STUDI DOKUMENTASI
No BP : 2321012006
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
ini sebagai salah satu tugas yang diberikan dosen pada matakuliah Rancangan Penelitian dan
Analisis Data. Makalah ini berisikan tentang studi dokumentasi pada penelitian.
Penulis menyadari banyak kekurangan terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini dan
untuk penulisan makalah selanjutnya.
Demikian penulisan makalah ini dibuat dengan sebaik-baiknya, semoga bermanfaat
bagi pembaca dan bernilai ibadah. Penuli memohon maaf apabila ada kesalahan atas makalah
ini. Saran yang diberikan penulis ucapkan terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Studi dokumen merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.
Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan
(sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter
tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan
tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap
dokumen-dokumen tersebut.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari studi dokumenter.
2. Untuk mengetahui apa saja tujuan dan manfaat studi dokumenter itu
3. Untuk mengetahui jenis-jenis studi dokumenter.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata dokumen berasal dari bahasa latin yaitu docere, yang berarti mengajar. Pengertian
dari kata dokumen ini menurut Louis Gottschalk (1986; 38) seringkali digunakan para ahli
dalam dua pengertian, yaitu pertama, berarti sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai
kebalikan daripada kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan terlukis, dan petilasan-
petilasan arkeologis. Pengertian kedua diperuntukan bagi surat-surat resmi dan surat-surat
negara seperti surat perjanjian, undang-undang, hibah, konsesi, dan lainnya. Lebih lanjut,
Gottschalk menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertiannya yang lebih luas
berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang
bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.
G.J. Renier, sejarawan terkemuka dari University College London, (1997; 104)
menjelaskan istilah dokumen dalam tiga pengertian, pertama dalam arti luas, yaitu yang
meliputi semua sumber, baik sumber tertulis maupun sumber lisan; kedua dalam arti sempit,
yaitu yang meliputi semua sumber tertulis saja; ketiga dalam arti spesifik, yaitu hanya yang
meliputi surat-surat resmi dan surat-surat negara, seperti surat perjanjian, undang-undang,
konsesi, hibah dan sebagainya.
Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 2007;216-217) menjelaskan istilah dokumen yang
dibedakan dengan record. Definisi dari record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun
oleh seseorang / lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting.
Sedang dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak
dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Sedangkan menurut Robert C.
Bogdan seperti yang dikutip Sugiyono (2005; 82) dokumen merupakan catatan peristiwa yang
telah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya monumental dari seseorang.
Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat ditarik bahwa dokumen merupakan
sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film,
gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semuanya itu memberikan informasi bagi
proses penelitian.
3
2.2 Macam-Macam dan Jenis Dokumen
Menurut Burhan Bungin (2008; 122) bahan dokumen itu berbeda secara gradual
dengan literatur, dimana literatur merupakan bahan-bahan yang diterbitkan sedangkan
dokumenter adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan
dokumenter. Mengenai bahan-bahan dokumen tersebut, Sartono Kartodirdjo (dikutip oleh
Bungin, 2008; 122) menyebutkan berbagai bahan seperti; otobiografi, surat pribadi, catatan
harian, momorial, kliping, dokumen pemerintah dan swasta, cerita roman / rakyat, foto, tape,
mikrofilm, disc, compact disk, data di server / flashdisk, data yang tersimpan di web site, dan
lainnya.
Dari bahan-bahan dokumenter di atas, para ahli mengklasifikasikan dokumen ke
dalam beberapa jenis diantaranya;
a. Menurut Bungin (2008; 123); dokumen pribadi dan dokumen resmi
Dokumen pribadi adalah catatan seseorang secara tertulis tentang tindakan,
pengalaman, dan kepercayaannya. Berupa buku harian, surat pribadi, &
otobiografi.
Dokumen Resmi terbagi dua: pertama intern; memo, pengumuman, instruksi,
aturan lembaga untuk kalangan sendiri, laporan rapat, keputusan pimpinan,
konvensi; kedua ekstern; majalah, buletin, berita yang disiarkan ke mass
media, pemberitahuan. (termasuk dalam klasifikasi di atas, pendapat lexy
Moleong dan Nasution)
b. Menurut Sugiyono (2005; 82), berbentuk tulisan, gambar, dan karya
Bentuk tulisan, seperti; catatan harian, life histories, ceritera, biografi,
peraturan, kebijakan, dan lainnya.
Bentuk gambar, seperti; foto, gambar hidup, sketsa, dan lainnya.
Bentuk karya, seperti; karya seni berupa gambar, patung, film, dan lainnya.
c. Menurut E. Kosim (1988; 33) jika diasumsikan dokumen itu merupakan sumber data
tertulis, maka terbagi dalam dua kategori yaitu sumber resmi dan tak resmi
Sumber resmi merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh
lembaga/perorangan atas nama lembaga. Ada dua bentuk yaitu sumber resmi
formal dan sumber resmi informal.
4
Sumber tidak resmi, merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh
individu tidak atas nama lembaga. Ada dua bentuk yaitu sumber tak resmi
formal dan sumber tak resmi informal.
Dokumen sebagai sumber data banyak dimanfaatkan oleh para peneliti, terutama
untuk menguji, menafsirkan dan bahkan untuk meramalkan. Lebih lanjut Moleong (2007; 217)
memberikan alasan-alasan kenapa studi dokumen berguna bagi penelitian kualitatif,
diantaranya;
6
1. Karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong.
2. Berguna sebagai bukti (evident) untuk suatu pengujian.
3. Berguna dan sesuai karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir, dan
berada dalam konteks.
4. Relatif murah dan tidak sukar ditemukan, hanya membutuhkan waktu.
5. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh
pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
7
4. Mempersoalkan isi yang termanifestasikan
5. Menekankan analisis secara kuantitatif, namun hal tersebut dapat pula dilakukan
bersama analisis kualitatif.
Masalah otentisitas dokumen (kritik ekstern) berupaya menjawab tiga pertanyaan
penting, yaitu
1. Apakah sumber tersebut memang sumber yang kita kehendaki?
Singkatnya apakah sumber tersebut palsu atau tidak. Bisa dikaji dengan meneliti
tanggal, materi yang dipakai seperti tinta, pengarang, tulisan tangan, tanda tangan,
materai, jenis huruf.
2. Apakah sumber itu asli atau turunan?
Digunakan analisis sumber. Jaman dulu cara menggandakan sebuah dokumen
dengan menyalin lewat tulisan tangan, berbeda dengan sekarang menggunakan mesin
fotocopy dan teknologi komputer dan scanner.
3. Apakah sumber itu utuh atau sudah berubah.
Digunakan kritik teks, seperti yang banyak digunakan para ahli filologi.
Langkah selanjutnya menurut Kosim, melakukan kritik intern yang bertugas
menjawab pertanyaan Apakah kesaksian yang diberikan oleh sumber itu kredibel / dapat
dipercaya. Langkah-langkah untuk menjawabnya sebagai berikut;
1. Mengadakan penilaian intrinsik (yang hakiki) terhadap sumber. Dimulai dengan
menentukan sifat dari sumber, lalu menyoroti pengarang sumber tersebut.
2. Komparasi dengan kesaksian dari berbagai sumber.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini, penulis berharap para pembaca dapat memahami
materi yang dibahas dalam makalah ini serta member manfaat bagi pembaca.
9
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kenca
10
REVIEW ARTIKEL
Publisher : Elsevier
Author : Sara Allin, Elisabeth Martin, David Rudoler, Michael Church Carson,
Agnes Grudniewicz, Sydney Jopling, Erin Strumpf
11
PENDAHULUAN
Permasalahan polifarmasi dan penulisan resep yang tidak tepat dalam sistem Kesehatan
menjadi perhatian di banyak negara, termasuk Kanada. Polifarmasi atau penggunaan banyak
obat sekaligus oleh pasien, dapat meningkatkan risiko efek samping dan interaksi obat, pada
kondisi tertentu dapat berdampak negatif pada kualitas hidup pasien dan hasil kesehatan.
Penelitian ini berfokus pada dua provinsi terpadat di Kanada, yaitu Ontario dan Quebec
dan memahami bagaimana kebijakan publik di kedua provinsi ini dalam mengatasi masalah
polifarmasi dan penulisan resep yang tidak tepat. Para penulis meninjau berbagai kebijakan
dan inisiatif yang telah diperkenalkan selama dua dekade pertama abad ke-21, dengan tujuan
untuk memahami sejauh mana masalah ini telah menjadi target kebijakan dan apa dampaknya
terhadap manajemen obat dalam perawatan primer.
METODE
Kriteria inklusi: dokumen-dokumen pada tanggal publikasi antara tahun 2000 dan
2018; diterbitkan oleh pemerintah provinsi (Ontario atau Quebec), badan yang
independen dari pemerintah, atau asosiasi profesional medis atau farmasis; dan
berfokus pada perawatan primer serta pengelolaan resep/obat.
Pencarian awal menghasilkan 356 dokumen di kedua provinsi, dan setelah menerapkan
kriteria inklusi dan eksklusi memasukkan 36 dokumen dari Ontario dan 59 dari Quebec
dalam analisis.
12
Analisis Dokumen
HASIL
Dua provinsi, Ontario dan Quebec, memiliki kebijakan inti terkait manajemen obat
dalam perawatan primer yang mencakup:
Perbedaan dokumen kebijakan Family Health Teams (FHTs-Ontario) dan Family Medicine
Groups (FMGs-Quebec)
Populasi yang dilayani 25% dari populasi. lebih dari 60% populasi
Quebec
Gaji Dokter FFS kurang dari 50% dari Sebagian besar adalah fee-
pendapatan dokter for-service (FFS),
13
Praktek Dokter Praktek pribadi Klinik milik publik dengan
dokter bergaji, praktek
pribadi, dan model campuran
keduanya
Peran spesifik apoteker termasuk memberi saran kepada dokter dan profesional
kesehatan tentang penggunaan obat yang optimal dan terlibat dalam pendidikan pasien seputar
penggunaan obat dan/atau terapi mereka untuk mendorong manajemen pengobatan pasien.
Selain itu, pasien yang terapi obatnya memerlukan pemantauan ketat, penyesuaian signifikan
atau tindak lanjut yang kompleks, termasuk polifarmasi, diidentifikasi di antara mereka yang
paling bisa mendapatkan manfaat dari kolaborasi antara dokter perawatan primer mereka dan
apoteker.
KESIMPULAN
Dampak dari upaya ini terhadap kualitas perawatan dan hasil pasien sedang
diteliti, dan penelitian masa depan dapat membandingkan temuan ini dengan
kebijakan di yurisdiksi lain untuk menemukan praktik yang efektif dalam
meningkatkan manajemen obat di perawatan primer.
14