Oleh:
Izza Lukluul Wafiroh 220220101006
Dinda Nurul Qomariyah 220220101011
Dosen Pengampu:
Dr. Susanto, M. Pd.
Dr. Abi Suwito, M. Pd.
Penulis
DAFTAR ISI
A B
Aksioma 3 (Dalam ruang dimensi dua)
Semua titik ada dalam satu bidang
Aksioma 4
Untuk setiap partisi dari semua titik pada suatu garis dalam dua himpunan yang
tidak kosong, sedemikian hingga tidak ada titik dari masing-masing himpunan
yang terletak antara dua titik dari himpunan lainnya, maka ada satu titik dari
satu himpunan yang terletak antara setiap titik dari himpunan itu dan setiap titik
himpunan lainnya.
Aksioma 5
Untuk sebarang titik A dan sebarang garis r yang tidak melalui A ada paling
banyak satu garis melalui A dalam bidang Ar, yang tidak memotong r .
Aksioma 6
Jika A, A’, B, B’, C, C’, O adalah 7 buah titik berlainan sedemikian hingga
AA' , BB ' , CC' adalah 3 buah garis berlainan melalui O dan jika AB // A' B' ,
b. simetrik, yaitu jira garis a sejajar denga garis b , maka garis b sejajar
dengan garis a .
c. transitif, yaitu jika garis a sejajar dengan garis b dan garis b sejajar
dengan garis c , maka garis a sejajar dengan garis c . Aksioma 2 dapat kita
gambarkan sebagai berkut:
Teorema 4.1
Jika ABC dan A’B’C’ adalah 2 segitiga dengan titik-titik sudut yang
berlainan, diletakkan sedemikian, hingga BC // B'C' , CA // C' A' dan AB // A' B'
, maka ketiga garis AA' , BB ' dan CC' adalah berpotongan pada satu titik
(konkuren) atau sejajar.
Dibuktikan : AA' , BB ' dan CC' berpotongan pada satu titik atau sejajar.
Bukti:
Ada 2 kondisi yang harus kita buktikan, yaitu :
Misalkan ketiga garis AA' , BB ' dan CC' tidak semuanya sejajar, dua
diantaranya tentu berpotongan
No Pertanyaan Keterangan
1 ABC & A' B' C' Premis
memotong B' C di C”
6 Karena C” pada B'C' maka AC // A' C' ' Aksioma 4.6
C” pada A'C'
C C
A A
B B
C’ C’
A’ A’ C”
B’ B’
P Q R
B
A C
B’
A’ C’
S T U
Teorema 4.2
Jika A, A’, B, B’, C, C’ adalah 6 titik berlainan pada 3 garis sejajar berlainan
AA' , BB ' dan CC' , diletakan sedemikian hingga AB sejajar dengan A' B' . BC
sejajar B'C' , maka CA juga sejajar dengan C' A' .
Diketahui : A, A’, B, B’, C, C’ (6 titik berlaianan)
AA' // BB ' // CC'
AB // A' B'
BC // B'C'
Akan dibuktikan : CA // C' A' C C’
Bukti :
A A’ C”
B B’
No Pertanyaan Keterangan
1 Ambil sebarang titik C” di segmen B’C’
3 BC // B'C' Diketahui
10 AC // A'C"
Dalam geometri Affine, kita akan mengenal beberapa transformasi. Untuk itu,
perlu didefinisikan terlebih dahulu tentang Jajargenjang.
Definisi 1 (Jajar Genjang)
Empat titik A, B, C, dan D yang tidak segaris dikatakan membentuk suatu
A B
Dari gambar tersebut, A, B, C, dan D adalah titik-titik sudut jajargenjang
ABCD. Segmen-segmen AB , BC , CD , dan DA adalah sisi-sisi jajargenjang
ABCD. Segmen-segmen AC dan BD adalah diagonal-diagonal jajargenjang
ABCD. Karena B dan D berada pada pihak yang berlainan yang dibentuk
segmen AC , maka diagonal-diagonal jajargenjang berpotongan di suatu titik
yang kemudian disebut dengan pusat jajargenjang.
Definisi 2 (Dilatasi)
Suatu dilatasi ialah suatu transformasi yang mentransformasikan setiap garis ke
garis yang sejajar.
Teorema 4.3
Dua segmen yang diketahui AB dan A' B' pada garis-garis yang sejajar
menentukan dengan tunggal suatu dilatasi AB A' B' .
Diberikan : AB // A' B'
Akan dibuktikan : AB // A' B' menentukan dengan tunggal suatu Dilatasi AB
A' B' C
Bukti : P C”
P
A B
A’ B’
1. Ambil sebarang titik P pada bidang.
2. Konstruk P’ (bayangan P) yang merupakan titik potong dari garis yang
dibuat melalui A’ sejajar AP dan garis melalui B’ sejajar BP .
3. Karena AP ∦ BP , maka garis-garis yang melalui A’ dan B’ tidak mungkin
sejajar.
4. Ambil sebarang titik C, .
5. Dengan cara yang sama, konstruk C’ C P .
A A’ B B’
Jika AB dan A' B' berimpit, maka transformasi dapat dipandang sebagai
AC A'C ' .
Dua segmen sejajar menentuka dengan tunggal suatu dilatasi.
Definisi 3 (Invers)
Invers dari dilatasi AB A’B’ ialah dilatasi A’B’ AB
Definisi 4 (Hasil Kali Dua Dilatasi)
Yang dimaksud dengan hasil kali dua dilatasi ialah suatu dilatasi yang
dilanjutkan dengan dilatasi yang lain.
Maka hasil kali dua dilatasi AB A’B’ dan A’B’ A”B” ialah dilatasi
AB A”B”.
A’ B’
A” B”
A B
Hasil kali suatu dilatasi dengan inversnya adalah identitas AB AB.
Garis-garis yang menghubungkan suatu titik dan bayangannya disebut garis-
garis invariant. Garis-garis itu berpotongan pada satu titik atau sejajar.
B’
A’
B C’
A
C
Bukti:
1) Suatu dilatasi adalah suatu translasi bila dan hanya bila tidak mempunyai
titik invarian. Translasi A A’ sama dengan translasi B B’. Jika AA’
B’B suatu jajargenjang (Definisi 4.4)
2) Andaikan AA’BB’ bukan jajar genjang
3) Ada titik B” membentuk garis melalui B tidak sejajar dengan AA’
4) AA’BB” membentuk titik invarian (Definisi 4.4)
5) AA’BB” bukan suatu translasi (Definisi 4.4)
6) AA’ bukan suatu translasi (5)
7) Pengandaian salah, maka dua titik A dan A’ menentukan dengan
tunggaltranslasi A→A’
Teorema 4.5
DilatasiAB→A’B’ mentransformasikan setiap titik.
Diketahui : Dilatasi AB ke A’B’
Karena setiap titik diluar garis ditransformasikan ke petanya menurut Teorema
4.3, maka
Akan dibuktikan: Setiap titik pada AB ditransformasikan ke setiap titik pada
A’B’
Bukti :
Kita akan membuktikan bahwa, jika [ACB] maka [A’C’B’].
Berdasarkan Definisi Dilatasi, maka AB//A’B’. Hal ini menjadikan ada dua
kondisi dimana AB kongruen dengan A’B’ dan AB tidak kongruen dengan
A’B’.
1. AB kongruen A’B’
hubungkan C dengan A dan B, maka titik potong garis yang melalui B sejajar
AC dan yang melalui A sejajar BC ialah D, bayangan dari C.
Jadi ACBD adalah suatu jajargenjang. Setengah putaran itu dapat dinyatakan
dengan C D. garis-garis invarian AB dan CD, karena diagonal-diagonal
suatu jajargenjang, berpotongan di titik O, yang menjadi titik invarian dari
setengah putaran. Titik O adalah titik pusat jajargenjang. Pada setengah
putaran A B, titik O adalah titik tengah segmen AB.
Untuk melukis bayangan titik T pada garis AB, dihubungkan T dengan C (atau
D) dan kemudian dilukis garis melalui D (atau C) yang sejajar dengan TC
(atau TD) dan terdapat T’ pada garis AB.
Hasil kali dua setengah putaran dapat dinyatakan sebagai (A↔B) atau
(B↔C).andaikan hasil kali ini mempunyai suatu titik invarian O, maka oleh
setengah putaran A↔B, O dibawa ke-O’. Jadi A↔B sama dengan O↔O’.
Oleh setengah putaran B↔C maka O’ dibawa ke O, jadi B↔C sama dengan
O’↔O. Jadi ada titik invarian jika A↔B = B↔C. Dalam hal ini yang lain
tidak ada titik invarian.
Teorema 4.7
Hasil kali 2 setengah putaran A↔B dan B↔C adalah translasi A↔C
Bukti :
1) Hasil kali dua setengah putaran dapat dinyatakan sebagai (A B) (B C).
2) Andaikan hasil kali ini mempunyai suatu titik invarian O
3) Setengah putaran A B, O dibawa ke-O’ (O O’)Berakibat A B = O O’
4) Setengah putaran B C maka O’ dibawa ke O (O’ O)Berakibat B C =
O’ O
5) Jadi hasil kali dua setengah putaran (A B) (B C) memiliki titik invarian
jika A B = B C
Hal tersebut kontradiksi bahwa A B ≠ B C
Sehingga pengandaian salah, jadi dalam hal ini yang lain tidak ada titik
invariant danhasil kali dua setengah putaran berupa translasi ( definisi translasi)
Teorema 4.8
Setengah putaran A↔B dan C↔D sama, bila dan hanya bila translasi
A↔D danC↔B sama.
Untuk “→”:
Diberikan : A↔B = C↔D
Bukti l
Diketahui : ∆ ABC
B’ titik tengah AC
A’ titik tengah BC
Akan dibuktikan : B' A' AB
Bukti : :
1) Konstruksi translasi B ' B" A' A" searah B' A
2) Akibatnya B ' B" A' A" sehingga B' A'
B" A"
3) Berdasarkan definisi jajargenjang maka
B’A’A”B” adalah jajargenjang
4) Akibatnya akan dibuktikan bahwa B" A" terletak pada AB
5) Berdasarkan Teorema 4, translasi B’ B” searah B' A maka B” = A
sehinggaA” = D (dengan D terletak pada AB).
6) B' A' AB
Bukti ll
Diketahui : ∆ ABC
B’ titik tengah AC
B' A' AB C
B' C A' C 1
6) * Dari yang diketahui B ' C AC
AC BC 2
Daftar Pustaka
Budiarto, Mega Teguh, Prof. Dr. Masriyah, Dra. M.Pd. 2010. Sistem Geometri.
Surabaya: Unesa University Press.
http://homepages.inf.ed.ac.uk/rbf/HIPR2/affine.htm
http://www-history.mcs.st-and.ac.uk/Biographies/Euler.html