Anda di halaman 1dari 11

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.1 (2022.2)

Nama Mahasiswa : DAFIT NAPORA

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041100309

Tanggal Lahir : 31 Desember 1996

Kode/Nama Mata Kuliah : PAJA3211/ Dasar-Dasar Perpajakan

Kode/Nama Program Studi : 30/ Perpajakan

Kode/Nama UPBJJ : 17/UPBJJ-UT Jambi

Hari/Tanggal UAS THE : Kamis, 22 Desember 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : DAFIT NAPORA


NIM : 041100309
Kode/Nama Mata Kuliah : PAJA3211/ Dasar-Dasar Perpajakan
Fakultas : Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : D3 Perpajakan
UPBJJ-UT : Jambi

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Jambi, 22 Desember 2022

Yang Membuat Pernyataan

DAFIT NAPORA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

No. 1
Le Contract Social atau perjanjian masyarakat yang dikemukakan oleh Rousseau adalah teori yang
menjawab pertanyaan mengapa penduduk/rakyat harus patuh pada pemerintah negaranya. Dalam teori ini
Rousseau mendefinisikan bahwa penduduk di zaman dahulu yang hidupnya di dalam gua-gua atau di atas
pohon dan bukit serta terpisah dalam kelompok-kelompok kecil, merasa akan lebih kuat apabila mereka
bersatu, baik dalam menghadapi musuh, binatang buas maupun bencana alam. Para penduduk ini, kemudian
mengadakan “perjanjian masyarakat”, Le Contract Social bahwa sebagian dari hak mereka diserahkan
kepada suatu wadah yang akan mengurus kepentingan bersama. Wadah tersebut, kemudian dikenal sebagai
L’etat, Staat, State, Negara, yang mempunyai unsur-unsur, yaitu Daerah, Rakyat, Pemerintah dan
Kedaulatan. Eksistensi negara-negara di atas dunia tetap akan ada. Dengan demikian, eksistensi
pemerintahnya walaupun buku teks komunis mengemukakan withering away of the state.

sumber penghasilan negara, yang sejarah dan romantikanya dikenal di seluruh dunia,
yakni pajak-pajak dengan segala bentuk dan jenisnya, yang telah berkembang
melalui berbagai tingkat perjuangan, dan tidak mustahil berlumuran keringat dan darah bagi
pembayarnya, tetapi penuh kenikmatan dan kemewahan bagi para pemungutnya. Hal ini
terjadi pada Kerajaan-kerajaan yang menganut absolut monarchy, misalnya Prancis di bawah
Louis XIV (1638-1715).
Eksistensi pajak sebagai species dari genus pungutantelah ada sejak zaman Romawi. Pada
awal Republik Roma (509-27 sebelum Masehi).
Dikenal beberapa jenis pungutan seperti censor, questor dan beberapa jenis pungutan
lain. Pelaksanaan pemungutannya diserahkan kepada warga tertentu yang disebut publican. Tributum sebagai
pajak langsung (pajak atas kepala= head tax) dipungut pada zaman perang terhadap penduduk Roma sampai
tahun 167 SM. Sesudah abad ke 2 penguasa Roma mengandalkan pada pajak tidak langsung yang disebut
vegtigalia, seperti portoria, yakni pungutan atas penggunaan pelabuhan.
Di zaman Julius Caesar dikenal centesima rerum venalium yakni sejenis pajak penjualan dengan tarif 1% dari
omzet penjualan. Di daerah lain di Italia dikenal decumae, yakni pungutan sebesar 10% (tithe) dari para
petani atau penguasa tanah. Setiap penduduk di Italia, termasuk penduduk Roma sendiri dikenakan tributum
yang tetap yang sering kali disebut juga stipendium.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Demikian pula di Mesir, pembuatan piramida yang tadinya merupakan pengabdian dan bersifat suka rela dari
rakyat Mesir, pada akhirnya menjadi paksaan, bukan saja dalam bentuk uang, harta kekayaan, tetapi juga
dalam bentuk kerja paksa. Pada abad ke XIV di Spanyol dikenal alcabala, salah satu
bentuk pajak penjualan.
Di Indonesia, berbagai pungutan baik dalam bentuk natura (payment in kind), kerja paksa maupun dengan
uang dan upeti telah lama dikenal.
Pungutan dan beban rakyat Indonesia semakin terasa beratnya, terutama sesudah berdirinya VOC tahun
1602, dan dilanjutkan dengan pemerintahan kolonial Belanda. Pada zaman Raffles (1813) dikenal pajak
bumi (land rent) dan pajak atas rumah. Salah satu beban rakyat yang berat adalah pungutan pada masa kultur
stelsel sebagaimana dikemukakan oleh Tobias Soebekti sebagai berikut.
The European rulers were driven by their need for money to impose
heavy levies on the people. The climax was reached with the enforcement
of the “culture system” which was introduced by Governor General van
den Bosh in 1830 and which lasted until the end of the nineteenth
century.
Salah satu bukti tertulis tentang telah adanya pajak di Indonesia jauh sebelum Adam Smith menulis buku The
Wealth of Nations, (1776) dan sekaligus membuktikan bahwa “raja-raja Jawa” telah mengenal dan
memanfaatkan fungsi regulerend pajak, yakni adanya pembebasan pajak (tax holiday), adalah penemuan
prasasti pada permulaan tahun 1992 di suatu desa
di Bojonegoro, Jawa Timur. Temuan tersebut berupa 17 lempengan tembaga
berukuran panjang 37,5 cm, lebar 12 cm dan tebal 0,4 cm, dan merupakan
piagam yang dikeluarkan oleh raja Majapahit pertama, yakni Kertarajasa
Jayawardhana pada tahun 1301 Masehi. Piagam tersebut berisikan
pembebasan pajak sebuah desa yang bernama Adan-Adan. Desa itu
ditetapkan sebagai desa perdikan yang bebas pajak dan diberikan kepada
Rajarsi, yakni pejabat yang telah berjasa kepada raja dan negara.
Secara jelas dalam prasasti tersebut tertulis mengapa desa Adan-Adan
dibebaskan dari pajak negara. Pertama karena Rajarsi telah berjasa kepada
raja di saat raja mendapat kesusahan. Kedua, Rajarsi dan seluruh desa Adan-
Adan memperlihatkan laku bakti dan susila di saat raja sedang menerima
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

penderitaan. Terakhir, Rajarsi dan rakyatnya telah menjalankan ibadah agama dengan baik.
Di benua Amerika, khususnya setelah benua baru tersebut ditemukan Columbus pada tahun 1492 penduduk
koloni tersebut mempunyai kewajiban membayar berbagai pungutan kepada pemerintah kolonial Inggris.
Berbagai pungutan tersebut di kemudian hari akan merupakan salah satu penyebab Revolusi Amerika, yaitu
setelah diundangkannya The Stamp Act(1765) yang mewajibkan setiap penduduk koloni tersebut untuk
membayar pajak atas pembelian koran, kartu judi, dadu dan bahkan atas akte perkawinan, dan The Townsend
Act (1767), yakni pungutan terhadap teh, kertas cat dan kartu.
Pemungut pajak pada mulanya adalah para kepercayaan raja, yang kemudian mendelegasikan wewenang
pemungutan ini kepada sejumlah orang tertentu. Misalnya, para pemungut pajak di bidang pertanian di Italia
pada zaman Julius Caesar disebut Publican. Pendelegasian ini tentu saja mempunyai berbagai ekses. Ekses ini
lama kelamaan diketahui dan disadari para raja, khususnya raja yang memperhatikan dan memperhatikan
beban rakyat.
Jauh sebelum Revolusi Prancis dan Perang Kemerdekaan Amerika, seorang raja yang memerintah Roma,
Diocletian (284-305) telah mulai menghilangkan peranan berbagai lapisan perantara pemungut pajak, seperti
Publican, dan memerintahkan supaya setiap pemungutan pajak secara langsung harus disetor ke Kas Negara,
yang disebut Aerarium Saturni.

No. 2
Adapun, sistem pemungutan pajak sendiri telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 yang
membahas dan mengatur segala hal yang berkaitan dengan subjek dan objek pajak.

Setiap negara di dunia mempunyai sistem dan metode yang berbeda, sedangkan Indonesia mempunyai 3
(tiga) sistem pemungutan pajak yang berlaku. Berikut ketiga sistem tersebut beserta ciri-cirinya:

Self-Assessment System

Sistem perpajakan ini yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak
yang bersangkutan. Dalam artian lain bahwa Wajib Pajak adalah pihak yang berperan aktif dalam
menghitung, membayar dan melaporkan pajak kepada kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau sistem administrasi
online yang dibentuk oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah berperan
untuk mengawasi wajib pajak .
Untuk contohnya adalah dalam PPN dan PPh. Self assessment system sudah mulai masuk ke Indonesia
setelah era reformasi perpajakan pada tahun 1983 dan masih berlaku hingga saat ini, namun sistem
perpajakan tersebut memiliki konsekuensi karena wajib pajak berhak menghitung jumlah pajak yang perlu
dibayar, biasanya wajib pajak berusaha membayar pajak sesedikit mungkin.
Ciri-ciri dari sistem pemungutan pajak self-assessment adalah:
• Wajib Pajak menentukan besaran pajak terutang;
• Wajib Pajak berperan aktif dalam menyelesaikan kewajiban perpajakannya (perhitungan,
pembayaran, dan pelaporan); serta
• Pemerintah tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Official Assessment System

Sistem pemungutan pajak ini yang memungkinkan pihak berwenang untuk dengan bebas menentukan jumlah
pajak yang harus dibayarkan kepada otoritas pajak atau pemungut pajak. Dalam sistem pemungutan pajak ini
biasanya wajib pajak bersifat pasif dan hutang pajak hanya dapat digunakan setelah otoritas pajak
mengeluarkan surat ketetapan pajaknya.
Sistem pemungutan pajak ini biasanya dapat diterapkan pada penyelesaian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
atau jenis pajak daerah lainnya. Dalam proses transaksi pembayaran PBB, KPP biasanya berperan sebagai
pihak yang mengeluarkan surat ketetapan pajak yang memuat sejumlah PBB terutang disetiap tahunnya,
sehingga tidak perlu lagi untuk menghitung pajak yang terutangnya, namun cukup dengan membayar PBB
berdasarkan Surat Pernyataan Terutang Pajak (SPPT) yang diterbitkan oleh KPP yang terdaftar sebagai
subjek pajak.

Ciri-ciri dari sistem pemungutan pajak official assessment adalah:

• Petugas pajak berwenang menghitung dan memungut besaran pajak terutang;


• Wajib Pajak berperan pasif;
• Besaran pajak akan diketahui oleh Wajib Pajak setelah petugas pajak melakukan perhitungan dan
menerbitkan SKP; serta
• Pemerintah memiliki hak penuh pada saat menentukan besaran pajak yang perlu dibayarkan.

Withholding Assessment System

Ciri-ciri dari sistem pemungutan pajak withholding assessment adalah:

• Wajib Pajak dan pemerintah tidak berperan aktif dalam menghitung besaran pajak;
• Pihak ketiga berwenang menentukan besarnya pajak terutang; serta
• Menerbitkan bukti potong/pungut bagi Wajib Pajak yang telah melunasi pajak terutang.
Sistem pemungutan pajak ini memberikan pengertian bahwa besarnya pajak akan dihitung oleh pihak ketiga
yang bukan wajib pajak atau petugas pajak. Contoh dari sistem ini adalah pemotongan
penghasilan pegawai oleh bendahara instansi, sehingga pegawai tidak perlu lagi ke kantor pajak untuk
membayar pajaknya.

No. 3

3. Gaji Sebulan Rp 4.000.000


Penghasilan Neto 1 Tahun Rp 48.000.000
PTKP Setahun (K/1) Rp 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak Rp 15.000.000
PPh Pasal 21 Terutang
5% x Rp 10.000.000 = Rp 500.000
15% x Rp 5.000.000 = Rp 750.000
Jumlah = Rp 1.250.000
PPh Pasal 21 Terutang Sebulan = Rp 1.250.000 : 12 = Rp 104.166,667

Anda mungkin juga menyukai