Anda di halaman 1dari 13

PLACEMAKING DI WADUK BADE KLEGO BOYOLALI

Muhammad Fikri Ahsani Ash Shaumi1, Handoyotomo2 dan Dwiwangga Sang


Nalendra Hadi3
1,2,3
Jurusan Arsitektur, Universitas Islam Indonesia
1
Surel: 19512064@students.uii.ac.id

ABSTRAK: Waduk Bade di Klego, Boyolali dibangun dengan tujuan sebagai tempat
untuk penampungan air yang dapat menjadi sumber air untuk sawah masyarakat sekitar,
khususnya warga desa Bade. Namun, banyaknya kegiatan yang terjadi di Kawasan waduk
menjadikan waduk tidak hanya sebagai sumber air, namun sebagai Place yang memiliki
makna bagi masyarakat sekitar. Waduk Bade yang muncul dari aktivitas para pemancing
dan pedagang kaki lima dengan setting lansekap air sehingga menarik banyak
pengunjung lain untuk beraktivitas di Kawasan tersebut dan membetuk suatu place.Dalam
penelitian ini tebentuknya waduk sebagai place dan tempat berkumpul masyarakat
menjadi hal yang penting untuk dikaji. Rekomendasi yang sebaiknya dilakukan untuk
kedepannya adalah dapat dilakukan penataan dan perancangan ulang terhadap kawasan
waduk bade

Kata kunci: Waduk Bade, Sumber Air, Place.

PENDAHULUAN

Ruang publik merupakan salah satu bagian penting dari suatu Kawasan seperti dalam
lingkup perkotaan, ruang publik memiliki peran sebagai pusat aktivitas, interkasi dan
komunikasi bagi masyarakat baik secara formal maupun informal, individu maupun
kelompok (Rachma Sari et al., 2015). Ruang publik merupakan ruang yang bisa diakses
oleh siapa saja. Seperti semua usia: tua maupun muda, semua golongan: kaya maupun
orang biasa, semua gender: perempuan maupun laki-laki dan sebagainya. Aktivitas
yang terjadi pun beragam berdasarkan perilaku penggunanya.

Begitu pula pada Kawasan Waduk Bade yang berada di Wates Timur, Bade, Klego,
Boyolali. lokasinya berada di sebelah utara Kab Boyolali yang berjarak kuran lebih 50
KM dari pusat kota Boyolali. Secara historis Waduk Bade diresmikan oleh Presiden
Indonesia kedua yaitu H.M. Soeharto pada tanggal 18 Mei 1991, dengan fungsi sebagai
penampung debit air untuk keperluan irigasi pada saat musim kemara (Solo Raya,
2016). Namun, sejak para pemancing dan pedagang kaki lima berdatangan dan
beraktivitas di Kawasan waduk Bade, menjadikan waduk Bade tidak hanya berfungsi
sebagai sumber air masyarakat, tetapi juga sebagai place dan kawasan ekonomi bagi
masyarakat Desa Bade, Klego. Pengunjung melakukan berbagai macam aktivitas,
mulai dari olahraga, berjualan, bersantai, bermain, memancing dan aktivitas lainnya.

Berkembangnya waduk Bade menjadi tempat wisata, termasuk wisata kuliner


menjadikan waduk tersebut semakin ramai dikunjungi sehingga kawasan tersebut
memiliki makna penting bagi masyarakat sekitarnya. Namun, di sisi lain dengan
tingginya kunjungan dan banyaknya aktivitas di waduk tersebut menimbulkan
beberapa permasalahan seperti ruang akses dan lalu intas kendaraan dan pejalan kaki
yang terganggu karena adanya pedagang kaki lima, pengunjung yang berfoto, dan
parkir kendaraan di bahu jalan bahkan hingga sekarang pemerintah Boyolali
membuatkan jalan baru sebagai alternatif untuk lalu lintas Kawasan tersebut,
sedangkan jalan lama ditutup dan dialihfungsikan menjadi tempat untuk olahraga dan
berkumpul masyarakat yang mengunjungi waduk Bade.

Penelitian terhadap waduk sudah banyak dilakukan dengan mengkaji terkait


pengembangan objek wisata waduk(Prathama et al., 2020) dan dampak adanya waduk
sebagai objek wisata terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat
sekitarnya(Rahmayanti & Pinasti, 2018), namun tidak spesifik membahas waduk Bade
sebagai objek studi kasusnya. Sedangkan dalam pengembangan eko wisata waduk
bade(Setyawati, 2018), belum membahas placemaking dalam kajiannya.

Penelitian ini mengkaji terkait Placemaking di Kawasan Waduk Bade yang


muncul dari aktivitas para pemancing dan pedagang kaki lima dengan setting lansekap
air sehingga menarik banyak pengunjung lain untuk beraktivitas di Kawasan tersebut
dan membetuk suatu place. Dari latar belakang tersebut dirumuskan pertanyaan
penelitian bagaimana Waduk Bade Boyolali berperan sebagai place? Bagaimana pola
aktivitas yang terjadi di Waduk Bade?. Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini
adalah untuk mengetahui karakteristik kegiatan pengguna, siapa saja pengguna yang
melakukan aktivitas, alasan pengguna melakukan aktivitas, mengetahui dimana titik-
titik kegiatan pengguna, mengungkap pola waktu aktivitas pengguna dan mengetahui
proses placemaking yang terjadi di waduk Bade klego Boyolali.

KAJIAN PUSTAKA

Placemaking
Placemaking adalah salah satu metode dalam proses peningkatan kualitas suatu ruang
atau lingkungan. Penghuni, komunitas maupun Kawasan disekitar penerapan
placemaking akan ikut berkembang. Ruang dalam suatu wilayah atau kota yang
sebelumnya tidak bersifat produktif dan digunakan untuk berkegiatan dirubah dan
dikembangkan menjadi tempat yang didalamnya terdapat aktivitas penghuni maupun
komunitas tertentu, sehingga ruang menjadi memiliki makna dan nilai bangi
penggunanya serta meningkatkan kualitas lingkungan tersebut. Placemaking juga
sering ditandai dengan tempat yang digunakan secara bersama dan bersifat publik atau
sering juga disebut shared place, dengan proses terbentuknya yang berasal dari
komunitas atau bentuk kolektif kolaboratif, juga dalam penggunannya membuat ruang
memiliki nilai kebersamaan (shared value) yang baik, serta memberikan kebebasan
bagi pengguna untuk memunculkan pola penggunaan ruang yang kreatif, menambah
identitas fisik, budaya dan social dari lingkungan tersebut begitu juga dengan
keberlanjutannya.(Savitri, 2021).

Dalam placemaking, Dovey (1985) mengungkapkan bahwa place menunjukkan


hubungan antara manusia dengan sebuah makna. Place tidak hanya memiliki
pandangan secara fisik saja namun juga ditekankan pada pengalaman ruang yang
dirasakan oleh penggunanya.(Victorya et al., 2016).

Gambar 1 Variabel pembentuk place


Sumber: www.pps.org

Menurut (Project for Public Space (PPS), 2022) dalam mencapai keberhasilan
terbentuknya suatu tempat perlu adanya empat aspek penting yaitu:
1. Access & linkage yang berkaitan dengan kemudahan aksesibilitas dan
hubungan suatu tempat dengan lingkungannya baik secara fisik maupun visual.
2. Comfort & image, yaitu aspek kenyamanan dan adanya citra yang baik dari
suatu tempat untuk dapat beraktivitas didalamnya, baik dari segi kebersihan,
keamanan dan ketersediaan fasilitas dalam tempat tersebut.
3. Users & activities berkaitan dengan pengguna dan kegitan yang dilakukan
dalam suatu tempat yang dapat didukung oleh tempat tersebut sehingga
aktivitas dapat dialkukan secara berulang.
4. Sociability berkaitan dengan tempat yang dapat mendorong penggunanya untuk
saling berinteraksi dan beraktivitas dalam bentuk social.

Elemen ruang publik


Menurut (Rapoport, 1977) manusia berperilaku secara berbeda di tempat yang berbeda
juga dipengaruhi oleh kondisi ruang atau lingkungan disekitarnya, dan membuat
mereka menyesuaikan dengan kondisi ruang tersebut. Menurut (Rapoport, 1977)
elemen ruang yang perlu diperhatikan dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
1. Elemen fixed, yaitu elemen ruang yang bersifat tetap seperti dinding, pintu, dll.
2. Elemen semi-fixed, yaitu elemen semi tetap yang dapat berpindah atau berubah
pada waktu tertentu seperti perabot, funitur, dll.
3. Elemen non-fixed, yaitu elemen yang selalu berubah dan berkaitan dengan
dengan pelaku atau pengguna ruang seperti orang dengan pakaiannya, gestur
tubuh, ekspresi wajah, jarak antar individu, dll.

Placemaking di Ruang Publik


Berdasarkan (Peterson, 1992) dalam (Faiqotul Muna & Nursanty, 2021) menyebutkan
bahwa Placemaking adalah konsep yang memberikan masukan berupa pendekatan
secara langsung guna meningkatkan kualitas lingkungan, kota atau wilayah dimana
ruang publik kembali menjadi pusat atau jantung kehidupan sebuah kota.

Menurut (Gehl, 1989) dalam (Suharthadana & Rachma Marcillia, 2021), Aktikfitas ruang
publik dibagi menjadi tiga jenis aktifitas yaitu;
1. Necessary activities merupakan aktifitas dilakukan sehari-hari dalam setiap
kondisi tanpa mempedulikan lingkungan fisik sekitarnya. Masyarakat wajib
melakukan kegiatan tersebut;
2. Optional activities merupakan aktivitas ini biasanya berhubungan dengan
berjalan-jalan untuk menghirup udara segar, berdiri menikmati hidup, rekreasi
atau duduk dan berjemur. Selain itu, berbagai kegiatan opsional juga akan
terjadi karena tempat dan situasi sekarang mengundang orang untuk berhenti,
duduk, makan, bermain, dan sebagainya;
3. Social activities adalah segala kegiatan yang bergantung pada keberadaan orang
lain di ruang publik. Kegiatan sosial mencakup anak-anak bermain, menyapa
dan bercakap-cakap, berbagai jenis kegiatan komunal, dan terakhir - sebagai
kegiatan sosial yang paling luas - kontak pasif, yaitu hanya melihat dan
mendengar orang lain.
METODE
Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan
dengan mengamati secara langsung fisik kawasan waduk Bade yang belokasi di Wates
Timur, Bade, Klego, Boyolali. Proses observasi dilakukan pada titik-titik fokus
kegiatan pada jam yang berbeda-beda untuk melihat dinamika konsentrasi aktivitas
yang terjadi di kawasan waduk Bade. Data diperkuat dengan foto, catatan visual,
pemetaan, wawancara, kuisioner dan studi literatur. Hasil dari observasi diproyeksikan
ke dalam peta berdasarkan aktifitas pengguna sebagai data pendukung untuk
menganalisis implementasi nyata dari variabel penelitian yang sudah dikumpulkan
sebagai alasan dibalik terciptanya placemaking di kawasan waduk Bade.

Gambar 2. Peta Boyolali dan Lokasi penelitian. Lokasi Penelitian


Sumber: (pusdataru.jatengprov.go.id, 2011)

Gambar 3. Lokasi dan Batasan


Area Penelitian.
Sumber: Penulis, 2022
HASIL DAN PEMBAHASAN
Elemen Ruang Publik di Waduk Bade
Elemen Fixed
Elemen tetap di waduk Bade didominasi oleh waduk itu sendiri beserta pagar
pembatasnya. Selain itu terdapat area wisata waduk Bade, jalan penyeberangan
(Barat), jalan bawah (timur).

Gambar 4. Elemen Fixed di Kawasan Waduk Bade.


Sumber: Penulis, 2022

Elemen Semi-fixed
Elemen semi fixed di Kawasan tersebut tediri dari Pedagang kaki lima (PKL) dan
parkir kendaraan. PKL yang datang hampir setiap harinya dapat berpindah-pindah
tempat dan begitu pula parkir di Waduk bade yang bersifat semi tetap karena area parkir
yang digunakan adalah bahu jalan yang fungsi aslinya tidak sebagai ruang parkir.

Gambar 5. Elemen Semi-fixed di Kawasan Waduk Bade.


Sumber: Penulis, 2022

Elemen Non-fixed
Elemen tidak tetap adalah pengunjung yang berktivitas di dalam Kawasan tersebut.
Pengunjung Sangatlah beragam mulai dari laki-laki dan perempuan,tua maupun muda
dan berasal dari daerah yang beragam.
Gambar 5. Diagram Profil Pengunjung Waduk Bade.
Sumber: Penulis, 2022

Aktivitas di Waduk Bade


Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan Kuisioner didapatkan beberapa aktivitas
yang sering dilakukan pengunjung di waduk Bade, yaitu:

Gambar 6.
Diagram
Aktivitas
Pengunjung
Waduk Bade.
Sumber: Penulis,
2022
Necessary Activities
Kegiatan utama yang ada di waduk Bade yaitu adalah Kuliner atau PKL yang berjualan
di wilayah tersebut, hampur setiap harinya selalu ada PKL yang berjuan mulai dari jam
06.00-18.00 WIB. Berjualannya PKl juga menjadi salah satu faktor penarik
pengunjung untuk mengunjungi waduk Bade, dan juga terciptanya waduk tersebut
sebagai place. Kegiatan tersebut sering dilakukan di titik 3 atau area Pintu jalan
penyeberangan.

Gambar 7. Titik pengambilan data dan dokumnetasi aktivitas PKL berjualan.


Sumber: Penulis, 2022

Optional Activities
Untuk Kegiatan lain yang sering dilakukan di waduk Bade adalah Berfoto-menikmati
View (71,4%), Berolahraga (38,1%), Kuliner (23,8%), nongkrong atau duduk-duduk
(19%) dan memancing(4.8%). Untuk kegiatan Berfoto-menikmati view dan nongkrong
atau duduk-duduk sering dilakukan di titik 1,3 dan 5 yaitu di area taman-wisata Waduk
Bade, Pintu masuk jalan penyeberangan, dan di jalan penyeberangannya. Sedangkan
untuk kegiatan Berolahraga sering dilakukan di jalan penyeberangan (titik 5), kuliner
di pintu jalan Penyeberangan (titik 3), sedangkan untuk kegiatan memancing dilakukan
di tepi waduk(titik 4).

Gambar 8. Titik pengambilan data dan dokumentasi aktivitas opsional.


Sumber: Penulis, 2022
Sosial Activities
Untuk kegiatan Sosial yang dilakukan di waduk bade adalah adanya aktivitas
berkumpul atau duduk-duduk bersantai oleh para pengunjung dan juga kegiatan
pertemuan atau forum perkumpulan pendidik daerah setempat yang terkadang
dilakukan di waduk Bade pada area area taman-wisata Waduk Bade (titik 1) dan di
jalan penyeberangannya(titik 5).

Gambar 9. Titik pengambilan data dan dokumnetasi aktivitas Sosial.


Sumber: Penulis, 2022

Diluar tiga kategori diatas terdapat juga aktivitas lalulintas kendaraan di jalan bawah
(titik 6) dan memarkir kendaraan di area parkir atau bahu jalan (titik 2).

Gambar 10. Dokumentasi aktivitas parkir dan lalu lintas kendaraan.


Sumber: Penulis, 2022

Dan kecenderungan penggunaan tempat di Kawasan waduk Bade adalah sebagai


berikut:

Gambar 11. Diagram


prepferensi penggunaan
tempat di waduk Bade
Sumber: Penulis, 2022
Waduk Bade sebagai Place
Berdasarkan teori Placemaking beberapa factor yang berperan penting dalam
membentuk waduk Bade menjadi place diantaranya yaitu:
Access & linkage
Mudahnya akses menuju waduk Bade menjadi faktor penting yang membuat
pengunjung berdatangan ke Kawasan tersebut. Berdekatan dengan lapangan daerah,
pasar, Kantor kecamatan Klego dan fasilitas publik lainnya, begitu pula dengan lokasi
yang dapat diakses oleh empat jalan dari arah yang berbeda membuat waduk tersebut
sering dikunjungi masyarakat sekitarnya.

Gambar 12. Aksesibilitas dan lokasi waduk dengan fasilitas publik sekitarnya.
Sumber: google earth, 2022

Comfort & image


Berdasarkan hasil kuisioner dan wawancara menunjukkan mayoritas kegiatan yang
dilakukan adalah menikmati view dan juga alasan mengunjungi waduk Bade adalah
kenyamanan visual berupa view alam dan unsur air yang terhampar luas dan citra
bahwa waduk Bade adalah kawasan terbuka yang luas, bersih dan sejuk menjadikan
waduk tersebut ramai dikunjungi,

Gambar 13. View waduk Bade.


Sumber: Penulis, 2022
Users & activities
Penjunjung juga tertarik datang ke waduk Bade karena beragam aktivitas yang dapat
dilakukan di kawasan tersebut, dan juga ditunjang dengan fasilitas yang ada, seperti
kegiatan kuliner yang ada karena para PKL yang berjualan disekitar waduk,
berolahraga dengan Jogging track yang menggunakan jalan penyeberangan waduk
yang sekarang telah ditutup untuk kendaraan dan dikhususkan untuk pejalan kaki
karena ramainya kegiatan yang dilakukan di area tersebut.

Gambar 13. Jalan penyeberangan yang ditutup khusus untuk pejalan kaki dan PKL.
Sumber: Penulis, 2022

Sociability
Berdasarkan hasil wawancara dan kuisioner, luasnya kawasan waduk Bade dan dibuka
setiap hari untuk umum membuat waduk tersebut juga menjadi tempat untuk
berkumpul, baik bersifat non formal seperti bertemu teman, hingga kegiatan yang
bersifat formal seperti acara pertemuan pendidik kecamatan.

KESIMPULAN
Dari data dan pembahasan bisa ditarik kesimpulan diantaranya yaitu:
1. Elemen yang ada di kawasan waduk Bade cukup lengkap baik, dari elemen
tetap, semi tetap dan non-tetap.
2. Necessary activities yang ada di kawasan waduk bade adalah kegian PKL
berjualan, Optional activities terdiri dari memancing, duduk-duduk, kuliner
berolahraga, kuliner, dan kegiatan dominan adalah berfoto-menikmati view.
Sedangkan untuk social activities adalah perkumpulan pendidik kecamatan.
Serta kegiatan diluar tiga kategori tersebut adalah, parkir dan lalu lintas
kendaraan.
Area yang sering digunakan adalah area jalan penyeberangan.
3. Access & linkage: Mudahnya akses menuju waduk Bade menjadi faktor
penting yang membuat pengunjung berdatangan ke Kawasan tersebut.
Comfort & image: View menjadi unsur penting dalam variabel ini.
Users & activities: kegiatan PKL dan jalan Penyeberangan yang dikhususkan
untuk penjalan kaki menjadi factor penarik bagi pengunjung.
Sociability: luasnya kawasan waduk Bade dan dibuka setiap hari untuk umum
membuat waduk tersebut juga menjadi tempat untuk berkumpul, baik bersifat
non formal.
Rekomendasi yang sebaiknya dilakukan untuk kedepannya adalah dapat dilakukan
penataan dan perancangan ulang terhadap kawasan waduk bade berdasarkan titik-titik
keramaian dan jenis kegiatannya, seperti parkir yang perlu diwadahi, dan begitu pula
kegiatan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Faiqotul Muna, C., & Nursanty, E. (2021). “PLACEMAKING” & KEHIDUPAN DI RUANG TEPIAN
DANAU: STUDI TENTANG “LAND-WATERSCAPE” (PLACEMAKING & LAKESIDE LIVING:
LAND-WATERSCAPE STUDY). Jurnal Arsitektur ALUR, 4.

Prathama, A., Nuraini, R. E., & Firdausi, Y. (2020). PEMBANGUNAN PARIWISATA


BERKELANJUTAN DALAM PRESPEKTIF LINGKUNGAN (STUDI KASUS WISATA ALAM
WADUK GONDANG DI KABUPATEN LAMONGAN) DEVELOPMENT OF SUSTAINABLE
TOURISM IN ENVIRONMENTAL PERSPECTIVE (CASE STUDY OF GONDANG NATURAL
TOURISM IN LAMONGAN REGENCY). http://www.jsep.org/index.php/jsep/index

Project for Public Space (PPS). (2022). What Makes a Successful Place?
https://www.pps.org/article/grplacefeat

pusdataru.jatengprov.go.id. (2011). Rencana Tata ruang Wilayah Boyolali.


https://pusdataru.jatengprov.go.id/dokumen/RTRW-Prov/12-Kab-Boyolali/

Rachma Sari, S., Hadi Wahyono, dan, & Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, M. (2015).
KINERJA PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PURWOREJO SEBAGAI RUANG PUBLIK. In
Jurnal Teknik PWK (Vol. 4, Issue 1). http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk

Rahmayanti, Y. D., & Pinasti, V. indah S. (2018). DAMPAK KEBERADAAN OBJEK WISATA
WADUK SERMO TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI SREMO,
KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.
Savitri, M. A. (2021, June). Placemaking, do we know where we’re heading to?
https://binus.ac.id/bandung/2021/06/placemaking-do-we-know-where-were-heading-
to/

Setyawati, E. P. (2018). PENGEMBANGAN EKOWISATA WADUK BADE di BOYOLALI.

Solo Raya. (2016, May). Waduk Bade. Areasoloraya.Blogspot.Com.


http://areasoloraya.blogspot.com/2016/05/waduk-bade.html

Suharthadana, M., & Rachma Marcillia, S. (2021). Prosiding Seminar Nasional Desain dan
Arsitektur (SENADA) p-ISSN. In Online) SENADA (Vol. 4). http://senada.idbbali.ac.id

Victorya, P., Utomo, R. P., Yudana, G., Studi, P., Wilayah, P., Kota, D., & Arsitektur, J. (2016).
PLACEMAKING RUANG JALAN KORIDOR KOMERSIAL KOTA SURAKARTA. Arsitektura,
14(2).

Anda mungkin juga menyukai