BULETIN RUMAH QUR’AN AL-QURAN DALAM PANDANGAN LANJUTAN
Sedangkan surat-surat ataupun ayat-ayat yang turun di
TAFSIR AL-AZHAR Madinah adalah penetapan hukum-hukum fikih, undang- undang mengenai peperangan, dan aturan-aturan hidup FASTABIQUL (BUYA HAMKA) bermasyarakat dan bernegara. Buya Hamka juga menuturkan bahwa atas dasar itulah dapat dipahami Al-Qur’an secara bahasa adalah mashdar dari qara’a-yaqra’u- bahwa Al-Qur’an itu -baik saat turun di Makkah ataupun KHAIRAT qira’atan-qur’anan yang berarti bacaan (QS. 75: 17-18). Atau Madinah- tidak diturunkan sekaligus melainkan secara dalam pengertian isim maf’ul dapat diartikan sesuatu yang bertahap. Inilah kemudian yang dipersoalkan oleh kaum dibaca. Sedangkan secara istilah, Al-Qur’an adalah wahyu- musyrikin sebagaimana digambarkan Al-Qur’an: wahyu yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya dengan perantara malaikat Jibril untuk disampaikan kepada “Berkatalah orang-orang yang kafir: ‘Mengapa Al-Qur’an manusia. Atau dapat juga diartikan dengan kalam Allah yang itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?’ diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang dibaca Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan dengan mutawatir dan beribadah dengan membacanya. Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (QS. Dalam permulaan tafsirnya, Buya Hamka menuturukan Al-Furqan/ 25: 32) bahwa Al-Qur’an itu -baik dari sisi bahasa ataupun istilah- keduanya sama-sama merujuk kepada satu makna, yaitu Al- Pada ayat di atas terdapat dua hikmah. Pertama, untuk Qur’an memang dibaca. Bahkan Buya Hamka menegaskan memantapkan setiap persoalan itu di hati bahwa kekuatan dan keistimewaan Al-Qur’an terjadi pada Nabi. Kedua, agar ayat-ayat Al-Qur’an itu dapat dibaca pembacaannya (Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz I, Hlm. 9). Oleh dengan sebenar-benar bacaan. Oleh sebab itu, turunnya sebab itu, Al-Qur’an itu mesti dipelihara otentisitas Al-Qur’an secara bertahap dapat dirasakan dan diresapi bacaannya dengan mempelajari ilmu tajwid. Selain itu, oleh Nabi. Hal demikian dirasakan pula oleh para penting juga memperhatikan dan mempelajari berbagai sahabat, yang setiap turun ayat dibacakan dengan macam qira’at Al-Qur’an dalam rangka memelihara kitab seksama oleh Nabi kepada mereka. Kemudian mereka suci Al-Qur’an dari perubahan dan penyimpangan. terima, mereka hafalkan, dan mereka baca (Hamka, Tafsir Dalam ruang lingkup Ulumul Qur’an, ada pembahasan Al-Azhar Juz I, Hlm. 11). tentang makkiyah dan madaniyah. Berdasarkan tempat turunnya, makkiyah adalah surat-surat ataupun ayat-ayat Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk dan pedoman hidup Jangan iri kecuali kepada dua perkara: yang diturunkan di Makkah. Sedangkan madaniyah adalah bagi manusia. Menunjukkan manusia kepada jalan yang surat-surat ataupun ayat-ayat yang diturunkan di lurus dan menggembirakan mereka yang beriman dan (1) orang yang dianugerahi Allah harta kekayaan Madinah .Buya Hamka menerangkan bahwa ada perbedaan beramal saleh, bahwa bagi mereka adalah pahala yang kemudian ia membelanjakannya di jalan yang isi dari surat-surat ataupun ayat-ayat yang turun di Makkah besar (QS: 17: 9). benar, dan (2) orang yang diberi hikmah oleh dan Madinah. Surat-surat ataupun ayat-ayat yang turun di Allah (pengetahuan tentang al-Qur’an dan Makkah adalah khusus untuk menetapkan dan meneguhkan Oleh sebab itu, membaca merupakan jalan awal untuk akidah Islam yang pokok yaitu Tauhid, menentang memperoleh petunjuk Al-Qur’an tersebut. Dengan hadits) kemudian ia melaksanakan dan penyembahan berhala, dan meyerukan manusia agar membaca manusia dapat memahami maksud ayat-ayat mengajarkannya. memerdekakan akal dan jiwa dari perbudakan adat, tradisi, Al-Qur’an untuk kemudian diamalkan dalam (HR. Bukhari) serta taqlid. kehidupannya sehari-hari. Tanpa melalui tahap pembacaan tersebut, mustahil manusia dapat memperoleh energi Al-Qur’an.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
KANTOR menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘Alaq. Sebaik-baik kamu adalah orang yang Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah. Yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan kepada KOMPLEK PERMATA BERLIAN RT 02 RW 04 KEL. SUNGAI manusia apa yang belum diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq/ 96: SAPIH KEC. KURANJI KOTA PADANG (HR. BUKHARI) 1-5)