Panduan Mentoring Skill PPL PPG Prajabatan-2
Panduan Mentoring Skill PPL PPG Prajabatan-2
Penyusun :
Paulus Kuswandono, Ph.D.
Dr. Yulia Rahmawati, M.Si.
Drs. Concilianus Laos Mbato, M.A., Ed.D.
Dr. Antuni Wiyarsi, M.Sc.
Pujaningsih M.Pd., Ed.D.
Anita Triastuti, M.A., Ph.D.
Yuniawatika, S.Pd., M.Pd.
Dr. Neti Budiwati, M.Si.
Penelaah :
Basikin, Ph.D.
Susilowaty, M.A.
Ayu Novita Pramesti
Copyright © 2022
Direktorat Pendidikan Profesi Guru
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
PPG Prajabatan adalah satu di antara jenis pendidikan tinggi profesi yang
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi. Pelaksanaan PPG Prajabatan melibatkan pengajar dari unsur akademisi,
praktisi pendidikan, dan guru penggerak. Keterlibatan pengajar dari berbagai
unsur ini bertujuan untuk menjembatani teori dan praktik di lapangan. Paket-paket
modul digunakan dalam perkuliahan yang dilaksanakan selama dua semester
melalui tiga kelompok mata kuliah, yaitu: Mata Kuliah Inti, Mata Kuliah Pilihan
Selektif, dan Mata Kuliah Pilihan Elektif. Setiap modul perkuliahan mencakup
komponen Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) dan asesmen, perangkat
pembelajaran, dan isi modul.
Khusus mengenai perangkat pembelajaran, terdiri dari Lembar Kerja (LK), media,
dan sumber belajar yang dilengkapi dengan pranala ke sumber belajar lainnya
sebagai pengayaan. Isi modul disusun berdasarkan alur MERDEKA, yaitu: Mulai
dari diri (M), Eksplorasi konsep (E), Ruang kolaborasi (R), Demonstrasi
kontekstual (D), Elaborasi pemahaman (E), Koneksi antar materi (K), dan Aksi
nyata (A). Modul dengan alur MERDEKA diharapkan dapat membantu mahasiswa
mempersiapkan diri dalam mencapai tuntutan profesi guru sebagai agen yang
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Modul Design Thinking dan Modul Computational Thinking telah disusun dengan
menggunakan alur MERDEKA tersebut untuk membantu dosen yang akan
mengampu mata kuliah pilihan selektif Design Thinking dan Computational
Thinking. Dengan adanya Modul Design Thinking dan Modul Computational
Thinking, dosen diharapkan dapat membekali mahasiswa agar memiliki
kecakapan menerapkan pola pikir, metodologi serta teknik-teknik Design Thinking
dan Computational Thinking sesuai perannya sebagai guru.
Selain Modul Design Thinking dan Modul Computational Thinking, telah disusun
juga Panduan Mentoring untuk diterapkan pada Praktik Pengalaman Lapangan
(PPL). Panduan ini memberikan arahan kepada dosen PPG, khususnya Dosen
Pembimbing Lapangan (DPL) bersama dengan Guru Pamong (GP) untuk
melaksanakan model mentoring sesuai dengan amanat transformasi PPG
Kami mengucapkan terima kasih atas kontribusi semua pihak yang telah bekerja
keras untuk menyusun Modul Design Thinking, Modul Computational Thinking,
dan Panduan Mentoring. Semoga kontribusi yang diberikan dapat menunjang
terwujudnya guru yang professional.
Temu Ismail
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas terbitnya
Panduan Mentoring ini. Panduan ini disusun untuk memberikan konsep dasar dan
strategi mentoring kepada para Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dan Guru
Pamong (GP) yang secara langsung berkepentingan dalam membimbing para
mahasiswa PPG kegiatan PPL I dan PPL II.
Saat ini Kemendikbud Ristek terus berupaya dalam menjamin ketercukupan guru
di semua tingkat pendidikan dasar dan menengah, termasuk di dalamnya
pemenuhan kualitas guru yang memiliki panggilan jiwa untuk mendidik. Untuk itu,
berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor
6565/B/GT/2020 tentang Model Kompetensi dalam Pengembangan Profesi Guru,
model kompetensi yang dinilai sangat mendasar untuk dikuasai calon guru masa
depan wajib mencakup tiga hal berikut ini: a) pengetahuan professional; b) praktik
pembelajaran professional; dan c) pengembangan profesi.
Untuk mencapai tiga kompetensi di atas, model PPG Prajabatan saat ini
menekankan pada pelaksanaan Praktek Pengalaman Lapangan I (PPL I) dan
Praktek Pengalaman Lapangan II (PPL II) melalui pendampingan mentoring yang
intensif oleh DPL dan GP selaku mentor bagi mahasiswa PPG dalam pelaksanaan
PPL. Untuk itu, Panduan Mentoring untuk para DPL dan GP ini disusun dengan
tujuan agar 1) DPL dan GP memiliki pengetahuan tentang mentoring dan tahap-
tahap mentoring untuk diterapkan dalam pelaksanaan PPL; 2) para DPL dan GP
mampu menerapkan strategi dan tahap-tahap mentoring yang efektif dalam
pelaksanaan PPL.
Tim Penyusun
Hlm.
Kata Pengantar v
Daftar Isi vi
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
C. Self-Regulated Learning 3
D. Self-Determination Theory 4
F. Sasaran Pengguna 6
G. Panduan Penggunaan 6
BAB II 7
1. Tujuan Mentoring 8
2. Fungsi Mentoring 9
C. Prinsip Mentoring 10
D. Tahapan Mentoring 12
1. Persiapan (Preparation) 13
2. Negotiation 13
4. Closure 14
A. Pengantar 19
B. Tujuan Umum 20
C. Indikator Keberhasilan 20
1. Orientasi 25
2. Observasi 30
1. The Preparation 36
2. Negotiation 39
1. The Preparation 43
2. Negotiation 45
BAB IV 51
1. The Preparation 77
2. Pra-konferensi (Negotiation) 77
4. Post-konferensi (Closure) 79
1. The Preparation 79
2. Pra-konferensi (Negotiation) 81
4. Post-konferensi (Closure) 85
BAB V 88
Penutup 88
Referensi 90
Lampiran 94
Q. Jurnal 4.5 Smart Goals Praktik Pembelajaran Mandiri PPL I dan II 115
A. Latar Belakang
C. Self-Regulated Learning
Aspek pembeda dalam program PPG ini adalah dilaksanakannya dua kali PPL
yang mencerminkan pentahapan secara sistematis, yaitu mulai dari menjadi
asisten mengajar, mengajar terbimbing, dan mengajar secara mandiri. Proses
pentahapan ini terus menerus didampingi oleh seorang mentor, baik dari dosen
pembimbing lapangan maupun dari guru pamong. Model mentoring yang
dilakukan saat ini setidaknya didasarkan pada dua teori, yaitu Self-Regulated
Learning (Bandura, 1991; Zimmerman, 2011) yang menekankan pada kapasitas
mahasiswa untuk belajar mandiri, dan Self-Determination Theories (Deci & Ryan,
1985, 2008; Deci & Ryan, 2017; Deci et al., 1991) yang menekankan pada
kemandirian mahasiswa dalam belajar.
D. Self-Determination Theory
Jika teori SLR menekankan pada proses mencapai tujuan, teori SDT (Deci et al.,
1994; Deci & Ryan, 1985, 2008; Deci & Ryan, 2017; Deci et al., 1991) menekankan
pada pentingnya motivasi yang mandiri dalam berkehendak (autonomous
motivation). Motivasi mandiri ini dapat berupa motivasi intrinsik atau ekstrinsik.
Motivasi mandiri akan mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan
yang pada akhirnya akan memberikan kepuasan internal. Dalam teori SDT ini,
seseorang akan termotivasi jika tiga aspek kebutuhan psikologi mereka terpenuhi,
yaitu kebutuhan untuk mencapai kemandirian (otonomi), untuk mencapai
kompetensi tertentu, dan yang terakhir adalah kebutuhan untuk dapat terkoneksi
(relasi dan keterikatan dengan orang lain), yang tampak pada Gambar 1.2.
Proses mentoring ini dilakukan sepanjang proses PPL I dan PPL II. Menurut
ketentuan, PPL dilaksanakan sepanjang masa studi PPG dengan sistem
terintegrasi dengan beberapa mata kuliah teori. Dalam dua program kegiatan PPL
ini, PPL dilaksanakan dengan pendekatan supervisi klinis, yakni melalui mentoring
(bimbingan) oleh profesional yaitu Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dan Guru
Pamong (GP).
1. Dosen pembimbing lapangan (DPL) PPL I dan PPL II. DPL dapat
memanfaatkan panduan ini untuk mempersiapkan dan mendampingi
mahasiswa PPG secara holistik (pengetahuan, keterampilan, dan sikap)
3. Pimpinan LPTK. Modul ini juga dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi
pimpinan LPTK penyelenggara PPG, khususnya dalam memonitor
tahapan proses mentoring.
G. Panduan Penggunaan
Modul Panduan Mentoring ini sudah disusun secara sistematis agar para DPL
dapat membantu mahasiswa menemukan kemandirian (self-directed learning)
dalam membangun pengetahuan dan keterampilan mereka. Arahan dari mentor
mulai dikurangi agar mahasiswa lebih aktif mencari solusi yang bertujuan untuk:
Bab ini bertujuan untuk membekali para mentor dengan pemahaman deklaratif
terkait mentoring yang dapat dilaksanakan dalam PPL I dan PPL II.
Secara etimologi, pengertian mentoring berasal dari kata “Mentor” yang artinya
“penasihat” atau “Pembimbing”. Secara terminologi asal kata mentoring berasal
dari Bahasa Yunani, yang diambil dari tokoh mentor dalam kisah Odysseus dan
ditulis oleh Homer, seorang pujangga Yunani. Ada juga cerita pasangan mentor-
mentee yang terkenal dan dapat dijumpai di hampir setiap profesi, misalnya dalam
bidang sains (misalnya, Sigmund Freud melakukan mentoring untuk Carl Jung,
Henry Harlow kepada Abraham Maslow), bidang sastra (misalnya, Gertrude Strain
melakukan mentoring untuk Ernest Hemingway), dan bidang politik (misalnya,
George Wythe untuk Thomas Jefferson).
Pengertian Mentoring dari beberapa ahli dapat dijelaskan melalui beberapa tulisan
para pakar. Menurut Zachary (2000) dalam bukunya yang berjudul “The Mentor’s
Guide”, mentoring adalah cara pekerja memaknai apa yang mereka lakukan dalam
profesi mereka. Dengan kata lain "Setiap pekerja diharapkan dapat menjadi
mentor atau mentee". Selain itu, mentoring juga dapat diartikan sebagai panggilan
jiwa, yaitu panggilan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik mengandaikan peran mentor dalam
memfasilitasi pembelajaran secara holistik (hard skills dan soft skills), bukan
semata-mata mentransfer pengetahuan ke peserta didik. Definisi inilah yang paling
tepat dan bermakna dalam mendampingi mahasiswa PPG selaku mentee.
Mentoring dalam konteks PPG bertujuan untuk meningkatkan kinerja para mentor
dalam melakukan pendampingan mahasiswa PPG melalui percakapan intensif,
penetapan tujuan, dan peningkatan kepercayaan diri dalam berkontribusi positif
pada institusi (lihat Turner, 2012; Kaswan, 2012). Menurut Brookfield (1986, hlm.
64), salah satu elemen penting dalam memfasilitasi pembelajaran orang dewasa
adalah membantu mereka menjadi sadar akan “gaya belajar idiosinkratik mereka
sendiri". Gaya belajar idiosinkratik adalah gaya belajar yang unik dan khas untuk
masing-masing individu, sesuai dengan bakat dan pengalaman mereka.
1. Tujuan Mentoring
Fungsi karir dan psikososial dalam mentoring terintegrasi dalam kegiatan berikut
ini:
Agar mentoring berjalan dengan baik, mentor perlu menganut nilai dan prinsip
dasar, yaitu: 1). Menyadari perbedaan setiap individu, 2). Memahami bagaimana
cara belajar seseorang, 3). Dapat mengembangkan potensi, 4). Mengembangkan
kompetensi bukan kompetisi, 5). Mencari ide-ide baru, teori-teori, dan
pengetahuan (McKimm, 2007:5). Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki
oleh seorang mentor antara lain:
2) Memberikan feedback
No Prinsip Keterangan
4. Fokus pada hal baik Mentor perlu berfokus pada hal-hal positif dari
seorang mentee. Untuk itu, sebaiknya mentor
tidak terlalu mengkritik kesalahan mentee
terlalu tajam. Setiap orang membuat
kesalahan dan ini perlu digunakan sebagai
pengalaman belajar bagi mentee
D. Tahapan Mentoring
Zachary (2000) dalam bukunya yang berjudul The Mentor’s Guide berpendapat
bahwa proses mentoring terdiri dari empat tahapan yang dilakukan sebelum dan
setelah pembelajaran. Sebelum pembelajaran dilakukan tahap persiapan dengan
menjalin hubungan dan negosiasi untuk membuat kesepakatan target peningkatan
keterampilan mengajar. Pada saat pembelajaran, guru pamong melakukan
observasi sesuai target yang ditetapkan di sesi sebelum mengajar. Pada tahap
post-konferensi terdapat proses Growth Journey dan penutup (Closure). Pada
proses Growth Journey, dukungan diberikan kepada mentee dengan memberikan
tantangan serta refleksi dalam mengatasi hambatan yang ditemukan oleh mentee.
Berikut akan dijelaskan tiap-tiap tahapan dalam mentoring:
Relasi mentoring biasanya merupakan relasi yang unik. Mentor maupun mentee
harus mempersiapkan diri secara individu maupun dalam kemitraan. Pada tahap
persiapan relasi mentoring, mentor perlu mengeksplorasi motivasi dan kesiapan
diri mereka untuk menjadi seorang mentor. Para mentor menilai keterampilan
mentoring untuk mengidentifikasi area pembelajaran dan pengembangan mereka
sendiri.
2. Negotiation
Peran mentor selama fase ini adalah memelihara pertumbuhan mentee dengan
mengembangkan dan mempertahankan iklim belajar yang terbuka, membesarkan
hati,memberikan semangat, memberikan umpan balik yang bijaksana, tepat
waktu, jujur, dan konstruktif. Komunikasi yang efektif adalah kuncinya. Mentor dan
4. Closure
Closure didasari oleh tiga proses sebelumnya, yaitu pada saat awal dalam
membuat kesepakatan mentoring, pada saat pertengahan ketika mentor dan
mentee mengantisipasi dan mengatasi hambatan pada proses pembelajaran, dan
pada tahap akhir ketika mereka memastikan bahwa ada pembelajaran positif yang
diperoleh. Ketiga komponen tersebut diperlukan untuk menutup proses mentoring.
Kegiatan penutupan ini melibatkan evaluasi, pengakuan (validasi), dan perayaan
atas keberhasilan dalam mencapai hasil belajar. Empat tahapan mentoring
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2
Pra-konferensi Post-konferensi
Dari Tabel 2.2 di atas terjadi dalam siklus mentoring yang terdiri dari pra-
konferensi, observasi pembelajaran, dan post-konferensi. Siklus ini dapat dilihat
dalam Gambar 2.2.
No Kompetensi Definisi
Working
Relationship)
(Managing Work) yang ada untuk memastikan bahwa pekerjaan yang ada
sudah diselesaikan dengan efisien.
10. Komunikasi yang Menyampaikan informasi dan gagasan secara jelas dan
Menarik ringkas kepada individu dan kelompok; berkomunikasi
“Yang buta huruf di abad ke-21 bukanlah mereka yang tidak bisa
membaca dan menulis, tetapi mereka yang tidak bisa belajar,
melupakan, dan belajar kembali”
(Futurist Alvin Toffler).
A. Pengantar
Kegiatan mentoring dilakukan dalam PPL 1 dan II. Pada Bab ini mentor akan
belajar untuk mensimulasikan kegiatan mentoring pada PPL I sebagai model.
Dengan membayangkan dan mengalami sendiri (learning by doing) kegiatan
mentoring di PPL, mentor diharapkan terampil untuk membimbing mahasiswa baik
pada PPL I maupun PPL II. Bab ini memiliki empat (4) tahapan mentoring, yaitu:
the Preparation, Negotiation, the Growth Journey dan the Closure. Peran mentor
pada PPL I adalah untuk memfasilitasi mahasiswa yang dilakukan dalam empat
(4) kegiatan PPL I, yaitu: Orientasi, Observasi, Asistensi Mengajar, dan Praktik
Mengajar Terbimbing. Selain itu mentor diharapkan dapat mengintegrasikan
sepuluh (10) soft skills guru pemula, seperti yang telah dijelaskan pada Bab II.
Para mentor diharapkan dapat menggunakan modul ini secara bertahap dengan
terlibat secara aktif dalam mempelajari dan mengerjakan jurnal yang disediakan,
baik pada modul maupun pada lampiran yang dirujuk dalam modul. Setiap
kegiatan hendaknya diakhiri dengan refleksi dan rencana tindak lanjut. Selain itu
peserta dan trainer dipersilakan melewati aktivitas yang dirasa sudah dikuasai
pada tahapan latihan sebelumnya. Tahapan praksis kegiatan mentoring PPL I dan
II akan diuraikan pada Bab IV.
C. Indikator Keberhasilan
https://www.youtube.com/watch?v=iHhRZW1wfYM
Asumsi, keyakinan dan cara pandang kita sebagai pendidik akan sangat
mewarnai cara kita melihat kegiatan mentoring dan relasi kita dengan mentee.
Karena itu Bapak/Ibu diminta untuk menuliskan Logo dan juga falsafah yang
menjadi representasi jati diri Bapak/Ibu sebagai Pendidik dan Mentor dalam
kegiatan PPL. Bapak/Ibu bisa membuat Logo sendiri atau mengadopsi Logo
yang ada. Sebelum mengerjakan tugas ini, mohon Bapak/Ibu mengerjakan
Jurnal 3.1c terkait pengecekan asumsi sebagai mentor.
1. Logo
1. Orientasi
a. The Preparation
https://www.youtube.com/watch?v=Oj9SAJES0Lg
3) Siapakah yang terlibat pada kegiatan orientasi di sekolah dan berapa lama
kegiatan dilakukan?
5) Penjelasan
b) Bapak/Ibu dimohon untuk mengerjakan Jurnal 3.2a dan Jurnal 3.2b sesuai
relevansi dengan kegiatan role play. Silakan menuliskan apa yang
Bapak/Ibu rasakan setelah kegiatan role play dan mengerjakan Jurnal 3.2a
dan Jurnal 3.2b.
Perasaan Alasan
Asumsi, keyakinan dan cara pandang kita sebagai pendidik akan sangat
mewarnai cara kita melihat kegiatan mentoring dan relasi kita dengan mentee.
Karena itu Bapak/Ibu diminta untuk menuliskan Logo dan juga falsafah yang
menjadi representasi jati diri Bapak/Ibu sebagai Pendidik dan Mentor dalam
kegiatan PPL. Bapak/Ibu bisa membuat Logo sendiri atau mengadopsi Logo
yang ada.
Negosiasi pada PPL dilakukan antara Mentor (DPL dan GP) dan mahasiswa
PPG yang bertujuan untuk menetapkan persetujuan, menetapkan smart goals,
menyepakati kriteria keberhasilan orientasi, dan menyepakati laporan hasil
orientasi.
1) Kesepakatan apakah yang dicapai antara mentor (DPL dan GP) dan
mentee? Mengapa kesepakatan tersebut ditetapkan?*
Kesepakatan Alasan
2. Observasi
a. The Preparation
1) Silakan menonton video berikut dan tuliskan apa yang Bapak/Ibu rasakan
dengan suasana kelas seperti itu (video bisa diganti dengan yang lebih
sesuai).
https://www.youtube.com/watch?v=QqHACYKCZns
Peran Tugas
5) Penjelasan
Perasan Alasan
c) Apakah yang Bapak/Ibu pelajari tentang mentor dan mentoring dari role
play dan WS yang dikerjakan?
b. Negotiation
1) Menetapkan Persetujuan
Kesepakatan Alasan
Pada tahap ini tujuan utamanya adalah meningkatkan relasi dan interaksi
antara mentor dan mentee.
1) Memantau Persetujuan
Kesepakatan Pencapaian
Dalam melaksanakan tugas ini, mentor dapat juga menggunakan Jurnal 3.4,
Jurnal 3.5 dan Jurnal 3.6. Jurnal 3.4 bertujuan untuk membantu mentor
berdiskusi tentang kemitraan mereka dalam mentoring. Dalam kelompok,
mentor melakukan sharing pengalaman mereka sebagai mentor seperti yang
sudah diperagakan dalam beberapa kegiatan role play di atas. Jurnal 3.5
bertujuan untuk membantu mentor merefleksikan kualitas interaksi
pembimbingan. Sementara Jurnal 3.6 berisikan latihan penjurnalan yang
d. The Closure
1. The Preparation
https://www.youtube.com/watch?v=x2V2f-ouTv0
3) Peran apakah yang bisa Bapak/Ibu lakukan agar kegiatan asistensi mengajar
di sekolah berjalan dengan lancar dan mencapai tujuannya?
Peran Tugas
4) Penjelasan:
percaya antara mentor (DPL dan GP) dan mentee. Silakan Bapak/Ibu
melakukan role play terkait persiapan dan kegiatan Asistensi Mengajar antara
Mentor dan Mentee. Setelah itu silahkan berlanjut ke poin c)
Perasan Alasan
d) Apakah yang Bapak/Ibu pelajari tentang mentor dan mentoring dari role
play dan WS yang dikerjakan?
1) Menetapkan Persetujuan
Silakan Bapak/Ibu melakukan kegiatan role play antara mentor dan mentee untuk
mencapai kesepakatan terkait kegiatan asistensi mengajar? Mengapa
kesepakatan tersebut ditetapkan?
Kesepakatan Alasan
Kesepakatan Pencapaian
Dalam melaksanakan tugas ini, mentor dapat juga menggunakan Jurnal 3.4,
Jurnal 3.5 dan Jurnal 3.6. Jurnal 3.4 bertujuan untuk membantu mentor berdiskusi
tentang kemitraan mereka dalam mentoring. Dalam kelompok, mentor melakukan
sharing pengalaman mereka sebagai mentor seperti yang sudah diperagakan
dalam beberapa kegiatan role play di atas. Jurnal 3.5 bertujuan untuk membantu
mentor merefleksikan kualitas interaksi pembimbingan. Sementara Jurnal 3.6
berisikan latihan penjurnalan yang sangat membantu para mentor selama
bimbingan berlangsung baik terkait wawasan yang diperoleh, pembelajaran
maupun fungsi dukungan, tantangan dan visi. Untuk itu, setelah setiap sesi
mentoring, Anda dapat merenungkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
ada di Jurnal (Jurnal 3.4-3.6).
Selain itu, mentor meminta mentee yang membuat laporan hasil asistensi
mengajar.
1. The Preparation
https://www.youtube.com/watch?v=x2V2f-ouTv0
b) Tugas Mentor:
Perasan Alasan
Apakah yang Bapak/Ibu pelajari tentang mentor dan mentoring dari role dan
WS yang dikerjakan?
1) Menetapkan Persetujuan
Silakan Bapak/Ibu melakukan kegiatan role play antara mentor dan mentee untuk
mencapai kesepakatan terkait kegiatan Praktik Pembelajaran Terbimbing?
Kesepakatan Alasan
Melalui kegiatan role play bersama mentee, silakan Bapak/Ibu menetapkan kriteria
keberhasilan praktik mengajar terbimbing.
Untuk meningkatkan relasi dan interaksi antara Mentor dan mentee, tugas mentor
pada tahap the Growth Journey adalah:
Mentor diminta untuk melakukan kegiatan role play dalam tiga tahapan kegiatan
berikut ini:
Selain itu, mentor dan mentee dapat menggunakan Jurnal 3.4, Jurnal 3.5 dan
Jurnal 3.6 sebagai bahan refleksi.
Silakan Bapak/Ibu bermain peran sebagai mentor dan mentee dalam kegiatan
pelaksanaan pembelajaran terbimbing. Setelah itu tuliskan pengalaman yang
dirasakan baik sebagai mentor maupun mentee.
Selain itu, mentor dan mentee dapat menggunakan Jurnal 3.4, 3.5 dan 3.6 sebagai
bahan refleksi.
Selain itu, mentor dan mentee dapat menggunakan Jurnal 3.4, Jurnal 3.5 dan
Jurnal 3.6 sebagai bahan refleksi.
Kesepakatan Pencapaian
Rangkaian mentoring kegiatan PPL 1 yang dimulai dari Orientasi hingga praktik
mengajar terbimbing akan segera berakhir. Kini saatnya Bapak/Ibu merefleksikan
lagi proses belajar yang telah terjadi dan merayakannya sama praktikan dengan
melakukan dua kegiatan berikut.
1. Bapak/Ibu diminta bermain peran sebagai mentor dan mentee program PPL
yang telah dijalani dengan berfokus pada hal-hal yang bisa dirayakan bersama,
cara merayakannya dan mendefinisikan kembali hubungan yang telah
terbangun.
3. Merefleksikan apa yang sudah berjalan baik, yang belum berjalan baik dan
rencana tindak lanjut untuk menjadi pendidik yang profesional dan memesona.
Peran mentor pada PPL I berperan untuk memberikan contoh proses refleksi
proses dan hasil pembelajaran kepada mahasiswa PPG dan memfasilitasi
pembelajaran dari mahasiswa PPG melalui asistensi mengajar selama lima
(5) hari dan praktik pembelajaran terbimbing selama tiga (3) siklus.
Diharapkan melalui proses mentoring dalam proses PPL I, mahasiswa akan
mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri yang mengarah
pada penguasaan menuju kompetensi guru pemula yang tertuang di Perdirjen
6060 dan KKNI level 7. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun pengalaman
mahasiswa, menyediakan lingkungan yang kondusif (tidak khawatir bila gagal)
untuk belajar, dan secara tepat memberikan tantangan, dukungan, dan visi kepada
mahasiswa PPG. Pada PPL 1 ini, peran mentor terfokus pada pemberian contoh
refleksi diri dan memberikan arahan terhadap solusi untuk memberikan peluang
kepada mahasiswa PPG berperan aktif dalam upaya pencarian solusi dalam
perencanaan dan praktik pembelajaran di PPL I. Alur mentoring dalam PPL I
dijelaskan pada Gambar 4.1.
Dalam orientasi lapangan yang dilakukan selama 1 hari, mahasiswa PPG akan
mengenal sekolah dari sisi manajemen, budaya, ekstrakurikuler, dan kegiatan non
akademis.
Mentor dapat lebih mengenal mahasiswa PPG dengan menunggu dan diam
saat mereka menyampaikan identitas, minat, dan harapan mereka mengenai
proses mentoring. Ketika mahasiswa PPG terdiam, mentor dapat
menyampaikan pernyataan.
Contoh:
“Ketika kita mengunjungi ruang lab Saya melihat Anda menjadi bersemangat,
kira-kira kenapa?”
Pada aktivitas mendengar reflektif ini, mentor tidak hanya fokus pada apa yang
disampaikan secara lisan namun juga bahasa tubuh dan respon non-verbal
lainnya. Pada aktivitas mendengar reflektif ini, mentor juga menyampaikan hal-
hal yang disampaikan mahasiswa PPG dengan parafrase.
Contoh:
d. Mengidentifikasi nilai-nilai utama yang dimiliki oleh sosok guru yang diimpikan
a. Pra pembelajaran
c. Setelah pembelajaran
a) Evaluasi diri terkait kompetensi guru pemula (perdirjen 6060) yang akan
ditargetkan.
d) Membagi prioritas kompetensi yang akan dicapai dalam tujuan jangka pendek
dan jangka panjang
e) Membuat rencana
Pada tahapan ini, ditargetkan mahasiswa PPG dapat membantu Guru Pamong
melaksanakan tugas keguruan di sekolah. Peran dari mahasiswa lebih sedikit
dibandingkan Guru Pamong dalam 1 siklus pembelajaran selama lima hari.
Pada masa orientasi yang terjadwal selama 1 hari ini, mentoring difokuskan pada
refleksi mentoring PPL I dan persiapan PPL II sebagai berikut.
a. Memperkuat komunikasi dan relasi yang konstruktif dan saling percaya antara
mahasiswa PPG dan mentor (DPL dan GP).
Pada tahap ini mentor dan mahasiswa PPG perlu mengidentifikasi tantangan
dalam proses mentoring yang kurang efektif selama PPL I dan menetapkan
perbaikan proses mentoring pada PPL II dengan mengisi Jurnal 4.1. Pada saat
mengisi lembar A, hubungan antara mentor dengan mahasiswa PPG dapat
ditingkatkan dengan memberikan dorongan, mendengarkan secara aktif dan
empatik, memahami dan menerima serta menciptakan iklim kepercayaan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
“Ketika kita membahas mengenai … Saya banyak melihat Anda terdiam, kira-
kira kenapa?”
“Menurut Anda, apakah proses PPL I mencerminkan personal branding (citra diri)
yang sudah ditetapkan di PPL I?”
“Apakah ada perubahan yang diperlukan terkait personal branding (citra diri) Anda
berdasarkan pengalaman di PPLI?” “Mengapa demikian?”
“Anda sudah baik dalam memberikan … pada siswa.”; “Saya suka cara Anda
dalam … .; Saya juga berpikir kalau … .; Lain kali Anda mungkin bisa mencoba
…”.
3) Stimulasi refleksi
“Apakah Anda bisa menceritakan lebih detail mengenai capaian Anda tentang
… .”; “Mengapa Anda merasakan hal tersebut?”
“Sepertinya kita sudah melihat ada peningkatan pada PPL I. Mari kita lihat lebih
detail lagi kompetensi yang dapat ditetapkan di PPL II”.
“Apa rencana Anda dan bagaimana Anda akan berhasil dalam PPL II?”
“Apa yang dapat Anda lakukan secara berbeda pada PPL II ini?”
3. DPL dan GP
memberikan apresiasi
terhadap pencapaian
mahasiswa dengan
ucapan maupun
aktivitas kecil untuk
merayakan
keberhasilan
(memberikan hadiah,
makan bersama atau
hal-hal positif lainnya
yang ringan)
1. The Preparation
2. Pra-konferensi (Negotiation)
1. Diantara sekian banyak kegiatan di sekolah di luar kegiatan mengajar, hal apa
yang paling menarik bagi Anda?
5. Target apa yang Anda harapkan dari aktivitas di luar mengajar dalam
mendukung kompetensi sosial Anda?
6. Target apa yang Anda harapkan dari aktivitas di luar mengajar dalam
mendukung kompetensi kepribadian Anda?
2. Adakah kegiatan non-mengajar yang benar-benar sulit dan tidak dapat Anda
lakukan?
4. Adakah hal-hal yang tidak bermanfaat saat Anda melaksanakan kegiatan non-
mengajar?
1. The Preparation
Pada tahapan persiapan, dosen sebagai mentor dapat menyiapkan mental, pikiran
dan perasaan mahasiswa PPG sebelum mereka memulai menyusun artikel hasil
PTK mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajak mahasiswa berdiskusi
untuk merefleksikan hal-hal sebagai berikut:
2. Pra-konferensi (Negotiation)
Apa yang ingin dicapai oleh mahasiswa - “Apa ekspektasi anda dalam
PPG (ekspektasi) dalam proses proses penyusunan artikel hasil
penyusunan artikel hasil PTK PTK?”
Pada tahapan ini, dosen pendamping PPL memfasilitasi mahasiswa PPG dalam
proses penulisan artikel hasil PTK. Dosen dapat memfasilitasi mahasiswa untuk
memonitor proses dan hasil belajar mereka. Dosen dapat meminta mahasiswa
PPG untuk merefleksikan sejauh mana hasil tulisan mereka telah
mengakomodasikan kriteria-kriteria penulisan yang terdapat dalam rubrik
penulisan artikel hasil penelitian. Dosen dan mahasiswa bekerjasama dalam
menciptakan atmosfir belajar yang terbuka dan konstruktif dengan
mengembangkan masukan-masukan perbaikan baik dari dosen dan sesama
mahasiswa. Dengan demikian, dosen bersama mahasiswa dapat mengawal
sejauh mana tujuan dan ekspektasi belajar dapat tercapai. Berikut ini proses
komponen-komponen dalam
desain PTK
4. Post-konferensi (Closure)
Pada tahapan diskusi dan refleksi akhir PPL II, dosen pengampu mata kuliah PPL
II dapat memfasilitasi mahasiswa PPG untuk merefleksikan sejauh mana
mahasiswa PPG telah berhasil melalui tahapan-tahapan dalam PPL II dan dalam
menyusun artikel hasil PTK dengan mengacu pada aktifitas-aktifitas penulisan
artikel dalam rubrik penyiapan artikel yang diacu. Selain itu, dosen juga dapat
memfasilitasi mahasiswa PPG untuk melihat kembali kekuatan dan kelemahan
yang ada dalam dirinya yang dapat mendukung dan menghambat mereka dalam
memaksimalkan potensi mereka dalam melaksanakan PPL II dan dalam proses
penyusunan artikel hasil PTK. Secara keseluruhan, pada tahapan ini, dosen
pengampu mata kuliah PPL II dan mahasiswa PPG dapat mengembangkan
komunikasi yang reflektif sehingga mahasiswa PPG dapat menjadikan
serangkaian kegiatan PPL II pengalaman yang bernilai (rewarding) bagi
mahasiswa PPG yang akan berkontribusi pada pengembangan keahlian awal
(initial teacher expertise) mahasiswa PPG. Untuk menstimulasi diskusi dan refleksi
pada tahapan ini, dosen bersama mahasiswa dapat mengkomunikasikan hal-hal
berikut:
Panduan Mentoring ini memberikan gambaran secara ringkas apa saja peran dan
tanggung jawab seorang mentor dalam mendampingi mahasiswa PPG (mentees)
agar mereka dapat menemukan keyakinan diri, mengembangkan praktek
keguruan, dan refleksi mereka dalam pembelajaran. Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya, mentoring adalah kegiatan membimbing, melatih, dan membantu
individu dalam mengatasi kendala dalam pembelajaran. Kegiatan mentoring ini
termasuk memantau dan mengarahkan mahasiswa PPG untuk meningkatkan
kualitas dan efektifitas kerja mereka. Prinsip Mentoring yang mendasar adalah
penetapan tujuan yang tegas dan jelas, menjadi pendengar aktif, saling percaya
(mutual trust), dan dapat menjadi role model bagi mentee. Untuk itu, kegiatan
mentoring memerlukan dedikasi waktu yang cukup agar mentor dapat sungguh
menyelami alam pikir dan pendapat mentee dalam membangun pemikiran kreatif
mereka. Tidak kalah pentingnya dari hal ini, seorang mentor juga perlu mendorong
kemampuan mentee dalam menganalisis kesalahan mereka sendiri dan
mengambil pelajaran atas kesalahan tersebut.
Kegiatan mentoring dalam PPL I dan PPL II memiliki empat (4) tahapan, yaitu:
Persiapan (The Preparation), Menetapkan Tujuan (Negotiation), Proses Tumbuh
(the Growth Journey) dan penutup (Closure). Keempat tahapan mentoring ini
diterapkan dalam empat (4) kegiatan PPL I, yaitu: Orientasi, Observasi, Asistensi
Mengajar dan Praktik Mengajar Terbimbing. Serupa dengan tahapan pada PPL I,
mahasiswa PPG pada PPL II melaksanakan kegiatan Orientasi, Praktik
Pembelajaran Terbimbing, Praktik Pembelajaran Mandiri, Kegiatan Non-Mengajar,
Menyusun Artikel Hasil PTK, Diskusi dan Refleksi Akhir PPL II. Para Mentor
diharapkan dapat menggunakan panduan ini secara bertahap dengan terlibat
secara aktif dalam mempelajari dan mengerjakan Lembar Kerja yang disediakan,
baik pada panduan maupun pada lampiran. Setiap kegiatan hendaknya diakhiri
dengan refleksi dan rencana tindak lanjut.
Akhir kata, rincian kegiatan mentoring dalam panduan ini bersifat tawaran dan
tentu saja cukup fleksibel dengan mempertimbangkan berbagai perbedaan
Arikalang dkk. (2008). How to provide mentoring on the job training. Human
Resources Development.
Bachkirova, T., Cox, E., & Clutterbuck, D. (2014). Introduction: In the complete
handbook of coaching.
Brookfield. (1984). Self directed learning, political clarity and the critical practice of
adult education. Adult Educ Quart.
Cox, E., Clutterbuck, D. A., & Bachkirova, T. (2014). The complete handbook of coaching.
The Complete Handbook of Coaching, 1-504.
Deci, E. L., Eghari, H., Patrick, B. C., & Leone, D. R. (1994). Facilitating
Internalization: The Self-Determination Theory Perspective. Journal of
Personality, 62(1), 119-142. https://doi.org/10.1111/j.1467-
6494.1994.tb00797.x
Deci, E. L., Vallerand, R. J., Pelletier, L. G., & Ryan, R. M. (1991). Motivation and
Education: The Self-Determination Perspective. Educational Psychologist,
26(3 & 4), 325 - 346.
Goleman, D., Boyatzis, R., & McKee, A. (2002). Primal leadership: Realizing the
power of emotional intelligence. Harvard Business School Press.
http://dx.doi.org/10.1016/0361-476X(86)90027-5
Huda, S. A., Arifi, A., Putranta, H., & Azizah, A. N. M. (2021). Experiences of
participants in teacher professional education on obtaining soft skills: A case
study in Indonesia. European Journal of Educational Research, 10(1), 313-
325.
Kram, K. E., & Hampton, M. M. (1998). When women lead: the visibilityvulnerability spiral.
The Psychodynamics of Leadership. E. Klein, Gabelnick, F., and Herr, P. Madison,
CT.
Sumber Youtube:
● https://www.youtube.com/watch?v=iHhRZW1wfYM
● https://www.youtube.com/watch?v=Oj9SAJES0Lg
● https://www.youtube.com/watch?v=QqHACYKCZns
● https://www.youtube.com/watch?v=tbJh79RwyIo
Untuk setiap item di bawah ini, centang ya jika alasan yang tercantum
mencerminkan motivasi Anda untuk mentoring, dan tidak jika tidak. Untuk setiap
item, buatlah sebuah contoh konkret untuk mengilustrasikan jawaban Anda
2) Di kolom berikutnya, tuliskan situasi saat Anda merasa Nyaman atau Tidak
Nyaman menggunakan keterampilan tersebut.
3) Beri tanda centang di kolom terakhir untuk setiap keterampilan yang perlu
Anda kembangkan lebih lanjut hingga tingkat nyaman dengan itu.
1. Hubungan perantara
VMU
VMU
3. Pelatihan
VMU
4. Berkomunikasi
VMU
5. Mendorong
VMU
6. Memfasilitasi
VMU
7. Penetapan tujuan
VMU
8. Membimbing
VMU
9. Mendengarkan
VMU
VMU
VMU
12. Masukan
VMU
13. reflektif
VMU
VMU
Apa 3 asumsi yang mungkin dipegang mentee saya tentang peran saya sebagai
mentor?
Apa 3 asumsi yang mentee saya pegang tentang perannya dalam hubungan?
1) Mendengarkan Aktif
2) Dua Arah
3) Terbuka
4) Dialog
5) Aman
6) Jujur
7) Optimis
8) Terlibat
9) Reflektif
Harap tunjukkan Ya atau Tidak dan tuliskan tindakan tindak lanjut yang diperlukan
di bawah kolom KETERANGAN
3. Apa yang mentor Anda lakukan dan katakan untuk mendukung Anda sebagai
pembelajar?
4. Apa lagi yang Anda harapkan dari mentor Anda untuk mendukung Anda?
5. Apa yang perlu Anda lakukan untuk meningkatkan keterampilan Anda dalam
memberikan dukungan?
PERTEMUAN
2. Umumnya ketika kita bertemu, apa yang kita bicarakan (Daftar mata pelajaran
atau topik)
4. Apa kemajuan kita sampai saat ini dalam mencapai tujuan dan sasaran kita?
HUBUNGAN
1. Apa yang berjalan sangat baik dalam hubungan mentoring kita saat ini?
2. Apa tantangan terbesar kami dalam hubungan mentoring kami sejauh ini?
PEMBELAJARAN
1. Apa yang kita pelajari tentang diri kita sendiri? Satu sama lain? Hubungan?
5. Sejauh mana interaksi Anda otentik dan asli? Bagaimana Anda tahu?
6. Seberapa memadai frekuensi dan durasi interaksi? Jika tidak memadai, apa
lagi yang perlu dilakukan untuk mengatasi situasi tersebut?
10. Bagaimana Anda tahu apakah Anda terlalu kuat/tegas atau tidak cukup
kuat/tegas saat berinteraksi dengan mentee Anda?
11. Apa 5 strategi tindakan yang perlu Anda ambil untuk meningkatkan kualitas
interaksi pendampingan?
Jalur yang ingin Anda ikuti adalah memfasilitasi pembelajaran dan, khususnya,
fungsi dukungan, tantangan dan visi. Untuk itu, setelah setiap sesi mentoring,
Anda dapat merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini.
2. Dengan cara apa saya menantang mentee saya untuk belajar dan tumbuh?
Diskusi.
1. Dengan cara apa mentor saya mendukung saya? Apa yang saya butuhkan
lebih banyak? Apa yang saya butuhkan lebih sedikit?
2. Bagaimana mentor saya menantang saya? Apa yang saya butuhkan lebih
banyak? Apa yang saya butuhkan lebih sedikit?
Bayangkan skenario kasus Apa yang idealnya kita ingin lihat terjadi ketika
terbaik untuk penutupan hubungan mentoring ini berakhir?
Tetapkan proses 5 langkah untuk Bagaimana kita tahu kapan waktu yang tepat
mengetahui waktu penutupan untuk mengakhiri hubungan?
2. Sebutkan 5 hal yang telah Anda lakukan dengan baik dalam hubungan
tersebut.
3. Pikirkan 3 cara yang bisa Anda lakukan dengan lebih baik sebagai seorang
mentor.
4. Bagikan 3 komitmen yang ingin Anda buat untuk meningkatkan standar kinerja
Anda sebagai seorang mentor. Bagaimana Anda akan mengukur keberhasilan
tujuan perbaikan Anda? Sebutkan 3 hal yang telah Anda pelajari yang dapat
terbawa ke situasi lain.
Petunjuk pengisian:
Tantangan: Tantangan:
Solusi:
Prosedur pengisian:
Kompetensi KKNI
Guru (Perdirjen)
Kompetensi KKNI
Guru (Perdirjen)
Kompetensi KKNI
Guru (Perdirjen)
2 Ethical Maturity Kapasitas diri sebagai Terbuka atas diri - Membagi informasi Menunjukkan Bertanggung
pengajar yang mengenai diri sendiri kepada orang lain, kematangan jawab pada
menunjukkan mengakui kekuatan serta kekurangan; spiritual, moral, pekerjaan sendiri
kematangan emosi mendeklarasikan prinsip, nilai, motif, dan niat dan emosi, untuk dan dapat diberi
dalam berkarya melalui yang teguh; merepresentasikan informasi berperilaku tanggung jawab
keterbukaan dan secara lengkap dan akurat. sesuai kode etik atas pencapaian
kejujuran, berperilaku guru hasil kerja
Menjadi diri sendiri
dengan kebijaksanaan organisasi.
Bertindak sesuai dengan nilai, standar, dan
serta kasih sayang,
kepercayaan diri sendiri saat menghadapi
selaras antara perkataan
tekanan; memastikan bahwa perkataan dan
dengan tindakan dan
tindakan selalu konsisten dalam situasi-
sesuai dengan petunjuk
situasi berbeda; bijaksana dalam berperilaku.
moral, spiritual, nilai,
Bertindak dengan integritas pengajar Melekat
etika profesi, dan
kebijakan yang ada pada standar moral, etika dan profesional,
regulasi, maupun kebijakan yang ada;
mempertahankan komitmen pada tindakan
yang dijanjikan.
Kompetensi KKNI
Guru (Perdirjen)
3 Building Positive Mengembangkan dan Mencari peluang kolaborasi dengan pihak- Berpartisipasi
Working menggunakan hubungan pihak yang dapat memfasilitasi tujuan kerja aktif dalam
Relationship kolaboratif dengan anak sebagai pengajar jejaring dan
didik maupun pihak lain Proaktif berupaya membangun hubungan organisasi profesi
(organisasi profesi, kerja yang efektif dengan pihak lain yang untuk
masyarakat, dll) untuk dapat memfasilitasi tujuan kerja sebagai mengembangkan
memfasilitasi pengajar. karier.
pencapaian tujuan kerja
Memperjelas tujuan kolaborasi
sebagai pengajar.
Mencari dan memberikan informasi untuk
memperjelas tujuan kolaborasi dengan pihak-
pihak yang dapat memfasilitasi pencapaian
tujuan kerja sebagai pengajar
Kompetensi KKNI
Guru (Perdirjen)
4 Coaching Melibatkan diri dan Menyelaraskan ekspektasi dengan anak didik Melakukan
berkomitmen dalam Menjelaskan tujuan dan pentingnya proses pengembangan
proses mengembangkan pembelajaran; menjelaskan dan potensi secara
perilaku, keterampilan, mengklarifikasi kebutuhan untuk perbaikan gotong royong
atau pengetahuan atau persiapan yang diperlukan untuk untuk
spesifik yang dibutuhkan peluang baru; menjelaskan dampak
Kompetensi KKNI
Guru (Perdirjen)
oleh anak didik, serta pembelajaran pada anak didik; memberikan menumbuhkan
memastikan munculnya contoh spesifik dan data yang relevan; perilaku kerja;
sikap positif dari anak memastikan pemahaman dari anak didik
didik yang kelak
Mempertahankan motivasi anak didik
membantu dan
Menghargai setiap nilai, kemajuan, dan
menunjangnya untuk
kontribusi anak didik tanpa meminimalkan
sukses dimasa depan.
tantangan kinerja; berempati dengan
kekhawatiran coachee anak didik dengan
tetap menekankan akuntabilitas untuk
tindakan yang disepakati; mengekspresikan
keyakinan pada keinginan dan kemampuan
anak didik untuk melakukan secara efektif.
Kompetensi KKNI
Guru (Perdirjen)
Kompetensi KKNI
Guru (Perdirjen)
Kompetensi KKNI
Guru (Perdirjen)
Kompetensi KKNI
Guru (Perdirjen)
Tetap positif
Menjaga antusiasme dan perhatian pada hal-
hal positif saat mengalami kekecewaan atau
penolakan; memandang penolakan sebagai
sebuah tantangan yang membutuhkan usaha
yang lebih keras.
Kompetensi KKNI
Guru (Perdirjen)
8 Decision Making Sebagai pengajar yang Mengidentifikasi masalah dan peluang Mampu
mampu mengidentifikasi Mengenali permasalahan dan peluang serta mengaplikasikan
dan memahami masalah menentukan tindakan yang diperlukan. bidang
Kompetensi KKNI
Guru (Perdirjen)
Kompetensi KKNI
Guru (Perdirjen)
Kompetensi KKNI
Guru (Perdirjen)
9 Managing Work Secara efektif mampu Menyusun prioritas KKNI level 1-6
mengatur waktu dan Mengidentifikasi kegiatan dan tugas yang
sumberdaya yang ada lebih penting dan yang kurang penting;
untuk memastikan menyesuaikan prioritas bila diperlukan
Kompetensi KKNI
Guru (Perdirjen)
Menjadwalkan
Secara efektif mengalokasikan waktu sendiri
untuk menyelesaikan pekerjaan
Tetap fokus
Menggunakan waktu secara efektif dan
menghindari masalah atau gangguan yang
Kompetensi KKNI
Guru (Perdirjen)
10 Compelling Menyampaikan Menyampaikan pesan dengan jelas Tambahan dari tim PPG karena dirasa
Communication informasi dan gagasan Menyampaikan pesan secara logis, guru perlu kemampuan untuk
secara jelas dan ringkas sederhana, ringkas, dan dengan tempo yang komunikasi dalam menyampaikan
kepada individu dan tepat; tidak menyimpang dari pokok informasi dan ide yang menarik
kelompok; pembicaraan; menguasai betul isi pesan
berkomunikasi dengan yang disampaikan.
cara yang terfokus dan
Membuat komunikasi yang berdampak
menarik untuk dan
Memperoleh dan mempertahankan perhatian
mempertahankan
pendengar; menggunakan pilihan kata dan
perhatian orang lain
intonasi yang kuat dan menarik untuk
merangsang pemikiran dan tindakan orang
lain; menggunakan analogi dan ilustrasi yang
hidup untuk memudahkan pemahaman;
menggunakan alat bantu visual jika
dibutuhkan untuk meningkatkan dampak dari
pesan yang disampaikan.
Kompetensi KKNI
Guru (Perdirjen)
Memastikan pemahaman
Memeriksa pemahaman pendengar;
menyajikan pesan dengan berbagai cara
untuk meningkatkan pemahaman pendengar.