NAMA DOSEN :
Dengan
NAMA MAHASISWA :
Ajira Miazawa
NIM. MAHASISWA :
2123201042
PRODI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS
LANCANG KUNING
Kota Pekanbaru adalah ibu kota dari provinsi Riau, berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 1987 Tanggal 7 September 1987 Daerah Kota Pekanbaru diperluas dari ±
62,96 Km² menjadi ± 446,50 Km², terdiri dari 8 Kecamatan dan 45 Kelurahan/Desa. Dari
hasil pengukuran/pematokan di lapangan oleh BPN Tk. I Riau maka ditetapkan luas
wilayah Kota Pekanbaru adalah 632,26 Km². Dengan meningkatnya kegiatan dan
pembangunan di kota Pekanbaru maka dibentuk kecamatan baru pada Perda kota
Pekanbaru No. 4 tahun 2003 menjadi 12 kecamatan dan 58 kelurahan. Kemudian pada
tahun 2020 Wali Kota Pekanbaru meresmikan pemekaran yang bertujuan suatu bentuk
investasi pembangunan dan jumlah penduduk yang cukup tinggi, perekonomian dan
pembangunan infrastruktur yang memadai, pemekaran itu terdapat pada Perda kota
Pekanbaru No. 10 tahun 2019 menjadi 15 kecamatan dan 83 kelurahan.
Pelayanan puskesmas semakin hari akan mengalami kemajuan dan semakin kompleks,
baik dari segi pelayanan ataupun dari sumber daya yang dibutuhkan. Peningkatan
peralatan saja tidak cukup, tetapi juga memerlukan menajemen selanjutnya yang lebih
baik, maka keperluan sistem informasi yang dapat menunjang menajemen tersebut agar
terciptanya kesesuaian yang diperlukan. Tidak mungkin menajemen akan berjalan dengan
lancar tanpa didukung dengan sistem informasi yang sesuai dan baik ( serbaguana HBS
dan Listiani H, 2008), sistem informasi di puskesmas telah berkembang diberbagai jajaran
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Indonesia dimana salah satu bentuknya adalah Sistem
Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang bertujuan untuk mendukung
pengelolaan data dan informasi di puskesmas.
Batasan masalah bertujuan untuk menghindari penafsiran yang luas agar tidak keluar dari
identifikasi masalah antara lain:
1.3.Identifikasi
Masalah 1.1.Latar Belakang
1.2.Maksud dan Tujuan
Data
Analisa Konsep
Desain
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Puskesmas yaitu suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat
pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan
kegiatannya secara menyeluruh terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat
yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
Puskesmas memiliki fungsi berupa pemberi layanan kesehatan untuk masyarakat. Dengan
kehadiran Puskesmas di berbagai daerah, diharapkan lingkungan dan perilaku hidup sehat
masyarakat di sekitar Puskesmas dapat lebih baik lagi. Maka fungsi Puskesmas antara lain:
Jumlah dan jenis ruang di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu ditentukan melalui analisis
kebutuhan ruang berdasarkan pelayanan yang diselenggarakan dan ketersediaan sumber
daya. dibawah ini menunjukkan fungsi Ruang minimal di Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu, sebagai berikut berikut:
1. Ruang kantor
a. Ruang Administrasi.
b. Ruang Kantor Karyawan.
c. Ruang kepala Puskesmas.
d. Ruang Rapat.
2. Ruang Pelayanan
a. Ruang Pendaftaran dan Rekam Medis.
b. Ruang Pemeriksaan Umum.
c. Ruang Tindak dan Gawat Darurat.
d. Ruang KIA, KB dan Imunisasi.
e. Ruang Pemeriksaan Khusus.
f. Ruang Kesehatan Gigi dan Mulut.
g. Ruang Komunikasi Informasi dan Edukasi.
h. Ruang Farmasi.
i. Ruang Persalinan.
j. Ruang Rawat Pasca Persalinan.
k. Ruang Laboraturium.
3. Ruang Penunjang
a. Ruang Tunggu .
b. Ruang ASI.
c. Ruang Sterilisasi.
d. Ruang Linen.
e. Ruang Dapur/Pantry.
f. Gudang Umum.
g. KM/WC.
h. Rumah Dinas.
i. Parkir Kendaraan Roda 2 dan 4.
1. Arsitektur Bioklimatik
• Memperhatikan ventilas.
a. Penentuan Core.
b. Menentukan Orientasi Matahari.
c. Menentukan Bukaan Jendela.
d. Menentukan Balkon.
e. Membuat ruang Transisional.
f. Desain Pada Dinding.
g. Hubungan Terhadap Landscape.
h. Menggunakan Alat Pembayang Pasif.
i. Penyekat Panas Pada Lantai.
BAB 2
DATA SURVEI LINGKUNGAN DAN TAPAK
Provinsi Riau terletak di sebelah tengah dari Pulau Sumatera. Wilayahnya sendiri terdiri
dari 10 kabupaten dan 2 kota administrasi. Kabupaten di Provinsi Riau yaitu Kabupaten
Kuantan Singingi, Pelalawan, Siak, Kampar, Rokan Hulu, Kepulauan Meranti, Bengkalis,
Rokan Hilir, Indragiri Hulu, dan Indragiri Hilir. Sedangkan kota di Provinsi Riau adalah Kota
Pekanbaru dan Dumai.
Berikut batas wilayah Provinsi Riau selengkapnya.
Barat Berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Sumatera Utara
Timur Berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Riau dan Laut Cina Selatan
Utara Berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka
Selatan Berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Selat Berhala
Secara geografis kota Pekanbaru memiliki posisi strategis berada pada jalur Lintas
Timur Sumatra, terhubung dengan beberapa kota seperti Medan, Padang dan Jambi,
dengan wilayah administratif, diapit oleh Kabupaten Siak pada bagian utara dan timur,
sementara bagian barat dan selatan oleh Kabupaten Kampar.
Kota ini dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur dan berada
pada ketinggian berkisar antara 5–50 meter di atas permukaan laut. Kota ini termasuk
beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 34,1 °C hingga 35,6 °C,
dan suhu minimum antara 20,2 °C hingga 23,0 °C.
Barat : Pada bagian barat tapak berbatasan dengan Sungai Siak yang akan
direncanakan menjadi salah satu voew dan pendestarian pada perancangan Sekolah Islam
Terpadu.
Aksesbilitas diluuar tapak sangan praktis , karena akses pada tapak hanya
memiliki satu akses yaitu pada Jl. Nelayan yang terletak pada bagian timur
tapak.
Gambar 2.10. Akses Jalan Diluar Tapak
Kontur pada teapak cukup berarti yang terdapat pada bagian tengah tapak,
diperkirakan tnggi kontur tersebut sekitar 0.5 – 1 meter. Dan terdapat kemiringan kontur
pada arah sungai perbatasan tapak.
Material disekitar menggunakan bahan kayu dan juga beton. Sekitar tapak
juga terdapat bangunan Pendidikan SD, tinggi bangunannya 2 lantai. Dan
untuk pemukiman warga umum ketinggiannya mencapai 5 – 6 meter.
2.6.2 Suasana dan Watak Prilaku Disiang dan Malam Hari
KDB sesuai perda no. 14 tahun 2000 kota pekanbaru untuk bangunan
pendidikan di tetapkan 50-70 %, jadi:
KDB = 50% x luas lahan
2.9.1 Listrik
Gambar 1 : Konsep Perletakan, Sirkulasi, Orientasi, Zonasi dan Vegetasi Puskesmas Alianyang
Kecamatan Pontianak Kota
Gambar 3 : Konsep
Struktur Puskesmas
Alianyang
Gambar 5 : Skema Fire
Kecamatan
Protection, Kelistrikkan dan
Pontianak Kota
Penghawaan Puskesmas
AlianyangKecamatan Pontianak
Kota
1. Kelebihan
• Letak yg strategis
• Material yang digunakan murah, awet dan kokoh serta fleksibel
• Sistem struktur rangka kaku, tahan terhadap gaya torsi atau puntir pada
bangunan, ada inti didalam sistem rigid frame menjadi lebih stabil, adanya
gaya linear yang dapat menahan gaya lateral.
• Material yang digunakan adalah baja profil karena lebih ringan, awet, kuat,
dan tahan lama
• Penutup atap menggunakan yaitu genteng metal, Material atap ini
bersifat anti pecah, anti jamur, anti rayap dan anti api, sehingga bisa
dikatakan daya tahan genteng metal terbilang baik dan tinggi.
2. Kekurangan
• Sistem struktur rangka kaku, dari segi desain kurangnya pandagan keluar
secara bebas karena adanya penghalang berupa rangka kaku.
• Penggunaan material baja profil perlu biaya perawatan tinggi, mudah
mengalami korosi, masalah dengan perubahan suhu.
• Penggunaan genteng metal memilki kekurangn yaitu, tidak tahan pada
tekanan, warna mudah luntur dan tidak mampu menyerap panas.
Gambar 1: Lokasi Perancangan Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara
Gambar 2 : Konsep Tata Ruang Dalam Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara
Gambar 3 : Konsep Tata Ruang Luar Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara
Gambar 4 : Konsep Struktur Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara
Gambar 5 : Konsep Bentuk Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan
Pontianak Utara
Gambar 6 : Konsep Air Bersih Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak
Utara
Gambar 7 : Konsep Fire Protection Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak
Utara
Gambar 7 : Konsep Fire Protection Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak
Utara
Gambar 9 : Konsep Penghawaan Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara
Gambar 10: Siteplan Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak
Utara
Gambar 11: Denah Lantai Dasar Puskesmas Rawat
Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara
Gambar 16: Tampak Kiri Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara
Gambar 17 : Tampak Kanan Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara
Gambar 18 : Potongan Gambar 19 : Potongan Bangunan Poli as 5-as 6
Bangunan Rawat Inap as 4- as 5 Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan
Puskesmas Rawat Inap Telaga Pontianak Utara
BiruKecamatan Pontianak Utara
Gambar 20 : Potongan Bangunan Poli as c-as d Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru Kecamatan Pontianak Utara
Gambar 21 : Potongan Bangunan Rawat Inap as 4- as 5 Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru
Kecamatan Pontianak Utara
Gambar 22 : Eksterior dan Interior Puskesmas Rawat Inap Puskesmas Rawat Inap Telaga Biru
Kecamatan Pontianak Utara
• Pada Puskesmas ini menggunakan konsep vernakular yaitu menggabungkan
dua adat melayu dan Dayak
• Lokasi yang kurang strategis karena terlalu sempit seperti yang kita liat di atas,
bisa menimbulkan beberapa masalah seperti macet, sirkulasi yang sempit, dll
• Struktur yang digunakan pada puskesmas ini yaitu menggunakan pondasi
tiang pancang beton dengan system titik karena cocok untuk tanah gambut,
sistem struktur bangunan menggunakan material beton bertulang
• Rangka atap menggunakan rangka truss baja karena bentang atap yang lebih
dari 9 meter sedangkan pelapis atap menggunakan atap spandek.
1. KELEBIHAN
• Dari segi konsep vernacular Merupakan perwujudan pengetahuan lokal
dan tradisi, sehingga bisa menimbulkan perasaan bangga dan bahagia
dengan identitas sebagai bagian komunitas tertentu
• Pondasi tiang pancang bisa memperkuat struktur bangunan secara
drastis apabila dibangun pada tanah yang labil.
• Menggunakan material beton bertulang memiliki cukup banyak
kelebihan. Beton jenis ini memiliki kekuatan tarik yang lebih besar dari
beton biasa, karena dalam proses proses pembuatannya, beton
ditanami tulangan baja. Kombinasi ini membuat beton bertulang
mampu menahan gaya tarik sekaligus kuat menahan gaya tekan.
• Menggunakan rangka atap baja Bahannya lebih ringan, Tahan terhadap
karat, Beratnya lebih ringan jika dibandingkan dengan rangka atap dari
kayu, Proses pemasangannya relatif cepat, Tidak bisa dimakan rayap,dll
2. KEKURANGAN
• Lokasi yang terlalu sempit dan kurang strategis
• Bisa menimbulkan efek rumah kaca, karena banyak menggunakan kaca
• Rangaka atap baja masih termasuk mahal
• Material atap spandek bisa menimbulkan kebocoran apabila terbentur
oleh benda keras, menimbulkan suara yang cukup berisik.