Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KARAKTER BUILDING
“Komponen-komponen dan Unsur-unsur karakter “

Dosen M.K : Ns, M.B.Olla, M.Kep.,Sp.Kep.J.

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 2

1) Siti 4) Apr
Irn ilia
a P.
K. Pa
Alw put
i ung
an
2) Ra
qim 5) Ac
a hm
Ma ad
u Tris
no
3) Jai
nur
Tal
aoh
u
6) Irm Wu
aw lan
ati dai
Har We
ifin nno

7) Se 9) La
ndi Sa
Ru mid
ma in
wat
10) Asti
ine
Ard
8) Ra ila
hay Ha
u san

POLTEKKES KEMENKES MALUKU

PRODI KEPERAWATAN MASOHI

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
Rahmat dan Karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “ Komponen-
komponen dan unsur-unsur karakter” ini dengan tepat waktu.

Dari penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa tiada gading yang tak retak.
Begitupulah kami, manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Untuk itu, saran dan kritik
yang membangun daripada semua pihak sangatlah kami perlukan agar penyusunan
makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi daripada makalah yang sekarang ini.
Masohi, 26 Januari 2019

Penyusun
Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Komponen-komponen karakter yang baik
B. Unsur-unsur karakter
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan


Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adatistiadat. Sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.. Pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab

Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu
bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000),
ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang
lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20
persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa
mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Melihat
masyarakat Indonesia sendiri juga lemah sekali dalam penguasaan soft skill. Untuk itu
penulis menulis makalah ini, agar pembaca tahu betapa pentingnya pendidikan karakter
bagi semua orang, khususnya bangsa Indonesia sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja komponen-komponen karakter yang baik ?

2. Apa saja unsur-unsur karakter yang baik ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Komponen-komponen karakter yang baik

Menurut Lickona, komponen-komponen karakter yang baik adalah :

1. Moral knowing ( pengetahuan moral )


Moral knowing akan lebih mengisi pada ranah kognitif individu, yang memiliki aspek
yaitu:

a. Kesadaran Moral (moral awareness)


Aspek dalam kesadaran moral ini adalah pertama, menggunakan
pemikirannya untuk melihat suatu situasi yang memerlukan penilaian moral.
Sehingga kemudian dapat memikirkan dengan cermat tentang apa yang
dimaksud dengan arah tindakan yang benar. Kedua, memahami informasi dari
permasalahan yang bersangkutan. Jadi, dalam pengetahuan moral ini, harus
mebngetahui fakta yang sebenarnya mengenai suat hal yang bersangkutan
sebelum mengambil suatu penilaian moral.
b. Pengetahuan Nilai Moral (knowing moral values)
Nilai-nilai moral diantaranya yaitu menghargai kehidupan dan kemerdekaan,
tanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, keadilan, toleransi,
penghormatan, disiplin diri, integritas, kebaikan, belas kasihan, dan dorongan
atau dukungan. Jika seluruh nilai digabung, maka akan menjadi warisan moral
yang diturunkan dari satu generasi, ke generasi yang berikutnya.
Mengetahui sebuah nilai berarti memahami bagaimana caranya menerapkan
nilai yang bersangkutan dalam berbagai macam situasi. Pengetahuan moral ini
membutuhkan “penerjemahan”, yang mana membantu setiap individu
menerjemahkan nilai-nilai abstrak dari seluruh nilai yang ada ke dalam hubungan
personal mereka.
c. Penentuan Perspektif/ sudut pandang (perspective taking)
Penentuan perspektif atau penentuan sudut pandang ini merupakan
kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain, melihat situasi
sebagaimana adanya, membayangkan bagaimana mereka akan berfikir,
bereaksi, dan merasakan masalah yang ada.
1) Pemikiran/logika Moral (moral reasoning)
Pemikiran moral mengikutsertakan pemahaman atas prinsip moral
klasik yaitu, “hormatilah hak hakiki intrinsik setiap individu”, bertindaklah
untuk mencapai kebaikan yang terbaik demi jumlah yang paling besar”,
dan “bertindaklah seolah-olah Anda akan membuat semua orang lain akan
melakukan hal yang sama di bawah situasi yang serupa”.
2) Pengambilan Keputusan/ Keberanian mengambil sikap (decision making)
Aspek komponen moral knowing ini lebih kepada individu itu mampu
memikirkan cara bertindak melalui permasalahan moral pada situasi
tertentu.
3) Pengetahuan Pribadi/ Pengenalan diri (self knowledge)
Pengetahuan tentang diri masing-masing sangat diperlukan dalam
pendidikan karakter. Menjadi orang yang bermoral memerlukan keahlian
untuk mengulas kelakuan dirinya sendiri dan mengevaluasi perilakunya
masing-masing secara kritis.

2. Moral Feeling (Perasaan Moral)

Komponen karakter ini merupakan komponen yang akan mengisi dan menguatkan
aspek afeksi individu agar menjadi manusia yang berkarakter baik. Beberapa aspek
komponen ini adalah:
a. Hati Nurani/ kesadaran akan jati diri (conscience)
Hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif, mengetahui apa yang benar,
dan sisi emosional, serta merasa berkewajiban untuk melakukan apa yang benar.
Banyak orang tahu apa yang benar, namun merasakan sedikit kewajiban untuk
berbuat sesuai dengan hal tersebut.
b. Harga Diri (self esteem)
Berdasarkan penelitian, anak-anak dengan harga diri yang tinggi lebih tahan
terhadap tekanan teman sebayanya dan lebih mampu untuk mengikuti penilaian
mereka sendiri daripada anak-anak yang memiliki harga diri yang rendah (Lickona,
2013:93).
Harga diri yang tinggi tidak menjamin karakter yang baik karena lebih kepada
kepemkilikan, popularitas, atau kekuasaan. Seharusnya, mampu
mengembangkan harga diri berdasarkan nilai seperti tanggung jawab, kejujuran,
dan kebaikan serta berdasarkan pada keyakinan kemampuan diri sendiri demi
kebaikan.
c. Empati (empathy)
Perlunya empati yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain
sehingga kita mampu keluar dari zona kita. Sebagai aspek dari komponen
karakter, empati harus dikembangkan secara generalisasi. Mempu melihat di luar
perbedaan dan menanggapi kemanusiaan bersama.
d. Mencintai Hal yang Baik/ Mencintai kebenaran (loving the good)
Ketika setiap individu mencintai hal-hal yang baik atau mencintai kebenaran,
maka setiap individu akan melakukan hal-hal yang bermoral baik dan benar atas
dasar keinginan, bukan hanya karena tugas.
e. Kendali Diri/ Pengendalian Diri (self control)
Kendali diri atau pengendalian diri sangat diperlukan dalam pendidikan
karakter. Emosi tinggi mampu membuat karakter baik menjadi buruk ketika tidak
ada pengendali diri. Dengan pengendalian diri, juga dapat menahan segala
hasrat dan keinginan negatif dalam diri.
f. Kerendahan Hati (humility)
Kerendahan hati merupakan keterbukaan yang sejati terhadap kebenaran
dan keinginan untuk bertindak guna memperbaiki kegagalan kita. Kerendahan
hati adalah sisi afektif pengetahuan pribadi.

3. Moral Acting (Tindakan Moral)

Komponen tindakan ini merupakan hasil dari kedua komponen karakter lainnya yaitu
moral knowing dan moral feeling. Aspek dari komponen tindakan moral atau moral
acting ini yaitu:
a. Kompetensi (competence)
Aspek ini mampu mengubah penilaian dan perasaan moral ke dalam tindakan
moral yang efektif. Untuk hal ini, kita harus mampu merasakan dan melaksanakan
rencana tindakan.
b. Keinginan (will) Keinginan berada pada inti dorongan moral.
Menjadi orang yang baik memerlukan tindakan keinginan yang baik, suatu
penggerakkan energy moral untuk melakukan apa yang kita pikir harus dilakukan.
c. Kebiasaan (habit)
Kebiasaan yang baik melalui pengalaman yang diulangi dalam apa yang
dilakukan itu membantu, ramah, dan adil dapat menjadi kebiasaan baik yang akan
bermanfaat bagi dirinya ketika menghadapi situasi yang berat.
Melalui ketiga komponen di atas dengan aspek komponennya masing-masing
yang saling bekerjasama untuk saling mendukung dapat menciptakan karakter
yang baik.
Menurut Mochtar Buchori (2007), pengembangan karakter seharusnya
membawa anak ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara
afektif, akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Untuk sampai ke praksis, ada
satu peristiwa batin yang amat penting yang harus terjadi dalam diri anak, yaitu
munculnya keinginan yang sangat kuat (tekad) untuk mengamalkan nilai. Peristiwa
ini disebut Conatio, dan langkah untuk membimbing anak membulatkan tekad ini
disebut langkah konatif.
Pendidikan karakter mestinya mengikuti langkah-langkah yang sistematis,
dimulai dari pengenalan nilai secara kognitif, langkah memahami dan menghayati
nilai secara afektif, dan langkah pembentukan tekad secara konatif. Ki Hajar
Dewantoro menterjemahkannya dengan kata-kata cipta, rasa, karsa.

B. Unsur-unsur Karakter

Secara psikologis dan sosiologis pada manusia terdapat hal-hal yang berkaitan
dengan terbentuknya karakter. Unsur-unsur ini menunjukan bagaimana karakter seseorang.
Unsur-unsur tersebut antara lain:
1. Sikap

Sikap seseorang merupakan bagian dari karakter, bahkan dianggap cerminan karakter
seseorang tersebut. Dalam hal ini, sikap seseorang terhadap sesuatu yang ada di
hadapannya, biasanya menunjukan bagaimana karakter orang tersebut. Jadi, semakin
baik sikap seseorang maka akan dikatakan orang dengan karakter baik. Dan sebaliknya,
semakin tidak baik sikap seseorang maka akan dikatakan orang dengan karakter yang
tidak baik.

2. Emosi

Emosi merupakan gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia, yang disertai
dengan efeknya pada kesadaran, perilaku, dan juga merupakan proses fisiologis. Tanpa
emosi, kehidupan manusia akan terasa hambar karena manusia selalu hidup dengan
berfikir dan merasa. Dan emosi identik dengan perasaan yang kuat.
3. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari faktor sosio-psikologis.


Kepercayaan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti, sugesti otoritas,
pengalaman, dan intuisi sangatlah penting dalam membangun watak dan karakter
manusia. Jadi, kepercayaan memperkukuh eksistensi diri dan memperkukuh hubungan
dengan orang lain.

4. Kebiasaan dan Kemauan

Kebiasaan merupakan aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara


otomatis pada waktu yang lama, tidak direncanakan dan diulangi berkali-kali. Sedangkan
kemauan merupakan kondisi yang sangat mencerminkan karakter seseorang karena
kemauan berkaitan erat dengan tindakan yang mencerminkan perilaku orang tersebut.

5. Konsepsi diri (Self-Conception)

Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar maupun tidak sadar
tentang bagaimana karakter dan diri seseorang dibentuk. Jadi konsepsi diri adalah
bagaimana saya harus membangun diri, apa yang saya inginkan dari, dan bagaimana
saya menempatkan diri dalam kehidupan.
BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai