faktor yang memengaruhi proses pengajaran. Banyak faktor dan kondisi yang
mempengaruhi proses pembelajaran, mulai dari peserta didik sebagai peserta didik hingga
guru sebagai pengajar, metode pengajaran, materi ajar yang harus diterima peserta didik,
serta sarana dan prasarana.
Upaya mengimplementasikan pendidikan dilaksanakan dengan berbagai cara, salah
satunya dengan mutu hasil pembelajaran ditingkatkan. Hal ini untuk mempersiapkan
mahapeserta didik nantinya terjun langsung dengan dunia kerja yang akan mereka hadapi.
Hal ini menunjukkan bahwa perspektif baru harus muncul dalam proses belajar mengajar,
dan lebih khusus lagi, pemberian tugas proyek yang memiliki dampak signifikan terhadap
hasil belajar yang dicapai oleh para peeserta didik. Khususnya para peserta didik kelas XII
RPL 1 yang perlu menerapkan metode interaktif dalam pemberian tugas berupa proyek.
3
Salah satu kegunaan dasar dari model penugasan berupa proyek dan dalam hal ini
menerapkan metode project based learning ini adalah kurangnya kedisiplinan peserta didik
dalam mengerjakan tugas yang dibebankan kepadanya khususnya tugas proyek dan
menyerahkannya tepat waktu. Saya berharap dengan pemberian pekerjaan proyek ini, peserta
didik memiliki rasa tanggung jawab dan kemandirian dalam menyelesaikan proyeknya tepat
waktu. Hasil belajar penting bagi mereka para peserta didik SMK, khususnya kelas XII RPL
1 dikarenakan akan memungkinkan mereka dalam meningkatkan dan mengembangkan
kompetensi/keterampilan mereka, terutama pada tahap pekerjaan proyek selanjutnya.
Peningkatan hasil belajar peserta didik merupakan syarat mutlak bagi pengembangan
kepribadian peserta didik lembaga pendidikan tinggi profesi dengan mengerjakan pekerjaan
secara mandiri dalam bentuk proyek yang diberikan oleh guru sejak dini, terutama
mengerjakan pekerjaan proyek sesuai dengan kemampuannya.
Jika dilihat secara kenyataan, bahwa hasil belajar peserta didik untuk materi perakitan
produk barang mengalami penurunan dikarenakan proses pembelajaran yang masih
konvensional dan perlu adanya metode pembelajaran yang interaktif agar ada perbaikan
kualitas hasil belajar para peserta didik tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari
Bapak Babul Khoir, S. Pd yang mengampu mata pelajaran Produk Kreatif dan
Kewirausahaan kelas 12 di mana menurut beliau selama pelaksanaan pembelajaran perakitan
produk barang memang para peserta didik mengalami kemunduran dalam hal hasil
belajarnya, hal tersebut dikarenakan metode pembelajaran yang diterapkan berupa metode
ceramah saja, sehingga dalam hal penugasan para peserta didik masih kurang maksimal,
akhirnya hasil belajar peserta didik kelas XII RPL 2 dibawah KKTP yakni 80. Jika
diperkenankan untuk memberi masukan demi perbaikan kuantitas dan kualitas hasil belajar
peserta didik perlu adanya perubahan metode pembelajaran yakni dengan memberikan
pemberian tugas agar siswa dapat melaksanakan pembelajaran secara mandiri dalam
mencapai kompetensinya. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Bapak Moch. Taufik,
S.Kom. yang sama-sama mengampu mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan di
kelas XII bahwa metode ceramah memang diperlukan juga tetapi janganlah terlalu sering
diberikan atau diterapkan kepada peserta didik yang membutuhkan praktek pembelajaran
secara nyata dalam hal merakit produk barang sesuai program keahliannya, agar nantinya
mereka (peserta didik) dapat memiliki keahlian khusus untuk mencari pekerjaannya secara
mandiri kelak. Juga dalam kurikulum merdeka belajar lebih mengutamakan praktek nyata
dalam kegiatan belajar mengajarnya dan kita sebagai seorang guru hanya sebagai fasilitator
4
saja dalam mentransformasikan ilmu pengetahuan bahkan ilmu teknologi dalam
pembelajaran.
Dengan menerapkan metode project based learning dalam materi ajar merakit produk
barang bagi peserta didik kelas XII RPL 1 akan memberikan harapan dalam meningkatkan
hasil nilai pembelajaran mereka agar memenuhi kriteria ketuntasan tujuan pembelajaran yang
bernilai 80. Sehingga transformasi merakit produk barang bagi peserta didik akan membawa
memberikan pembelajaran secara praktek dengan bentuk proyek yang akan mengembangkan
ranah kognitif dan psikomotorik bahkan ranah afektifpun juga runtut mengikuti kenaikan
kualitas dan kuantitas para peserta didik sendiri dalam lingkup evaluasi pembelajaran.
Metode project based learning yang dikembangkan juga diterapkan dalam
pelaksanaan pembelajaran di sekolah atau lembaga pendidikan dalam menciptakan pola piker
kritis dan kreatif bagi para peserta didiknya untuk lebih berkembang dan meningkat daya
piker dan kompetensinya melalui membuat suatu karya proyek (Ngatina : 2021).
Project based learning merupakan suatu corak cara dan strategi pembelajaran yang
berbasis proyek, di mana peserta didik melakukan karya proyek secara mandiri ataupun
berkelompok dalam menyelesaikan proyeknya tersebut (Saefudin : 2014). Juga diperkuat
oleh pendapat dari Fathurrohman (2020) bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran
project based learning adalah system strategi yang menggunakan kegiatan atau proyek
sebagai media pembelajarannya. Karena lewat menggunakan model ini akan meningkatkan
kemampuan para siswa dalam melakukan sintesis, interpretasi, eksplorasi, penilaian dan
keterangan dalam menghasilkan berbagai hasil belajar. Menurut A. Rohmaniyah (2021) yang
mengatakan bahwa model project based learning adalah jenis pembelajaran berbasis kegiatan
waktu panjang yang menyangkut para pelajar dalam mendesain, membikin, dan menampilkan
produk untuk memecahkan masalah yang riil, serta belajar berdasarkan fenomena atau
masalah yang berada pada kehidupan sehari-hari.
Menurut Nana Sudjana (2014) yang mengartikan hasil belajar ialah kemampuan yang
dimiliki para siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Hasil belajar Produk Kreatif dan
Kewirausahaan yang dinilai adalah berupa nilai (perubahan) yang diraih siswa setelah
berlangsungnya pelaksanaan proses pembelajaran dengan materi perakitan produk barang.
Hasil belajar merupakan kompetensi atau kecakapan tertentu yang didapat dari para siswa
setelah melakukan proses pembelajaran yang meliputi keterampilan afektif, psikomotorik
maupun kognitif (Wulandari, 2021). Sebagai hasil perubahan tingkah laku siswa dalam
meraih prestasinya dalam lingkup pengetahuan, sikap dan keterampilan secara lebih luas
5
yang menjadi hasil pembelajaran siswa sendiri (Suprijono, 2013). Hasil belajar adalah siswa
yang mempunyai kemampuan sebagai hasil dari pengalaman belajar yang diterimanya. Pada
akhir proses pembelajaran, siswa akan mendapatkan hasil belajar. Hasil belajar memegang
peran serta yang penting dalam proses pelajaran. Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan
utama dari suatu kegiatan pembelajaran. Hasil Belajar digunakan siswa dalam mengetahui
apakah mampu memahami dan menguasai materinya.

2. Metode Penelitian
Pelaksanaan penelitian yang telah dilaksanakan menggunakan penelitian tindakan
kelas (PTK) dengan 3 siklus juga dijalankan secara dua kali pertemuan untuk masing-masing
siklus tersebut. Pelaksanaan penelitian dilakukan di kelas XII RPL 1 di SMKN 1 Sumberasih
pada semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023. Untuk teknik pengambilan datanya
menggunakan lembar observasi untuk masing-masing siklus, hasil akhir ulangan harian untuk
tiap-tiap siklus baik dalam ranah kognitif dan psikomotorik, dan dokumentasi kegiatan
selama penelitian tindakan berlangsung. Sedangkan subyek penelitian dalam hal ini adalah
siswa kelas XII RPL-1 sejumlah 27 anak.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Menurut data hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas bahwa dilaksanakan
pengimplementasian dari metode pembelajaran project based learning agar hasil belajar
dapat ditingkatkan bagi siswa kelas XII RPL 1 dengan materi perakitan produk barang sesuai
kompetensi rekayasa perangkat lunak. Tiga siklus yang diterapkan pada penelitian ini sebagai
tindakan kelas yang telah menunjukkan keterlaksanaannya penerapan dari metode
pembelajaran project based learning dan menghasilkan point-point hasil belajar para siswa
kelas XII RPL-1 dapat ditingkatkan dan dikembangkan melalui proyek. Adapun hasilnya
dapat disajikan seperti berikut:
3.1 Keterlaksanaan Pembelajaran Metode Project Based Learning
Pelaksanaan dari penelitian ini hanya tiga siklus dengan 2 kali pertemuan untuk
masing-masing siklus. Setiap sesi didasarkan pada refleksi yang didapat pada pembelajaran
akhir di tiap-tiap akhir sesi setiap siklus. Hasil nilai untuk mengukur sejauh mana
keberhasilan penggunaan metode project based learning secara benar dan tepat yang dapat
dijalankan saat pelaksanaan tiap-tiap siklus berakhir. Hasil keterlaksanaan penerapan dan
pemanfaatan metode project based learning dapat diperhatikan pada tabel 1 :
6
Tabel 1. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Metode Project Based Learning
No Pelaksanaan Pelaksanaan Metode (%)
1 Pra Siklus 3,70
2 Siklus Satu 11
3 Siklus Kedua 70
4 Siklus Ketiga 100

3.2 Hasil Belajar Peserta Didik


Jika dilihat pada hasil perolehan belajar lewat pengerjaan soal-soal tes oleh siswa
sebagai bentuk penilaian yang telah ditetapkan dalam kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan metode project based learning. Adapun hasil akhir setiap siklus penelitian bisa
dilihat yakni :
Tabel 2. Hasil Belajar Peserta Didik
Nilai
No Hasil Siklus
Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III
1 Skor tertinggi 80 85 100 100
2 Skor terendah 25 50 50 85
3 KKM 80 80 80 80
4 Peserta didik lulus KKM 1 3 19 27
5 Peserta didik belum lulus KKM 26 24 8 0
6 Rata-rata 59,59 67,93 76,74 93,15
7 Persentase ketuntasan kelas 3,70% 11% 70% 100%

3.3 Pembahasan
3.3.1 Keterlaksanaan Pembelajaran Metode Project Based Learning
Hal utama dari pembelajaran adalah proses mendapatkan ilmu pengetahuan.
Sebenarnya pembelajaran sebagai proses hubungan antara para siswa sendiri dengan gurunya,
dan antara media belajar dalam suatu lingkungan pembelajaran. Pembelajaran sebagai
kegiatan yang menginteraksikan siswa dengan pengelolaan lingkungan semaksimal mungkin
dan berlangsungnya proses belajar mengajar. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik
bersifat inspiratif, menantang, interaktif, memotivasi, dan menyenangkan siswa agar berperan
aktif. Seorang pendidik yang baik harus memenuhi kewajiban sebagai berikut: (a) mampu
menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih menarik, kreatif, bermakna, komunikatif, dan
dinamis; (b) Harus mempunyai komitmen profesional dalam meningkatkan mutu pendidikan
dan (c) ) menjadi teladan untuk orang lain. (Yuswono, Martubi, & Sukaswanto, 2014).
Penelitian ini berlangsung melalui tiga siklus yang masing-masing mengamati
pelaksanaan pembelajaran metode project based learning secara keseluruhan. Observasi

7
dijalankan oleh 2 orang pengamat dan hasilnya dituliskan pada lembar pengamatan yang
telah disediakan. Pelaksanaan pembelajaran siklus pertama dengan metode pembelajaran
berbasis proyek yang belum optimal, terlihat dari dua sesi yang diadakan persentase
keberhasilannya adalah 3,70 % pada pertemuan sebelum siklus dan meningkat menjadi 11,00
% untuk siklus selanjutnya. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dinilai kurang optimal
karena peneliti sekaligus guru belum menggunakan model pembelajaran yang interaktif
dengan menggunakan penugasan berupa proyek sehingga perlu penyesuaian. Walaupun itu
para guru juga tidak dapat menjalankan metode project based learning sebagai system
pembelajaran yang interaktif tersebut pada lembar observasi dan para siswa kelas XII RPL1
juga masih mengalami kendala dalam memahami materi ajar mengenai perakitan produk
barang. Sudah mengalami peningkatan pada pertemuan ketiga untuk siklus II lewat
menerapkan metode project based learning walaupun belum optimal pelaksanaan, hal ini
dapat dilihat dari tingkatan persentase keberhasilan 70,00 %. Di mana pelaksanaan belajar
mengajar terbilang mengalami peningkatan dibandingkan pada prasiklus dan siklus I
sebelumnya dikarenakan pendidik sekaligus peneliti ini sudah melakukan perbaikan-
perbaikan pola pembelajarannya dengan penerapan pembelajaran berbasis proyek yang tepat
dan peserta didik dapat menyelesaikan tugas pembuatan proyek sesuai materi yang
disampaikan dan petunjuk dari bimbingan guru, dan ada beberapa kendala yang perlu
diselesaikan dalam mengaplikasikan model project based learning pada siklus dua.
Untuk siklus III dinilai dengan lebih maksimal dibandingkan dengan siklus 1 dan
siklus 2 dikarenakan adanya revisi-revisi terkait dengan refleksi pada tindakan I dan tindakan
II. Poin-poin yang tidak dapat dilakukan pada siklus pertama dan kedua harus dilakukan pada
siklus ketiga sehingga menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek dapat berjalan
dengan maksimal sesuai sesuai hasil keinginan peneliti. Hal ini dibuktikan dengan
menerapkan metode project based learning yang dilaksanakan dengan baik, peneliti berharap
agar media pembelajaran dapat menaikkan prosentase dari hasil belajar siswa kelas 12 RPL1
di SMKN 1 Sumberasih, dengan mencapai persentase 100% pada siklus III sebagai hasil
belajar yang menjadi tolok ukur perkembangan pemahaman siswa terhadap pengetahuan dari
materi yang diberikan oleh pendidik.
Model pembelajaran ini sebagai kegiatan dengan rangkaian pengajaran yang
mementingkan pada proses hasil belajar melalui pembelajaran yang saintifik dan sistematis,
hal ini menandakan bahwa sejalan dengan salah satu tuntutan dari penerapan kurikulum
merdeka yaitu memiliki pemikiran kritis dan logis untuk melaksanakan pembelajaran.
8
Penerapan pendekatan pembelajaran berbasis proyek dapat menaikkan hasil belajar para
siswa sebagai modal yang sangat berharga dalam meningkatkan pemahaman para siswa dan
selanjutnya dapat menumbuhkembangkan hasil belajar siswa lebih baik lagi.

3.3.2 Hasil Belajar Peserta Didik


Pendidikan selalu berkaitan erat dengan proses pelajaran. Belajar sebagai proses
memperoleh sumber-sumber pengalaman juga pengetahuan berupa daya tanggap yang relatif
permanen sehingga berakibat adanya perubahan tingkah laku dan interaksi antara individu
dengan lingkungan. (Sugihartono. dkk, 2013). Tiap-tiap kegiatan pembelajaran menghasilkan
hasil belajar. Fokus dari riset ini adalah pada proses pelaksanaan dengan menerapkan model
project based learning dalam menaikkan hasil belajar dikarenakan hasil belajar menjadi tolok
ukur untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami materi merakit barang.
Hasil belajar sebenarnya berasal dari hasil pelaksanaan ulangan harian, tugas dan hasil unjuk
kecakapan yang dikerjakan para siswa pada tiap-tiap siklusnya.
Berdasarkan data yang peneliti miliki, hasil belajar siswa mengalami peningkatan tiap
siklusnya. Pada tahap pra siklus, nilai rata-rata prestasi akademik adalah 59,59, dan tingkat
prosentasenya hanya 3,70%. Lantas pada siklus satu dengan metode PjBL, rata-rata skor
siswa adalah 67,93, skor terendah 50 poin, dan skor tertinggi 85 poin. Walaupun demikian
hasil nilai masih belum membuktikan hasil yang terbaik, tetapi terjadi peningkatan hasil
belajar yang lebih baik. Kemudian dalam refleksi siklus satu tentunya ada beberapa hal yang
perlu dipenuhi, agar hasil belajar siklus II dapat ditingkatkan. Pada periode kedua,
berdasarkan refleksi periode pertama, rata-rata skor rangkuman siswa adalah 76,74, skor
terendah 50 poin, dan skor tertinggi 100 poin. Dapat disimak bahwa karena penggunaan
metode project based learning mulai diterapkan dengan benar, hasil belajar mereka
mengalami revisi pada siklus dua dibandingkan pada siklus satu. Selanjutnya pada siklus 3
berdasarkan perbaikan pada siklus 2 nilai rata-rata akademik adalah 93,15, nilai terendah 85
dan nilai tertinggi mencapai 100. Terlihat bahwa karena menerapkan metode project based
learning yang maksimal baik oleh peneliti sebagai guru di kelas yang dijadikan obyek
penelitian, dan hasil belajar para siswa kelas XII RPL1 sudah meningkat pada siklus 3.
Siswa yang mendapatkan nilai KKM jumlahnya kian naik atau mengalami
peningkatan. Data pada kondisi awal menunjukkan hanya 1 siswa mencapai nilai KKM, da
ada 3 siswa memenuhi nilai KKM pada siklus satu, 19 siswa yang nilai KKMnya terpenuhi
pada siklus dua, dan yang mencapai nilai KKM pada siklus III melalui metode pembelajaran
9
berbasis proyek ada 27 anak secara keseluruhan. Jika diperlihatkan secara prosentase, data
untuk pra siklus sebesar 3,70 %, secara 11 % mengalami kenaikan pada siklus satu dan naik
lagi pada siklus dua yaitu 70 %, lantas melonjak naik secara signifikan lagi pada siklus III
yaitu 100%. Standar dari KKM yang ditentukan peneliti adalah 80%, sehingga sesuai dengan
hasil Siklus III, dinyatakan bahwa berakhirlah penelitian ini.

3.3.3 Keberhasilan Penerapan Metode Project Based Learning Meningkatkan Hasil


Belajar
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penggunaan model project based learning
(PjBL) pada mata diklat Produk Kreatif dan Kewirausahaan meningkatkan hasil belajar siswa
RPL1 kelas XII SMK Negeri 1 Sumberasih. Hasil belajar dapat meningkat dengan melihat
dari rata-rata hasil belajar siswa per siklus dan ketuntasan nilai secara minimum.
Ketuntasan siswa pada siklus I yaitu 11 % anak dan belum mencapai target dari
peneliti yaitu 70 %, hal tersebut dikarenakan adanya poin-poin pada lembar pengamatan yang
tidak terpenuhi pada siklus satu baik pertemuan 1 ataupun pertemuan 2 yakni hanya sebesar
3,70% dan 11%. Selanjutnya hal tersebut menjadi kontemplasi atau introspeksi pada siklus
dua dan memperoleh hasil bahwasanya para siswa dapat memahami materi ajar lewat metode
project based learning yang tepat sudah menggapai 70% sehingga ketuntasan nilai para siswa
juga meningkat sebesar 85%. Kemudian pada siklus III sudah mengalami peningkatan secara
signifikan bahwa ketuntasan sebesar 100% dibandingkan dengan siklus sebelumnya.
Walaupun dalam membuat karya proyek berupa rakitan CPU komputer, para peserta didik
dapat membuatnya dengan baik sesuai standar operasional prosedur merakit CPU komputer,
ketika proses pembelajaran berlangsung dengan sistem penugasan pembuatan proyek yang
dijalankan sehingga hasil belajar para siswa tetap mengalami peningkatan dengan memenuhi
semua poin-poin yang ada. Bisa dikatakan, dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
PjBL yang hasil belajar siswa kelas XII RPL1 mengalami peningkatan meskipun
diimplementasikan dengan pemberian tugas proyek secara terstruktur.
Penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran project based learning sebagai model
pembelajaran yang sejalan dengan pendekatan scientifik yang menjalankan kurikulum
merdeka belajar, juga bahkan sifat ilmiah pelajaran mengalami peningkatan, terutama pada
tahap akhir pembelajaran. Sebenarnya implementasi model project based learning dapat
memperbaiki kualitas pembelajaran dari siswa sendiri jika dijalankan dengan tepat dan benar.
Menurut Wastono (2016) menyatakan pula bahwa penggunaan strategi yang benar dalam
10
setiap pembelajaran dapat meningkatkan kemandirian dan hasil belajar dalam merakit produk
bagi siswa kelas XII RPL1 di SMK Negeri 1 Sumberasih.

4. Simpulan
Bahwasanya dari penerapan model project based learning dalam merakit produk
barang berhubungan dengan hasil belajar siswa kelas XII RPL 1 di SMK Negeri 1
Sumberasih dinyatakan berhasil dalam penelitian dengan pembuktian peningkatan hasil
belajar secara signifikan mencapai 100%. Dan model project based learning dapat
dimanfaatkan saat pembelajaran merakit produk barang yang terbukti efektif. Hal ini terbukti
lewat rata-rata test yang berbeda di kelas XII RPL1 tiap siklusnya. Perhitungan peningkatan
test kognitif secara rata-rata mencapai hasil 93,15 pada akhir siklus.

5. Daftar Rujukan
Agus, Suprijono. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Asis Saefuddin. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Bekti Wulandari & Herman Dwi Surjono. 2013. Pengaruh Problem-Based Learning terhadap
Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK. Dengan alamat
link: https://journal.uny.ac.id/index.php/jpv/article/view/1600 diupload
pada tanggal 16 Januari 2023 pukul 14.03 WIB.
Fathurrohman, Pupuh & M. 2020. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: PT. Remaja
Rosdakary.
Hakim, T. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.
Nana Sudjana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ngatina, 2021. Model Project Based Learning dalam Penerapan Praktis. Malang: CV. Java
Creatif.
Setyorini, I. D., & Wulandari, S. S. 2021. Pengaruh Media Pembelajaran, Fasilitas dan
Lingkungan Belajar Terhadap Hasil Belajar Selama Pandemi COVID-19.
Jurnal PROFIT: Kajian Pendidikan Ekonomi Dan Ilmu Ekonomi.
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jp/article/view/13598. Diupload pada
tanggal 16 Januari 2023 pukul 17.03 WIB.

11
Wena, M. 2009. Strategi pembelajaran inovatif kontemporer: suatu tinjauan konseptual
operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

12

Anda mungkin juga menyukai