Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

IL2201 - HIDROLIKA II
MODUL 06
VENTURIFLUME

Nama Praktikan : Amir Yusuf Tamher


NIM : 15720022
Kelompok :5
Tanggal Praktikum : 14 April 2022
Tanggal Pengumpulan : 21 April 2022
Koordinator Praktikum : Miftahir Rizka
PJ Modul : Shafira Arum Ayuni Sabri

PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
I. TUJUAN

1. Menentukan nilai debit aktual.


2. Menentukan nilai debit teoritis mengunakan persamaan aliran kritis
3. Menentukan Cd (koefisien discharge).
4. Menentukan Fr (bilangan Froude): dihitung pada setiap titik.
5. Menentukan Re (Bilangan Reynolds): dihitung pada setiap titik.
6. Menentukan ES (Energi spesifik): dihitung pada setiap titik.
7. Menentukan nilai yc (Kedalaman kritis)

II. PRINSIP PERCOBAAN


Percobaan dimulai dengan mengatur dasar saluran dengan kemiringan kecil yaitu
sebesar 0,25%. Kemudian setelah itu diletakkan pelat venturi kira-kira jarak 4” dari
outlet saluran dengan syarat pelat harus dipasang tepat berlawanan satu sama lain.
Lalu, dilakukan pengukuran suhu air pada awal percobaan. Setelah itu hydraulic
bench dijalankan. Lalu, ukur debit aktual dan di ukur kedalaman air pada titik-titik
yang sudah ditentukan. kemudian lakukan percobaan sebanyak 3 kali pencatatan
dengan 5 variasi debit setiap kali pencatatan. Terakhir, suhu air percobaan di ukur
Kembali.
III. TEORI DASAR
Alat ukur debit saluran terbuka memiliki konsep yang sederhana, yaituhubungan
antara kedalaman air dan lajunya dipengaruhi oleh bentuk dan dimensialatnya.
Perhitungan debitnya menggunakan persamaan dengan fungsi air atau
head.Pertimbangan yang biasa digunakan dalam pemilihan alat ukur antara lain biaya
pembuatan dan pemasangan, biaya perawatan, dimensi kanal, debit, dan
karakteristikairnya meliputi kejernihan, berlumpur, dan lain-lain. Biasanya, pemilihan
alat ukutdebit didasarkan pada besar kecilnya debit air yang akan diukur.

Venturi flume adalah flume pada saluran terbuka yang membuat aliran
bersifatkritis akibat adanya penyempitan secara tiba-tiba yang menyebabkan
penurunan HGLdan menciptakan kedalaman kritis. Venturi flume digunakan dalam
pengukuran aliranterutama laju aliran yang sangat besar, biasanya dalam jutaan unit
kubik. Pengukurandebit dengan saluran venturi membutuhkan dua pengukuran, satu
hulu dan satu di bagian yang menyempit. Hal ini berlaku apabila aliran melewati yang
melewati flumedalam keadaan subkritis. Jika flume dirancang agar aliran dari
subkritis berubahmenjadi superkritis saat melewati saluran tersebut, maka
pengukuran tunggal di bagian penyempitan (yang dalam hal ini menjadi bagian kritis)
sudah cukup untuk perhitungan debit.Untuk memastikan terjadinya kedalaman kritis
di tenggorokan(bagian yang menyempit), flumes biasanya dirancang sedemikian rupa
untukmembentuk lompatan hidrolik di sisi hilir struktur. Flume ini disebut standing
wave flumes.

Venturi flume memberikan efek gabungan kontraksi dan kecepatan


terminalsekaligus, dengan kehilangan tekanan yang lebih kecil tersebut dapat diukur
dan dapatmewakili debit yang melaluinya. Venturi flume terbentuk dengan kontraksi
pada penampang saluran, bersamaan dengan aliran yang menjadi cepat saat berada
ditenggorokan, dan diikuti dengan ekspansi kembali ke luas penampang
sebelumnya.Ketika terjadi ekspansi, air akan terus dipercepat dalam aliran superkritik
atau bahkandapat diperlambat dalam aliran subkritis. Venturi flume memiliki dua
keunggulan biladibandingkan dengan bendung, dimana kedalaman kritis dibuat oleh
penyempitansecara vertikal. Pertama, headloss hidrolik yang dihasilkan oleh flume
lebih kecil dariheadloss yang dihasilkan oleh bendung. Kedua, tidak ada dead zone
pada flume. Deadzone dapat menyebabkan sedimen dan puing-puing dapat
menumpuk terdapat di hulu bendung.

Venturiflume sangat dapat diandalkan dalam pengukuran aliran dan memiliki


beberapa kelebihan. Seperti tidak mahal dan mudah dikontruksi, operasinal
yangsederhana, membutuhkan hanya sedikit perawatan, akurat untuk mencapai
ekspektasi praktikal, tidak terpengaruh benda yang mengapung, hilang head pada saat
operasitergolong sedikit, dan memiliki banyak variasi koefisien discharge.
Venturiflume dirancang dalam berbagai bentuk. Biasanya dipakai pada keadaan aliran
bebas atautidak terbenam, dengan kedalaman kritis pada penampang yang menyempit
danloncatan hidrolik pada penampang pengeluaran. Namun pada keadaan aliran
tertentu,loncatan hidrolik bersifat terbenam. Berikut ilustrasi aliran melalui
venturiflume.

Gambar 3.1. Ilustrasi aliran melalui venturiflume tampak atas

Gambar 3.2. Ilustrasi aliran melalui venturiflume tampak samping

Pada flume akan terjadi kedalaman kritis, energi diminimalkan dan


terjadihubungan langsung antara kedalaman air dan laju aliran. Secara fisik,
sangat sulituntuk mengukur kedalaman kritis dalam saluran, dikarenakan zona
yang tepat sulituntuk ditentukan dan terdapat kemungkinan berbeda akibat laju
air. Melalui konversimassa, kedalaman hulu terkait dengan kedalaman kritis.
Flume dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu alat ukur throated flume dan
curthroated flume. Bangunan denganalat ukur long-throated flume dapat
digunakan sebagai pilihan karena bangunantersebut mudah dibuat serta bentuknya
yang sederhana, serta bangunan ini bentuknyamudah untuk disesuaikan sesuai
dengan tipe saluran. Bangunan ini terdiri dari bagiantransisi yaitu bagian yang
menghubungkan saluran dengan flume. Bagian ini tebentuk prismatik dimana
transisi dinding dan lantai bisa lurus.Venturiflume terdiri dari bagian inlet, bagian
konvergen, sambungan paralel, dan bagian divergen. Fungsiutama venturiflume
adalah mengukur debit aliran air melalui saluran tempatventuriflume diallui. Pada
venturiflume terjadi penyempitan secara tiba-tiba yangmenyebabkan terjadinya
perubahan kekritisan liran dan menyebabkan adanyakedalaman kritis. Pada
kedalaman kritis energi aliran minimal sehingga dapatdiidentifikasi hubungan
antara kedalaman dengan kecepatan aliran.

Perhitungan debit dilakukan dengan menggunakan alat ukur


venturiflumedimulai dari persamaan debit teoritis melalui notch di ambang tajam
laju aliran yang melalui strip 𝑣 = √2 𝑔 ℎ dan debit aliran yang melalui strip

𝑏𝑄 = 𝐴 𝑉 = 𝑏 𝑏ℎ √2 𝑔 ℎ. Persamaan diintegrasikan dari permukaan air dengan h


= 0, hingga garisdasar h = H. Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut.

Persamaan ini akan berbeda pada tiap jenis notch, untuk pemakaian notch
lain, persamaan harus direlasikan pada fungsi lebar permukaan. Untuk saluran
berbentuk persegi, nilai lebar permukaan tidak berubah terhadap kedalaman.
Berikut penurunan persamaannya:

Mencari kedalaman kritis dan debit aliran dapat dicari dengan data
dimensiventuriflume dan kedalaman aliran pada waktu tertentu. Adapun dimensi,
kedalaman,dan debit dapat dinyatakan pada titik-titik pengukuran berikut ini:

Gambar 3.3. titik pengukuran tampak atas

Gambar 3.4. titik pengukuran tampak samping

IV. DATA AWAL


Tabel 4.1. Data awal Percobaan

massa beban 3 Kg
suhu awal 25,5 ℃
suhu akhir 26 ℃
suhu rata rata 25,75 ℃
lebar saluran 0,09 m
lebar penyempitan 0,067 m
massa jenis 996,3491 𝐾𝑔/𝑚3
viskositas
1,36011E-06 𝑚2 /𝑠
kinematis
Lebar rata-rata 0,0785 m
Tabel 4.2. Data Kedalaman

kedalaman
variasi
1 2 3 4 5 6 7
1 0,048 0,047 0,042 0,034 0,03 0,021 0,017
2 0,041 0,039 0,034 0,028 0,024 0,017 0,015
3 0,036 0,035 0,032 0,026 0,023 0,015 0,013

Tabel 4.3. Data Jarak

jarak
variasi
x1 x2 x3 x4 x5 x6
1 0,0119 0,097 0,052 0,049 0,101 0,069
2 0,0119 0,097 0,052 0,049 0,101 0,069
3 0,0119 0,097 0,052 0,049 0,101 0,069

Tabel 4.4. Data Waktu


waktu
variasi
1 2 3 rata rata
1 4,1 4,03 4,35 4,16
2 5,6 5,8 5,67 5,69
3 6,5 6,41 6,6 6,50333

V. PENGOLAHAN DATA
A. Perhitungan massa jenis
1. Mencari suhu rata-rata
(𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 +𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙 )
𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2
(26+25,5)
𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2

𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 25,75 ℃

2. Mencari nilai massa jenis dengan melakukan regresi polynomial massa jenis
terhadap temperature kemudian didapatkan persamaan yang akan di subtitusikan
dengan nilai suhu rata-rata.
Tabel 5.1. Massa Jenis Dan Temperatur

Temperatur Massa Jenis


0 999.9
5 1000
10 999.7
20 998.2
30 995.7
40 992.2
50 988.1
60 983.2
70 977.8
80 971.8
90 965.3
100 958.4

Massa Jenis Terhadap Temperatur


1010
1000
Massa jenis

990
980
970 y = -0,0036x2 - 0,0685x + 1000,5
R² = 0,9993
960
950
0 20 40 60 80 100 120
Temperatur

Grafik 5.1. Massa Jenis Terhadap Temperatur


Dari grafik di atas diperoleh persamaan sebagai berikut:

y = -0,0036x2 - 0,0685x + 1000,5


Kemudian subtitusikan nilai suhu rata-rata sebagai nilai x.
y = -0,0036(25,75)2 - 0,0685(25,75) + 1000,5
y = 996,3491
maka diperoleh massa jenis air sebesar 996,3491 Kg/m3

3. Mencari massa air


Massa air = massa beban
Massa air = 3 Kg
4. Mencari Volume (V)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟
𝑉 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
3
𝑉 = 996,3491

𝑉 = 0,00301 𝑚3

5. Lebar salura rata-rata


𝑏+𝑏𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑚𝑝𝑖𝑡𝑎𝑛
𝑏𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2
0,09+0,067
𝑏𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2

𝑏𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 0,0785 𝑚

B. Perhitungan Viskositas
1. Mencari nilai viskositas dengan melakukan regresi polynomial viskositas
kinematis terhadap temperature kemudian didapatkan persamaan yang akan di
subtitusikan dengan nilai suhu rata-rata sebagai x.

Tabel 5.2. Viskositas kinematis dan suhu


Viskositas
Suhu Kinematis
(m2/s)
0 0,000001785
5 0,000001519
10 0,000001306
15 0,000001139
20 0,000001003
25 0,000000893
30 0,0000008
40 0,000000658
50 0,000000553
60 0,000000474
70 0,000000413
80 0,000000364
90 0,000000326
100 0,000000294
Viskositas Kinematis Terhadap Temperatur
2,00E-06
1,80E-06
1,60E-06

Viskositas Kinematis
1,40E-06
y = 2E-10x2 - 3E-08x + 2E-06
1,20E-06 R² = 0,9803
1,00E-06
8,00E-07
6,00E-07
4,00E-07
2,00E-07
0,00E+00
0 20 40 60 80 100 120
Temperatur

Grafik 5.2. Viskositas Kinematis Terhadap Temperatur

Dari grafik di atas diperoleh persamaan sebagai berikut:

y = 2E-10x2 - 3E-08x + 2E-06

Kemudian subtitusikan nilai suhu rata-rata sebagai nilai x.

y = 2E-10(25,75)2 - 3E-08(25,75) + 2E-06


y = 1,3601E-06
maka diperoleh nilai viskositas sebesar 1,3601E-06 m2/s

C. Perhitungan Variasi 1
1. Menghitung Waktu rata-rata
𝑡1 +𝑡2 +𝑡3
𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3
4,1+4,03+4,35
𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3

𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 4,16 𝑠

2. Menghitung Debit Aktual


𝑉
𝑄𝑎𝑐𝑡 = 𝑡
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

0,00301
𝑄𝑎𝑐𝑡 = 4,16
3
𝑄𝑎𝑐𝑡 = 0,00072 𝑚 ⁄𝑠
3. Menghitung Tinggi muka air penyempitan (Y2-3 )
(𝑌2 +𝑌3 )
𝑌(2−3) = 2
(0,042+0,047)
𝑌(2−3) =
2

𝑌(2−3) = 0,0445 𝑚

4. Menghitung Kecepatan air daerah penyempitan (v2-3)


𝑄𝑎𝑐𝑡
𝑣(2−3) = (𝑌
(2−3) ×𝑏𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 )

0,00301
𝑣(2−3) = (0,0445×0,0785)
2
𝑣(2−3) = 0,2072 𝑚 ⁄𝑠

5. Menghitung Energi Spesifik daerah penyempitan (Es2-3)


𝑣(2−3) 2
𝐸𝑠(2−3) = 𝑌(2−3) − 2𝑔

0,20722
𝐸𝑠(2−3) = 0,0445 − 2(9,81)

𝐸𝑠(2−3) = 0,04231 𝑚

6. Menghitung Kedalaman Kritis (Yc)

3 𝑄𝑎𝑐𝑡 2
( )
𝑌𝑐 = √ 𝑏
𝑔

3 0,00301 2
( )
𝑌𝑐 = √ 0,0785
9,81

𝑌𝑐 = 0,02054 𝑚

7. Menghitung Energi spesifik kritis


3
𝐸𝑠𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 = 𝑌
2 𝑐
3
𝐸𝑠𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 = (0,02054)
2

𝐸𝑠𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 = 0,03081 𝑚
8. Menghitung Qteo
3
2
= 𝑏𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 × √𝑔 × (3 × 𝑌(2−3))
2
𝑄𝑡𝑒𝑜

3
2
= 0,0785 × √9,81 × ( × 0,0445)
2
𝑄𝑡𝑒𝑜 3

3
𝑄𝑡𝑒𝑜 = 0,00099 𝑚 ⁄𝑠

9. Menghitung Koefisien Discharge (Cd)


𝑄𝑎𝑐𝑡
𝐶𝑑 = 𝑄𝑡𝑒𝑜
0,00072
𝐶𝑑 = 0,00099

𝐶𝑑 = 0,72803

10. Menghitung Luas Penampang pada titik 1


𝐴1 = 𝑏 × 𝑦1
𝐴1 = 0,09 × 0,044
𝐴1 = 0,00432 𝑚2
Untuk luas penampang pada titik 2-7 pada variasi 2-3 dilakukan perhitungan yang
sama seperti di atas.

11. Menghitung Kecepatan pada titik 1


𝑄𝑎𝑐𝑡 1
𝑣1 = 𝐴1
0,00072
𝑣1 = 0,00432
2
𝑣1 = 0,16755 𝑚 ⁄𝑠
Untuk kecepatan pada titik 2-7 pada variasi 2-3 dilakukan perhitungan yang sama
seperti di atas.

12. Menghitung Keliling Penampang pada titik 1


𝑃1 = 𝑏 + (2𝑦1 )
𝑃1 = 0,09 + (2(0,044))
𝑃1 = 1,86 𝑚
Untuk Keliling Penampang pada titik 2-7 pada variasi 2-3 dilakukan perhitungan
yang sama seperti di atas.

13. Menghitung jari-jari hidrolis


𝐴1
𝑅1 = 𝑃1
0,00432
𝑅1 = 1,86

𝑅1 = 0,02323

14. Menghitung bilangan Froude pada titik 1


𝑣1
𝐹𝑟1 =
√2𝑦1
0,16755
𝐹𝑟1 =
√2(0,048)

𝐹𝑟1 = 0,24416
Untuk bilangan Froude pada titik 2-7 pada variasi 2-3 dilakukan perhitungan yang
sama seperti di atas.

15. Menghitung Energi spesifik (Es) pada titik 1


𝑣1 2
𝐸𝑠1 = 𝑦1 + 2𝑔

(0,16755)2
𝐸𝑠1 = 0,048 + 2(9,81)

𝐸𝑠1 = 0,04943
Untuk energi spesifik pada titik 2-7 pada variasi 2-3 dilakukan perhitungan yang
sama seperti di atas.

16. Menghitung Bilangan Reynold pada titik 1


4×𝑅1 ×𝑣1
𝑅𝑒1 = 𝜈
4×0,02323×0,16755
𝑅𝑒1 = 1,36011𝐸−06

𝑅𝑒1 = 11444,3
Untuk Bilangan Reynold pada titik 2-7 pada variasi 2-3 dilakukan perhitungan
yang sama seperti di atas.
VI. DATA AKHIR
Tabel 6.1. Data akhir Percobaan

variasi volume Qaktual Y2-3 v2-3 Es2-3 Yc Es kritis


1 0,00301 0,00072 0,0445 0,2072 0,04231 0,02054 0,03081
2 0,00301 0,00053 0,0365 0,18469 0,03476 0,01667 0,025
3 0,00301 0,00046 0,0335 0,17606 0,03192 0,01525 0,02287

Tabel 6.2. Data Akhir

variasi Qaktual Es Penyempitan Qteo Cd


1 0,000723796 0,042311863 0,000994181 0,728032466
2 0,000529173 0,034761515 0,000740322 0,714787563
3 0,000462992 0,031920137 0,000651433 0,710729224

Tabel 6.3. bilangan froude


Bilangan Froude
variasi
Fr1 Fr2 Fr3 Fr4 Fr5 Fr6 Fr7
1 0,24416169 0,251995387 0,400712739 0,550159617 0,66378159 0,843743492 1,158419864
2 0,226122958 0,243738162 0,402225661 0,538209181 0,678221084 0,84692911 1,02184154
3 0,240460055 0,25083875 0,385424603 0,526264868 0,632517647 0,894045879 1,108106916

Tabel 6.4. energi spesifik

Energi Spesifik
variasi
Es1 Es2 Es3 Es4 Es5 Es6 Es7
1 0,049430758 0,048492289 0,045371985 0,039145485 0,03660909 0,028474982 0,028406461
2 0,042048198 0,040158462 0,036750353 0,032055368 0,029519806 0,023096956 0,022831201
3 0,037040779 0,036101101 0,034376834 0,029600411 0,027600904 0,020994885 0,020981356

Tabel 6.5. Kedalaman Kritis

variasi Yc
1 0,020540365
2 0,016669741
3 0,015249176
Tabel 6.6. Bilangan Reynold
bilangan reynold
variasi
Re1 Re2 Re3 Re4 Re5 Re6 Re7
1 11444,28347 11568,67785 14096,93195 15767,67944 16760,91909 16126,03579 17166,4252
2 9048,032834 9263,462187 11527,86406 12652,53372 13532,70998 12550,49716 12968,84706
3 8405,118718 8510,182702 10394,11628 11442,26246 12049,81622 11346,91027 11738,18304

VII. ANALISIS A
A. Analisis Cara Kerja
Percobaan kali ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai dari debit aliran
menggunakan alat ukur debit yaitu venturi flume. Diawali dengan mengukur suhu
awal air menggunakan termometer kemudian dilanjutkan dengan mengoperasikan
hydraulic bench. Alat ini digunakan untuk menentukan debit aktual aliran melalui
pengukuran waktu. Waktu diukur tepat pada rentang diletakkannya beban hingga
terngkatnya lengan beban. Selain pengukuran debit secara aktual, debit juga
ditentukan melalui tinggi muka air. Tinggi muka air diukur pada tujuh titik yang
telah ditentukan. Tiga titik terletak pada penyempitan sedangkan sisanya berada
di luar penyempitan dengan catatan titik tujuh merupakan titik sebelum terjadinya
loncatan hidrolis. Pengukuran dilakukan menggunakan jangka sorong dengan
melakukan kalibrasi terlebih dulu agar data tinggi muka air yang diperoleh adalah
data yang tepat. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, percobaan dilakukan
dengan menggunakan lima variasi debit. Setelah melakukan percobaan dalam
lima variasi debit, dilakukan pengukuran terhadap suhu akhir air. Hasil
pengukuran kemudian dirata-ratakan dengan suhu awal demi memperoleh
densitas dan viskositas dinamis.
B. Analisis Grafik
1. Qaktual Terhadap Qteoritis

Grafik 7.1. Qact Terhadap Qteo


Gambar di atas menunjukkan hubungan antara debit aktual dengan debit
teoritis yang diperoleh melalui alat ukur venturi flume. Melalui hubungan kedua
variabel, dapat diperoleh nilai dari koefisien discharge. Secara teoritis koefisien
discharge dapat diperoleh melalui perbandingan debit aktual dengan debit teoritis.
Dengan menggunakan persamaan grafik dengan debit aktual sebagai sumbu y dan
debit teoritis sebagai sumbu x maka.
𝑦 = 0,7622𝑥 − 0,00003
𝑦 = 0,7622𝑥
𝑄𝑎𝑐𝑡 = 0,7622𝑄𝑡𝑒𝑜
𝐶𝑑 = 0,7622

Hasil nilai Cd yang diperoleh melalui grafik berbeda dengan nilai Cd venturi
flume berdasarkan literature yaitu sebesar 0,95. Adanya perbedaan ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu yang palingmenentukan adanya galat ini
adalah titik pengukuran berdasarkan teori yaitu pada titik2 dan 3. Titik ini
dianggap sebagai titik di mana terjadi penyempitan saluran. Padakenyataannya,
penyempitan saluran terjadi pada titik 3, 4, dan 5. Hal ini
menyebabkanketidaktepatan data yang dipakai dalam perhitungan sehingga nilai
koefisiendischarge yang didapat tidak masuk ke dalam nilai range koefisien
discharge untuk venturiflume.

Selain melalui persamaan linear, hubungan antarvariabel dapat diketahui


melalui nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi. Koefisien korelasi
merupakan nilai yang menunjukan kuat tidaknya hubungan antarvariabel. Nilai R
antarvariabel yang menunjukkan angka positif membuktikan bahwa keduanya
berbanding lurus. Hal ini sesuai dengan persamaan berikut
𝑄𝑎𝑐𝑡 = 𝐶𝑑 × 𝑄𝑡𝑒𝑜
Nilai R yang hampir mendekati angka satu menunjukkan bahwa kedua variabel
memiliki hubungan yang sangat kuat. Koefisien determinasi (R2 ) merupakan
koefisien yang menggambarkan seberapa besar pengaruh yang diberikan variabel
x terhadap variabel terikat (y). Karena nilai koefisien determinasi (R 2 ) adalah 1
yang merupakan angka sempurna, debit aktual sangat dipengaruhi debit teoritis.

2. Qaktual Terhadap Cd

Grafik 7.2. Qaktual Terhadap Cd

Nilai dari koefisien discharge dapat menggambarkan efektivitas alat ukur


venturi flume pada berbagai variasi debit. Melalui nilai Cd masing-masing variasi
dapat diketahui venturi flume efektif pada debit aliran yang kecil ataukah debit
yang besar. semakin dekat nilai koefisien discharge percobaan dengan teoritisnya,
maka semakin efektif. Berdasarkan literatur, alat ukur venturi flume bekerja pada
debit yang besar. Namun bersadarkan hasil percobaan diperoleh bahwa galat
masing-masing variasi tidak memiliki perbedaan yang signifikan sehingga dapat
disimpulkan bahwa venturi flume efektif pada rentang debit yang lebar
berdasarkan praktikum ini. besarnya nilai Cd juga dipengaruhi oleh besar debit
aktual. Dimana semakin besar debit aktual maka semakin besar juga nilai Cd
seperti dapat dilihat pada Grafik 7.2.

Berdasarkan grafik diatas diperoleh koefisien determinasi yaitu 0,9996, artinya


bahwa hubungan antara Qaktual dan koefisien discharge sudah berkaitan
sempurna karena nilai yang diperoleh sudah mendekati satu. Adapun persamaan
yang terdapat pada grafik yaitu:
y = 0,015x-0,0102
Dimana y adalah Qaktual dan X adalah koefisien discharge.
Berdasarkan rumus :
𝑄𝑎𝑐𝑡
𝐶𝑑 =
𝑄𝑡𝑒𝑜

Jika nilai Qaktual semakin besar, maka nilai Cd yang didapat akan semakin besar.
Menandakan hubungan antara Qaktual dan Cd berbanding lurus.
3. Y terhadap NFr

Grafik 7.3. Y terhadap NFr variasi 1

Grafik 7.4. Y terhadap NFr Variasi 2


Grafik 7.5. Y terhadap NFr Variasi 3

Pada grafik diatas terlihat hubungan antara NFr dan kedalaman


pada variasi 1, variasi 2, dan variasi 3 berbanding terbalik. Koefisien
determinasi ( R2 ) yang diperoleh dari ketiga variasi sudah mendekati satu,
dapat diartikan bahwa hubungan antara kedua variabel berkaitan
sempurna. Grafik di atas menggambarkan hubungan antara tinggi air
dengan bilangan Froude. Bilangan Froude merupakan perbandingan energi
kinetik dan energi potensial pada proses pengaliran fluida. Bilangan
Froude juga merupakan parameter yang menunjukkan efek relatif dari
efek inersia terhadap efek gravitasi. Bilangan ini biasa digunakan untuk
menyatakan sifat kritis suatu aliran.

Penentuan bilangan Froude sebagai parameter penentu jenis aliran


memiliki syarat Fr > 1 untuk aliran superkritis, Fr < 1 untuk aliran
subkritis, dan Fr = 0 untuk aliran kritis. Pada grafik di atas, aliran
superkritis berada pada titik 5, 6 dan 7 sedangkan aliran subkritis
mayoritas berada pada titik 1, 2, 3, dan 4. Pada aliran superkritis energi
kinetik mendominasi pada proses pengaliran dengan gaya inersia yang
juga dominan. Sedangkan pada aliran subkritis, didominasi oleh energi
potensial serta gaya gravitasi.
Berdasarkan informasi di atas dapat dinyatakan bahwa bilangan
Froude semakin kecil seiring bertambahnya tinggi muka air. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi perubahan kekritisan aliran yang melewati
alat ukur debit venturi flume.

Selain melalui grafik, kedua variabel ini juga dapat dihubungkan melalui
persamaan berikut.

1
𝐹𝑟 =
𝑦 1,5

Berdasarkan rumus diperoleh korelasi antara bilangan Froude dengan


kedalaman dimana korelasinya yaitu berbanding terbalik. Hal tersebut
sesuai dengan yang ada pada grafik. Selain itu, berdasarkan rumus
seharusnya pangkat pada persamaan variasi 1,2 dan 3 yaitu sebesar -1,5.
Pada percobaan ini didapat persamaan y = 0,0038x-1,419 pada variasi 1, y =
0,0027x-1,437 pada variasi 2, dan y = 0,0026x-1,407 pada variasi 3, dimana y
adalah bilangan Froude dan x adalah kedalaman. Pada persamaan
diperoleh pangkat y yaitu -1,419 untuk variasi 1, kemudian -1,437 untuk
variasi 2, dan -1,407 untuk variasi 3. Adanya perbedaan pangkat antara
hasil percobaan dan teoritis ini disebabkan oleh kesalahan praktikan saat
melakukan percobaan yang akan dibahas pada analisis kesalahan.
Bilangan Froude adalah suatu nilai yang menunjukkan energi pada aliran.
Ketika nilai Froude lebih dari satu, maka aliran superkritis. Ketika
bilangan Froude sama dengan satu, maka aliran kritis, sedangkan kurang
dari satu aliran subkritis. Pada grafik terlihat titik 1 sampai titik 6
alirannya subkritis disetiap variasi, dan titik 7 aliran superkritis. Tidak
terdapatnya aliran kritis pada percobaan ini karena ada berbagai faktor
kesalahan yang akan dibahas pada analisis kesalahan.

4. Y terhadap NRe

Grafik 7.6. Y terhadap NRe variasi 1

Grafik 7.7. Y terhadap NRe variasi 2


Grafik 7.8. Y terhadap NRe variasi 3

Grafik di atas menunjunjukkan hubungan antara tinggi muka air


serta bilangan Reynoldnya. Bilangan Reynold merupakan parameter dari
tipe-tipe aliran. Menurut French R.H. dalam Open-Channel Hydraulics,
apabila bilangan Reynold berada di bawah 500 maka aliran yang mengalir
tergolong laminar dan dikatakan turbulen apabila bernilai di atas 12.500.
Bilangan Reynold di antara 500-12.500 menunjukkan aliran transisi.
Berdasarkan grafik di atas, variasi 2 dan 3 tergolong dalam aliran transisi
sedangkan variasi 1 cenderung pada aliran turbulen.

Pada grafik diatas diperoleh koefisien determinasi (R2) pada variasi


1 adalah 0,6872, pada variasi 2 yaitu 0,5802, dan pada variasi 3 yaitu
0,5283. Nilai koefisien determinasi yang ideal adalah satu, menandakan
bahwa adanya keterkaitan yang erat antara kedalaman dan bilangan
Reynolds. Pada percobaan ini nilai koefisien determinasi belum mencapai
satu. Maka, hubungan antara kedua variabel pada percobaan ini belum
ideal.
Hubungan antara kedua variabel dapat ditunjukkan pada rumus berikut:
Hubungan yang diperoleh sudah benar yaitu berbanding terbalik antara
kedalaman dan bilangan Reynolds. Diperoleh juga persamaan y= 4260,5x-
0,356
pada variasi 1, kemudian y = 3520,1x-0,327 pada variasi 2 dan y =
3715,6x-0,278 pada variasi 3, dimana y adalah bilangan Reynold dan x
adalah kedalaman. Pada persamaan tersebut diperoleh pangkat y adalah -
0,356 , -0,327, dan -0,278, tetapi pada teori pangkat y adalah -1. Hal ini
dikarenakan oleh adanya kesalahan dalam praktikum yang akan di analisis
pada analisis kesalahan.

5. Y terhadap Es

Grafik 7.9. Y terhadap Es variasi 1


Grafik 7.10. Y terhadap Es variasi 2

Grafik 7.11. Y terhadap Es variasi 3


Berdasarkan ketiga grafik di atas yaitu grafik 7.9, 7.10, dan
7.11 diperoleh titik kedalaman kritis yaitu 0,028406 untuk
variasi 1, 0,022831 untuk variasi 2, dan 0,0209813 untuk variasi
3. Titik kedalaman kritis diperoleh pada saat nilai Es minimum.
Persamaan kedalaman kritis dapat diperoleh dengan
mendiferensialkan Es.
𝛼(𝑄/𝐴)2
Es = 𝑦 + 2𝑔

𝑑𝐸𝑠 𝛼𝑄2 𝑑 1 𝑑𝐴
= 1+ =0
𝑑𝑦 2𝑔 𝑑𝐴 𝐴2 𝑑𝑦

𝛼𝑄2
1 − 𝐵𝐶 2𝐴𝑐 −3 = 0
2𝑔

𝛼𝑄 2 𝐵𝐶
= 1
𝑔𝐴𝑐 −3
Karena Q = qxb , B=b dan A=by dan mengambil 𝛼=1 maka,
1/3
𝑞2
Yc = (𝑔) kemudian substitusikan yc ke persamaan

energi.Diperoleh yc= 2/3 Es

C. Analisis Kesalahan
Kesalahan yang terjadi saat praktikum menimbulkan perbedaan kondisi
yang terukur dengan kondisi ideal yang diakibatkan oleh human error. Di
praktikum ini ada beberapa kesalahan yang mungkin dilakukan oleh praktikan
yaitu ketidaktelitian dalam pembacaan maupun pengkalibrasian alat pengukur
kedalaman, peletakkan beban yang terlambat saat mengoperasikan hydraulic
bench, pengelihatan terangkatnya tuas yang kurang tepat, dan kesalahan dalam
perhitungan waktu menggunakan stopwatch. Kurang tepatnya pengukuran
tempteratur fluida juga menjadi salah satu faktor kesalahan, melihat temperatur
akan menentukan densitas serta viksitas kinematis suatu fluida. Dilakukannya
pembulatan pada perhitungan juga membuat hasil perhitungan berbeda.
Penentuan koefisien literatur yang kurang tepat juga bisa menjadi faktor
kesalahan.
VIII. ANALISIS B
Dalam pemanfaatannya pada bidang Rekayasa Infrastuktur Lingkungan, alat ukur
debit venturi flume digunakan umumnya pada saluran irigasi. Pengukuran debit pada
saluran irigasi berfungsi sebagai patokan dalam membagi aliran air menuju petak
sawah. Selain pada saluran irigasi, venturi flume juga digunakan pada IPAL untuk
menghitung debit terkait dengan konsentrasi air limbah.

Gambar 8.1. Flume pada irigasi


(Sumber: Intruserve, 2015)

Flume juga diaplikasikan pada bidang infrastruktur lingkungan pada kegiatan


berikut:
1. Watershed Monitoring (pemantauan DAS)
2. Edge-of-Field Runoff
3. Dam Seepage
4. Stream Gauging
5. Industrial Discharge Monitoring
6. Mine Discharge
IX. KESIMPULAN
1. Debit aktual aliran didapatkan melaui perhitungan antara massa air, massa jenis
dan waktu rata-rata per variasi dalam satuan m3/s. berikut hasil perhitungannya.

variasi Qaktual
1 0,000723796
2 0,000529173
3 0,000462992

2. Diperoleh juga debit teoritis dari persamaan aliran kritis

variasi Qteo
1 0,000994181
2 0,000740322
3 0,000651433

3. Koefisien discharge didapatkan melalui perbandingan Qaktual dan Qteoritis

variasi Cd
1 0,728032466
2 0,714787563
3 0,710729224

4. Bilangan Froude pada tiap titik ditentukan dari perhitungan antara kecepatan
aliran, percepatan gravitasi, dan kedalaman aliran pada titik tertentu dalam satuan
tidak berdimensi.
Bilangan Froude
variasi
Fr1 Fr2 Fr3 Fr4 Fr5 Fr6 Fr7
1 0,24416 0,252 0,40071 0,55016 0,66378 0,84374 1,15842
2 0,22612 0,24374 0,40223 0,53821 0,67822 0,84693 1,02184
3 0,24046 0,25084 0,38542 0,52626 0,63252 0,89405 1,10811
5. Bilangan Reynolds pada tiap titik didapatkan melalui perhitungan antara
kecepatan, jari-jari hidrolis dan kecepatan kinematis.
bilangan reynold
variasi
Re1 Re2 Re3 Re4 Re5 Re6 Re7
1 11444,3 11568,7 14096,9 15767,7 16760,9 16126 17166,4
2 9048,03 9263,46 11527,9 12652,5 13532,7 12550,5 12968,8
3 8405,12 8510,18 10394,1 11442,3 12049,8 11346,9 11738,2

6. Energi spesifik pada tiap titik didapatkan melalui perhitungan antara kedalaman
air, gaya gravitasi, dan kuadrat dari kecepatan pada tiap titik pengukuran dalam
satuan meter.
Energi Spesifik
variasi
Es1 Es2 Es3 Es4 Es5 Es6 Es7
1 0,04943 0,04849 0,04537 0,03915 0,03661 0,02847 0,02841
2 0,04205 0,04016 0,03675 0,03206 0,02952 0,0231 0,02283
3 0,03704 0,0361 0,03438 0,0296 0,0276 0,02099 0,02098

7. Diperoleh juga kedalaman kritis tiap variasi


variasi Yc
1 0,02054
2 0,01667
3 0,01525

X. DAFTAR PUSTAKA
Chow,Ven Te.1992. Open Channel Hydraulic. Jakarta: Erlangga.

Finnemore, E. John., Joseph B. Franzini. 2002. Fluid Mechanics With Engineering


Applications Tenth Edition. New York: McGraw-Hill Book Company.

Hydraulics in Civil Engineering. Brighthubengineering.com. Diakses pada 18 April


2022, dari https://www.brighthubengineering.com/hydraulics-civil-
engineering/

Anda mungkin juga menyukai