Tujuan Pembelajaran
Menjelaskan pengertian integrasi dan integrasi nasional
Menganalisis upay bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa
1
2. Penyerahan Kedaulatan Indonesia dan Kembali ke Bentuk Negara Kesatuan
Pada 23 Agustus 1949, Konferensi Meja Bundar dimulai di Den Haag. Konferensi ini selesai
pada 2 November 1949. Salah satu hasilnya adalah Belanda menyerahkan kedaulatan bangsa Indonesia
dalam bentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada 15 Desember 1949, diadakan pemilihan Presiden
RIS dengan calon tunggal Ir. Sukarno. Keesokan harinya, Ir. Sukarno terpilih sebagai Presiden RIS,
kemudian diambil sumpahnya pada 17 Desember. Pada 20 Desember 1949, Kabinet RIS yang pertama di
bawah Moh. Hatta selaku perdana menteri, dilantik oleh Presiden Sukarno.
Pada 23 Desember, Moh. Hatta memimpin delegasi RIS berangkat ke Belanda untuk
menandatangani piagam penyerahan dan pengakuan kedaulatan dari pemerintah Belanda Selanjutnya,
pada 27 Desember 1949, baik di Indonesia maupun di Belanda, diadakan penandatanganan naskah
penyerahan dan pengakuan kedaulatan. Di Belanda, di Ruang Takhta Amsterdam. Ratu Juliana (Belanda),
Perdana Menteri Belanda Dr. Willem Drees. Menteri Seberang Lautan Belanda Mr. A. M. JA Sassen, dan
Ketua Delegasi Indonesia Moh. Hatta bersama- sama membubuhkan tanda tangan pada piagam
penyerahan dan pengakuan kedaulatan kepada RIS.
Sementara itu, pada waktu yang sama di Jakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil
Tinggi Mahkota Belanda A. H. J. Lovink, membubuhkan tanda tangan mereka pada naskah penyerahan
dan pengakuan kedaulatan Hal ini menandakan bahwa secara formal Belanda mengakui kedaulatan penuh
suatu negara Indonesia di seluruh bekas wilayah Hindia Belanda (kecuali Papua). Demikian, secara resmi,
berakhirlah perang kemerdekaan Indonesia.
Pada hakikatnya, penandatanganan piagam penyerahan dan pengakuan kedaulatan kepada RIS
adalah pengakuan Belanda terhadap kedaulatan bangsa Indonesia sendiri atas wilayah nasionalnya, yang
dalam hal ini diwakili oleh RIS Republik Indonesia Serikat terdiri dari enam belas negara bagian. Selain
Republik Indonesia, beberapa di antaranya adalah Negara Sumatra Timur Negara Sumatra Selatan,
Negara Pasundan dan Negara Indonesia Timur
Sebenarnya, dibentuknya Republik Indonesia Serikat merupakan upaya Belanda untuk memecah
belah bangsa Indonesia. Oleh karena itu, rakyat di negara-negara federal yang sejak akhir tahun 1949
menjadi negara bagian RIS, tetap menghendaki bentuk negara kesatuan. Sejak awal tahun 1950, sudah
muncul gerakan-gerakan yang menuntut pembubaran negara bagian dan penggabungannya dengan RI
3
Jatuhnya pemerintahan Kabinet Sukiman disebabkan oleh adanya kegagalan dalam pertukaran
nota keuangan antara Menteri Luar Negeri Indonesia Achmad Soebardjo dan Duta Besar AS Merle
Cochran. Kesepakatan bantuan ekonomi dan militer dari AS kepada Indonesia didasarkan pada ikatan
Mutual Security Act (MSA). Di dalam MSA, terdapat pembatasan terhadap kebebasan politik luar negeri
yang bebas aktif. Indonesia diwajibkan lebih memperhatikan Amerika sehingga tindakan Sukiman
tersebut dipandang telah melanggar politik luar negeri yang bebas aktif dan dianggap lebih condong ke
blok Barat. Di samping itu, penyebab lainnya adalah semakin merebaknya korupsi di kalangan birokrat
dan gagalnya Kabinet Sukiman dalam menyelesaikan masalah Irian Barat.
Lain halnya dengan Kabinet Ali I yang merupakan kabinet koalisi antara PNI dan NU. Kabinet ini
jatuh karena tidak dapat menyelesaikan kemelut yang ada ditubuh Angkatan Darat dan pemberontakan
DI/TII yang berkecamuk di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh. Di tambah pula dengan konflik
antara PNI dan NU, yang mengakibatkan NU menarik semua menterinya yang duduk di kabinet.
Jatuh bangunnya kabinet dalam waktu yang singkat menimbulkan ketidakstabilan politik.
Akibatnya. program-program kabinet tidak berjalan dengan baik. Kondisi ini yang kemudian membuat
Presiden Sukarno mengumumkan Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Kata dekrit berasal dari bahasa Latin decemere yang berarti mengakhiri atau memutuskan. Kata
dekrit, kemudian digunakan untuk menunjukkan adanya perinta dari kepala negara atau kepala
pemerintahan untuk mengakhiri atau memutuskan sesuatu yang terkait dengan sistem pemerintahan yang
berjalan Presiden Sukame mengeluarkan dekat yang isinya adalah
1) Pembubaran badan Konstituante ha Pemilu 1955,
2) Memberlakukan kembali UUD 1945 menggantikan UUD Sementara 1950, dan
3) Membentuk MPR Sementara (MPRS) yang terdiri dari para anggo DPR ditambah dengan para
utusan daerah dan golongan
Mengapa Presiden Sukamo harus mengeluarkan dekrit? Ada beberapa alasa yaitu sebagai berikut
1) Kegagalan Konstituante untuk membuat UUD baru meskipun sudah berkali-k melakukan sidang.
Padahal, UUD sangat dibutuhkan sebagai pijakan hukum yang penting dalam melaksanakan
pemerintahan.
2) Situasi politik dan ketidakstabilan keamanan dalam negeri semakin memburu
3) Konflik antarpartai yang terus-menerus terjadi sangat mengganggu stabili nasional
4) Para politisi partai yang saling berbeda pendapat sering bersikap menghalalkansegala cara agar
tujuan kelompok/partai tercapai
5) UUD Sementara 1950 dengan penerapan Demokrasi Liberal dianggap tida sesuai dengan kondisi
masyarakat Indonesia. 6) Terjadi sejumlah pemberontakan di berbagai wilayah Indonesia yang
semak mengarah kepada gerakan separatis.
Sisi positif dari adanya dekrit ini adalah
1) Perintah untuk kembali ke UUD 194 telah memberikan pedoman yang jelas bagi kelangsungan
negara,
2) Menyelamatk negara dari perpecahan dan krisis politik yang berkepanjangan, dan
3) Meri pembentukan lembaga-lembaga tinggi negara (MPRS dan DPAS) yang selama ma Demokrasi
Liberal tertunda pembentukannya.
5
pemerintah mengambil langkah devaluasi, yaitu kebijakan untuk menekan inflasi. Pemerintah
menggunting uang senilai Rp1.000 menjadi senilai Rp1.
Tindakan kebijakan moneter pemerintah ini di dalam praktiknya semakin meningkatkan inflasi.
Hal ini semakin diperparah oleh kegiatan ekspor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dan impor
yang dibatasi oleh lemahnya devisa negara. Pada 1965, untuk pertama kalinya dalam sejarah moneter
Indonesia, pemerintah telah membelanjakan cadangan devisa negara hingga 3 juta dolar AS. Sebagian
besar dana tersebut dihabiskan untuk membiayai kegiatan politik konfrontasi, baik dengan Malaysia
maupun dengan negara-negara lainnya Barat.
Susunan Kabinet Era Demokrasi Terpimpin
Nama Kabinet Tahun Pemerintahan Nama Pimpinan
Kabinet Kerja I 10 Juli 1959-18 Februari 1960 Ir Soekarno
Kabinet Kerja II 18 Februari 1960-6 Maret 1962 Ir Soekarno
Kabinet Kerja III 8 Maret 1962-13 November 1963 Ir Soekarno
Kabinet Kerja IV 13 November 1963-27 Agustus 1963 Ir Soekarno
Kabinet Dwikora I 27 Agustus 1964-22 Februari 1966 Ir Soekarno
Kabinet Dwikora II 24 Februari 1966-28 Maret 1966 Ir Soekarno