Anda di halaman 1dari 15

JURNALISTIK

FAKTA DAN OPINI DALAM KEGIATAN JURNALISTIK

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Doni Saputra (22046018)

2. Fitra Aini (22046025)

3. Givan Valentino (22046030)

4. Lisna Nopriani (22046035)

Dosen pengampu:

Haldi Patra S. Pd, M. Hum

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Nikmat serta Hidayah
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini sesuai dengan waktu yang direncanakan sebagai tugas kelompok Jurnalistik. Shalawat
serta salam juga disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan bagi umat
manusia. Kami mengambil judul Fakta Dan Opini Dalam Kegiatan Jurnalistik, yang mana
akan membahas pengertian fakta dan opini dan bagaimana kedudukannya di dalam berita.

Penulisan makalah ini, tidak terlepas dari bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak
terutama Dosen Pengampu mata kuliah Jurnalistik yaitu Bapak Haldi Patra S. Pd, M. Hum.

Dalam bentuk fikiran, materi ataupun motivasi sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Dalam penulisan makalah ini, kami mengakui bahwa masih
terdapat banyak kekurangan yang perlu disempurnakan. Atas dasar itu kami mengharapkan
saran serta kritikan yang membangun untuk penyempurnan makalah ini. Selanjutnya kami
berharap makalah ini memberikan nilai dan manfaat untuk peningkatan pengetahuan kita
semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Padang, 25 Februari 2024

Penulis

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah............................................................................................................................. 2
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 3
2.1 Definisi Fakta ................................................................................................................................. 3
2.2 Definisi Opini ................................................................................................................................. 4
2.3 Fakta Dan Opini dalam berita ....................................................................................................... 7
2.4 Keakuratan Fakta Dalam Berita .................................................................................................... 8
2.5 Berita Sebagai Ujung Tombak Jurnalistik ...................................................................................... 9
BAB III .................................................................................................................................................... 11
PENUTUP ............................................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 11
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era informasi digital yang berkembang pesat, kebutuhan akan pemahaman
yang jelas antara fakta dan opini dalam kegiatan jurnalistik semakin mendesak. Fakta,
sebagai dasar informasi yang objektif, dan opini, sebagai ekspresi subjektif dari penulis,
merupakan dua unsur yang secara fundamental memengaruhi integritas dan kepercayaan
publik terhadap berita.

Definisi fakta adalah peristiwa atau keadaan yang dapat diverifikasi secara empiris
dan memiliki kebenaran yang tidak dapat disangsikan. Kehadiran fakta dalam berita
memberikan landasan yang kokoh bagi pembaca untuk membentuk pemahaman yang akurat
tentang suatu peristiwa atau isu. Di sisi lain, opini adalah pendapat atau sudut pandang
subjektif dari penulis atau narator, yang dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai, keyakinan, atau
pengalaman personal. Opini dalam konteks jurnalistik dapat memberikan dimensi analisis
atau evaluasi terhadap fakta yang disajikan.

Dalam penyajian berita, penting untuk memisahkan antara fakta yang disajikan secara
obyektif dan opini yang dikemukakan oleh penulis atau narator. Keterpisahan yang jelas
antara kedua elemen ini memberikan kerangka kerja yang jelas bagi pembaca untuk
menginterpretasikan informasi dengan benar. Integritas sebuah berita sangat bergantung pada
keakuratan fakta yang disampaikan. Ketergantungan masyarakat terhadap berita sebagai
sumber informasi membuat kebutuhan akan pengecekan fakta yang cermat dan kredibel
semakin penting.

Berita memiliki peran sentral dalam menjalankan fungsi jurnalistik yang bertujuan
untuk menyediakan informasi yang akurat, relevan, dan berimbang kepada masyarakat. Oleh
karena itu, pemahaman yang tepat mengenai perbedaan antara fakta dan opini dalam konteks
berita menjadi kunci dalam menjaga kualitas dan integritas jurnalisme.

Dengan memahami secara mendalam konsep fakta dan opini dalam kegiatan
jurnalistik, diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih baik bagi

1
pembaca tentang bagaimana mengonsumsi informasi dengan bijak dalam era digital yang
penuh dengan informasi yang bermuara pada kedua elemen tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Fakta


2. Apa Definisi Opini
3. Bagaimana Fakta dan Opini Dalam Berita
4. Bagaimana Keakuratan Fakta Dalam Berita
5. Mengapa Berita sebagai ujung tombak jurnalistik

1.3 Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui definisi fakta


2. Untuk mengetahui definisi opini
3. Agar mengerti bagaimana fakta dan opini dalam berita
4. Memahami keakuratan fakta dalam berita
5. Memahami bahwasannya berita sebagai ujung tombak jurnalistik

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Fakta

Fakta (bahasa Latin: factus) adalah segala hal yang bisa ditangkap oleh indra manusia
berupa data dari keadaan nyata yang telah terbukti kebenarannya. Catatan pengumpulan
berbagai fakta disebut data. Fakta sering diyakini oleh khalayak sebagai sebuah kebenaran,
baik karena telah mengalami kenyataannya dari dekat maupun dianggap telah melaporkan
suatu pengalaman orang lain yang telah terjadi. Fakta yang didefinisikan harus teruji secara
ketat, dapat diukur, bisa diamati, dan paling utama adalah dapat dibuktikan. Hal ini dapat
menjadi acuan pada sesuatu pernyataan benar dan digunakan untuk kepentingan studi dan
penelitian. Fakta dapat berbentuk peristiwa atau informasi berdasarkan kenyataan yang dapat
diuji melalui verifiability serta didukung bukti, statistik, dan dokumentasi. Oleh karena itu,
fakta bisa diverifikasi dan disepakati oleh sebuah kumpulan orang.

Pengertian fakta dalam kalimat adalah menjadi sebuah sifat yang menunjukan bentuk
kalimat berdasarkan situasi riil atau peristiwa, masalah, dan konteks wacana yang benarbenar
terjadi. Kebenaran dalam fakta menciptakan ciri- ciri atau karakteristik pada kalimat tersebut
agar dapat menampilkan kebenaran itu sendiri secara kebahasaan. Hal dikatakan sebuah fakta
jika ditampilkan karena sudah teruji dan terbukti. Kalimat fakta kemudian dapat diartikan
sebagai susunan bahasa yang menampilkan fenomena riil atau benar-benar terjadi tanpa
adanya campuran pendapat, opini, atau perspektif penulis tentang kejadian atau fenomena
yang sedang dibicarakan dalam konteks kalimat tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kalimat fakta bisa diidentifikasi jika tidak ada kalimat opini dalam konteks kalimat tersebut.

Kalimat Fakta dalam konteks komunikasi tulis akan banyak kita temukan pada teks-
teks berita yang sifatnya informatif. Seperti pada media cetak seperti Koran, majalah, buletin,
brosur, dan sebagainya, dan media daring atau online seperti berita online di website atau
video dan ilustrasi gambar. Dalam praktiknya, berita memang bersifat objektif dan fakta
sehingga harus berisi kalimatkalimat yang benar-benar terjadi yang bertujuan untuk
memberikan informasi kepada banyak orang. Itulah sebabnya kita hanya boleh mempercayai
kebenaran atau fakta saja dalam berita agar tidak termakan informasi palsu.

3
a) Ada Data Akurat

Ciri- ciri yang pertama dimiliki kalimat fakta adalah menampilkan data yang jelas
tentang peristiwa yang terjadi dalam konteks atau maksud dalam kalimat tersebut. Ada
banyak bentuk data yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan kalimat tersebut. Contohnya
berupa bilangan statistic, tanggal dan waktu kejadian, pernyataan atau pengakuan, dan hal-
hal lain yang sudah terverifikasi kebenarannya. Berikut ini contoh kalimat yang menampilkan
data akurat: Jumlah penduduk Negara Indonesia berdasarkan sensus pemerintah tahun 2021
mencapai lebih dari 3120 juta jiwa.

b) Bersifat Objektif

Fakta bisa teridentifikasi dalam kalimat jika bersifat objektif yang menyatakan
pernyataan netral atau tidak memihak siapapun yang sedang dibicarakan. Kalimat fakta
memberikan konteks umum yang sudah diakui kebenarannya oleh banyak pihak.
Keobjektifan dalam kalimat fakta dapat ditentukan dari pertimbangan datadata pada konteks
kejadian agar berbicara sesuai kejadian yang benar- benar terjadi tanpa memberikan penilaian
yang memihak. Berikut ini contoh kalimat yang objektif: Berdasarkan catatan Komnas
Perempuan, angka kekerasan pada perempuan pada tahun 2021 meningkat sampai 20 persen
lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2020.

c) Telah Benar- benar Terjadi

Hal yang paling mudah diidentifikasi kalimat fakta adalah melihat konteks kalimat
yang menunjukan situasi yang benar- benar terjadi. Konteks kalimat tersebut benar-benar
terjadi yang ditampilkan dengan kelogisan atau logika berpikir bahwa kejadian tersebut
memang benar- benar telah terjadi dan ada banyak pasang mata yang melihatnya atau
mendengar kejadian tersebut. Jadi untuk menentukan kalimat fakta ada banyak elemen yang
perlu perhatikan, salah satunya adalah narasumber fakta tersebut bisa muncul.

2.2 Definisi Opini

Kata opini sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu opinari yang memiliki arti 'berpikir'
atau 'menduga'. Kata opini mengandung akar kata onis yang berarti harapan. Dalam bahasa
inggris, kata 'opinion' berhubungan erat dengan kata option dan hope, yang artinya pilihan
atau harapan. Opini diartikan sebagai tanggapan terhadap rangsangan yang disusun melalui

4
interpretasi personal. Opini merupakan pernyataan yang masih belum meyakinkan dan sering
digunakan dalam hal subjektif.

Secara umum, opini adalah pendapat, ide atau pikiran tertentu terhadap ideologi dan
perspektif yang sifatnya tidak objektif. Dengan kata lain opini adalah suatu hal yang belum
meyakinkan, karena opini muncul berdasarkan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh
seseorang. Opini juga sering digambarkan sebagai bentuk ekspresi dari seseorang terhadap
sesuatu. Dalam penggunaan biasa, istilah opini mungkin merupakan hasil dari perspektif,
pemahaman, perasaan, keyakinan, dan keinginan seseorang.

Sudut pandang yang digunakan untuk menyampaikan opini akan menghasilkan atau
menentukan opini apa yang akan disampaikan, bisa berupa pendapat yang menyatakan setuju
dan bisa juga pendapat yang menyatakan ketidaksetujuan terhadap suatu hal. Opini yang
berbeda ini merupakan hal yang wajar karena tak selamanya pendapat akan suatu hal selalu
sama dengan pendapat orang lain. Oleh karena itu, kita harus saling menghargai pendapat
orang lain agar tidak terjadi pertengkaran atau permusuhan yang diakibatkan perbedaan opini.

Selain itu, opini atau pendapat yang disampaikan oleh seseorang bisa berubah-ubah
mengikuti kondisi dan perasaan yang sedang dialami. Itulah sebabnya terkadang kita melihat
seseorang bisa opininya bisa berubah bukan hanya dalam hitungan hari saja, tetapi ada yang
dalam hitungan jam opini seseorang bisa berubah. Bagi sebagian orang berpendapat bahwa
opini yang baik, sebaiknya memberikan fakta-fakta yang ada di lapangan atau bisa juga diberi
data-data yang dapat menunjang opini yang akan disampaikan, baik itu secara lisan atau
tulisan.

Sebuah opini yang didukung dengan fakta-fakta atau data-data akan mendukung atau
menguatkan opini itu sendiri, sehingga seseorang bisa lebih yakin untuk menerima atau
mendengarkan opini yang kamu sampaikan. Apabila sebuah opini yang disampaikan tidak
didukung dengan fakta-fakta dan data-data, maka opini tersebut bisa saja dianggap lemah dan
orang lain tak begitu mempercayainya. Selain itu, opini yang lemah bisa saja membuat orang
lain lebih ingin untuk mendengarkan atau membaca opini orang lain. Dalam praktiknya, opini
biasanya juga mencantumkan fakta- fakta dan data- data untuk menguatkan argumen atau
opini seseorang. Dalam menyampaikan opini tertentu biasanya membutuhkan fakta- fakta
tertentu agar opini tersebut semakin kuat dan dapat meyakinkan seseorang.

Ciri-ciri opini

Supaya lebih mudah untuk memahami dan menyampaikan opini secara lisan atau
tulisan, maka perlu memahami ciri-ciri opini. adapun ciri-ciri opini sebagai berikut:

a) Subjektif

Opini yang kita dengar atau kita baca mempunyai sifat yang subjektif karena hanya
berpihak pada satu pihak saja. Dengan kata lain, opini hanya menguntungkan satu pihak saja,
sehingga informasi yang diberikan menjadi berat sebelah. Apabila informasi yang diberikan

5
tidak seimbang, maka bisa dikatakan bahwa opini itu tidak bersifat netral. Namun, bagi
sebagian pembuat opini ada yang seimbang atau bersifat netral.

Dikarenakan opini memiliki sifat subjektif, maka kita sebagai pembaca atau
pendengar akan menemukan berbagai macam opini dalam suatu hal atau suatu peristiwa yang
sama. Hal ini kemungkinan terjadi karena setiap pembuat opini memiliki latar belakang yang
berbeda dalam menanggapi suatu peristiwa yang akan terjadi, sedang terjadi, dan sudah
terjadi. Oleh sebab itu, kita perlu melihat latar belakang pembuat opini agar mendapatkan
informasi bersifat netral.

b) Cenderung Mengarah ke Pendapat Pribadi

Pendapat seseorang ini biasanya dilatarbelakangi oleh pengalaman-pengalaman yang


pernah dialami dan dilatarbelakangi dengan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, kita
bisa melihat dan mengetahui siapa yang menyampaikan opini, apakah seorang ahli
dibidangnya, akademisi, dan lain-lain. Selain berdasarkan pengalaman-pengalaman, dalam
membuat opini juga dilatarbelakangi oleh sudut pandang pembuat opini dalam menanggapi
suatu fenomena atau peristiwa.

Dengan membaca atau mendengar opini secara tidak langsung kita akan menemukan
sudut pandang baru dalam melihat suatu peristiwa yang sedang terjadi. Semakin banyak
sudut pandang yang kita terima dalam melihat suatu peristiwa, maka kita siap untuk
menerima perbedaan pendapat yang sedang terjadi. Semakin banyak membaca opini dari
orang-orang yang berbeda, maka sudut pandang kita dalam membuat opini semakin luas.

c) Hanya Menjelaskan Hal Tertentu

Jika, berbicara tentang opini biasanya informasi didalamnya hanya menjelaskan hak-
hal tertentu saja. Hal-hal yang dimaksud bisa berupa suatu fenomena atau objek. Pada
umumnya, dibuatnya suatu opini disebabkan karena adanya trend yang sedang terjadi.
Sederhananya, dalam suatu objek atau fenomena akan ada banyak orang yang menjelaskan
atau memberikan pendapat (dalam bentuk opini) atas objek atau fenomena tersebut.

Dalam suatu fenomena atau objek yang sedang trend, kita akan menemukan berbagai
macam opini yang sudah dibuat oleh orang lain. Banyaknya opini yang bermunculan
membuat kita bisa memilih untuk membaca atau mendengarkan opini yang menurut kita
opini tersebut menarik untuk didengarkan atau dibaca.

d) Kebenarannya yang Belum Pasti

Opini yang bersifat subjektif dan cenderung berdasarkan pendapat pribadi, maka
informasi yang ada di dalam opini yang telah disampaikan lewat lisan atau tulisan tersebut
kebenarannya belum pasti. Dikarenakan kebenaran informasi dari opini belum pasti, maka
kita harus tidak mudah percaya terhadap suatu opini. Namun, jika kita sudah mengecek
kebenaran dari sebuah opini, maka kita baru bisa mengetahui apakah kebenaran informasinya
sudah pasti atau belum.

6
.

2.3 Fakta Dan Opini dalam berita

Fakta (serapan dari bahasa Latin: factus) adalah segala hal yang bisa ditangkap oleh
indra manusia berupa data dari keadaan nyata yang telah terbukti kebenarannya. Catatan
pengumpulan berbagai fakta disebut data , Fakta sering diyakini oleh khalayak sebagai
sebuah kebenaran, baik karena telah mengalami kenyataannya dari dekat maupun dianggap
telah melaporkan suatu pengalaman orang lain yang telah terjadi.Fakta yang didefinisikan
harus teruji secara ketat, dapat diukur, bisa diamati, dan paling utama adalah dapat
dibuktikan. Hal ini dapat menjadi acuan pada sesuatu pernyataan benar dan digunakan untuk
kepentingan studi dan penelitian. Fakta dapat berbentuk peristiwa atau informasi berdasarkan
kenyataan yang dapat diuji melalui verifiability serta didukung bukti, statistik, dan
dokumentasi. Oleh karena itu, fakta bisa diverifikasi dan disepakati oleh sebuah kumpulan
orang.

Pendapat atau opini (bahasa Inggris: opinion) adalah sebuah gagasan atau pikiran
untuk menerangkan preferensi atau kecenderungan tertentu terhadap ideologi dan perspektif
yang memiliki sifat tidak objektif. Pendapat merupakan tanggapan terhadap rangsangan yang
disusun melalui interpretasi personal. Maka dari itu, pandangan atau penilaian dalam
pendapat tidak didukung oleh fakta atau pengetahuan positif. Pendapat berbentuk pernyataan
tidak meyakinkan dan sering digunakan dalam berbagai hal subjektif yang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya. Hal itu terjadi karena pendapat dipengaruhi oleh pemikiran,
perspektif, perasaan, sikap, pengalaman, keinginan, keyakinan, nilai, dan pemahaman
seseorang tanpa bukti konkret.

Berita adalah sumber informasi yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun,
dalam mengevaluasi berita, penting untuk memahami perbedaan antara fakta dan opini. Fakta
adalah informasi yang dapat diverifikasi secara objektif, sementara opini adalah pendapat
atau penilaian subjektif tentang suatu topik. Dalam konteks berita, perbedaan antara fakta dan
opini dapat mempengaruhi cara kita memahami suatu peristiwa atau isu.

 Fakta dalam Berita

Fakta adalah informasi yang dapat diverifikasi secara langsung melalui pengamatan
atau penelitian. Fakta dalam berita membentuk dasar untuk memberikan informasi yang
akurat dan dapat dipercaya kepada pembaca. Contoh fakta dalam berita adalah tanggal,
tempat, dan kejadian yang dapat diperiksa kebenarannya.

 Opini dalam Berita

Opini adalah pendapat subjektif seseorang tentang suatu isu atau peristiwa. Opini
dalam berita seringkali ditemukan dalam kolom opini, editorial, atau komentar. Pembedaan
antara opini dan fakta penting untuk membantu pembaca memahami bahwa opini adalah
interpretasi subjektif, bukan informasi yang dapat dianggap mutlak benar.

7
 Tantangan dalam Memilah Fakta dan Opini

Terkadang, garis antara fakta dan opini dapat kabur, terutama dalam liputan berita
yang berisi analisis atau interpretasi. Penting untuk membaca berita dari sumber yang
beragam dan melakukan penelitian tambahan untuk memastikan bahwa informasi yang
diterima adalah akurat.

2.4 Keakuratan Fakta Dalam Berita

Wartawan harus memiliki kehati-hatian yang sangat tinggi dalam melakukan


pekerjaannya mengingat dampak yang luas yang ditimbulkan oleh berita yang dibuatnya.
Kehati-hatian dimulai dari kecermatannya terhadap ejaan nama, angka, tanggal dan usia serta
disiplin diri untuk senantiasa melakukan periksa ulang atas keterangan dan fakta yang
ditemuinya. Tidak hanya itu akurasi juga berarti benar dalam memberikan kesan umum,
benar dalam sudut pandang pemberitaan yang dicapai oleh penyajian detail, detail fakta dan
oleh tekanan yang diberika pada fakta-faktanya. Formula penulisan berita juga menyebutkan
ABC+ SS yang antara lain menyangkut Accuray adalah penulis berita harus tepat.
Maksudnya bahwa penulisan berita harus sesuai dengan konteks permasalahan. Pemilihan
atau penempatan orang-orang yang akan diwawancarai sebagi sumber berita harus sesuai
dengan alur berita yang akan disajikan. Transkrip wawancara atau pemilihan materi yang
akan diungkap harus tepat sesuai dengan pokok bahasan. Menulis nama orang, jabatan, usia,
angka harus tepat. Jadi semua data yang dihimpun sebagai bahan penulisan berita haruslah
tepat.

Keakuratan dalam berita menurut dua teori diatas menjadi hal yang sangat penting
yang harus diperhatikan oleh wartawan. Seorang wartawan harus cermat dan teliti dalam
menuliskan kembali data data yang ia peroleh di lapangan. Demikian juga saat meliput harus
check and recheck jika mendapatkan data tidak boleh begitu saja percaya tentang apa yang
dikatakan oleh narasumber. Verifikasi menjadi sangat penting dalam menjaga keakuratan
berita.

Fakta dalam berita sangat penting untuk menjaga keakuratan dan kepercayaan
informasi yang disampaikan kepada publik. Fakta dalam berita bersifat objektif, didukung
oleh data akurat, dan dapat dibuktikan kebenarannya. Keakuratan fakta berkaitan dengan
laporan wartawan atau jurnalis tentang orang, tempat, serta keterangan lainnya. Fungsi fakta
dalam berita adalah untuk meningkatkan kredibilitas, mencegah penyebaran berita palsu,
menumbuhkan kesadaran publik, dan mendorong partisipasi masyarakat dalam isu-isu yang
dibahas. Dengan menyajikan fakta yang akurat, media dapat membangkitkan empati,
menginspirasi tindakan solidaritas, dan membentuk opini serta pandangan yang lebih matang.
Keberhasilan media online terlihat dari kecepatan dalam menyajikan berita, namun
pentingnya tetap menjaga keakuratan data agar informasi yang disampaikan dapat
dipercaya[5]. Jurnalis juga perlu melakukan cek dan ricek serta konfirmasi sebelum menulis
berita untuk memastikan keakuratan informasi yang disampaikan.

8
2.5 Berita Sebagai Ujung Tombak Jurnalistik

Jurnalis merupakan profesi sekaligus sebagai ujung tombak sebuah media. Tidak
hanya terlibat dalam proses produksi berita, jurnalis juga menjadi orang pertama yang
mendapat fakta di lapangan. Namun, jurnalis tidak bisa menayangkan beritanya begitu saja.
Jurnalis memiliki jangkauan sesuai tingkatannya dan dibatasi tingkatan yang lebih tinggi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana jurnalis Tempo.Co, sebagai
media yang dikenal memiliki kredibilitas tinggi, di tengah pusaran kepentingan dalam proses
produksi berita. Penelitian ini menggunakan Teori Hierarki Pengaruh untuk dapat melihat
bagaimana jurnalis dalam proses produksi berita di media. Peneliti melakukan studi
fenomenologi yang datanya diperoleh dengan teknik wawancara mendalam dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara hierarki jurnalis Tempo.Co berada di level
terbawah dalam struktur redaksi tetapi jurnalis memegang peran vital dalam proses produksi
berita. Proses produksi berita di Tempo.Co tidak lepas dari berbagai kepentingan kelima level
pengaruh baik internal maupun eksternal. Dalam menyeimbangkan berbagai kepentingan
dalam proses produksi berita, jurnalis kerap kali harus melakukan negosiasi dengan sejumlah
pihak untuk mencapai kesepakatan.

Berita memegang peran penting sebagai ujung tombak jurnalistik karena menjadi
sarana utama bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi terkini tentang berbagai
peristiwa dan isu penting. Melalui berita, jurnalis memberikan gambaran yang objektif
tentang apa yang terjadi di dunia, memungkinkan pembaca untuk membentuk opini mereka
sendiri, dan menjaga akuntabilitas pemerintah serta lembaga-lembaga lainnya. Berita juga
memiliki kekuatan untuk mengubah persepsi, mempengaruhi kebijakan, dan mendorong
perubahan sosial. Dengan demikian, berita menjadi tulang punggung dalam menjaga fungsi
demokrasi dan memberikan transparansi dalam masyarakat.

Kedudukan dan peran wartawan sebagai ujung tombak pers menjadi


sangatmenentukan. Wartawan dituntut mampu menghasilkan produk-produk jurnalistik yang
menjadi katarsisinformasi bagi masyarakat luas. Untuk itu optimalisasi penerapan standar
kompetensi wartawan tak terelakkan.Hal ini sangat urgen untuk memandu para wartawan
Indonesia dalam bekerja secara profesional baik menyangkutkompetensi kesadaran,
kompetensi pengetahuan maupun kompetensi keterampilan. Optimalisasi penerapanstandar
kompetensi wartawan di Indonesia dapat ditempuh melalui:

a) Optimalisasi pelatihan/kursus/workshop/studi banding.


b) Optimalisasi monitoring dan evaluasi (Monev).
c) Optimalisasi pemberian penghargaan.
d) Optimalisasi penerapan sanksi secara obyektif, selektif, bertahap, adil, prosedural dan
edukatif.
e) Optimalisasi kesejahteraan wartawan.
f) Optimalisasi advokasi wartawan.
g) Optimalisasi uji kompetensi wartawan.

9
10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Fakta dan opini merupakan dua elemen kunci dalam kegiatan jurnalistik yang
mempengaruhi cara berita disajikan dan diterima oleh masyarakat. Fakta adalah informasi
yang dapat diverifikasi secara objektif, sementara opini adalah pandangan atau penilaian
subjektif seseorang terhadap suatu peristiwa atau topik. Dalam berita, penting untuk
memisahkan antara fakta dan opini agar pembaca dapat memperoleh informasi yang akurat
dan objektif. Keakuratan fakta dalam berita sangatlah penting karena dapat memengaruhi
persepsi dan keputusan masyarakat.

Berita memiliki peran yang sangat vital dalam dunia jurnalistik, karena merupakan
ujung tombak dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Oleh karena itu, para
jurnalis memiliki tanggung jawab besar untuk menyajikan berita dengan keakuratan fakta
yang tinggi serta meminimalisir pengaruh opini pribadi dalam penyampaian berita. Dalam
menghadapi tantangan informasi yang berkembang pesat, para jurnalis perlu
mempertimbangkan etika dan integritas dalam menyajikan berita, serta terus meningkatkan
kemampuan mereka dalam membedakan antara fakta dan opini. Dengan demikian, berita
dapat menjadi sumber informasi yang dapat dipercaya dan memberikan kontribusi positif
bagi masyarakat.

3.2 Saran

Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera
melakukan perbaikan susunan makalah dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber
dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Husnul. 2022. Fungsi Fakta dalam Berita adalah untuk Menguatkan Kebenaran
Informasi, Ini Penjelasannya. Diakses pada 25 Februari 2024, dari
https://www.liputan6.com/hot/read/5165515/fungsi-fakta-dalam-berita-adalah-untuk-
menguatkan-kebenaran-informasi-ini-penjelasannya

Admin. 2021. Pengertian Opini dan Jenis-Jenisnya. Komunikasi Praktis. Diakses pada 25
Februari 2024 dari https://www.komunikasipraktis.com/2021/08/pengertian-opini-
dan-jenis-jenisnya.html?m=1#google_vignette

Admin. Asumsi, Opini, dan Fakta (Pengertian, Jenis, Macam, daan Perbedaannya). Diakses
padaa 25 Februari 2024, dari
https://www.academia.edu/89452699/ASUMSI_OPINI_DAN_FAKTA_Pengertian_J
enis_Macam_dan_Perbedaannya_

Mc Manus, John. (2019). "Mendeteksi Bias di Media Berita." Pers Universitas Oxford.

Parwati, Nunuk & Aisyah Balqis Nur Zain. 2020. Strategi Redaksi dalam Menjaga
Keakuratan dan Kecepatan Berita Media Online (Studi Kasus di detiknews.com
Jakarta). Jurnal Ilmiah Pemberitaan. 5(1). 44-60. Diases pada 25 Februari 2024, dari
https://ojs.mmtc.ac.id/index.php/pemberitaan/article/download/80/77

Repository Uir. Bab II: Tinjauan Pustaka. Diakses pada 25 Februari 20224, dari
https://repository.uir.ac.id/786/2/bab2.pdf

Stiftung. Hikmat Kusumadiningrat dan Purnama Kusumadiningrat. (2003). Jurnalistik Teori


& Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tuchman, Gaye. Making News: A Study in the Construction of Reality. Simon and Schuster,
1978.

Ward, Stephen J. A. Global Journalism Ethics. McGill-Queen's Press-MQUP, 2017.

12

Anda mungkin juga menyukai