Anda di halaman 1dari 41

STUDIO DESAIN ARSITEKTUR 3

NAMA DOSEN :

Dengan

NAMA MAHASISWA :
Ajira Miazawa

NIM. MAHASISWA :
2123201042

PRODI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS

LANCANG KUNING

SEMESTER GANJIL 2020-2021


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota Pekanbaru adalah ibu kota dari provinsi Riau, berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 1987 Tanggal 7 September 1987 Daerah Kota Pekanbaru diperluas dari ±
62,96 Km² menjadi ± 446,50 Km², terdiri dari 8 Kecamatan dan 45 Kelurahan/Desa. Dari
hasil pengukuran/pematokan di lapangan oleh BPN Tk. I Riau maka ditetapkan luas
wilayah Kota Pekanbaru adalah 632,26 Km². Dengan meningkatnya kegiatan dan
pembangunan di kota Pekanbaru maka dibentuk kecamatan baru pada Perda kota
Pekanbaru No. 4 tahun 2003 menjadi 12 kecamatan dan 58 kelurahan. Kemudian pada
tahun 2020 Wali Kota Pekanbaru meresmikan pemekaran yang bertujuan suatu bentuk
investasi pembangunan dan jumlah penduduk yang cukup tinggi, perekonomian dan
pembangunan infrastruktur yang memadai, pemekaran itu terdapat pada Perda kota
Pekanbaru No. 10 tahun 2019 menjadi 15 kecamatan dan 83 kelurahan.

Dengan meningkatnya perkembangan wilayah kota Pekanbaru sehingga harus


memiliki fasilitas pendukung terutama dalam bidang kesehatan salah satunya puskesmas.
Puskesmas adalah salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki
peranan dalam sistem kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan.
Puskesmas memiliki kebijakan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
dan bertujuan terwujudnya kecamatan sehat. Menurut Departemen Kesehatan (2009),
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh
masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa
mengabaikan mutu pelayanan pada perorangan. Masih menurut Departemen Kesehatan
(2011), Pukesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

Pelayanan puskesmas semakin hari akan mengalami kemajuan dan semakin kompleks,
baik dari segi pelayanan ataupun dari sumber daya yang dibutuhkan. Peningkatan
peralatan saja tidak cukup, tetapi juga memerlukan menajemen selanjutnya yang lebih
baik, maka keperluan sistem informasi yang dapat menunjang menajemen tersebut agar
terciptanya kesesuaian yang diperlukan. Tidak mungkin menajemen akan berjalan dengan
lancar tanpa didukung dengan sistem informasi yang sesuai dan baik ( serbaguana HBS
dan Listiani H, 2008), sistem informasi di puskesmas telah berkembang diberbagai jajaran
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Indonesia dimana salah satu bentuknya adalah Sistem
Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang bertujuan untuk mendukung
pengelolaan data dan informasi di puskesmas.

Dengan meningkatnya perkembangan di kota Pekanbaru serta disahkannya pemekaran


wilayah oleh Wali Kota menyebabkan meningkatnya kegiatan penduduk, pada akhirnya
meningkatnya tuntutan dan kebutuhan masyarakat salah satunya dalam fasilitas Kesehatan
yaitu Puskesmas sebagai pusat kesehatan disuatu kecamatan. Salah satunya kecamatan
Payung Sekaki dengan jumlah penduduk 94.965 jiwa (menurut data statistic kota
Pekanbaru 2019), belum terdapat pusat kesehatan didaerah tersebut. Maka dari itu
pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk membangun sebuah pusat kesehatan
tingkat pertama yaitu puskesmas untuk menciptakan suatu kecamatan yang sehat.

1.2. Maksud dan Tujuan

Meningkatnya perkembangan penduduk di wilayah Pekanbaru yang sangat pesat


menyebabkan meningkat pula kegiatan penduduk. Maka dari itu maksud dan tujuan dari
perancangan ini untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan
meningkatkan pelayanan puskesmas yang baik untuk menciptakan lingkungan dan
perilaku hidup yang sehat.

1.3. Identifikasi Masalah

a. Bagaimana membuat planning dan programming yang sesuai dengan fungsi


puskesmas.

b. Bagaimana merancangan puskesmas yang mampu memberikan ruang pelayanan dan


akses yang baik.

c. Bagaimana merancangan puskesmas yang nyaman dengan penghawaan yang hemat


energi.
1.4. Batasan Masalah

Batasan masalah bertujuan untuk menghindari penafsiran yang luas agar tidak keluar dari
identifikasi masalah antara lain:

a. Memenuhi penerapan pada tempat pelayanan dan akses pelayanan.

b. Memenuhi kenyamanan di puskesmas.

1.5. Judul Proyek

Perancangan Puskesmas Rawat Inap Perkotaan.


1.6. Strategi/Pola Pemikiran

Perancangan Puskesmas di Pekanbaru

1.3.Identifikasi
Masalah 1.1.Latar Belakang
1.2.Maksud dan Tujuan

Bagaimana membuat - Wilayah Pekanbaru


planning dang Merancang puskesmas sebagai
- Pengertian Tentang
programming dalam Puskesmas tempat pelayanan masyarakat
merancang - System Informasi Menajemen yang baik untuk menciptakan
puskesmas yang Puskesmas lingkungan dan perilaku hidup
- Puskesmas di Wilayah Kec. yang sehat.
fungsional dan
Payung Sekaki
nyaman.
1.4.Batasan Masalah
Topik dan Tema

Bertujuan untuk menciptakan tempat


pelayanan fungsional, nyaman dan
dengan akses yang baik.
Sasaran untuk masyarakat setempat
Kec. Payung Sekaki

Data

Analisa Konsep

Desain
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Puskesmas


1. Menurut Permenkes RI No 75, (2014)
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

2. Menurut Departemen Kesehatan (2009)


Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh
masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa
mengabaikan mutu pelayanan pada perorangan.

3. Menurut Azrul Azwar (1996)

Puskesmas yaitu suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat
pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan
kegiatannya secara menyeluruh terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat
yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

2.2. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang di selenggarakan puskesmas yang tertera pada


peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014 Pasal 2 yang mana
tujuan tersebut Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang
meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat; untuk mewujudkan masyarakat
yang mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu;untuk mewujudkan masyarakat
yang hidup dalam lingkungan sehat;untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki derajat
kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2.3.Fungsi Puskesmas

Puskesmas memiliki fungsi berupa pemberi layanan kesehatan untuk masyarakat. Dengan
kehadiran Puskesmas di berbagai daerah, diharapkan lingkungan dan perilaku hidup sehat
masyarakat di sekitar Puskesmas dapat lebih baik lagi. Maka fungsi Puskesmas antara lain:

a. Puskesmas sebagai inti dari pembangunan kesehatan masyarakat di sekitar daerah


operasionalnya.
b. Puskesmas sebagai pembina masyarakat dalam membangun kehidupan yang lebih
sehat.
c. Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan di sekitar daerah operasionalnya.

2.4. Program Ruang

Jumlah dan jenis ruang di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu ditentukan melalui analisis
kebutuhan ruang berdasarkan pelayanan yang diselenggarakan dan ketersediaan sumber
daya. dibawah ini menunjukkan fungsi Ruang minimal di Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu, sebagai berikut berikut:

1. Ruang kantor
a. Ruang Administrasi.
b. Ruang Kantor Karyawan.
c. Ruang kepala Puskesmas.
d. Ruang Rapat.

2. Ruang Pelayanan
a. Ruang Pendaftaran dan Rekam Medis.
b. Ruang Pemeriksaan Umum.
c. Ruang Tindak dan Gawat Darurat.
d. Ruang KIA, KB dan Imunisasi.
e. Ruang Pemeriksaan Khusus.
f. Ruang Kesehatan Gigi dan Mulut.
g. Ruang Komunikasi Informasi dan Edukasi.
h. Ruang Farmasi.
i. Ruang Persalinan.
j. Ruang Rawat Pasca Persalinan.
k. Ruang Laboraturium.

3. Ruang Penunjang
a. Ruang Tunggu .
b. Ruang ASI.
c. Ruang Sterilisasi.
d. Ruang Linen.
e. Ruang Dapur/Pantry.
f. Gudang Umum.
g. KM/WC.
h. Rumah Dinas.
i. Parkir Kendaraan Roda 2 dan 4.

2.5. Tema Perancangan

1. Arsitektur Bioklimatik

Arsitektur bioklimatik adalah suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek


untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan antara
bentuk arsitektur dengan lingkungannya dalam kaitanyan iklim daerah tersebut.

Perkembangan Arsitektur Bioklimatik berawal dari 1960-an. Arsitektur


Bioklimatik merupakan arsitektur modern yang dipengaruhi oleh iklim. Arsitektur
bioklimatik merupakan pencermian kembali arsitektur Frank Loyd Wright yang
terkenal dengan arsitektur yang berhubungan dengan alam dan lingkungan dengan
prinsip utamanya bahwa didalam seni membangun tidak hanya efisiensinya saja yang
dipentingkan tetapi juga ketenangannya, keselarasan, kebijaksanaan, kekuatan
bangunan dan kegiatan yang sesuai dengan bangunannya, “Oscar Niemeyer dengan
falsafah arsitekturnya yaitu penyesuaian terhadap keadaan alam dan lingkungan,
penguasaan secara fungsional, dan kematangan dalam pengolahan secara pemilihan
bentuk, bahan dan arsitektur”.

2. Prinsip Desain Arsitektur Bioklimatik

Penampilan bentuk arsitektur sebagian besar dipengaruhi oleh


lingkungan setempat:
• Meminimlakan ketergantungan pada sumber energy yang tidak dapat
diperbaharui.

• Penghematan energy dari segi bentuk bangunan, penempatan bangunan, pemilihan


material.

• Mengikuti pengaruh budaya setempat.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendesain dengan tema bioklimatik


strategi pengendalian iklim:

• Memperhatikan keuntungan matahari.

• Meminimalkan perlakuan aliran panas.

• Meminimalkan pembesaran bukaan/bidang terhadap matahari.

• Memperhatikan ventilas.

Beberapa prinsip Arsitektur Bioklimatik menurut Yeang (Bioclimatic


Skyscrapers) antara lain :

a. Penentuan Core.
b. Menentukan Orientasi Matahari.
c. Menentukan Bukaan Jendela.
d. Menentukan Balkon.
e. Membuat ruang Transisional.
f. Desain Pada Dinding.
g. Hubungan Terhadap Landscape.
h. Menggunakan Alat Pembayang Pasif.
i. Penyekat Panas Pada Lantai.
BAB 2
DATA SURVEI LINGKUNGAN DAN TAPAK

2.1 Lokasi Tapak Secara Geografis

2.1.1 Lingkup regional

Luas wilayah keseluruhannya mencapapai 87.023,66 km. Berdasarkan


letak astronomis, Provinsi Riau terletak antara pada titik koordinat 1º 15′ LS
hingga -4º45’LU dan 100º 03′ hingga 109º 19′ BT.

Gambar 2.1. Peta Provinsi Riau

Provinsi Riau terletak di sebelah tengah dari Pulau Sumatera. Wilayahnya sendiri terdiri
dari 10 kabupaten dan 2 kota administrasi. Kabupaten di Provinsi Riau yaitu Kabupaten
Kuantan Singingi, Pelalawan, Siak, Kampar, Rokan Hulu, Kepulauan Meranti, Bengkalis,
Rokan Hilir, Indragiri Hulu, dan Indragiri Hilir. Sedangkan kota di Provinsi Riau adalah Kota
Pekanbaru dan Dumai.
Berikut batas wilayah Provinsi Riau selengkapnya.
Barat Berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Sumatera Utara
Timur Berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Riau dan Laut Cina Selatan
Utara Berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka
Selatan Berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Selat Berhala

Berikut 4 Sungai Besar di Provinsi Riau:


1. Sungai Siak
2. Sungai Kampar
3. Sungai Rokan
4. Sungai Indragiri

2.1.2 Lingkup Kota

Gambar 2.2. Peta Pekanbaru

Secara geografis kota Pekanbaru memiliki posisi strategis berada pada jalur Lintas
Timur Sumatra, terhubung dengan beberapa kota seperti Medan, Padang dan Jambi,
dengan wilayah administratif, diapit oleh Kabupaten Siak pada bagian utara dan timur,
sementara bagian barat dan selatan oleh Kabupaten Kampar.

Kota ini dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur dan berada
pada ketinggian berkisar antara 5–50 meter di atas permukaan laut. Kota ini termasuk
beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 34,1 °C hingga 35,6 °C,
dan suhu minimum antara 20,2 °C hingga 23,0 °C.

Berikut Pembagian kecamatan Pekanbaru:

1. Kecamatan Bukit Raya


2. Kecamatan Tenayan Raya
3. Kecamatan Kulim ( Hasil Pemakaran dari Kecamatan Tenayan Raya)
4. Kecamatan Rumbai ( Rumbai Pesisir Berganti nama jadi Rumbai)
5. Kecamatan Rumbai Timur (Pemekaran dari Rumbai Pesisir)
6. Kecamatan Rumbai Barat ( Kecamatan Rumbai berubah nama jadi Rumbai
Barat)
7. Kecamatan Payung Sekaki
8. Kecamatan Marpoyan Damai
9. Kecamatan Sukajadi
10. Kecamatan Senapelan
11. Kecamatan Sail
12. Kecamatan Pekanbaru Kota
13. Kecamatan Lima Puluh
14. Kecamatan Tuah Madani (pemekaran dari Kecamatan Tampan)
15. Kecamatan Binawidya (Kecamatan Tampan diganti menjadi Kecamatan
Binawidya)
2.1.3 Lingkup Lingkungan (Lingkungan sekitar tapak)
2.2 Batas-Batas dan Dimensi Tapak

2.2.1 Batas-batas tapak dengan lingkungan

Gambar 2.3. Batas Tapak Bagian Barat

Barat : Pada bagian barat tapak berbatasan dengan Sungai Siak yang akan
direncanakan menjadi salah satu voew dan pendestarian pada perancangan Sekolah Islam
Terpadu.

Gambar 2.4. Bagian Tapak Bagian Timur


Timur : Pada bagian timur Tapaak berbatasan dengan jalan Nelayan dan merupakan
akses pokok untuk menuju tapak.

Gambar 2.5. Bagian Selatan Tapak

Selatan : Pada bagian selatan Tapak berbatasan dengan Rumah Penduduk.

Gambar 2.6. Batas Tapak Bagian Utara

Utara : Pada bagian Utara Tapak berbatasan dengan Masjid.


2.2.2 Ukuran Tapak Dan Luasan Tapak
Luas Tapak 2.495,5 m2

Gambar 2.7. Lokasi Di Peta

2.2.3 Penampang Jalan Sekitar Tapak (Meliputi Gambar Penampang Memanjang


Dan Melintang Jalan Lengkap Ukuran)

Gambar 2.8. Lokasi Tapak


Gambar 2.9. Potongan Tapak

2.3 Aksesbliitas dan Jejak Tapak

2.3.1 Diluar Tapak

Aksesbilitas diluuar tapak sangan praktis , karena akses pada tapak hanya
memiliki satu akses yaitu pada Jl. Nelayan yang terletak pada bagian timur
tapak.
Gambar 2.10. Akses Jalan Diluar Tapak

Gambar 2.11. Akses Menuju Tapak Dari Jl. Yos Sudarso

2.3.2 Didalam Tapak


Akses didalam tapak hanya terdapat jalan setapak

Gambar 2.12. Akses Didalam Tapak


2.4 Kondisi Tanah

2.4.1 Kontur Tapak

Gambar 2.13. Persepektif Kontur Tapak

Kontur pada teapak cukup berarti yang terdapat pada bagian tengah tapak,
diperkirakan tnggi kontur tersebut sekitar 0.5 – 1 meter. Dan terdapat kemiringan kontur
pada arah sungai perbatasan tapak.

2.4.2 Jenis Tanah Pada Tapak


Kondisi tanah pada site berkontur :
1. Kemiringan kontur lebih dominan ke sisi sungai siak
2. Terdapat rawa pada bagian depan tapak
3. Jenis tanah pada tapak yaitu tanah keras, menuurut informasi penduduk sekitar
tapak tanah pada area tapak se,akin kearah sungai tanah semakin keras.
4. Tidak pernah terendam banjir meskipun jalan lebih tinggi sekitar 1,5 meter dari
tapak.
5. Memanfaatkan kemiringan tanah kearah sungai siak sebagai arah curah air hujan
sehingga tidak terjadi genangan air disekitar tapak.

2.4.3 Kondisi kedalaman air


Pada tapak kedalaman air mencapai sekitar 1 meter
2.4.4 Drainase didalam dan diluar
Tidak terdapat drainase didalam tapak. Pada luar tapak hanya meimiliki satu
drainse yaitu pada sebrang jalan tapak disisi timur. Didepan tapak hanya terdapat
rawa kecil dan tidak terlalu panajang.

Gambar 2.14. Rawa Kecil Depan Tapak Sisi Timur

Gambar 2.15. Drainase Sebrang Tapak Sisi Timur


2.5 Orientasi Tapak

2.5.1 Arah lintasan matahari

Gambar 2.16. Arah Lintasan Matahari

1. Arah lintasan Matahari


a) Timur : matahari terbit dari timur dan langsung menyinari muka depan tapak
b) Barat : matahari terbenam dari barat menyinari area bagian belakang tapak dari
arah sungai Siak
2. Arah angin
Angin pada tapak berasal dari arah sungai Siak
Gambar 2.17. Arah Angiin Pada Tapak

2.5.2 Pandangan Dari Luar Ke Dalam Tapak

Gambar 2.18. Pandangan dari dalam Tapak Sisi Timur


2.5.3 Pandangan dari dalam keluar tapak

Gambar 2.21. Pandangan dari dalam keluar sisi timur

2.6 Karakter Lingkungan Diluar Tapak Dan Didalam Tapak

2.6.1 Fisik bangunan sekitar

Material disekitar menggunakan bahan kayu dan juga beton. Sekitar tapak
juga terdapat bangunan Pendidikan SD, tinggi bangunannya 2 lantai. Dan
untuk pemukiman warga umum ketinggiannya mencapai 5 – 6 meter.
2.6.2 Suasana dan Watak Prilaku Disiang dan Malam Hari

Gambar 2.22. Suasana Siang Hari pada Tapak

2.6.3 Sarana Kegiatan yang Mendukung

Gambar 2.23. Tapak dari Atas

Terdapat beberapa sarana pendukung disekitar tapak yaitu sarana Pendidikan,


dianataranya SMP 27 Pekanbaru dan SD 091 Pekanbaru. Juga terdapat masjid pada area
tapak bagian Utara.
2.7 Vegetasi Tapak

2.7.1 Vegetasi Didalam Dan Diluar Sekitar Tapak

Vegetasi didalam tapak terdapat poohon Sawit

Gambar 2.24. Vegetasi dalam Tapak

Vegetasi diluar tapak terdapat pakis dan ilalang

Gambar 2.25. Vegetasi Luar Tapak


2.7.2 Titik Lokasi Vegetasi Luar dan Dalam Tapak

Gambar 2.26. Vegetasi Dalam Tapak Terdapat pohon sawit

Gambar 2.27. Vegetasi Luar Tap


2.8 Peraturan Tata Bangunan

2.8.1 Koefesien Dasar Banguan (KDB)

KDB sesuai perda no. 14 tahun 2000 kota pekanbaru untuk bangunan
pendidikan di tetapkan 50-70 %, jadi:
KDB = 50% x luas lahan

2.8.2 Koefisien Lantai Bangunan (KLB)


KLB sesuai perda no. 14 tahun 2000 kota pekanbaru untuk bangunan
pendidikan di tetapkan 0.50-1.70, jadi:
KLB = 0.50 x luas KDB

2.8.3 Garis Sempadan Bangunan (GSB)


Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah suatu aturan oleh pemerintah daerah
setempat yang mengatur batasan lahan yang boleh dan tidak boleh dibangun.
Bangunan yang akan didirikan tidak boleh melampaui batasan garis ini.
GSB = 1.5 x lebar jalan

1.5 x lebar jalan

1.5 x 4 meter = 6 meter

2.9 Jaringan Utilitas Eksisting

2.9.1 Listrik

Gambar 2.28. Tiang Listrik


Terdpat beberapa tiang listrik diluar tapak pada bagian timur pinggir JL.Nelayan.

2.9.2 Air bersih


Untuk air bersih pada pemukiman sekitar tapak menggunakan sumur Bor.
Dengan kedalaman mencapai 300m.

2.9.3 Air kotor


Untuk pembuangan air kotor pada tapak umumnya dialirkan keDrainase pada
bagian timur tapak sebelah JL.Nelayan.

Gambar 2.29. Drainase Pinggir JL.Nelayan Sisi Timur Tapak

2.9.4 Pemadam kebakaran


Tidak terdapat Hydrant pada tapak ataupuun sekitar tapak.
STUDI BANDING
A. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT ALIANYANGKECAMATAN
PONTIANAK KOTA
Puskesmas Alianyang Kelurahan Sungai Bangkong, Kecamatan Pontianak Kota merupakan salah
satu dari lima puskesmas yang ada di kecamatan pontianak kota yang berfungsi sebagai wadah
pelayanan kesehatan tingkat pertama untuk masyarakat pontianak kota dan sekitarnya. Jumlah
pasien yang berobat di puskesmas ini setiap harinya berjumlah 200 pasien (data puskesmas
alianyang). Jumlah tersebut setiap tahunnya akan meningkat bila ditinjau dari pertambahan
penduduk serta jumlah kemiskinan penduduk, sementara kapasitas ruang dan lahan yag sudah
tidak memadai lagi mengakibatkan bangunan ini perlu untuk dirancang kembali dilokasi yang
berbeda. Perancangan Puskesmas Alianyang harus berdasarkan standar peraturan menteri
kesehatan dan menerapkan 5 kajian yaitu kajian sejarah teori dan kritik arsitektur, kajian
perancangan arsitektur, kajian fisika bangunan, kajian struktur dan konstruksi serta kajian utilitas.
Perancangan puskesmas alianyang yang baru diharapkan dapat sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Perancangan ulang Pusat Kesehatan Masyarakat Alianyang berdasarkan standar
pembangunan dari Menteri Kesehatan agar dapat sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Standar tersebut meliputi kenyamanan ruang, tata layout, sirkulasi, fasilitas parkir, struktur
bangunan, dan sistem utilitas. Perancangan ini menggunakan tahapan melalui studi literatur, survey
lapangan, wawancara, analisis data dan perumusan konsep. Hasil perancangan dengan
memperhatikan zonasi ruang sehingga bangunanterbagi menjadi dua lantai. Lantai pertama zona
ruang dibagi atas zona publik, semi publik, privat,dan servis. Ruang lobby menaungi segala aktifitas
pelayanan kesehatan utama serta menerapkan beberapa ruangan penunjang berupa ruang
informasi dan ruang playground serta fasilitas penunjang berupa sofa dan display agar terciptanya
suasana nyaman dan memberi kesan yang berbeda dari suasana puskesmas biasanya. Pada lantai
dua zona ruang dibagi atas zona semi publik, semi privat, dan servis serta menerapkan fasilitas ruang
penunjang berupa taman refleksi.

Gambar 1 : Konsep Perletakan, Sirkulasi, Orientasi, Zonasi dan Vegetasi Puskesmas Alianyang
Kecamatan Pontianak Kota

Gambar 2 : Konsep Tata Massa dan Transformasi Bentuk Bangunan Puskesmas


AlianyangKecamatan Pontianak Kota
Gambar 4 : Skema Air Bersih dan Air
Kotor Puskesmas Alianyang Kecamatan
Pontianak Kota

Gambar 3 : Konsep
Struktur Puskesmas
Alianyang
Gambar 5 : Skema Fire
Kecamatan
Protection, Kelistrikkan dan
Pontianak Kota
Penghawaan Puskesmas
AlianyangKecamatan Pontianak
Kota

Gambar 6 : Skematik Ruang


Dalam dan Ruang Luar
Puskesmas Alianyang Kecamatan
Pontianak Kota

Gambar 7 : Site Plan Puskesmas


Alianyang Kecamatan
Pontianak Kota
Gambar 8 : Denah Puskesmas Alianyang Kecamatan Pontianak Kota
Gambar 9 : Hasil Perancangan Puskesmas Alianyang Kecamatan
Pontianak Kota

• Pada Puskesmas in menggunakan konsep modern, yang dapat di lihat dari


bentuk fasad dan interior nya
• Perletakan puskesmas ini cukup strategis karena posisi sitenya terletak pada
persimpangan yang dapat kita lihat seperti gambar di atas, kelebihan nya
mudah untuk capai masyarakat karena berada di jalan utama dan kekurangan
nya lokasi yg terletak di persimpangan bisa menimbulkan kemacetan apabila
kondisi pintu masuk dan keluar tidak terkoordinir.
• Struktur yang digunakan pada puskesmas ini yaitu menggunakan pondasi
tapak karena cocok untuk tanah gambut, sistem struktur bangunan
menggunakan struktur rangka kaku.
• Material yang digunakan adalah beton bertulang karena lebih murah, awet,
dan kokoh serta fleksibel.
• Pertimbangan lain karena menyesuaikan dengan grid bangunan, yaitu 8x8
meter
• Struktur atap menggunakan jenis atap limas.
• Material yang digunakan adalah baja profil karena lebih ringan, awet, kuat,
dan tahan lama. Penutup atap yang digunakan adalah genteng metal.

1. Kelebihan
• Letak yg strategis
• Material yang digunakan murah, awet dan kokoh serta fleksibel
• Sistem struktur rangka kaku, tahan terhadap gaya torsi atau puntir pada
bangunan, ada inti didalam sistem rigid frame menjadi lebih stabil, adanya
gaya linear yang dapat menahan gaya lateral.
• Material yang digunakan adalah baja profil karena lebih ringan, awet, kuat,
dan tahan lama
• Penutup atap menggunakan yaitu genteng metal, Material atap ini
bersifat anti pecah, anti jamur, anti rayap dan anti api, sehingga bisa
dikatakan daya tahan genteng metal terbilang baik dan tinggi.

2. Kekurangan
• Sistem struktur rangka kaku, dari segi desain kurangnya pandagan keluar
secara bebas karena adanya penghalang berupa rangka kaku.
• Penggunaan material baja profil perlu biaya perawatan tinggi, mudah
mengalami korosi, masalah dengan perubahan suhu.
• Penggunaan genteng metal memilki kekurangn yaitu, tidak tahan pada
tekanan, warna mudah luntur dan tidak mampu menyerap panas.

B. PUSKESMAS RAWAT INAP TELAGA BIRUKECAMATAN


PONTIANAK UTARA
Konsep bentuk diilhami dari arsitektur tradisional Kalimantan Barat etnis Melayu dan
Dayak. Komponen yang diambil antaara lain bentuk dasar persegi panjang dan panggung
dari rumah betang dan bentuk atap tradisional Melayu. Pembagian massa bangunan
mengadaptasi pemisahan ruang pada bangunan Melayu dengan fungsi khusus serta area
servis yang berada di belakang bangunan. Struktur yang digunakan pada bangunan adalah
struktur rangka dengan material beton, atap truss baja, dan pondasi tiang pancang. Sistem
air bersih dengan filter agar air yang di gunakan menjadi lebih bersih dan aman.
Pengolahan limbah medis padat dengan incinerator dan limbah medis cair melalui ipal.
Sistem kemanan kebakaran menggunakan apar.

Gambar 1: Lokasi Perancangan Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara
Gambar 2 : Konsep Tata Ruang Dalam Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara

Gambar 3 : Konsep Tata Ruang Luar Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara

Gambar 4 : Konsep Struktur Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara
Gambar 5 : Konsep Bentuk Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan
Pontianak Utara

Gambar 6 : Konsep Air Bersih Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak
Utara

Gambar 7 : Konsep Fire Protection Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak
Utara

Gambar 7 : Konsep Fire Protection Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak
Utara
Gambar 9 : Konsep Penghawaan Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara

Gambar 10: Siteplan Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak
Utara
Gambar 11: Denah Lantai Dasar Puskesmas Rawat
Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara

Gambar 12 : Denah Lantai 1 Puskesmas Rawat Inap


Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara

Gambar 13 : Denah Lantai 2 Puskesmas Rawat Inap


Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara
Gambar 14: Tampak Depan Puskesmas Rawat Inap Gambar 15: Tampak Belakang Puskesmas Rawat
Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara

Gambar 16: Tampak Kiri Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara

Gambar 17 : Tampak Kanan Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara
Gambar 18 : Potongan Gambar 19 : Potongan Bangunan Poli as 5-as 6
Bangunan Rawat Inap as 4- as 5 Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan
Puskesmas Rawat Inap Telaga Pontianak Utara
BiruKecamatan Pontianak Utara

Gambar 20 : Potongan Bangunan Poli as c-as d Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara

Gambar 21 : Potongan Bangunan Rawat Inap as 4- as 5 Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru
Kecamatan Pontianak Utara
Gambar 22 : Eksterior dan Interior Puskesmas Rawat Inap Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru
Kecamatan Pontianak Utara
• Pada Puskesmas ini menggunakan konsep vernakular yaitu menggabungkan
dua adat melayu dan Dayak
• Lokasi yang kurang strategis karena terlalu sempit seperti yang kita liat di atas,
bisa menimbulkan beberapa masalah seperti macet, sirkulasi yang sempit, dll
• Struktur yang digunakan pada puskesmas ini yaitu menggunakan pondasi
tiang pancang beton dengan system titik karena cocok untuk tanah gambut,
sistem struktur bangunan menggunakan material beton bertulang
• Rangka atap menggunakan rangka truss baja karena bentang atap yang lebih
dari 9 meter sedangkan pelapis atap menggunakan atap spandek.

1. KELEBIHAN
• Dari segi konsep vernacular Merupakan perwujudan pengetahuan lokal
dan tradisi, sehingga bisa menimbulkan perasaan bangga dan bahagia
dengan identitas sebagai bagian komunitas tertentu
• Pondasi tiang pancang bisa memperkuat struktur bangunan secara
drastis apabila dibangun pada tanah yang labil.
• Menggunakan material beton bertulang memiliki cukup banyak
kelebihan. Beton jenis ini memiliki kekuatan tarik yang lebih besar dari
beton biasa, karena dalam proses proses pembuatannya, beton
ditanami tulangan baja. Kombinasi ini membuat beton bertulang
mampu menahan gaya tarik sekaligus kuat menahan gaya tekan.
• Menggunakan rangka atap baja Bahannya lebih ringan, Tahan terhadap
karat, Beratnya lebih ringan jika dibandingkan dengan rangka atap dari
kayu, Proses pemasangannya relatif cepat, Tidak bisa dimakan rayap,dll

2. KEKURANGAN
• Lokasi yang terlalu sempit dan kurang strategis
• Bisa menimbulkan efek rumah kaca, karena banyak menggunakan kaca
• Rangaka atap baja masih termasuk mahal
• Material atap spandek bisa menimbulkan kebocoran apabila terbentur
oleh benda keras, menimbulkan suara yang cukup berisik.

Anda mungkin juga menyukai