Dosen Pengampu:
Emi Sulistri, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh :
Salma Alnisa (11308503170006)
Semester/Kelas : 6/A
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II KAJIAN TEORI............................................................................................................2
2.1 Sumbangan Jepang Terhadap Perkembangan Fisika.......................................................2
2.2 Sumbangan Indonesia Terhadap Perkembangan Fisika...................................................4
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
3.1 Simpulan........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami sumbangan Jepang terhadap perkembangan fisika
2. Untuk memahami sumbangan Indonesia terhadap perkembangan fisika
1
BAB II
KAJIAN TEORI
2. Hantaro Nagaoka
Nagaoka menerima gelar sarjananya dalam fisika dari Universitas Tokyo pada tahun
1887, kemudian melanjutkan pendidikan pascasarjana di Jepang. Antara 1892 dan 1896,
Nagaoka belajar di luar negeri di Wina, Berlin, dan Munich, di mana ia sangat terpesona
oleh Ludwig Boltzmann's saja di Teori kinetik gas dan Maxwell yang bekerja pada
stabilitas cincin Saturnus, dua pengaruh yang akan mengarah pada pengembangan (yang
salah) model Saturnus. Tahun 1903 mengusulkan model atom yang berisi nukelus kecil
2
dikelilingi oleh cincin elektron (saturnus). Model ini ditemukan pada tahun 1911 oleh
Ernest Rutherford (Cavendish di Calmbridge, Inggris).
Dari tahun 1901 sampai 1925, Nagaoka menjabat sebagai seorang profesor fisika di
Universitas Tokyo, di mana murid-muridnya antara lain Kotaro Honda dan pemenang
hadiah nobel pada 1949 Hideki Yukawa.
3. Yoshio Nishina
Fisikawan Jepang ini merupakan salah seorang rekan Niels Bohr, dan rekan dekat
AlbertEinstein. Nishina adalah seorang ilmuwan kelas dunia dengan kualitas
kepemimpinan yang sangat baik bahkan untuk menghormati namanya maka sebuah
kawah di bulan diberi nama Nishina.
Nishina melakukan riset bersama Niels Bohr di Kopenhagen pada tahun 1921 dan
pada tahun 1928 ia menulis sebuah makalah tentang inkoheren atau hamburan Compton
dengan Oskar Klein di Kopenhagen, dari sinilah muncul rumus Klein-Nishina berasal.
Pada tahun yang sama ia kembali ke Jepang, dan mengundang beberapa sarjana Barat ke
Jepang termasuk Heisenberg, Dirac dan Bohr untuk merangsang fisikawan Jepang
mempelajari fisika kuantum. Pada 1946 ia dianugerahi Order of Culture oleh Kaisar
Jepang.
4. Sin-Itiro Tomonaga
Lahir di Tokyo, Jepang pada 31 Maret 1906. Tomonaga menyelesaikan Rigakushi
(sebutan untuk gelar sarjana Jepang) dalam bidang fisika di Kyoto Imperial University
pada tahun 1929. Setelah itu ia terlibat dalam proyek riset selama tiga tahun di
universitas yang sama dan kemudian ditunjuk sebagai asisten riset oleh Dr Yoshio
Nishina, seorang fisikawan terkenal di institut riset fisika dan kimia, Tokyo. Di
sana ia memulai penelitiannya mengembangkan teori fisika kuantum elektrodinamika
di bawah bimbingan Dr Nishina. Hasil riset yang kemudian dipublikasikannya dengan
judul Photoelectric Pair Creation tercatat sebagai sebuah karya penting dan terkenal pada
masa itu.
Tahun 1942 ia pertama kali mengajukan formulasi kovarian relativistik dari
pengembangan teori medan kuantum. Ia berhasil memecahkan persoalan gerak elektron
dalam magnetron dan juga mengembangkan teori terpadu tentang sistem yang terdiri dari
resonator pandu gelombang (wave guides resonators) dan resonator rongga (cavity
resonators).
Perhargaan-penghargaan diperolehnya berkat berbagai karyanya dalam bidang
kuantum elektrodinamika, teori meson, fisika nuklir, sinar kosmis dan banyak topik
lainnya yang dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah.. Bukunya Mekanika Kuantum
yang dipublikasikan tahun 1949 sangat terkenal dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris
tahun 1963.
5. Leo Esaki
Leo Esaki yang juga dikenal sebagai Esaki Leona adalah Fisikawan Jepang-Amerika
Serikat. Bekerja pada peralatan kristal (Dioda Semikonduktor). Ia menunjukkan bahwa
besarnya hambatan listrik terkadang menurun dengan bertambahnya arus listrik melalui
3
pendekatan mekanika kuantum. Untuk penemuannya ini, ia menerima penghargaan
Nobel Fisika pada tahun 1973 bersama dengan Ivan Giaever dan Brian David Josephson
mengenai fenomena yang dikenal sebagai terobosan elektron (electron tunneling). Di
dalam dunia elektronika, Esaki sering dikenal dengan hasil penemuannya berupa Dioda
Esaki yang dikembangkan berdasarkan prinsip dasar terobosan elektron tersebut.
6. Kosiba Masatoshi
Lahir 19 September 1926 di Toyohashi, Prefektur Aichi adalah fisikawan Jepang yang
memenangkan Penghargaan Nobel dalam Fisika pada 2002 bersama dengan Raymond
Davis, Jr dan Riccardo Giacconi. Dari 1955 sampai 1958, ia mengadakan riset di Jurusan
Fisika di Universitas Chicago sebagai Kolega Riset. Dr. Koshiba telah memainkan
peranan utama dalam eksperimen fisika sinar kosmik, khususnya Kamiokande, sebuah
detektor di Jepang yang dapat dengan tepat mencatat waktu kedatangan, energi, dan arah
neutrino yang masuk, dan Super-Kamiokande, sebagaimana percobaan dalam fisika
energi tinggi menggunakan penabrak positron-elektron dengan energi tertinggi.
4
2. Prof. Tjia May On
Tjia May On merupakan salah satu dari enam ilmuwan Indonesia yang masuk daftar
Wise Index of Leading Scientists and Engineer, pada tahun 2008. Daftar tersebut
dikeluarkan oleh Comstech (Standing Committee on Scientific and Technological
Cooperation), lembaga yang bertujuan meningkatkan promosi serta kerja sama sains dan
teknologi di antara negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI). Tjia
menyelesaikan studi sebagai sarjana fisika pada 1962 di ITB. Setahun kemudian ia
memasuki studi fisika partikel di Northwestern University, AS hingga PhD tahun 1969
dengan tesis Saturation of A Chiral Charge – Current Commutator. Kemudian pada
tahun 1966, risetnya bersama fisikawan CH Albright dan LS Liu masuk Physical Review
Letters dengan judul Quark Model Approach in the Semileptonic Reaction.
Pada awal 1960an, para sarjana fisika di Indonesia baru mempelajari partikel kuantum
dan kosmologi relativistik. Dua bidang itu yang mengubah pandangan dunia secara
radikal-revolusioner awal abad 20 tentang alam semesta dan asal-usulnya. Sepuluh tahun
kemudian tercatat hanya lima nama yang punya otoritas bicara tentang kuantum dan
relativitas yaitu: Ahmad Baiquni, Muhammad Barmawi, Tjia May On, Pantur Silaban,
Mereka angkatan pertama yang jumlah penerusnya relatif sedikit dibanding bidang fisika
terapan.
Pria kelahiran Probolinggo, 25 Desember 1934 ini juga sempat ikut riset
di International Center of Theoretical Physics (ICTP), Trieste, Italia, yang didirikan
fisikawan asal Pakistan peraih hadiah Nobel, Abdus Salam. Saat itulah, dia meninggalkan
fisika partikel dan memasuki riset polimer, optik nonlinier, dan superkonduktor yang
menghantarkan namanya di kancah internasional. Dalam 33 tahun penelitiannya, ia telah
menerbitkan dua buku teks, 24 penelitian kolaboratif internasional, 86 jurnal ilmiah
internasional, 44 presentasi simposium internasional, 44 publikasi jurnal nasional, dan 77
presentasi ilmiah nasional. Karya-karyanya ini, sebagian dipublikasikan di jurnal
internasional Physical Review, Nuclear Physics, Physica C, International Journal of
Quantum Chemistry, Review of Laser Engineering, dan Journal of Non – linear Optical
Physics.
3. Pantur Silaban
Hukum Snellius mengenai pembiasan itu merupakan pintu masuk bagi Pantur Silaban
mencintai fisika. Karena tak ada jawaban jitu dari sang guru, ia pun bernazar akan
menggeledah rahasia alam melalui studi fisika di kemudian hari. Dalam perjalanan ruang-
waktu, minat Pantur melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi setelah lulus SMA ikut
pula bergerak. Selain mendalami fisika, ia berhasrat pula mempelajari teologi.
Meninggalkan Sumatera selepas sekolah lanjutan atas, pria kelahiran Sidikalang, 11
November 1937 itu mampir di Jakarta membekali diri mengikuti ujian saringan masuk
sekolah tinggi teologi.
Dalam tempo enam setengah tahun, waktu optimal pada zaman itu merampungkan
kuliah tingkat sarjana, Pantur lulus pada tahun 1964 dan berhak menyandang gelar
doktorandus dalam fisika. Ia langsung diterima sebagai anggota staf pengajar Fisika ITB.
Selama kuliah kecenderungannya pada bidang tertentu dalam fisika mulai terbentuk.
Pantur amat menggandrungi matematika murni dan mata kuliah yang tergolong dalam
5
kelompok fisika teori, seperti mekanika klasik lanjut, teori medan elektromagnetik,
mekanika kuantum, dan teori relativitas Einstein. Maka, ketika datang kesempatan studi
lanjut di Amerika Serikat pada tahun 1967, Pantur diterima di sekolah itu.
Pantur merupakan fisikawan Indonesia yang berguru langsung kepada murid dan
kolega Einstein dalam Relativitas Umum. Ia merupakan satu dari 32 mahasiswa dari
seluruh dunia yang mempelajari Relativitas Umum di Syracuse dengan Bergmann
sebagai pembimbing atau ko-pembimbing dalam kurun tahun 1947-1982. Tak salah kalau
orang menyebutnya sebagai cucu murid Einstein. Adapun pembimbing utamanya lebih
muda dari Bergmann, tapi juga raksasa dalam Relativitas Umum.
Alih-alih berkeras mendapatkan kuantum gravitasi, akhirnya Pantur mengikuti saran
Goldberg, mengalihkan topik untuk disertasinya: mengamputasi prinsip Relativitas
Umum dengan menggunakan Grup Poincare untuk menemukan kuantitas fisis yang kekal
dalam radiasi gravitasi. Temuan ini mengukuhkan keberpihakannya kepada Dentuman
Besar (Big Bang) sebagai model pembentukan Alam Semesta ketimbang model-model
lain. Pekerjaan itu selesai pada tahun 1971 dan mengukuhkan Pantur Silaban sebagai
Ph.D. dengan disertasi berjudul Null Tetrad Formulation of the Equations of Motion in
General Relativity. Setahun setelah menyelesaikan disertasinya, Pantur kembali di
Bandung pada tahun 1972 dan mengajar di Jurusan Fisika ITB. Orang pertama Indonesia
yang mendapat doktor dalam Relativitas Umum itu adalah orang Sumatera pertama tidak
sekadar orang Batak pertama yang mendapat Ph.D. dalam fisika.
4. Hans Wospakrik
Hans Jacobus Wospakrik adalah seorang fisikawan Indonesia yang merupakan dosen
fisika teoritik di Institut Teknologi Bandung. Ia memberi sumbangan berarti kepada
komunitas fisika dunia berupa metode-metode matematika guna memahami fenomena
fisika dalam partikel elementer dan Relativitas Umum Einstein.
Hasil-hasil penelitiannya ini dipublikasikannya di jurnal-jurnal internasional
terkemuka, seperti Physical Review D, Journal of Mathematical Physics, Modern
Physics Letters A, dan International Journal of Modern Physics.
Tahun 1971 Hans masuk ITB dengan mengambil jurusan Teknik Pertambangan, yang
tidak diminatinya sehingga pindah pada tahun berikutnya ke jurusan Fisika. Tahun 1976
ia menyelesaikan pendidikan sarjananya. Pada akhir tahun 1970–an, ia pergi ke Belanda
dalam rangka melanjutkan studi pascasarjana di bidang fisika teoritik. Semenjak tahun
1999 Hans pergi ke Universitas Durham, Inggris. Tapi baru tahun 2002 ia mengambil
program doktor di universitas yang sama. Awal tahun 1980–an, sembari melanjutkan
studi pascasarjananya, Hans pernah mengadakan riset bersama Martinus JG Veltman
(tahun 1999, Veltman meraih Nobel Fisika), di Utrecht, Belanda, dan di Ann Arbor,
Michigan, Amerika Serikat (AS).
Dari Atomos Hingga Quark adalah sebuah buku hasil karya Hans yang menceritakan
mengenai pencarian manusia sepanjang sejarah mengenai penyusun terkecil dari materi-
materi alam ini. Berawal dari Yunani di mana para filsuf saat itu berfilsafat mengenai
penyusun terkecil setiap materi, Jazirah Arab yang disinggung oleh Hans sebagai
pemegang “obor pengetahuan” berikutnya setelah Yunani, ilmu alkemi, reaksi nuklir
yang “menceritakan” pada kita tentang keberadaan atom, proton dan neutron, sampai
6
temuan saat ini mengenai satuan materi yang lebih kecil, yaitu quark.
5. Terrry Mart
Riset fisika, apalagi fisika dasar, selama ini dianggap tidak memiliki prospek
ekonomis yang baik bagi penelitinya. Karena salah satu alasan itulah, hingga kini hanya
segelintir orang yang tetap menekuni ilmu ”rumit” ini. Di antara mereka yang langka dan
mampu mematahkan anggapan itu adalah Terry Mart, Ilmuwan Fisika Nuklir dan
Partikel tingkat dunia. Menekuni bidang Fisika Nuklir dan Partikel Teoretis sejak 20
tahun lalu, Terry kini menjadi orang yang kaya ilmu dan dipandang oleh komunitas
ilmuwan fisika di tingkat dunia. Kekayaannya itu terlihat pada makalahnya yang terbit di
jurnal dan prosiding internasional, jumlahnya mencapai sekitar 100 makalah.
Terry Mart lahir di Palembang 3 Maret 1965. Ia mengenyam pendidikan S1 di
Universitas Indonesia lulus dengan cum laude pada 1988 dan mengambil S3 di
Universitat Mainz, Jerman dan lulus cum laude pada 1996. Pengalaman kerja Terry
antara lain menjadi pengajar fisika di UI (1990-sekarang), Asisten peneliti Universitat
Mainz (1996), Ketua Peminatan Fisika Nuklir & Partikel UI (1998-sekarang), Sekretaris
program Studi Ekstensi Fisika UI (2002-2009), Peneneliti tamu di George Washington
University, AS; Okayama University of Science, Jepang; Tohoku University, Jepang;
Universitat Mainz, Jerman; Univeristy of Stellenbosch, Afrika Selatan.
Dalam berorganisasi, Terry menjadi Anggota Dewan Pendidikan Tinggi Indonesia
(2009-sekarang), Anggota Komite Pengarah Internasional IUPAP & Asia Pacific Few-
Body Conference (2005-sekarang), Anggota Komite Seleksi Bersama Lembaga
Pertukaran Akademik Jerman/DAAD (1998-sekarang), serta Editor dan Referee pada
beberapa jurnal nasional dan internasional (2005-sekarang). Selain itu, Terry pernah
menerima penghargaan berupa Mahasiswa Teladan FMIPA UI (1987), Penghargaan
publikasi internasional UI (1998- 2010), Habibie Award (2001), Dosen berprestasi III UI
(2004), Satyalancana Karya Satya 10 tahun (2007), Leading Scientist dari
COMSTECH/Organisasi Konferensi Islam (2008), Ganesa Widya Jasa Adiutama ITB
(2009), Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa dari Departemen Pendidikan
Nasional (2009), dan Excellent Researcher dari SEA EU NET (2009).
6. Johny Setiawan
Dr. Johny Setiawan adalah astronom asal Indonesia yang bekerja di Max Planck
Institute for Astronomy (MPIA), Jerman. Bersama timnya, Dr. Johny Setiawan,
menemukan 10 planet di tata surya hydrae. Yang membuat bangga, beliau adalah satu-
satunya ilmuwan non Jerman sekaligus sebagai ketua tim proyek tersebut. Johny
menamatkan S-1 dan S-3-nya di Freiburg, Jerman, dan tercatat sebagai lulusan termuda
di Albert-Ludwigs-Universitat, Freiburg, Jerman. Di universitas yang sama, Johny
meraih gelar s-3 dan menjadi ilmuwan postdoctoral di departemen planet dan formasi
bintang Max Planck Institute for Astronomy (mpia). Sejak mengamati bintang-bintang di
jagat raya, beliau telah menemukan lebih dari 10 planet. Lima di antaranya sudah
dipublikasikan, sementara yang lain dalam tahap penelitian. Planet-planet tersebut di
antaranya adalah planet yang dinamai hd 47536c, hd 110014b, dan hd 110014c, akan
dipublikasikan tahun depan dalam jurnal astronomi.
7
Namun, dari sekian banyak temuannya, yang paling berkesan adalah planet tw hydrae
b. Pasalnya, itu satu-satunya planet temuannya yang tidak menggunakan angka-angka
seperti yang lain. Planet itu adalah planet termuda yang beliau temukan. Planet ini juga
dalam kontroversi karena masih banyak yang belum percaya karena pembuktian adanya
planet ini kan secara tidak langsung. Selain itu, penemuan planet ekstrasolarnya (planet
di luar sistem tata surya) dipublikasikan dalam majalah nature pada 4 Januari 2008.
Sebelumnya tim astronom dari mpia yang diketuainya berhasil menemukan sistem
extrasolar termuda plus dengan metode variasi kecepatan radialnya. Temuan bintang
muda dan pleanetnya menjadi begitu penting. Kenapa? Karena dari situ kita bisa tahu
awal mula tata surya dan pembentukan planet-planet yang mengitarinya. Pencarian
planet pada bintang muda menjadi penting karena tidak lepas dari masalah aktivitas
bintang, karena bintang di usia yang masih muda permukaannya masih tidak stabil.
7. Haryo Sumowidagdo
CERN (Conseil Européene pour la Recherche Nucléaire) atau European Organization
for Nuclear Research. Sebuah komplek laboratorium percepatan partikel terbesar di
dunia yang terletak di perbatasan antara Perancis dan Swiss, persis di sebelah barat
Jenewa, yang memiliki daya tarik tersendiri bagi para peminat ilmu fisika. Dan ternyata
ada orang Indonesia di antara ribuan ilmuwan itu. Salah satunya adalah Haryo
Sumowidagdo. Lelaki yang menggondol Ph.D dari Florida State University dan S1 dan
S2 di Universitas Indonesia.
Ada tiga kegiatan utamanya di CERN, yaitu sebagai teknisi, pembimbing, dan
fisikawan. Sebagai teknisi, ia menulis program kendali dan kontrol untuk alat
eksperimennya. Sebagai pembimbing, ia membimbing dan menjadi tempat bertanya para
mahasiswa program doktoral. Interaksinya dengan mahasiswa terjadi dua arah, karena ia
juga kadang bertanya kepada mereka. Sebagai fisikawan, Haryo menganalisis data untuk
melakukan pengukuran besaran fisika atau mencari penemuan baru dalam bidang fisika.
Kemudian tentunya menulis karangan ilmiah dan mempublikasikannya di jurnal ilmiah.
Ada kegiatan keempat yang belum banyak ia lakukan, yakni mempopulerkan iptek
kepada masyarakat luas. Di CERN, kendala utama bagi Harya adalah belum fasih
berbahasa Prancis. Saat ini Haryo terlibat proyek Large Hadron Collider (LHC) secara
tidak langsung. Ia menjadi anggota Compact Muon Solenois (CMS), sebuah eksperimen
fisika partikel yang terletak di LHC. LHC sendiri merupakan bagian dari CERN. LHC
merupakan sebuah akselerator/pemercepat zarah. Akselerator adalah sebuah mesin yang
bisa mempercepat sesuatu. Mirip dengan pedal gas di sebuah mobil yang bisa
menaikkan kecepatan mobil dari diam ke kecepatan tinggi. Zarah (diadaptasi dari bahasa
Arab) adalah sesuatu yang sangat kecil, tidak kasat mata, namun merupakan bahan baku
yang menyusun semua benda yang kita lihat di sekitar kita. Di dalam LHC, zarah-zarah
dipercepat sampai mendekati kecepatan cahaya. Zarah- zarah yang berkecepatan tinggi
ini kemudian saling ditubrukkan. Dalam tubrukan tersebut bisa tercipta zarah-zarah lain
yang kemudian dilihat oleh alat-alat eksperimen fisika partikel. LHC merupakan sebuah
terowongan di bawah tanah yang membentuk lintasan lingkaran dengan diameter delapan
kilometer. Bandara Soekarno-Hatta bisa diletakkan di dalam lingkaran LHC. Letak
LHC adalah dekat kota Jenewa di Swiss.
8
8. Nelson Tansu
Prof. Nelson Tansu, Ph.D dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, tanggal 20 Oktober
1977. Setelah menamatkan SMA, ia memperoleh beasiswa dari Bohn’s Scholarships
untuk kuliah di jurusan matematika terapan, teknik elektro, dan fisika di Universitas
Wisconsin- Madison, Amerika Serikat. Tawaran ini diperolehnya karena ia menjadi salah
satu finalis TOFI. Ia berhasil meraih gelar bachelor of science kurang dari tiga tahun
dengan predikat summa cum laude. Setelah menyelesaikan program S-1 pada tahun
1998, ia mendapat banyak tawaran beasiswa dari berbagai perguruan tinggi ternama di
Amerika Serikat. Walaupun demikian, ia memilih tetap kuliah di Universitas Wisconsin
dan meraih gelar doktor di bidang electrical engineering pada bulan Mei 2003.
Penelitan doktornya di bidang photonics, optoelectronics, dan semiconductor
nanostructires juga meraih penghargaan tertinggi di departemennya, yakni The 2003
Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award. Setelah memperoleh gelar doktor,
Nelson mendapat tawaran menjadi asisten profesor dari berbagai universitas ternama di
Amerika Serikat. Akhirnya pada awal tahun 2003, ketika masih berusia 25 tahun, ia
menjadi asisten profesor di bidang electrical and computer engineering, Lehigh
University. Saat ini Prof. Nelson menjadi profesor di universitas ternama Amerika,
Lehigh University, Pensilvania dan mengajar para mahasiswa di tingkat master (S-2),
doktor (S-3) dan post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer. Lebih dari 84
hasil riset maupun karya tulisnya telah dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal
ilmiah internasional. Ia juga sering diundang menjadi pembicara utama di berbagai
seminar, konferensi dan pertemuan intelektual, baik di berbagai kota di AS dan luar AS
seperti Kanada, Eropa dan Asia. Prof Nelson telah memperoleh 11 penghargaan dan tiga
hak paten atas penemuan risetnya. Ada tiga penemuan ilmiahnya yang telah dipatenkan
di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan
high power semiconductor lasers. Nelson jadi profesor muda di Lehigh University sejak
awal 2003. Untuk bidang teknik dan fisika, universitas itu termasuk unggulan dan papan
atas di kawasan East Coast, Negeri Paman Sam. Untuk menjadi profesor di Lehigh,
Nelson terlebih dahulu menyisihkan 300 doktor yang resume (CV)-nya juga hebat-hebat.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
perkembangan ilmu fisika tidak hanya didominasi oleh bangsa barat. Ada banyak sekali
bangsa-bangsa non barat yang memegang peranan penting dalam ilmu fisika, diantaranya
adalah Jepang dan Indonesia. fisikawan-fisikawan Jepang yang berperan dalam
perkembangan fisika adalah Hideki Yukawa, Hantaro Nagaoka, Yoshio Nishina, Sin-Itiro
Tomonaga, Leo Esaki, Kosiba Masatoshi, Makoto Kobayashi, Toshihide Maskawa, dan
Yoichiro Nambu. sedangkan fisikaawan-fisikawan Indonesia yang berperan dalam
perkembangan fisika adlah Prof. Achmad Baiquni, M.Sc., Ph.D. Prof. Tjia May On, Pantur
Silaban, Hans Wospakrik, Terrry Mart, Johny Setiawan, Haryo Sumowidagdo, Nelson Tansu
10
DAFTAR PUSTAKA
11