Anda di halaman 1dari 2

NIM : 2230110120

Nama : Sintia Yuliani Reseta Dewi


Review “ Kompilasi Tulisan Al-qur’an”
Salah satu serangan yang paling gentolkan mereka adalah kontroversi dalam kompilasi
Al-Quran. Mereka tak ingin kitab suci ini tetap menjadi pegangan hidup kaum muslimin.
Mereka menyejajarkan Al-Quran dengan kitab Injil dan Taurat –yang memang telah banyak
mengalami perubahan- untuk dikritisi dan dihujat. Mereka menganggap umat Islam bodoh,
tertipu oleh distorsi sejarah dimana teks-teks Al-Quran telah tercemar kemurniannya dan
sumbernya tidak jelas. Bagi mereka kompilasi Al-Quran hanya berpegang pada khayalan dan
rekaan para sahabat belaka, sehingga ilmu hermeunetika wajib diaplikasikan dalam
penafsirannya.

Waktu terus berputar, manusia terbaik sepanjang masa, Rasulullah saw berpulang ke
rahmatullah. Puncuk pimpinan Islam selanjutnya dipegang oleh sahabat Abu Bakar Shiddiq
sebagai khalifah pertama . Setelah terjadinya perang Yamamah yang menyebabkan banyaknya
syuhada dari para huffaz, Umar bin Khatab mengusulkan agar sang khalifah melakukan
kompilasi Al-Quran. Abu Bakar pun menunjuk Zaid bin Tsabit dan organisasinya untuk
mengemban tugas berat ini. Penulisan kembali naskah Al-Quran pada masa itu, didasarkan
pada hafalan dan catatan para sahabat. Panitia menetapkan syarat 2 orang Saksi, bahwa hafalan
dan tulisan dilakukan di depan Rasulullah saw. Maka dikumpulkanlah Al-Quran dengan ahruf
sab'ah dalam bentuk suhuf(naskah-naskah kertas) meskipun belum tersusun dalam kitab seperti
sekarang. Namun dengan proses seleksi dan metode yang super ketat, Al-Quran teruji
keotentikannya, tidak seperti yang digembor-digemborkan oleh orientalis.

Tahun berganti, kekhalifahan pun sampai pada khalifah ketiga, Usman bin Affan.
Dengan adanya berbagai perluasan, wilayah kekuasaan Islam semakin luas. Para mujahid
berangkat dari suku, kabilah dan provinsi yang beragam, sehingga mereka membaca Al-Quran
dengan dialek yang berlainan. Hal ini karena Rasulullah memang telah mengajari mereka
membaca Al-Qur'an dalam dialek masing-masing, karena dirasa sulit untuk meninggalkan
dialeknya secara spontan. Hal ini memicu terjadinya kerancuan dan kemunduran dalam
masyarakat pada masa itu. Maka khalifah Usman pada tahun 25 H , diperintahkan kembali Zaid
bin Tsabit untuk mengkompilasikan Al-Qur'an berdasarkan mushaf yang telah ada, dengan satu
luhgah saja yakni lughah Qurasy. Zaid sekali lagi menggunakan seleksi yang sangat ketat sekali
dalam melakukan tugas ini dan tetap memperhatikan kemutawatirannya. Mushaf inilah yang
disebarkan ke berbagai penjuru Islam dan disepakati ulama hingga saat ini.Inilah tantangan
kita sebagai mahasiswa IQT khususnya dan pemahaman ilmu agama umumnya, untuk
menyebarkan luaskan hujjah-hujjah yang kuat bahwa Al-Quran memang terhindar dari
pemalsuan dan perubahan, dan itu dapat dibuktikan secara ilmiah. Salah satu buku yang juga
dikupas dalam kajian Almakkiyat kali ini adalah The History of The Quranic Text from
Revelation to Compilation ( Sejarah Teks Al-Quran Dari Wahyu Sampai Kompilasinya) karya
Prof. Dr. MM al A'zami -guru besar Universitas King Saud- yang mememberkan fakta-fakta
ilmiah keotentikan Al-Quran dalam proses kompilasi.

Anda mungkin juga menyukai