Peta Konsep
A. Pendahuluan
Agama adalah suatu sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kita
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan juga sebagai tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya. Agama mempunyai tujuan untuk membimbing manusia
menjadi seseorang yang berakal dan berusaha mencari kebahagiaan hidup baik di dunia ataupun di
akhirat. Salah satunya adalah agama Islam. Agama Islam merupakan agama yang membawa
keselamatan hidup di dunia dan di akhirat dan mengajarkan umatnya untuk menebarkan kedamaian.
Islam juga sebagai ajaran universal dalam kenyataan hidup pemeluknya dalam menunjukkan ekspresi
Peranan informasi yang benar, memiliki karateristik Informasi dapat menyenangkan hati orang
yang menerima informasi tersebut, Informasi yang benar dan perlu diketahui oleh orang lain dan tidak
mencampur adukkan berita yang benar dengan berita yang salah, Informasi yang adil dengan tidak
memihak salah satu pihak, Informasi yang dapat menyelesaikan perbedaan atau pertentangan di antara
penerima dan dapat mendamaikan dari perselisihan mereka dan Informasi yang tidak bersifat subjektif.
Menurut Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 6, yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Ayat tersebut merupakan salah satu dasar yang ditetapkan agama dalam kehidupan sosial sekaligus
tuntunan yang sangat logis bagi penerimaan suatu berita. Kehidupan manusia dan interaksinya
haruslah didasarkan hal-hal yang diketahui dan jelas. Manusia sendiri tidak dapat menjangkau seluruh
informasi. Karena itu, ia membutuhkan pihak lain. Pihak lain itu ada yang jujur dan memiliki integritas
sehingga hanya menyampaikan hal-hal yang benar, dan ada pula sebaliknya. Karena itu pula berita
harus disaring, jangan sampai seseorang melangkah tidak dengan jelas atau dalam bahasa ayat di atas bi
jahalah.
Penekanan pada kata fasiq bukan pada semua penyampaian berita karena ayat ini turun di tengah
masyarakat muslim yang cukup bersih. Sehingga, bila semua penyampaian berita harus diselidiki
kebenaran informasinya, maka ini akan menimbulkan keraguan di tengah masyarakat muslim dan pada
gilirannya akan melumpuhkan masyarakat. Namun demikian, perlu dicatat bahwa, bila dalam suatu
masyarakat sudah sulit dilacak sumber pertama dari satu berita, sehingga tidak diketahui apakah
penyebarnya fasik atau bukan, maka ketika itu berita apapun yang penting tidak boleh begitu saja
diterima.
Sikapilah berita yang ada dengan cermat di berbagai media yang ada di internet, TV dan radio. Berita-
berita yang ada bukanlah dari orang yang jujur, namun dari orang yang ingin cari ketenaran, ingin
Amelia (2010) menjelaskan bahwa dalam Islam sendiri, sanksi moral bagi pelaku korupsi adalah
jenazahnya tidak dishalatkan, terutama bagi para pemuka agama ataupun tokoh masyarakat yang di
akui di tengah masyarakat. Hal ini sebagaimana yang telah pernah dilakukan Nabi terhadap salah
seorang sahabat yang melakukan korupsi pada waktu perang khaibar meskipun hanya dalam jumlah
yang relatif kecil yaitu dua dirham.
Adapun sanksi dunia bagi para pelaku korupsi tidak ada disebutkan secara jelas di dalam nash,
sebagaimana hukum potong tangan bagi pencuri. Meskipun demikian bagi pelaku korupsi bukan
berarti terbebas sama sekali dari kejahatan yang telah dilakukannya, pelaku korupsi harus dikenakan
ta’zir, yang bertujuan untuk memberikan pelajaran kepada pelaku tindak kejahatan agar tidak
mengulangi lagi kejahatan yang pernah dilakukan.
Untuk tindak pidana korupsi terdapat beberapa unsur yang dapat dijadikan pertimbangan oleh
hakim dalam menentukan jenis hukuman yang tepat untuk pelaku korupsi, di antaranya: perampasan
harta orang lain, pengkhianatan atau penyalahgunaan wewenang, kerja sama dalam kejahatan. Unsur
hukuman ini tergantung kepada bentuk dan besar kecilnya akibat yang ditimbulkan dari korupsi yang
dilakukan. Kejahatan seperti ini jelas sesuatu yang dilarang dalam syariat Islam. Selanjutnya diserahkan
kepada kebijaksanaan hakim untuk memutuskan apa jenis hukuman yang pantas. Hukuman harus
dilandasi oleh akal sehat, keyakinan dan rasa keadilan hakim yang didasarkan pada keadilan masyarakat
untuk menentukan jenis hukuman yang pantas bagi pelaku korupsi.
Korupsi sudah ada sejak dahulu dan sering dikaitkan dalam bidang politik, ekonomi, dan
kebijakan pemerintah sebagai suatu tindakan yang melanggar hukum. Tidakan yang tercela, jahat, dan
dapat merusak. Ada dua faktor yang menjadi pendorong atau motif terjadinya korupsi itu sendiri; yakni
faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri
pribadi, sedang faktor eksternal penyebab terjadinya korupsi dari luar. Faktor internal sendiri itu
misalnya, lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek sikap atau prilaku misalnya pola hidup
konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku
korupsi.
Ketika perilaku konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih bertujuan pada materi, maka
hal tersebut dapat meningkatkan terjadinya permainan uang dan merupakan penyebab korupsi.
Korupsi tidak akan pernah berhenti terjadi apabila tidak ada perubahan dalam memandang kekayaan.
Faktor eksternal ditinjau dari beberapa aspek. Aspek ekonomi, yang hampir mirip dengan perilaku
konsumtif pada faktor internal. Bedanya, disini lebih ditekankan kepada pendapatan seseorang, bukan
I. Kesimpulan
Hijrah adalah proses berpindahnya perilaku dari perilaku yang belum sesuai dengan syariat Islam
ke perilaku yang sesuai dengan syariat Islam yang bertujuan untuk memperbaiki diri ke arah yang lebih
baik. Hijrah juga diartikan sebagai sebuah perjalanan Nabi Muhammad dan pengikutnya dari Mekkah
ke Madinah untuk menyelamatkan mereka dari ancaman dan tekanan kaum Quraisy. Hijrah terbagi
menjadi dua macam, yaitu hijrah bil jasad (hijrah fisik) dan hijrah bil qalbi (hijrah hati). Jihad adalah suatu
usaha yang dilakukan untuk memerangi orang kafir dengan sungguh-sungguh, mencurahkan kekuatan
dan kemampuan, baik berupa perkataan atau perbuatan untuk memerangi musuh. Jihad juga diartikan
sebagai usaha untuk melawan hawa nafsu, melawan setan, melawan orang-orang kafir, dan melawan
orang-orang fasik.
Radikalisme agama adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan
sosial yang drastis dan menghalalkan sikap ekstrem dan kekerasan yang menggunakan argumen-
argumen keagamaan. Radikalisme agama muncul sebagai respon negatif terhadap modernisasi dan
perubahan budaya yang begitu cepat dan berujung pada peningkatan konflik sosial dan kekerasan
bernuansa intra dan antar agama bahkan antar umat beragama dengan negara. Dalam Radikalisme
Agama terdapat tiga model bagaimana gerakan radikal terbentuk dan mempengaruhi cara bersikap,
yaitu radical in mind atau radikal dalam gagasan atau pikiran, radical in attitude atau radikal dalam perilaku,
dan, radical in action atau radikal dalam tindakan.
Fenomena pengeboman serta terorisme menggambarkan bahwa pergerakkan radikalisme di
Indonesia telah melampau titik kekhawatiran yang serius, secara perlahan namun pasti, radikalisme
telah mengerogoti nilai kebangsaan dan toleransi yang terdapan di Pancasila dan UUD 1945. Bahkan
kelompok-kelompok tersebut tanpa segan-segan melakukan aksi intoleransi dan anti-kebhinekaan.
Fenomena pengeboman serta terorisme menggambarkan bahwa pergerakkan radikalisme di Indonesia
telah melampau titik kekhawatiran yang serius, secara perlahan namun pasti, radikalisme telah
Pertanyaan:
1. Bagaimana latar belakang munculnya radikalisme dalam beragama?
2. Apa upaya yang perlu dilakukan untuk menangkal radikalisme? Jelaskan!
3. Bagaimana cara menerapakan habituasi tentang lterasi informasi agar tidak terjebak pada isu
hoax?
Abdul Aziz, Abdul Qadir, Keutamaan Ilmu dan Ahli Ilmu, terj. Abu ‘Abidah el-Qudsy, (Solo: Pustaka Al-‘Alaq),
2005
al-Asqalani, Ibnu Hajar, Fathul Bārī, Terj. Amiruddin (Jakarta: Pustaka Azzam), 2011
al-Kīlānī, Majid Irsān, Ahdāf al-Tarbiyah al-Islāmiyah fī Tarbiyah al-Fard wa Ikhrāj al-Ummah wa Tanmiyah al-
Ukhuwah al-Insāniyah, (Virginia: The International Institute of Islamic Thought), 1998
Russel, Betrand, Bertuhan Tanpa Agama, terj. Imam Baihaqi.(Yogyakarta: Resist Book), 2008
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Quran, cet. II, (Jakarta: Mizan), 1992
Shiraisi, Takashi, Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, terj. Hilmar Farid. (Jakarta: Grafiti
Pers, 1997)
Tim Penyusun, Pendidikan Islam Untuk Perguruan Tinggi. (Jakarta: Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan dan kebudayaan),
2014
Umam, Khoirul, Konstruksi kurikulum Pendidikan Agama Islam di Madrasah: Studi Multi Kasus MTs Salafiyah
Syafi’iyah Tebuireng, MTs Ar-Rahman Nglaban, MTsN Plandi Diwek, dan MTsN Tambakberas
Jombang. (Disertasi; UIN Sunan Ampel Surabaya), 2017