Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

OLAHRAGA PERMAINAN, OLAHRAGA BELADIRI DAN


OLAHRAGA TRADISIONAL

Diajukan untuk memenuhi tugas PJOK


Dosen Pengampu:
Irpan Abdurrahman, M.Pd.

Oleh:
Encep Mulyana
NIM. 60403070123034
Yeni Febriani
NIM. 60403070123
Yuli Yulianti
NIM. 60403070123
Salsabila Yuliandari
NIM. 60403070123
Siska Aulia
NIM. 60403070123

Semester 2B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BINA MUTIARA SUKABUMI
2023

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat-Nya saya selaku penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada
halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Irpan Abdurrahman sebagai dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Jasmani, yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan saya. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah olahraga terdapat dalam bahasa Jawa yaitu olahrogo, Olah artinya melatih diri
menjadi seorang yang terampil sedangkan rogo artinya badan. jadi olahraga adalah suatu
bentuk pendidikan individu dan masyarakat yang mengutamakan gerakan-gerakan jasmani
yang dilakukan secara sadar dan sistematis menuju suatu kualitas yang lebih tinggi.Menurut
wikipedia, arti olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara
jasmani tetapi juga rohani (misalkan catur). Berdasarkan arti kata dalam undang-undang
ketentuan pokok olahraga tahun 1997 pasal 1, yang di maksud dengan olahraga adalah semua
kegiatan jasmani yang dilandasi semangat untuk melelahkan diri sendiri maupun orang lain,
yang dilaksanakan secara ksatria sehingga olahraga merupakan sarana menuju peningkatan
kualitas dan ekspresi hidup yang lebih luhur bersama sesama manusia. Utamanya olahraga
berfungsi untuk menyehatkan badan dan memastikan organ tubuh masih sehat. Olahraga
penting, karena di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Pendapat orang tentu
berbeda, tapi secara garis besar olahraga yang merupakan aktivitas fisik itu penting dilakukan
dalam keseharian. Baik dengan gerakan-gerakan terarah (cabang olahraga) ataupun gerakan
lainnya yang penting bergerak.Pada dasarnya olahraga dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Olahraga Prestasi yaitu permainan dan pertandingan yang terbatas waktunya yang
melibatkan usaha fisik dan ketrampilan.
2. Olahraga Rekreasi yaitu olahraga yang merupakan rekreasi dan aktifitas yang
dilakukan di waktu senggang bahkan merupakan hiburan . (Perrin Gerald A,1981,PL)Pada
mulanya olahraga dilakukan hanya untuk mengisi waktu luang, sehingga olahraga dilakukan
dengan penuh kegembiraan dan santai serta tidak ada batasan dan aturan yang digunakan.
Olahraga dilakukan secara tidak formal baik dari segi tempat pelaksanaan, peraturan, maupun
waktu kegiatannya. Namun seiring perkembangan kebutuhan dan kemampuan manusia yang
semakin maju, yang ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terus dilakukan oleh manusia, maka kegiatan olahraga tidak lagi dilakukan hanya untuk
kegiatan rekreasi melainkan bertambah menjadi kegiatan yang dipertandingkan.
Sedangkan Menurut Sejarah Sport dan Olahraga dapat mengajarkan kepada kita arti
mengenai perubahan masyarakat dan mengenai olahraga itu sendiri. Olahraga sepertinya
melibatkan kemampuan dasar manusia yang dikembangkan dan dilatih untuk kepentingannya
sendiri, yang sejalan dengan dilatih demi kegunaannya. Ini menunjukkan bahwa olahraga itu
mungkin sama tuanya dengan keberadaan manusia itu sendiri, yang memiliki tujuan, dan

ii
adalah cara yang berguna untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menaklukkan alam
dan lingkungan.
Sport (Olahraga) berasal dari bahasa Latin ”disportare” atau “deportare” dalam bahasa
Itali”deporte” yang artinya penyenangan, pemeliharaan atau menghibur untuk bergembira.
Dapatlah dikatakan bahwa sport ialah kesibukan manusia untuk menghibur diri sambil
memelihara jasmaniah. Sedangkan antara sport dan bermain terdapat hubungan yang erat dan
mempunyai sangkut paut yang bersifat strukturil, bahwa sport adalah sebuah bentuk dari
bermain yang lebih sempurna. Tetapi tidaklah dikatakan bahwa semua bentuk bermain adalah
sport. Sport adalah sesuatu yang berkembang dari bermain, merupakan hasil perpaduan dari :
a. Kebutuhan akan ketangkasan jasmani
b. Kebutuhan akan kesanggupan untuk mengatasi situasi
c. Kebutuhan akan mencapai nilai-nilai keindahan
d. Kebutuhan akan kegembiraan yang menyegarkan (rekreasi)
Olahraga,(sport) merupakan gabungan dari segala latihan jasmani yang diadakan
orang dengan sukarela untuk memperkuat dan melatih tenaga tubuh, demikian juga selaras
dengan itu memajukan pemusatan perhatian, kemauan. Namun, jika kita melihat lebih
kebelakang lagi Kata Sport (olahraga) tidak pernah lepas dari beberapa faktor berikut :
1. Pra-Sejarah
2. Cina Kuno
3. Mesir Kuno
4. Yunani Kuno
5. Eropa dan perkembangan global.

iii
BAB II
PEMBAHASAN

OLAHRAGA PERMAINAN
Olahraga permainan adalah jenis olahraga yang dilakukan sebagai bentuk permainan
yang dipertandingkan oleh dua tim untuk mendapatkan angka dan meraih kemenangan.
Permainan juga adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan pribadi ataupun kelompok
yang dilakukan tanpa suatu paksaan tertentu yang bertujuan agar tidak mengurangi nilai
kesenangan itu sendiri. Kegiatan yang mencari kesenangan dengan alat maupun tidak dengan
alat berbuat apa saja sesuai hati, berbuat asal namun tidak mengurangi nilai kesenangan atau
bersenang-senang, permainan adalah kegiatan yang isinya hanyalah kesenangan tidak terbatas
oleh waktu dan peraturan, tanpa adanya paksaan dari orang lain dan melakukannya sukarela
tanpa dapat imbalan, material, atau hadiah. Aktifitas permainan bisa dilakukan oleh siapa saja
dari anak-anak hingga orang dewasa, permainan untuk anak lebih bertujuan agar anak-anak
mudah bergaul dengan teman sebayanya dan juga bisa membentuk karakter anak selain itu
permainan bisa juga untuk menambah aktifitas gerak anak agar pada saat dewasa nanti lebih
terampil dalam melakukan gerakan pada banyak permaianan. Biasanya permainan dibagi
menjadi 2 jenis permainan, ada permainan yang dilakukan dengan perorangan dimana
permainan ini dimainkan 1 lawan 1 serta aja juga permainan yang dimainkan secara
berkelompok permainan ini dimainkan 3 lawan 3 atau bisa lebih contoh dari permainan yang
dilakukan perorangan ada tennis 1lapangan, badminton, tennis meja dll. Dan untuk
permainan yang dilakukan kelompok contohnya sepak bola, volly, hockey, basket, rugby dan
lain-lain.

A. Mengenal Sejarah Permainan

Sejarah permainan berawal dari masa lalu manusia purba. Permainan adalah bagian
integral dari semua budaya dan merupakan salah satu bentuk interaksi sosial manusia tertua.
Permainan adalah ekspresi permainan yang diformalkan yang memungkinkan orang
melampaui imajinasi langsung dan mengarahkan aktivitas fisik. Ciri-ciri umum permainan
mencakup ketidakpastian hasil, aturan yang disepakati, persaingan, tempat dan waktu yang
terpisah, unsur fiksi, unsur kebetulan, tujuan yang ditentukan, dan kesenangan pribadi.

Game menangkap ide dan pandangan dunia dari budaya mereka dan mewariskannya kepada
generasi mendatang. Permainan penting sebagai acara pengikatan budaya dan sosial, sebagai
alat pengajaran dan sebagai penanda status sosial. Sebagai hiburan para bangsawan dan elit,

1
beberapa permainan menjadi ciri umum budaya istana dan juga diberikan sebagai hadiah.
Permainan seperti Senet dan permainan bola Mesoamerika sering kali mengandung makna
mistis dan ritual keagamaan. Permainan seperti Gyan chauper dan The Mansion of Happiness
digunakan untuk mengajarkan pelajaran spiritual dan etika, sementara Shatranj dan Wéiqí
(Go) dipandang sebagai cara untuk mengembangkan pemikiran strategis dan keterampilan
mental oleh elit politik dan militer. Dalam bukunya tahun 1938, Homo Ludens , sejarawan
budaya Belanda Johan Huizinga berpendapat bahwa permainan adalah kondisi utama
generasi budaya manusia. Huizinga melihat permainan sebagai sesuatu yang "lebih tua dari
budaya, karena budaya, betapapun tidak didefinisikan secara memadai, selalu mengandaikan
masyarakat manusia, dan hewan tidak menunggu manusia mengajari mereka permainannya".
Huizinga melihat permainan sebagai titik awal aktivitas manusia yang kompleks seperti
bahasa, hukum, perang, filsafat, dan seni.

B. Manfaat Permainan Olahraga Bagi Kesehatan

Beberapa manfaat olahraga bagi Kesehatan tubuh.

1. Menjauhkan dari Beragam Penyakit

Berolahraga secara rutin dapat meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tubuh tidak mudah
terserang penyakit. Saat berolahraga, tubuh akan lebih bebas bergerak. Hal ini akan memicu
proses metabolisme dan sirkulasi darah menjadi lebih lancar. Hasilnya tubuh lebih sehat dan
kuat, serta enggak mudah terserang penyakit.

2.Membuat Tubuh Lebih Tegap

Berolahraga membuat semua bagian tubuh bergerak, sehingga bisa meningkatkan


fleksibilitas. Otot tubuh juga menjadi lebih elastis dan tidak kaku. Bagi anak-anak, olahraga
amat penting untuk menunjang perkembangan postur tubuhnya. Menurut Kathleen, anak
yang rutin berolahraga sejak kecil akan memiliki postur tubuh yang tegap dan tidak
membungkuk saat berjalan.

3.Merangsang Pertumbuhan Ideal

Saat berolahraga, kalori dalam tubuh akan terbakar lebih optimal. Kalori yang ada dalam
tubuh akan diproses menjadi energi secara keseluruhan, tanpa ada yang tersisa dan berpotensi
menimbulkan tumpukan lemak tubuh. Tubuh mendapatkan suplai nutrisi yang cukup untuk
melancarkan proses pertumbuhan dan perkembangan secara ideal.

2
4.Membantu Menjaga Kesehatan Kulit

Kesehatan kulit bisa dipengaruhi oleh jumlah stres oksidatif dalam tubuh. Stres oksidatif
terjadi ketika pertahanan antioksidan tubuh tidak bisa sepenuhnya memperbaiki kerusakan
yang disebabkan oleh radikal bebas pada sel. Hal ini bisa merusak struktur internal dan
merusak kulit kamu. Dengan melakukan olahraga secara teratur, produksi antioksidan alami
dalam tubuh akan meningkat yang dapat membantu melindungi sel. Selain itu, olahraga juga
bisa menstimulasi aliran darah dan menginduksi adaptasi sel kulit yang bisa membantu
menunda penuaan kulit.

5.Meningkatkan Kualitas Hidup

Selain untuk meningkatkan kesehatan fisik, olahraga juga bermanfaat untuk meingkatkan
kualitas hidup, Seperti:

a. Memperbaiki suasana hati

Saat suasana hati sedang buruk atau sedang merasa stress, berjalan cepat selama 30 menit
atau berlatih di pusat kebugaran dapat memperbaiki suasana hati. Berolahraga diketahui dapat
menstimulasi suatu zat kimia pada otak yang membuat suasana hati lebih bahagia dan santai.

b. Menumbuhkan kepercayaan diri

Olahraga yang dilakukan secara teratur juga dapat membuat lebih percaya diri terhadap
penampilan diri sendiri.

c. Mengatasi stress

Penelitian terhadap efek psikologis dari olahraga mengungkapkan bahwa aktivitas tersebut
dapat mengurangi depresi dan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi stres. Bila stres
terkendali dengan baik, tubuh juga akan terlindungi dari berbagai macam gangguan, mulai
dari mulai dari sakit kepala, maag, buang air besar tidak lancar hingga gangguan
kardiovaskular.

d. Membuat tidur lebih nyenyak

Olahraga teratur dapat membantu tubuh untuk tidur lebih cepat dan nyenyak. Namun hindari
berolahraga terlalu dekat dengan waktu tidur.

e. Menikmati waktu menyenangkan

3
Olahraga dan aktivitas fisik merupakan salah satu cara untuk menghabiskan waktu luang
dengan menyenangkan. Penelitian menunjukkan bahwa berjalan cepat selama 1-2 jam per
minggu atau sekitar 15-20 menit per hari akan menurunkan risiko berbagai penyakit. Secara
umum, orang dewasa berusia 19-64 tahun membutuhkan dua jenis olahraga, yaitu latihan
aerobik dan latihan untuk kekuatan otot. Total waktu olahraga yang dibutuhkan adalah sekitar
150 menit per minggu.

4
OLAHRAGA BELA DIRI

A. Pengertian Olahraga Beladiri


Olahraga beladiri merupakan perpaduan aktifitas fisik dengan unsur seni, teknik
membela diri, olahraga serta olah batin yang di dalamnya terdapat muatan seni budaya
masyarakat dimana seni beladiri itu lahir dan berkembang (Maulana, 2010). Olahraga seni
beladiri populer dengan berbagai macam ciri khas daerah tertentu tempat asal dan
dikembangkan seni beladiri tersebut, sehingga menyebarkan seni beladiri tertentu ke daerah
lainnya menjadi salah satu cara untuk melestarikan budaya daerah tertentu. Menurut Utomo
(2002) menjelaskan bahwa seni beladiri adalah seni yang menyelamatkan diri. Artinya
olahraga seni beladiri pada intinya merupakan alat untuk mencari persaudaraan dan
perdamaian. Fakta bahwa olahraga seni beladiri merupakan alat untuk mencari persaudaraan
kini telah berkembang dan terjadinya perluasan tujuan, sehingga tujuan orang mempelajari
seni beladiri antara lain untuk berprestasi sebagai atlet melalui cabang olahraga beladiri
(Haryo, 2005)

Mengkaji seni beladiri dalam bidang olahraga menjadi menarik untuk dikaji lebih dalam.
Kajian literatur menjelaskan olahraga seni beladiri dalam bidang olahraga merupakan sebuah
sistem yang mengacu pada berbagai sistem tempur yang berasal dari Asia (Winkle & Ozmun,
2003), selain itu saat ini olahraga seni beladiri telah mengalami perkembangan yang pesat.
Olahraga seni bela diri biasanya didefinisikan sebagai pertarungan tangan kosong, suatu
bentuk perkelahian atau membela diri yang menggunakan pukulan, pemogokan, tendangan,
grappling, blok dan lemparan (Winkle & Ozmun, 2003). Pada zaman kuno, tepatnya sebelum
adanya persenjataan modern, manusia tidak memiliki cara lain untuk mempertahankan
dirinya selain dengan tangan kosong. Pada saat itu, kemampuan bertarung dengan tangan
kosong dikembangkan sebagai cara untuk menyerang dan bertahan, kemudian digunakan
untuk meningkatkan kemampuan fisik atau badan seseorang.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa olahraga seni beladiri merupakan
sebuah sistem atau alat yang digunakan untuk melindungi diri dari berbagai serangan lawan,
yang kemudian berkembang dengan pesat sehingga olahraga seni beladiri memiliki tujuan
untuk sebuah prestasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Dosil, 2006) yang
mengungkapkan fakta bahwa olahraga seni beladiri dalam beberapa tahun terakhir semakin
populer dan berkembang dibeberapa negara termasuk di Indonesia.

5
1. Teknik Olahraga Beladiri
Pada dasarnya seni beladiri dapat dikategorikan dalam dua aspek yaitu teknik dan non
teknik. Setiap aliran seni beladiri mempunyai persamaan dan perbedaan pemahaman
mengenai kedua aspek tersebut. Sejarah suatu negara, adat istiadat, tradisi, dan lingkungan
alam tempat seni beladiri itu tumbuh dan berkembang, akan mewarnai perbedaan diantara
kedua aspek tersebut (Maulana 2010: 1). Lebih lanjut Ben Haryo dalam Maulana (2010: 2)
menjelaskan fungsi dasar beladiri dari aspek teknik dan non teknik adalah sebagai berikut :
a. Sebagai bekal untuk menjaga keselamatan diri dalam pertarungan di medan laga yang
luas ataupun tempat yang sangat terbatas.
b. Untuk menjaga kesehatan fisik melalui latihan beladiri yang teratur.

c. Untuk dapat mengendalikan serangan lawan, kemudian mengendalikan pertarungan agar


penyerang dan yang diserang tidak mengalami cidera yang
berat.

d. Untuk melumpuhkan lawan dengan tempo yang tidak terlalu lama,sehingga tidak perlu
banyak mengeluarkan energi.
e. Sebagai pertahanan diri sendiri dengan tidak mengandalkan serangan frontal terhadap
lawan yang mungkin memiliki tenaga lebih besar. Fungsi dasar beladiri dari aspek non
teknik adalah sebagai berikut :
a. Sebagai kepercayaan diri dalam menjaga diri sendiri dan orang lain dari tindak
kekerasan.
b. Memiliki sikap mental yang relatif tangguh dan tidak gampang menyerah saat
menghadapi permasalahan dalam kehidupan.
c. Sebagai semangat juang yang cukup tinggi dalam mengejar keinginan.

d. Untuk dapat menerapkan sikap disiplin dalam kehidupan sehari hari.

e. Untuk dapat memahami seni budaya dan karakter masyarakat suatu bangsa dimana seni
beladiri itu berasal.
f. Sebagai pengatur dan penjaga keseimbangan fisik, mental, dan spiritual dalam
harmonisasi irama kehidupan yang dinamis.
Olahraga seni beladiri memiliki beberapa teknik dasar. Setiap cabang olahraga Seni
beladiri meyakini bahwa masing-masing teknik dasar tersebut merupakan unsur gerakan yang

6
mencerminkan asal usul dari olahraga beladiri tersebut. Secara umum teknik dasar dalam
olahraga seni beladiri yaitu :

a. Kuda-kuda

Sikap kuda-kuda dalam olahraga beladiri merupakan sikap sedia seorang pelaku beladiri
dengan memposisikan kaki depan, kesamping atau serong tergantung pada jenis kuda-kuda
yang dilakukan. Setiap aliran dalam olahraga beladiri kuda-kuda merupakan hal yang sangat
berpengaruh, karena teknik-teknik yang lain seperti serangan, belaan atau tangkisan ditopang
oleh teknik kuda-kuda yang benar (Johansyah Lubis, 2004)

b. Tendangan

Tendangan menurut Notosoejitmo dalam Muhammad Rifqi (2016) adalah serangan yang
dilakukan menggunakan kaki dan tungkai sebagai komponen penyerang. Tendangan
merupakan salah satu teknik yang digunakan atlet beladiri untuk mendulang poin dalam
kategori tanding.

c. Pukulan

Menurut Notosoejitmo, dalam Muhammad Rifqi (2016), pukulan adalah serangan yang
dilakukan dengan menggunakan tangan dan lengan sebagai komponen penyerang. Pukulan
mempunyai berbagai macam jenis dan variasinya, sesuai aliran dan jenis beladiri masing-
masing.

Berdasarkan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa olahraga seni beladiri selain
bertujuan untuk membela diri, didalam olahraga ini juga dilatihkan aktifitas untuk menjaga
kesehatan jasmani yang nantinya bertujuan untuk mencapai sebuah prestasi. Olahraga beladiri
pada awalnya merupakan olahraga yang menggunakan tangan kosong dan mencerminkan
kekhasan dari masing-masing daerah atau asal dari olahraga tersebut, akan tertapi dengan
berkembangnya jaman dan seiring berjalannya waktu olahraga beladiri kini memiliki tujuan
untuk prestasi. Untuk mencapai prestasi yang ditargetkan diperlukan teknik-teknik dasar
dalam olahraga seni beladiri seperti teknik kuda-kuda, teknik tendangan, teknik tangkisan dan
teknik pukulan. Selain itu dapat olahraga seni beladiri juga memiliki beberapa fungsi baik
teknik maupun non teknik seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab sebelumnya.

B. Hakikat Olahraga Pencak Silat

7
Olahraga beladiri pencak silat merupakan salah satu olahraga beladiri yang berasal dari
Indonesia. Pencak Silat merupakan sistem beladiri yang diwariskan oleh nenek moyang
sebagai budaya bangsa Indonesia (Erwin, 2015). Pencak silat sebagai budaya bangsa
Indonesia diperkuat dengan pendapat Suwaryo (2008) yang menyatakan bahwa pencak silat
dapat diklarifikasikan kedalam wujud kebudayaan yang berupa olahraga beladiri yang
memiliki pola-pola tertentu dan memiliki adat tata kelakuan sendiri. Penelitian yang
dilakukan Wilson (2015) menghasilkan bahwa pencak silat merupakan sarana budidaya
tubuh, tempat pengembangan psikologis, seni pertunjukan dan sejarahnya yang terkait
dengan Indonesia. Mardotillah (2016) juga mengungkapkan bahwa dalam olahraga beladiri
pencak silat terdapat makna filosofi yang tinggi dalam membentuk karakter manusia dan
pencak silat juga bertujuan untuk membentuk unsur fisik, mental dan spiritual. Pencak silat
merupakan hasil budi daya manusia yang bertujuan untuk menjamin keamanan dan
kesejahteraan bersama, pencak silat merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban
manusia yang diajarkan kepada warga masyarakat yang meminatinya (Oetojo, 2000).

Beberapa pendekar pencak silat mengungkapkan arti pencak silat sebagai berikut:

a. Abdus Syukur mengatakan pencak adalah gerak langkah keindahan dengan menghindar,
yang besertakan gerakan berunsur komedi. Pencak dapat dipertontonkan sebagai sarana
hiburan, sedangkan silat adalah unsur teknik beladiri menangkis, menyerang dan
mengunci yang tidak dapat diperagakan didepan umum.
b. Menurut R.M. Imam Koesoepangat dalam Sucipto (2009) mengartikan pencak sebagai
gerakan beladiri tanpa lawan, sedangkan silat sebagai gerakan beladiri yang tidak dapat
dipertontonkan.
c. Menurut Prof. Dr. Purbo Tjaroko dalam bukunya ”Pencak Silat Diteropong dari Sudut
Kebangsaan Indonesia”, dikatakan bahwa kata pencak berasal dari kata cak (injak),
lincak-lincak (berulangulang menginjak), macak (berias diri), pencak baris (mengatur
baris), pencak (memasang diri). Sedangkan kata silat berasal dari kata lat (pisah), welat
(bambu yang pisah dari batangnya), silat (memisahkan diri).
Pencak silat pada hakikatnya adalah substansi dan sarana pendidikan mental spiritual dan
pendidikan jasmani untuk membentuk manusia yang mampu menghayati dan mengamalkan
ajaran filsafah budi pekerti (Erwin, 2015). Selain itu, dalam olahraga seni beladiri pencak
silat ini terdapat aspek-aspek yang mempengaruhinya. Aspek-aspek utama dalam beladiri
pencak silat menurut Erwin

8
(2015) yaitu:

a. Aspek mental spiritual

b. Aspek seni

c. Aspek beladiri

d. Aspek olahraga

Aspek-aspek diatas merupakan beberapa aspek yang terkandung dalam olahraga beladiri
ini, yang masing-masing aspek memiliki makna tersendiri.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas tentang pengertian pencak silat, maka dapat
disimpulkan bahwa pencak silat merupakan olahraga beladiri yang berasal dari bangsa
Indonesia. Pencak silat merupakan olahraga hasil dari perpaduan budaya bangsa Indonesia
yang memiliki tujuan untuk membela diri, bertahan dari serangan lawan serta untuk
membentuk karakter perilaku manusia yang meliputi unsur fisik, mental, dan spiritual. Selain
itu, pencak silat sebagai perpaduan budaya bangsa ini juga dibuktikan dengan pendapat
Gristyutawati, dkk (2012) yang menjelaskan bahwa pencak silat adalah hasil budaya manusia
Indonesia untuk membela, mempertahankan, eksistensi (kemandirian) dan integritasnya
(manunggal) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup
guna meningkatkan iman dan taqwa.

2. Sejarah Pencak Silat


Pencak silat sebagai salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia yang
berkembang dengan pesat beberapa tahun terakhir menjadi salah satu warisan kebanggaan
bangsa. Salah satu bukti bahwa pencak silat merupakan kebudayan bangsa ini dibuktikan
dengan hasil penelitian yang menjelaskan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah
memiliki cara pembelaan diri yang ditujukan untuk melindungi dan mempertahankan
kehidupan nya atau kelompoknya dari tantangan alam (Gilang, 2007). Selain itu,
perkembangan pencak silat sebagai warisan kebudayaan mengadopsi teknik-teknik lainnya
tidak hanya yang terdapat dari Nusantara, tetapi terjadi proses asimilasi dari teknik-teknik
mancanegara lainnya seperti dari Negara Cina dan beladiri Eropa lainnya (Mardotillah &
Zein, 2016). Teknik-teknik yang terdapat dalam beladiri pencak silat dibentuk oleh beragam
situasi dan kondisi, namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak Silat merupakan

9
unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun
temurun.

Pada jaman kerajaan olahraga seni beladiri telah berkembang sebagai salah satu alat
berkuasa, baik untuk mempertahankan kerajaannya maupun untuk menyerang lawan. Tahun
1019-1041 istilah pencak silat mulai muncul sejak kerajaan Kahuripan dengan nama “Eh Hok
Hik” (Nugroho A, 2004). Pada jaman

penjajahan tersebut olahraga seni beladiri pencak silat memiliki peran yang sangat penting
dan sangat besar dalam membantu keamanan negara untuk mengusir penjajah. Menurut
Notosoejitno (1999) perkembangan sejarah pencak silat dapat di bagi menjadi dua jaman,
yang terdiri dari:

a. Jaman Pra Sejarah

b. Jaman Sejarah, di bagi menjadi lima yaitu: Jaman Kerajaan-Kerajaan, Jaman

Kerajaan Islam, Jaman Penjajahan Belanda, Jaman Penjajahan Jepang, dan

Jaman Kemerdekaan.

Perkembangan olahraga seni beladiri pencak silat semakin pesat, kini olahraga seni
beladiri ini tidak hanya betujuan untuk keamanan negara, namun telah memiliki tujuan lain
yaitu menjadi olahraga prestasi yang dipertandingan di berbagai macam kompetisi baik di
tingkat daerah, nasional, internasional bahkan dunia.

Berdasarkan hasil penelitian dan kajian diatas terkait sejarah pencak silat maka dapat
disimpulkan bahwa olahraga seni beladiri pencak silat merupakan salah satu olahraga hasil
dari kebudayaan bangsa Indonesia. Hal tersebut sesuai hasil Penelitian Donald F. Draeger
yang membuktikan adanya seni bela diri bisa dilihat dari berbagai artefak senjata yang
ditemukan dari masa Hindu-Budha serta pada pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap
kuda-kuda silat di candi Prambanan dan Borobudur. Indonesia kala itu memakai senjata dan
seni beladiri silat adalah tak terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja, melainkan juga
pada hubungan spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan Indonesia. (Draeger, 1992).

3. Kelas Pertandingan dalam Pencak Silat


Olahraga seni beladiri pencak silat kini telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat terutama dalam bidang pertandingan untuk mencapai sebuah prestasi yang gemilang.

10
Pertandingan pencak silat telat digelar secara rutin baik dalam tingkat daerah, nasional
maupun internasional. Selanjutnya, dalam pertandingan pencak silat terdapat beberapa
kategori yang dipertandingkan yang meliputi :

a. Kategori Tanding

Kategori tanding adalah kategori pertandingan pencak silat yang menampilkan

2 (dua) orang pesilat dari kubu yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan
unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis, mengelak, menyerang, menghindar pada
sasaran dan menjatuhkan lawan. Penggunaan taktik dan teknik bertanding, ketahanan stamina
dan semangat juang, menggunakan kaidah dan pola langkah yang memanfaatkan kekayaan
teknik jurus, mendapatkan nilai terbanyak. (Munas XII IPSI, 2007).

b. Kategori Seni

Menurut Notosoejitno (1997) Pencak Silat Seni adalah cabang pencak silat yang
keseluruhan teknik dan jurusnya merupakan modifikasi dari teknik dan jurus pencak silat
beladiri sesuai dengan kaidah-kaidah estetika dan penggunaannya bertujuan untuk
menampilkan keindahan pencak silat.

c. Kategori tunggal

Kategori tunggal adalah kategori pertandingan pencak silat yang menampilkan seorang
pesilat memperagakan kemahirannya dalam jurus tunggal baku secara benar, tepat dan
mantap, penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dan bersenjata serta tunduk kepada
ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini

(Munas IPSI, 2007).

d. Kategori ganda

Kategori ganda adalah kategori pertandingan dalam pencak silat yang mempertandingkan
dua orang pesilat dari kubu yang sama, kemudian melakukan dan memperagakan kemahiran
kekayaan teknik jurus serang bela pencak silat yang dimiliki. Gerakan serang bela
ditampilkan secara terencana, efektif, estetis, mantap dan logis dalam sejumlah rangkaian seri
yang teratur, baik bertenaga dan cepat maupun dalam gerakan lambat penuh penjiwaan

11
dengan tangan kosong dan dilanjutkan dengan bersenjata, serta tunduk kepada ketentuan dan
peraturan yang berlaku untuk kategori ini (Munas IPSI, 2007).

e. Kategori regu

Kategori regu adalah kategori pertandingan pencak silat yang menampilkan tiga orang
pesilat dari kubu yang sama, memperagakan kemahirannya dalam jurus regu baku secara
benar, tepat, mantap, penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk
kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini (Munas IPSI, 2007)

Berdasarkan kajian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam olahraga seni beladiri pencak
silat terdapat berbagai macam kategori kelas yang dipertandingkan, baik kelas seni maupun
kelas tanding. Kelas pertandingan tersebut seperti kelas tanding, kelas seni, kelas tunggal,
kelas beregu dan kelas ganda. Masing-masing kelas pertandingan memiliki komposisi dan
ketentuan yang berbeda. Selain itu, setiap kelas yang dipertandingkan juga memiliki filosofi
tersendiri.

4. Karakteristik Fisik Atlet Pencak Silat


Pembinaan prestasi atlet pencak silat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
latihan, faktor kondisi psikis dan faktor kondisi fisik atlet tersebut. Bidang olahraga
merupakan salah satu bidang yang salah satu faktor utamanya yaitu kondisi fisik. Menurut
Sya’ban (2013), kondisi fisik adalah kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas fisik
yang meliputi kekuatan, kecepatan, dayatahan, kelentukan, daya ledak dan tinggi badan. Fisik
merupakan pondasi dan modal utama yang harus dimiliki seorang atlet, karena teknik, taktik,
dan mental akan dapat dikembangkan dengan baik jika memiliki kualitas fisik yang baik.
Seoarang atlet yang akan melakukan ketrampilannya dari teknik dasar ke teknik yang lebih
tinggi perlu bekal fisik lebih yang cukup, sebagai contoh atlet pesilat yang akan berlatih
teknik tendangan balik memerlukan fisik yakni power yang memadai. Komponen kondisi
fisik tersebut sangat diperlukan dalam olahraga seni beladiri pencak silat, sehingga dalam
pencak silat komponen kondisi fisik yang diperlukan diantaranya ketahanan, kekuatan,
kecepatan, koordinasi, dan fleksibilitas, menurut Awan Hariono (2006). Pendapat lain juga
mengungkapkan bahwa kemampuan biomotor yaitu kekuatan, ketahanan, kecepatan,
fleksibilitas, dan koordinasi sangat diperlukan bagi atlet pencak silat untuk mencapai kualitas
fisik yang baik, menurut Pomatahu (2018).

12
Berikut ini penjelasan terkait komponen-komponen fisik yang dominan pada olahraga
seni beladiri pencak silat:

a. Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam


mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (M. Sajoto,1995). Menurut
Awan Hariono (2006) manfaat dari latihan kekuatan, di antaranya untuk meningkatkan
kemampuan otot dan jaringan, mengurangi dan menghindari terjadinya cidera, meningkatkan
prestasi, terapi dan rehabilitasi cedera pada otot, dan membantu dalam penguasaan teknik.
Dalam olahraga seni beladiri pencak silat kekuatan sangatlah diperlukan baik dalam kelas
pertandingan seni maupun kelas tanding. Kekuatan menjadi pondasi utama yang harus
memiliki kualitas baik untuk mencapai sebuah prestasi dalam kompetisi pencak silat.

b. Ketahanan

Menurut Sukadiyanto (2002) Ketahanan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu
untuk bekerja untuk waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah
menyelesaikan pekerjaan tersebut. Latihan ketahanan berpengaruh pada kardiovaskuler,
pernafasan dan sistem peredaran darah pada saat proses latihan berlangsung.

c. Koordinasi

Koordinasi merupakan kemampuan seorang pesilat melakukan berbagai macam gerakan


yang berbeda secara efektif. Koordinasi dalam pencak silat sangat dibutuhkan pada kelas
pertandingan seni atau tunggal.

d. Fleksibilitas

Menurut Sumarsono dalam Pomatahu (2018) Fleksibilitas adalah efektivitas seseorang


dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas pengeluaran tubuh yang luas. Hal ini akan
sangat mudah ditandai untuk memperbaiki kelenturan dan memelihara kelenturan tubuh maka
kita harus menggerakan persendian kita pada daerah yang maksimal secara teratur.

e. Kecepatan kecepatan merupakan kemampuan seseorang untuk menjawab rangsang


dengan bentuk gerak atau serangkaian gerak dalam waktu secepat mungkin
(Sukadiyanto, 2002). Komponen kecepatan dalam pencak silat dominan digunakan oleh

13
atlet yang bermain di kelas tanding. Kecepatan berkaitan erat dengan aksi reaksi yang
dilakukan pesilat pada saat kompetisi.
Berdasarkan penjelasan diatas kondisi fisik pesilat menjadi sumber bahan pengamatan
dan peningkatan kualitas seorang atlet agar dapat memenuhi standar kondisi fisik atlet tingkat
daerah, nasional maupun internasional. Pembinaan kombinasi dalam cabang olahraga pencak
silat dapat dicapai melalui latihan yang terprogram, teratur dan terukur dengan melibatkan
berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam meningkatkan prestasi olahraga
pencak silat harus melalui latihan yang dilakukan dengan pendekatan ilmiah terhadap ilmu-
ilmu yang terkait, maka dapat dikembangkan teori latihan yang baik, sehingga prestasi
olahraga dapat ditingkatkan dengan baik.

5. Karakteristik Psikologis Atlet Pencak Silat


Karakteristik psikologis setiap atlet nampaknya memiliki konsekuensi yang berbeda
disetiap sudut kehidupan yang mereka jalani. Karakteristik merupakan ciri atau sifat yang
berkemampuan untuk memperbaiki kualitas hidup (Rahman, 2013). Sedangkan kondisi
psikologis adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seorang individu yang dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku individu tersebut (Riyadiningsih, 2010). Berdasarkan dua
pendapat diatas dapat dipahami bahwa karakteristik psikologi merupakan karakter atau
tingkah laku individu dalam mengatur tingkah laku untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
Memberikan beberapa informasi terkait bagaimana seorang individu maupun kelompok
mengatur diri sendiri dan perilaku yang menjadikan sebuah bukti bahwa seseorang harus bisa
mengendalikan pikiran, perasaan maupun tingkah laku individu ( Hoyle, 2006 ). Berbicara
terkait olahraga beladiri khususnya pencak silat, terdapat beberapa hal yang harus
ditingkatkan untuk meningkatkan prestasi atlet, salah satunya yaitu pelatihan mental.
Pelatihan mental dalam olahraga pencak silat harus dilakukan secara sistermatis, bertahap
serta berkesinambungan.

Atlet Pencak Silat diperkirakan memiliki reaksi emosional yang tinggi dalam bertanding.
Menurut Sukadiyanto (2006), reaksi emosional adalah terjadinya perubahan tingkat
kegairahan yang dapat memudahkan atau justru menghambat keinginan seseorang untuk
berperilaku atau bertindak. Sesuai dengan penjelasan (Fahmi, 2013), bahwa kondisi mental
sangatlah penting dan perlu disiapkan sebaikbaiknya, bahkan tidak menutup kemungkinan
juga menjadi faktor penentu dalam pertandingan. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi
seorang atlet Pencak Silat untuk memiliki persiapan mental yang baik sehingga dapat

14
mengatasi gangguan seperti kecemasan yang dapat mempengaruhi performa dalam
pertandingan.

Hasil penelitian yang dilakukan Munawar (2017) menyatakan bahwa karakteristik


keterampilan psikologis yang dapat dilakukan pada saat pelatihan mental oleh atlet pencak
silat yaitu motivasi, kepercayaan diri dan konsentrasi. Selain itu, Komarudin (2013)
menjelaskan bahwa atlet yang memiliki kepercayaan diri selalu berpikir positif untuk
menampilkan sesuatu yang terbaik dan memungkinkan timbul keyakinan pada dirinya bahwa
dirinya mampu

melakukannya sehingga penampilannya tetap baik. Sebaliknya jika seorang atlet memiliki
pikiran negatif maka kepercayaan dirinya akan menurun. Serupa dengan pendapat Satiadarma
(2000) menjelaskan bahwa kepercayaan diri adalah rasa keyakinan dalam diri atlet dimana ia
akan mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam suatu kinerja olah raga.

Berdasarkan pendapat diatas dan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa dalam olahraga seni beladiri pencak silat terdapat beberapa karakteristik yang
dibutuhkan atlet pencak silat untuk menunjang penampilannya pada saat bertanding yang
meliputi motivasi, kepercayaan diri, dan konsentrasi. Beberapa karakteristik yang dimiliki
pesilat tersebut merupakan modal utama untuk meningkatkan prestasi yang telah ditargetkan.

C. Hakikat Olahraga Beladiri Karate

1. Pengertian Beladiri Karate


Karate adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji,
yaitu Kara yang berarti kosong, dan te yang berarti tangan. Kedua kanji tersebut bermakna
tangan kosong(pinyin : kongshou).

Gichin Funakoshi (Gugun A Gunawan, 2007) karate-do secara harafiah mempunyai arti
yaitu “kara” yang berarti kosong, langit atau cakrawala, Sedangkan “te” berarti tangan yang
merupakan alat komunikasi fisik utama, dapat pula diartikan seperti orang memiliki
kemampuan teknik tertentu dan “Do” berarti jalan yaitu jalan seni perkasa.

Karate merupakan salah satu olahraga bela diri yang menuntut suatu keterampilan serta
teknik-teknik dan rasa percaya diri yang tinggi, agar mampu menampilkan permainan yang
baik dan konsisten dalam melakukan suatu pertandingan. Selain itu, karate juga merupakan

15
seni beladiri yang berfokus pada pertahanan diri menghadapai lawan. Seni beladiri karate
terdiri dari dua komponen yaitu Kumite (pertarungan nyata) yang merupakan sebuah
pertarungan antara dua orang yang saling beradu teknik untuk mendapatkan poin. Sedangkan
Kata merupakan kinerja individu, seorang atlet melakukan gerakan seni yang ada dalam
olahraga karate. Latihan karate berisi tiga bagian: Kihon latihan dasar, yang terutama ditandai
dengan perhatian dan pengulangan gerakan tertentu atau kombinasi dari mereka. Kumite
latihan dengan sparring partner, tujuan utamanya adalah melatih "bersama dengan" dan
bukan "melawan" partner; dan Kata, pola rinci gerakan, di mana urutan gerakan yang berbeda
berpotongan (Jansen & Dahmen-Zimmer, 2012).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa olahraga beladiri karate


merupakan olahraga seni beladiri yang menggabungkan beberapa teknik didalamnya.
Olahraga beladiri karate merupakan olahraga yang berfokus pada pertahan diri menghadapi
lawan. Dalam olahraga beladiri karate terdapat 3 komponen didalamnya yaitu latihan dasar
kihon, latihan dasar kumite dan latihan dasar seni kata. Ketiga komponen tersebut memiliki
makna dan perbaduan teknik yang berbeda-beda dan ketiga komponen dasar yang telah
disebutkan diatas menjadi dasar utama untuk belajar karate.

2. Sejarah Perkembangan Beladiri Karate


Olahraga seni bela diri mengarah pada berbagai sistem bertarung yang berasal dari Asia
(Winkle & Ozmun, 2003), lebih lanjut dikatakan seni bela diri biasanya didefinisikan sebagai
pertarungan tangan kosong. Sejarah perkembangan olahraga beladiri karate ini menjelaskan
bahwa karate sampai di negara Indonesia bukan dari orang Jepang asli melainkan dibawa
oleh mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di negara Jepang yang kemudian pulang ke
Indonesia dengan membawa ilmu

beladiri karate.

Tahun 1963 beberapa mahasiswa Indonesia antara lain Alm. Drs. Baud

Adikusumo (Pendiri INKADO), Muchtar, dan Drs. Karyanto Djojonegoro mendirikan Dojo
di Jakarta. Mereka inilah yang mula-mula mendirikan dan memperkenalkan Karate/Karate-do
(aliran shotokan) di Indonesia dan selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka
namakan PORKI (persatuan olahraga karate-do Indonesia) umumnya mereka kuliah di Kejo
University dan berlatih pada

16
Dojo JKA (Japan Krate Assosiation) di Universitas tersebut yang dikepalai oleh Isao Obata,
salah seorang murid Gichin Funakoshi. Karena semakin banyak pemuda maupun pelajar yang
menyukai beladiri karate, maka sejak itu pada tahun

1972, Mayor Jenderal Widjojo Sujono menyatukan semua aliran karate yang ada di

Indonesia dalam satu wadah yang bernama federasi olahraga karate-do Indonesia (FORKI).
Sampai saat ini FORKI makin berkembang pesat di Indonesia dan memiliki andil yang besar
dalam mendidik mental para generasi muda.

Berdasarkan sejarah singkat diatas dapat disimpulkan bahwa olahraga seni beladiri karate
merupakan olahraga beladiri yang berasal dari jepang, namun olahraga ini sampai di
Indonesia dengan dibawa oleh beberapa mahasiswa Indonesia yang belajar di negara Jepang.
Olahraga seni beladiri karate merupakan olahraga tangan kosong pada mulanya dan bertujuan
untuk membela diri dari serangan lawan. Olahraga beladiri karate semakin berkembang dan
banyak pemuda Indonesia yang mulai menekuni olahraga ini sehingga berdirilah wadah
untuk menampung para karateka dengan nama PORKI ( persatuan Olahraga Karate-Do

Indonesia) yang kemudian berkembang seiringnya waktu dan kini berubah menjadi

FORKI (federasi olahraga karate-do Indonesia).

3. Kelas Pertandingan dalam Beladiri Karate


Kompetisi olahraga beladiri karate terdiri dari dua kelas pertandingan. Kelas kumite dan
kelas kata. Dalam beladiri karate ada tiga aspek dasar yang harus dikuasai oleh seorang
karateka yaitu gerakan dasar (kihon), jurus (kata), pertarungan (kumite).

a. Kihon

Kihon merupakan gerakan paling penting dalam karate, karena kihon merupakan pondasi
awal seorang belajar karate. Secara harfiah kihon berarti pondasi/awal/akar dalam bahasa
Jepang. Dari sudut pandang budo, kihon diartikan sebagai unsur terkecil yang menjadi dasar
pembentuk sebuah teknik. Dalam karatedo sendiri kihon lebih berarti sebagai bentuk-bentuk
baku yang menjadi acuan dasar dari semua teknik/gerakan yang mungkin dilakukan dalam
kata maupun kumite.

17
b. Jurus (Kata)

Menurut Nakayama (Harsuki, 2003) kata merupakan gerakan karate yang meliputi teknik
dasar, posisi berdiri, irama gerakan, koordinasi, dan aplikasi dari seni beladiri karate itu
sendiri. Menurut Sabeth (Harsuki, 2003) kata merupakan suatu bentuk latihan dari semua
teknik dasar, tangkisan, tinjuan, sentakan, dan tendangan dirangkai sedemikian rupa dalam
satu kesatuan bentuk.

c. Kumite

Kumite sebagai salah satu metode latihan dalam bela diri karate, merupakan suatu
metode latihan yang menggunakan teknik serangan dan teknik bertahan di dalam kata
diaplikasikan melalui pertarungan dengan lawan yang saling berhadapan, Nakayama (Nur
Rinawati, 2009: 46)

Berdasarkan penjelasan terkait kelas pertandingan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
dalam olahraga beladiri karate terdapat dua kelas yang dipertandingkan baik di pertandingan
daerah, nasional maupun internasional. Kelas kumite dan kelas kata merupakan dua kelas
dengan karakter yang berbeda. Pada kelas kata, seorang atlet diharuskan menampilkan
serangkaian gerakan yang dirangkai menjadi satu, sedangkan pada kelas kumite merupakan
kelas tanding dimana seorang atlet melakukan serangan dan perlawanan terhadap lawan
dengan mengaplikasikan teknik dasar yang telah dipelajari.

4. Karakteristik Fisik Atlet Beladiri Karate


Komponen fisik yang diperlukan atlet karate, di ataranya adalah kecepatan (speed),
kekuatan (strength), daya ledak (power), kelentukan (flexibility), kelincahan (agility), daya
tahan (endurance), keseimbangan (balance), koordinasi

(coordination). Berikut ini penjelasan dari masing-masing komponen fisik:

a. Kecepatan

Upaya pencapaian prestasi dalam olahraga karate memerlukan beberapa komponen


sebagai faktor pendukung, salah satunya yaitu kecepatan. Kecepatan merupakan waktu yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan suatu kerja fisik tertentu. Sukadiyanto (2010)
menyatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk menjawab
rangsang dalam waktu cepat (sesingkat) mungkin. Kecepatan sangat diperlukan dalam

18
olahraga karate, hal ini dikarenakan karakteristik dalam gerakan karate bersifat cepat antara
aksi dan reaksi yang dilakukan pada saat kompetisi berlangsung.

Bompa (Sukadiyanto, 2010) menyatakan tingkat kemampuan kecepatan atlet sangat


ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan antar lain
ditentukan oleh keturunan, waktu reaksi, kekuatan (kemampuan mengatasi beban pemberat),
teknik, elastisitas otot, konsentrasi dan kemauan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecepatan merupakan salah
satu faktor pendukung dalam olahraga beladiri karate dan kecepatan berkaitan dengan waktu
aksi reaksi yang dibutuhkan pada saat pertandingan.

b. Kekuatan

Kekuatan merupakan salah satu faktor utama yang diperlukan dalam berbagai cabang
olahraga, termasuk beladiri karate. Menurut Sukadiyanto (2011) kekuatan (strength) adalah
kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi beban atau tahanan. Selain itu
kekuatan merupakan salah satu komponen dasar biomotor yang diperluakan dalam cabang
olahraga karate.

Menurut Bompa (Sukadiyanto, 2010) menyatakan ada beberapa macam kekuatan yang
perlu diketahui untuk mendukung pencapaian prestasi maksimal atlet, di antaranya adalah
kekuatan umum, kekuatan khusus, kekuatan maksimal, kekuatan ketahanan (ketahanan otot),
kekuatan kecepatan (kekuatan elastis atau power), kekuatan absolut, kekuatan relatif,
kekuatan cadangan.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan merupakan salah
satu dasar utama dalam olahraga karate, kekuatan juga merupakan kemampuan kerja otot
mengatasi beban.

c. Daya ledak (Power)

Salah satu faktor pendukung dalam olahraga beladiri karate yaitu daya ledak atau power.
Subardjah (2012) menyatakan bahwa power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan
kekuatan maksimal dalam waktu yang cepat.

Sukadiyanto (2010) menjelaskan power adalah hasil kali antara kekuatan dan kecepatan,
atau kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat

19
cepat. Artinya bahwa latihan kekuatan dan kecepatan sudah dilatihkan terlebih dahulu,
walaupun setiap latihan kekuatan dan kecepatan sudah ada unsur latihan power.

Karate merupakan cabang olahraga yang banyak menggunakan power, bahkan dalam
pertandingan kumite maupun kata unsur utama untuk mendapatkan poin maupun nilai dalam
pertandingan harus menggunakan power baik pukulan, tendangan, tangkisan, maupun
bantingan. Berdasarkan pendapat diatas maka power merupakan salah satu unsur yang
digunakan dalam olahraga karate baik pada kelas kumite maupun kelas kata untuk
memberikan kekuatan maksimal dalam waktu yang cepat.

d. Kelentukan (fleksibilitas)

Sukadiyanto (2010) fleksibilitas yaitu luas gerak satu persendian atau beberapa
persendian. Selain itu Subardjah (2012) juga menyatakan bahwa kelentukan adalah
kemampuan seseorang untuk dapat melakukan gerak dengan ruang gerak seluasluasnya
dalam persendian. Fleksibilitas dalam olahraga karate merupakan faktor pendukung yang
sangat diperlukan atlet untuk melakukan gerakan-gerakan secara optimal. Salah satu contoh
gerakan dalam melakukan suatu teknik pukulan maupun tendangan diperlukan fleksibilitas
yang baik agar bisa melakukan teknik tersebut dengan benar sesuai dengan teknik yang
sesungguhnya, sehingga gerakan yang dilakukan oleh atlet sesuai dengan fungsi sebenarnya
dari teknik yang dilakukan.

e. Kelincahan

Menurut Toho Cholik Mutohir dan Ali Maksum (2007) Kelincahan (agility) adalah
kemampuan tubuh atau bagian tubuh untuk mengubah arah gerakan secara mendadak dalam
kecepatan yang tinggi. Lebih lanjut Subardjah (2012) menyatakan bahwa kelincahan adalah
kemampuan seorang atlet untuk dapat mengubah arah dengan cepat dan pada waktu bergerak
tanpa kehilangan keseimbangan. Berdasarkan dua pendapat diatas dapat dipahami bahwa
kelincahan merupakan kemampuan tubuh untuk mengubah arah tanpa kehilangan
keseimbangan tubuh.

Kelincahan berkaitan erat antara kecepatan dengan kelentukan. Kelincahan merupakan


kualitas kemampuan gerak yang sangat kompleks. Dalam sebuah kompetisi olahraga karate
kelincahan diperlukan untuk mobilitas gerakan tubuh baik saat menyerang maupun bertahan
terhadap serangan lawan pada kelas pertandingan kumite. Karateka saat bertarung (kumite)

20
menggunakan kelincahannya untuk mengecoh lawan agar mudah melakukan serangan
maupun mengelak dari serangan lawan. Oleh karena itu, untuk dapat memiliki kecepatan
yang baik harus memiliki tingkat kecepatan dan kelentukan yang baik pula.

f. Daya Tahan

Setiap cabang olahraga memerlukan daya tahan. Daya tahan dalam olahraga karate
masuk dalam salah satu faktor pendukung yang diperlukan pada saat kompetisi. Sukadiyanto
(2010) menjelaskan pengertian ketahanan ditinjau dari ketahanan otot adalah kemampuan
kerja otot atau sekelompok otot dalam jangka waktu yang tertentu. Lebih lanjut dijelaskan
olehnya bahwa tujuan latihan ketahanan adalah untuk meningkatkan kemampuan
olahragawan agar dapat mengatasi kelelahan selama aktifitas kerja berlangsung. Faktor utama
keberhasilan dalam latihan dan kompetisi disetiap cabang olahraga khususnya olahraga karate
adalah dipengaruhi oleh tingkat kemampuan atlet dalam menghambat proses terjadinya
kelelahan.

g. Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika


ditempatkan di berbagai posisi. Keseimbangan dibutuhkan untuk mempertahankan posisi dan
stabilitas ketika bergerak dari satu posisi ke posisi yang

lain(Lee& Scudds, 2003). Keseimbangan adalah kemampuan untuk

mempertahankan proyeksi pusat tubuh pada landasan penunjang baik saat berdiri, duduk,
transit dan berjalan (Winter, 1995 dalam Howe, et al. 2008). Berkaitan dengan olahraga
beladiri karate, keseimbangan sangat dibutuhkan dalam olahraga ini, terutama pada kelas
pertandingan kata, sebagai contoh ketika seorang atlet melakukan gerakan kata yang memutar
seluruh bagian tubuh kemudian kembali pada posisi semula maka dibutuhkan keseimbangan
yang bagus sehingga tidak terjadi goyang atau kehilangan keseimbangan.

Berdasarkan pendapat serta contoh diatas maka dapat disimpulkan bahwa keseimbangan
merupakan kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi tubuh dengan baik pada saat
melakukan sebuah gerakan. Sehingga keseimbangan menjadi faktor utama yang dibutuhkan
pada olahraga karate khususnya kelas kata.

Keseimbangan terdapat dua jenis yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis.
Keseimbangan statis mempertahankan posisi yang tidak bergerak atau berubah sedangkan

21
keseimbangan dinamis melibatkan kontrol tubuh kerena tubuh bergerak dalam ruang (
National Throws Coaches Association).

h. Koordinasi

Koordinasi merupakan salah satu komponen dasar selain kekuatan, ketahanan, kecepatan,
daya tahan, daya ledak dan fleksibilitas, yang merupakan dasar gerak dan gerak dasar dalam
berbagai cabang olahraga. Menurut Sukadiyanto (2010) koordinasi merupakan hasil
perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang, dan persendian dalam menghasilkan satu gerak
yang efektif dan efisien.

Dalam pertandingan karate koordinasi sangat diperlukan terutama pada kumite dan kata.
Pada pertandingan kumite harus memiliki koordinasi gerak antara tangan, mata dan kaki
ketika akan melakukan serangan ataupun bertahan dari serangan lawan. Selanjutnya pada
pertandingan kata atlet harus melakukan gerakan dengan benar, setiap gerakan dilakukan
dengan power, dan tidak ada goyangan dalam memainkan kata.

Berdasarkan kajian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam olahraga beladiri karate
dibutuhkan karakteristik fisik sebagai faktor utama dan faktor pendukung untuk keberhasilan
prestasi yang dicapai.

5. Karakteristik Psikologis Atlet Beladiri Karate


Mempelajari kondisi psikologis atlet merupakan salah satu upaya yang dilakukan seorang
pelatih untuk menangani dan memahami perilaku atlet untuk mencapai sebuah tujuan dalam
dunia olahraga yaitu prestasi. Penampilan atlet adalah apa yang terlihat atau yang
diperlihatkan oleh atlet dalam suatu pertandingan (Gunarsa, 2008). Ada beberapa faktor yang
memengaruhi penampilan atlet, yaitu jenis olahraga, tingkatan pertandingan, ciri kepribadian,
dan kondisi psikis atlet (Gunarsa, 2008). Memberikan beberapa informasi terkait bagaimana
seorang individu maupun kelompok mengatur diri sendiri dan perilaku mereka menjadikan
sebuah bukti bahwa seseorang harus bisa mengendalikan pikiran, perasaan maupun tingkah
laku mereka ( Hoyle, 2006 ). Selain itu, tingkat kinerja atau performa seorang atlet dalam
kompetisi dipengaruhi oleh sejumlah faktor psikologis seperti faktor kepribadian, kecemasan
saat bertanding serta beberapa strategi yang digunakan untuk mengatasinya (Mytskan dkk,
2006). Kecemasan selalu datang pada atlet yang akan bertanding. Hal tersebut menjadikan
kecemasan adalah hal yang melekat pada jiwa atlet.

22
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari & Ismalasari (2017) terhadap atlet beladiri
karate menunjukan bahwa tingkat kecemasannya cenderung mengalami peningkatan 37%
sebelum bertandingn dan tingkat kecemasan sesudah bertanding cenderung menurun 14% di
banding sebelum bertanding. Hasil tersebut membuktikan bahwa tingkat kecemasan pada
atlet karate terjadi peningkatan pada saat menjelang pertandingan. Hal ini menjadi salah satu
faktor psikologis yang harus diwaspadai oleh pelatih untuk mencegah terjadinya kecemasan
yang berlebihan pada atlet yang dapat mempengaruhi prestasinya.

Tidak hanya sebatas pada faktor psikologis kecemasan pada atlet beladiri karate.
Beberapa karakteristik psikologis lainnya juga ditemukan pada atlet karate yaitu terkait
kepercayaan diri pada saat bertanding. Kepercayaan diri atau keyakinan akan kemampuan diri
merupakan salah satu faktor yang menunjang seorang atlet karate dalam berprestasi
(Adisasmito, 2007). Kepercayaan diri menjadi poin utama para atlet karate. Kepercayaan diri
pada atlet karate bisa menjadi salah satu faktor pendorong untuk tetap berprestasi. Cox (2002)
menegaskan bahwa kepercayaan diri secara umum merupakan bagian penting dari
karakteristik kepribadian seseorang yang dapat memfasilitasi kehidupan seseorang. Pendapat
diatas diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Rachmawati dkk, (2016) yang
menunjukkan bahwa kepercayaan diri pada atlet karate dapat menjadi penentu timbulnya
kecemasan menhadapi pertandingan. Selain itu kontribusi kepercayaan diri terhadap
kecemasan menghadapi pertandingan sebesar 27,9 % (Rachmawati dkk,2016).

Berdasarkan pendapat dan hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa karakteristik psikologis pada atlet beladiri karate yang menjadi faktor penentu
maupun faktor penunjang untuk mempengaruhi penampilan mereka. Salah satu faktor
penentu yang berpengaruh yaitu kepercayaan diri dan kontrol kecemasan pada atlet beladiri
karate. Kedua faktor tersebut harus diwaspadai agar tidak berdampak negatif pada
penampilan saat pertanding. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Karageorghis & Terry,
(2011: 25) yang mengatakan bahwa atlet yang dapat mengontrol kepercayaan diri,
kecemasan, konsentrasi, dan motivasi adalah atlet yang berpenampilan baik.

23
OLAHRAGA TRADISIONAL

Olahraga/permainan tradisonal merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun


temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan dibaliknya, dimana pada
prinsipnya permainan dapat dilakukan oleh siapapun peminatnya, baik anak maupun dewasa.
Dengan demikian bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan karena
tujuannya sebagai media permainan. Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-
aspek psikologis dapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju dunia orang
dewasa.
Permainan digunakan sebagai istilah luas yang mencakup jangkauan kegiatan dan
perilaku yang luas serta mungkin bertindak sebagai ragam tujuan yang sesuai dengan usia
anak. Permainan tradisional sangat beragam, karena setiap daerah mempunyai jenis dan
model permainan tradisional tersendiri, tergantung adat-istiadat, kebiasaan dan bahkan unsur-
unsur magis atau sepiritual bisa berpengaruh kepada bentuk suatu permainan tradisional
disuatu daerah. Kemenpora (2006: 09) tidak sedikit olahraga tradisional yang dipengaruhi
oleh budaya setempat, kemampuan magis, bahkan senipun ikut berperan.
Olahraga/permainan tradisional adalah warisan dari beberapa generasi yang diturunkan
secara temurun mempunyai makna yangsimbolis dengan gerakan, ucapan, maupun alat-alat
yang digunakan. Pesan-pesan tersebut bermanfaat bagi perkembangan motorik, kognitif,
emosi dan sosial anak sebagai persiapan atau sarana belajar menuju kehidupan di masa
dewasa. Pesatnya perkembangan permainan elektronik membuat posisi permainan tradisional
semakin tergerus dan nyaris tak dikenal. Memperhatikan hal tersebut perlu usaha-usaha dari
berbagai pihak untuk mengkaji dan melestarikan keberadaannya melalui pembelajaran ulang
pada generasi sekarang melalui proses modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi
sekarang.Permainan diartikan sebagai istilah luas yang mencakup padakegiatan dan perilaku
yang luas dan bertindak sebagai ragam tujuan yang sesuai pada tingkat perkembangan usia
anak. Permainan dapat didefinisikan: (1) sebagai kecenderungan, (2) konteks, (3) perilaku
yang dapat diamati, (4) sesuatu ketetapan yang berbeda-beda.Permainan tidak lepas dari pada
adanya kegiatan bermain anak, sehingga istilah bermain dapat digunakan secara bebas, yang
paling tepat adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan,
bermain dilakukan secara suka rela oleh anak tanpa ada pemaksaan atau tekanan dari luar.
Bermain secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara
spontan yang terdapat 5 pengertian:
1) Bentuk kegiatan bersifat menyenangkan serta memiliki nilai intrinsik.

24
2) Tidak memiliki tujuan yang ekstrinsik, motivasinya lebih banyakbersifat intrinsik
(membangun sesuatu dari dalam diri sendiri).
3) Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak
serta melibatkan peran aktifnya.
4) Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain, seperti
kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial.Oleh karena itu, bahwa
permainan tradisional disini adalah permainan anak-anak dari bahan sederhana sesuai aspek
budaya dalam kehidupan masyarakat. Permainan tradisional juga dikenal sebagai permainan
rakyat merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri,
tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan sosialbermasyarakat.
Dengan demikian permainan suatu kebutuhan bagi anak. Sehingga anak memperoleh nilai
dan kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari. Olahraga/permainan tradisional
diharapkan dapat masukdalam pendidikan yaitu dilingkungan sekolah sehingga dapat
meningkatkan kualitas belajar, hal ini diindikasikan bahwa dengan sebuah permainan maka:
(1) anak mempunyai gagasan dan minat yang merupakan sesuatu utama untuk
dikembangkan.
(2) menyediakan kondisi ideal sebagai wadah untuk mempelajari dan meningkatkan kualitas
pembelajaran.
(3) rasa memiliki dianggap sesuatu yang utama untuk pembelajaran melalui permainan.
(4) anak mempelajari cara belajar menggunakan permainan serta dapat menemukan cara
mengingat pelajaran dengan baik.
(5) pembelajaran dengan permainan terjadi dengan gampang, tanpa ketakutan.
(6) permainan mumudahkan para guru untuk mengamti pembelajaran yang sesungguhnya dan
siswa akan mengalami berkurangnya frustasi belajar.
Permainan tradisional adalah salah satu bentuk yang berupa permainan anak-anak,
yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan
diwarisi turun temurun serta banyak mempunyai variasi. Sifat atau cirri dari permainan
tradisional anak sudah tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya dan
darimana asalnya. Biasanya disebarkan dari mulut ke mulut dan kadang-kadang mengalami
perubahan nama atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika dilihat dari akar katanya,
permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan
yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak)
dengan tujuan mendapat kegembiraan.Menurut Atik Soepandi, Skar dkk. (1985-1986),

25
permainan adalah perbuatan untuk menghibur hati baik yang mempergunakan alat ataupun
tidak mempergunakan alat. Sedangkan yang dimaksud tradisional adalah segala sesuatu yang
dituturkan atau diwariskan secara turun temurun dari orang tua atau nenek moyang. Jadi
permainan tradisional adalah segala perbuatan baik mempergunakan alat atau tidak, yang
diwariska secara turun temurun dari nenek moyang, sebagai sarana hiburan atau untuk
menyenangkan hati.Permainan tradisional ini bisa dikategorikan dalam tiga golongan, yaitu:
permainan untuk bermain (rekreatif), permainan untuk bertanding (kompetitif) dan permainan
yang bersifat edukatif. Permainan tradisional yang bersifat rekreatif pada umumnya
dilakukan untuk mengisi waktu luang. Permainan tradisional yang bersifat kompetitif,
memiliki ciri-ciri : terorganisir, bersifat kompetitif, diainkan oleh paling sedikit 2 orang,
mempunyai criteria yang menentukan siapa yang menang dan yang kalah, serta mempunyai
peraturan yang diterima bersama oleh pesertanya. Sedangkan perainan tradisional yag
bersifat edukatif, terdapat unsur-unsur pendidikan di dalamnya. Melalui permainan seperti ini
anak-anak diperkenalkan dengan berbagai macam ketrampilan dan kecakapan yang nantinya
akan mereka perlukan dalam menghadapi kehidupan sebagai anggota masyarakat. Berbagai
jenis dan bentuk permainan pasti terkandung unsur pendidikannya. Inilah salah satu bentuk
pendidikan yang bersifat non-formal di dalam masyarakat. Permainan jenis ini menjadi alat
sosialisasi untuk anak-anak agar mereka dapat menyesuaikan diri sebagai anggota kelompok
sosialnya.Permainan tradisional merupakan bentuk dari aktivitas yang menyenangkan yang
dilakukan secara individu maupun berkelompok, dan dilakukan secara turun-temurun di
daerah tertentu. Dalam permainan tradisional motivasi anak akan terdorong karena dalam
permainan tradisional banyak variasi dan modifikasi yang bisa diterapkan pada siswa dalam
pembelajaran pendidikan jasmani (Yulianti, Drajat, & Rahmat, 2013:01). Permainan
tradisional adalah permainan yang peraturannya bias diganti-ganti, baik peraturan permainan,
alat permainan, ukuran lapangan, maupun lama permainan, hal ini dapat disesuaikan dengan
keadaan atau situasi (Sudarsini, 2013;Yulianti, Drajat, & Rahmat, 2013). Dan telah
dimainkan oleh anak-anak disuatu daerah yang sudah dimainkan dari zaman ke zaman.
Deritani, N (2014:42) permainan tradisional saat ini sudah mulai ditinggalkan dan jarang
dimainkan, anak-anak sekarang beralih ke permainan modern atau canggih seperti
playstation, video game, dan gameonline. Teknologi alat-alat canggih banyak anak yang
menyukai dibandingkan dengan permainan tradisional, ini akan berdampak pada interaksi
sosial pada anak. Beragam permainan tradisional memang mampu menjadi media untuk
mengoptimalkan dan mengajarkan berbagai nilai positif dan menyehatkan badan. Pada
perkembangan zaman permainan tradisional sudah ada yang dirubah ke dalam olahraga

26
tradisional, seperti pencak silat, kasti, dan lain sebagainya. UNESCO mulai mengalakkan
untuk pelestarian budaya yang diberinama intangible heritage/ warisan budaya takbenda,
salah satu di dalamnya adalah permainantradisional (Valentin, 2013; Lenzerini, 2011).
Sebagai anak bangsa kitapun wajib ikut dalam melestarikan budaya bangsa, khususnya
permainan tradisional ini.Permainan rakyat atau olahraga tradisional, aktivitas fisik yang
dapat dilakukan oleh anak-anak dan dewasa, tergatung jenis dari permainan rakyat tersebut.
Laksono, dkk, (2012: 4) permainan rakyat atau olahraga tradisional untuk anak-anak terdapat
berbagai jenis tergantung suku bangsa yang memiliki. Pada dasarnya memiliki unsur
ketrampilan fisik, kecepatan berfikir, serta implementasi terhadap nilai sosial budaya. Sujarno
(2013: 4) permainan tradisional anak lebih mengutamakan kebersamaan dan keharmonisan
hubungan sosial dimasyarakat. Maka dengan itu pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga,
dan Kesehatan pun perlu untuk melestarikan macammacam permaian tradisional tersebut,
dengan memasukan materi permainan tradisional untuk siswa. Permainan tradisional adalah
permainan yang penuh sejarah, dan sesuai dengan masingmasing daerah, terkadung nilai
kemanusian, nilai budaya dan keyakinan (Akbari, dkk, 2009:124). Pada permainan tradisional
juga banyak mengandung unsur kerjasama, toleransi, dan membuat anak lebih sensitif dengan
keadaan sekitarnya.

A. Perkembangan Permainan Tradisional


Permainan tradisional anak adalah salah satu bentuk folklore yang berupa yang
beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi
turun temurun, serta banyak mempunyai variasi. Oleh karena termasuk folklore, maka sifat
atau ciri dari permainan tradisional anak sudah tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya,
siapa penciptanya dan dari mana asalnya. Permainan tradisional biasanya disebarkan dari
mulut ke mulut dan kadangkadang mengalami perubahan nama ataubentuk meskipun
dasarnya sama. Jika dilihat dari akar katanya, permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan
yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi
terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat
kegembiraan.Permainan tradisional anak merupakan unsur kebudayaan, karena mampu
memberi pengaruh terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak.
Permainan tradisional anak ini juga dianggap sebagai salah satu unsur kebudayaanyang
memberi ciri khas pada suatu kebudayaan tertentu. Oleh karena itu, permainan tradisional
merupakan aset budaya, yaitu modal bagi suatu masyarakat untuk mempertahankan eksistensi

27
dan identitasnya di tengah masyarakat lain. Permainan tradisonal bisa bertahan atau
dipertahankan karena pada umumnya mengandung unsur-unsur budaya dan nilai-nilai moral
yang tinggi, seperti: kejujuran, kecakapan, solidaritas, kesatuan dan persatuan, keterampilan
dan keberanian. Sehingga, dapat pula dikatakan bahwa permainan tradisional dapat dijadikan
alat pembinaan nilai budaya pembangunan kebudayaan nasional Indonesia(Depdikbud,
1996). Keberadaan permainan tradisional, semakin hari semakin tergeser dengan adanya
permainan modern, seperti video game dan virtual game lainnya. Kehadiran teknologi pada
permainan, di satu pihak mungkin dapat menstimulasi perkembangan kognitif anak, namun di
sisi lain, permainan ini dapat mengkerdilkan potensi anak untuk berkembang pada aspek lain,
dan mungkin tidak disadari hal tersebut justru menggiring anak untuk mengasingkan diri dari
7 lingkungannya, bahkan cenderung bertindak kekerasan. Kasus mengejutkan terjadi pada
tahun 1999 di dua orang anak Eric Haris (18) dan Dylan Klebod (17), dua pelajar Columbine
High School di Littleton, Colorado, USA, yang menewaskan 11 rekan dan seorang gurunya.
Keterangan yang diperoleh dari kawan-kawan Eric dan Dylan, kedua anak tersebut bisa
berjam-jam main video game yang tergolong kekerasan seperti “Doom”, “Quake”, dan
“Redneck Rampage”. Kekhawatiran serupa juga terjadi di Cina, sehinggapemerintah Cina
secara selektif telah melarang sekitar 50 game bertema kekerasan. Akan tetapi perkembangan
teknologi di industri permainan anak tidak melulu bisa dijadikan alasan penyebab tergesernya
permainan tradisional, karena kadang masyarakat sendiri yang kurang peduli dengan adanya
permainan tradisional. Terlebih, penguasaan teknologi di era globalisasi ini menjadi tuntutan
bagi semua orang, tak terkecuali anak-anak.
Menurut Misbach (2006), permainan tradisional yang ada di Nusantara ini dapat
menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak, seperti : 1) Aspek motorik: Melatih daya
tahan, daya lentur, sensorimotorik, motorik kasar, motorik halus.
2) Aspek kognitif: Mengembangkan maginasi, kreativitas, problem solving, strategi,
antisipatif, pemahaman kontekstual.
3) Aspek emosi: Katarsis emosional, mengasah empati, pengendalian diri
4) Aspek bahasa: Pemahaman konsep-konsep nilai
5) Aspek sosial: Menjalin relasi, kerjasama, melatih kematangan sosial dengan teman sebaya
dan meletakkan pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi berlatih peran dengan orang
yang lebih dewasa/masyarakat.
6) Aspek spiritual: Menyadari keterhubungan dengan sesuatu yang bersifat Agung
(transcendental).

28
7) Aspek ekologis: Memahami pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara bijaksana.
8) Aspek nilai-nilai/moral : Menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari generasi
terdahulu kepada generasi selanjutnya. Jika digali lebih dalam, ternyata makna di balik nilai-
nilai permainan tradisional mengandung pesan-pesan moral dengan muatan kearifan lokal
(local wisdom) yang luhur dan sangat sayang jika generasi sekarang tidak mengenal dan
menghayati nilai-nilai yang diangkat dari keanekaragaman suku-suku bangsa di Indonesia.
Kurniati (2006) mengidentifikasi 30 permainan tradisional yang saat ini masih dapat
ditemukan di lapangan. Beberapa contoh permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-
anak adalah Anjang-anjangan, Sonlah, Congkak, Orayorayan, Tetemute, dan Sepdur”.
Permainan tradisional tersebut akan memberikan dampak yang lebih baik bagi
pengembangan potensi anak. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa permainan tradisional
mampu mengembangkan keterampilan sosial anak. Yaitu keterampilan dalam bekerjasama,
menyesuaikan diri, berinteraksi, mengontrol diri, empati, menaati aturan serta menghargai
orang lain. Interaksi yang terjadi pada saat anak melakukan permainan tradisonal
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan keterampilan sosial, melatih
kemampuan bahasa, dan kemampuan emosi.

B. Peran Permainan Tradisional


Dapat dikatakan bahwa permainan tradisional yang dimiliki masyarakat indonesia
secara kearifan lokal masing-masing daerah di indonesia yang beraneka-ragam permainan
tradisional didalamnya, setiap permainan tentunya memiliki niali edukasi didalmnya. Kita
sadari atau tidak nilai edukasi yang tersimpan didalamnya, adalah nilai yang timbul dalam
masyrakat itu sendiri. Nilai edukasi itu sendiri terbentuk, karena masyarakat indonesia
cenderung menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan memupuk semangat kerjasama
membentuk karakter masyarakat indonesia yang ramah dan terkenal tinggoi akan kemauan
dan kerja kerasnya untuk menggapai harapan dan cita-cita bangsa indonesia, melalui
permainan/olahraga tradisionalnya. Dari penelitian yang dilakukan para ilmuan, diperoleh
bahwa bermain mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak dalam hidupnya.
Tujuan Permaian Edukatif sebenaanya untuk mengembangkan konsep diri (self concept),
untuk mengembangkan kreativitas, untuk mengembangkan kopmunikasi, untuk
mengembangkan aspek fisik dan motorik, mengemabngkan aspek sosial, mengembangkan
aspek emosi atau kepribadian, mengembangkan aspek kognitif, mengasah ketajaman

29
pengindraan, mengembangkan keterampilan olahraga dan menari. Permainan edukatif itu
dapat berfungsi sebagai berikut:
1) Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak melalui proses pembelajaran sambil belajar.
2) Merangsang pengembangan daya pikir, daya cipta, dan bahasa, agar dapat menumbuhkan
sikap, mental serta akhlak yang baik.
3) Menciptakan lingkungan bermain yang menarik, memberikan rasa aman dan
menyenagnkan.
4) Meningkatkan kualitas pembelajaran anak-anakDidalam masyarakat peran penting dalam
permainan tradisional, perlu kita kembangkan demi ketahanan budaya bangsa, karena kita
menyadari bahwa kebudayaan merupakan nilai-nilai luhur bagi bangsa indonesia, untuk
diketahui dan dihayati tata cara kehidupannya sejak dahulu. Bangsa indonesia merupakan
bangsa yang besar dalam keaneka ragaman kebudayaan didalamnya, termasuk permainan
tradisional didalamnya, keanekaragaman permainan tradisional adalah karena banyaknya
daerah di indonesia memiliki kearifan lokal kebudayaan masing-masing, sehingga
membentuk masyarakatn melakukan aktivitas kebugaran jasmani yang berbeda satu daerah
dengan yang lainnya. Permainan tradisonal memang sudah seharusnya mendapatkan
perhatian khusus dan mendapatkan prioritas yang utama untuk dilindungi, dibina,
dikembangkan, diberdayakan dan selanjutnya diwariskan. Hal seperti itu diperlukan agar
permaina tradisional dapat memiliki ketahanan dalam menghadapi unsur budaya lain di luar
kebudayaannya.

C. Manfaat Permainan Tradisional


Selain untuk melestarikan budaya dan nilai-nilai yang ada di dalamnya, dan
memperkokoh budaya bangsa. Melestarikan budaya bangsa dengan melalui permainan itu
sangat membatu, karena anak langsung bias merasakan dan praktek langsung 16 Ari Wibowo
Kurniawanmengenai permainan-permainan budaya bangsa (Hasibuan, dkk, 2011:464).
Permainan tradisional juga banyak memiliki manfaat bagi yang memainkan. Ontong, R
(2013:11) permainan tradisional sangat membantu perkembagan anak. Maka tidak heran bila
dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pun banyak menggunkan
permainan tradisional dalam aktivitas gerak. Menggunakan permainan tradisional
memberikan kesempatan pada anak untuk menghargai tentang aspek budaya, melakukan
interaksi antar teman dan mempromosikan gaya hidup sehat (Putra, dkk, 2014:2088).
Pemberian permainan tradisional untuk anak usia dini dapat meningkatkan aspek fisik,

30
psikologis, dan sosiologis anak (Hanafi, Dkk, 2014:22). Deritani, N (2014:42) pembelajaran
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan menggunkan permainan tradisional banyak
memperoleh manfaat bagi peserta didik, peneliti menggunkan permainan Ekar Mix
(kelereng) untuk melakukan modifikasi pembelajaran tradisional pada
pembelajaranPendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Sudarsini (2013:3) permainan
tradisional menyebabkan anak yang bermain menjadi senang, bersunguh-sunguh, merasa
terpacu untuk mengaktualisasi potensi yang berbentuk gerak, dan sikap prilakunya. Situasi
seperti ini menimbulkan aspek pribadi anak sebagai makhluk sosial dan makhluk tuhan.
Dengan demikian, permainan tradisional dapat berfungsi seagai wahana pencapaian tujuan
pendidikan. Permainan tradisional sesuai untuk pengembangan keterampilan motorik dasar
(Akbari, dkk, 2009:123). Permainan tradisional juga dapat digunkan untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa, dan juga permainan tradisional padat membatu siswa dalam
meningkatkan kebugaran jasmaninya (Yulianti, Drajat, & Rahmat, 2013; Sukarno,
Habibudin, & Ruhiat: 2013). Permainan tradisional bisa membantu dalam pembentukan
karakter anak, seperti nilai sportivitas, kejujuran, keuletan, kesabaran, ketangkasan,
kreativitas, dan kerja sama (Sujarno, 2013:165). Berdasarkan paparan tersebuat dapat
disimpulkan manfaat dari melakukan pembelajaran pada Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan mengunakan permainan tradisional, membantu dalam melestarikan budaya
bangsa, membuat anak senang dan antusias dalam pembelajaran, meningkatkan kebugaran
jasmani siswa, dan untuk tercapainya tujuan dari pembelajaran. Sebagai pendidik khususnya
guru pendidikan, jasmani, olahrga, dan kesehatan, harus menggunkan permainan tradisional
dalam setiap pembelajaran gerak, bisa di awal materi untuk melakukan pemanasan dan juga
untuk selingan supaya siswa tidak mudah bosan dalam melakukan pembelajaran.

31

Anda mungkin juga menyukai