Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi yang tumbuh pesat, transformasi

sistem pembayaranpun juga semakin berkembang. Salah satunya adalah sistem

pembayaran dengan kartu elektronik atau yang sering disebut dengan Electronic

Payment System. Perkembangan sistem pembayaran didorong oleh semakin

besarnya volume transaksi yang dilakukan oleh masyarakat, peningkatan resiko,

kompleksitas transaksi, dan perkembangan teknologi itu sendiri. Sistem

pembayaran tunai ini berkembang dari Commodity money sampai flat money,

sedangkan sistem pembayaran non tunai berkembang dari yang berbasis warkat

(cek, bilyet giro, nota debet dan sebagainya) sampai kepada yang berbasis

elektronik (kartu elektronik maupun electronic money). (Bank Mega 2013).

Perkembangan teknologi internet khususnya mobile internet di Indonesia

telah membuka kesempatan bisnis dalam bentuk layanan mobile payment.

Layanan ini adalah pemanfaatan teknologi smartphone untuk menjadi alat

pembayaran. Mobile payment diperkenalkan pertama kali pada tahun 2007 oleh

Telkomsel dengan T-Cash, di ikuti oleh Indosat dan XL Axiata (dailysocial.id).

1
Tabel 1.1.
Beberapa Produk Mobile Payment dan Tahun Terbit
No Produk Tahun
1 T-CASH 2007
2 DOMPETKU 2008
3 XL TUNAI 2012
4 CIMB REKENING PONSEL 2012
5 BBM MONEY 2013
6 MANDIRI CASH 2014
7 UANGKU 2014
8 SAKUKU 2015
9 GOPAY 2016
10 OVO 2017
11 YAP 2018

Layanan mobile payment saat ini diselenggarakan oleh 32 institusi yang

telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia untuk melaksanakan layanan mobile

payment (BI, 2018).

Tabel 1.2
Daftar Penerbit Uang Digital
No
Nama Penerbit No. Nama Penerbit
.
1 B.P.D. DKI JAKARTA 17 PT. NUSA SATU INTI ARTHA
2 B.P.D. SUMSEL BABEL 18 PT. SKYE SAB INDONESIA
3 BANK CENTRAL ASIA 19 PT. SMARTFREN TELECOM
4 BANK CIMB NIAGA 20 PT.TELEKOMUNIKASI
INDONESIA
5 BANK MANDIRI (PERSERO) 21 PT.TELEKOMUNIKASI
SELULAR
6 BANK MEGA 22 PT. WITAMI TUNAI
7 BANK NATIONALNOBU 23 MANDIRI
PT. XL AXIATA
8 BANK NEGARAINDONESIA 24 PT.BUANA MEDIA
1946 (PERSERO) TEKNOLOGI
9 BANK PERMATA 25 PT.BIMASAKTIMULTI
10 BANK QNB INDONESIA 26 SINERGI
PT.VISIONET
11 BANK RAKYAT INDONESIA 27 INTERNASIONAL
PT. INTI DUNIA SUKSES
12 PT. ARTAJASA 28 PT. VERITRA SENTOSA
PEMBAYARAN ELEKTRONIS INTERNASIONAL
13 PT. DOMPET ANAK BANGSA 29 PT. SOLUSI PASTI
INDONESIA

2
14 PT. ESPAY DEBIT 30 PT. EZEELINK INDONESIA
INDONESIA KOE
15 PT. FINNET INDONESIA 31 PT. BLUEPAY DIGITAL
INTERNASIONAL
16 PT. INDOSAT 32 PT. E2PAY GLOBAL UTAMA
Sumber: Bank Indonesia (2018)

Salah satu penyelenggara mobile payment yang telah beroperasi adalah

YAP! (Your All Payment) milik PT. Bank BNI yang diperuntukkan bagi

nasabahnya. Aplikasi YAP! ini hanya tedapat di PT. Bank BNI saja dan tidak

tersedia di bank-bank lainnya. Sebagai pemain baru aplikasi pembayaran via

smartphone yang belum lama muncul (26 Januari 2018) menghadapi persaingan

yang ketat dengan penyelenggara mobile payment lainnya. Jika aplikasi

pembayaran lain harus melakukan top up uang elektronik yang menjadi sumber

dananya, sebaliknya pada aplikasi YAP! dananya berasal dari 3 (tiga) sumber

dana, yaitu kartu debit, kartu kredit, dan uang elektronik BNI (UnikQu) yang saat

ini berubah menjadi LinkAja. Dengan demikian, semua pengguna smartphone

dapat dengan mudah menggunakan YAP! dengan sumber dana uang elektronik

UnikQu atau LinkAja, sedangkan pengguna yang sudah menjadi nasabah BNI

dapat menambahkan rekening tabungan dan kartu kreditnya sebagai sumber

dananya. Aplikasi YAP! merupakan suatu solusi metode pembayaran yang

memungkinkan nasabah menjadi inisiator atas transaksi di merchant. Metode

pembayaran ini memerlukan media berupa aplikasi mobile yang dimiliki oleh

nasabah dan merchant. YAP! merupakan solusi metode pembayaran masa kini

yang digunakan saat transaksi adalah dengan melakukan QR Code scanner.

Aplikasi YAP! telah disediakan dalam Android yang dapat di download melalui

3
Playstore & Appstore dan setiap device harus terkoneksi dengan jaringan internet

(https://yap.id)

YAP! dengan berbagai kemudahannya merupakan pengganti peran mesin

Electronik Data Capture (EDC) yang dapat memenuhi kebutuhan pedagang dari

berbagai macam segmen, mulai dari pedagang kecil, UMKM, retail, toko jaringan

(chain store), toko modern (premium), dan toko online (e-commerce).

Hasil wawancara awal terhadap karyawan/kasir di Cafe/toko yang

menggunakan YAP! di Kota Palu:

1. Steven (2019) mengatakan YAP! dapat memudahkan transaksi, tingkat

keamanan tinggi, dapat menghemat waktu, aplikasi sudah tersedia baik dalam

App Store & Play Store, tanpa biaya operasional, dapat memenuhi semua

kebutuhan pembayaran, tidak perlu Top-Up, banyak penawaran diskon dan

promo lainnya.

2. Beby (2019) mengatakan YAP! dapat digunakan seluruh nasabah BNI,

tampilan aplikasi menarik, banyak potongan harga/deals, dana tidak terbatas,

proses registrasi tidak ribet, keamanan terjamin, bebas biaya operasional, dan

transaksi mudah tanpa kartu ATM.

3. Fitri (2019) mengatakan YAP! memudahkan proses transaksi, dapat

menghemat waktu transaksi, tingkat kemanan tinggi, dapat membayar di

berbagai merchant/toko, tampilan aplikasi yang menarik, dapat mengikuti

tren, dan diterbitkan oleh bank terpercaya.

Daftar pertanyaan terhadap karyawan/kasir di Cafe/toko yang menggunakan

YAP! di Kota Palu:

4
1. Kapan awal mulanya aplikasi YAP beroperasi di cafe/toko?

2. Menurut bapak/ibu bagaimana dengan adanya aplikasi YAP di cafe

tersebut? Apakah bisa menjadi daya tarik agar bisa menambah

pelanggan/konsumen yang datang?

3. Siapa yang menghubungi pihak YAP? apakah pihak BNI langsung

menawarkan ke cafe/toko atau pemilik cafe/toko yang menghubungi pihak

BNI?

4. Bagaimana proses transaksinya?

5. Apa alasan dari bapak/ibu pemilik cafe/toko memilih YAP untuk

pembayaran? Seperti yang kita ketahui sekarang pembayaran yang

berbasis aplikasi sudah sangat banyak dikalangan sekarang ini.

6. Apakah ada kendala dalam menggunakannya?

7. Bagaimana proses pembayarannya? jika menggunakan pembayaram

melalui aplikasi apakah uangnya masuk ke rekening yap atau masuk ke

rekening cafe?

8. Apakah ada biaya yang dibebankan oleh pihak BNI kepada pihak

toko/cafe?

9. Jika di cafe/toko tersebut sudah menggunakan aplikasi YAP, apakah

pengguna yang melakukan transaksi melalui pembayaran YAP lebih

banyak dibandingkan melalui pembayaran tunai?

10. Adakah keuntungan lebih yang didapatkan dalam menggunakan aplikasi

YAP?

5
Aplikasi YAP! di Kota Palu sendiri masih sangat asing dikenali masyarakat,

pengguna yang melakukan pembayaran juga masih dibawa rata-rata, masyarakat

lebih memilih melalui pembayaran tunai karena lebih mudah, dikarenakan mereka

belum mengetahui kalau YAP! ini lebih memudahkan. Oleh karena itu diharapkan

setelah penulis melakukan penelitian, pengguna YAP! akan lebih meningkat

dibandingkan sebelumnya, kemudian untuk transaksi pembayarannya sangat

mudah hanya dengan menggunakan scanner barcode pada aplikasi yang tersedia.

Adapun merchant yang telah menggunakan dan menerima pembayaran YAP!

antara lain adalah Aweng Durian, Warung Mas Rusdi, Next Door, Cafe & Resto

189, Warung Mama Dhafa, Palu Mitra Utama (PMU), Refresho Coffee.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis akan

melakukan suatu penelitian dengan judul “IDENTIFIKASI LAYANAN YOUR

ALL PAYMENT MERCHANT BNI DI KOTA PALU”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimanakah persepsi pemilik merchant dalam mengadopsi layanan

pembayaran YAP! BNI di Kota Palu.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi variabel/faktor yang

mendorong merchant dalam mengadopsi layanan pembayaran YAP! BNI.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi banyak pihak antara lain

sebagai berikut:

6
1. Bagi Dunia Perbankan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan yang berguna agar

bank-bank selalu berinovasi dalam mengembangkan instrumen sistem

pembayaran non tunai dan mendukung untuk mewujudkan program kerja

Bank Indonesia kepada budaya less cash society (masyarakat non tunai) dan

meminimalisir peredaran uang tunai di Indonesia.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan yang lebih

mendalam mengenai proses adopsi layanan mobile payment oleh merchant

dan sebagai bahan informasi dalam menambah literatur bagi pihak-pihak

lain yang ingin mengadakan penelitian di area penelitian yang serupa.

1.5 Sistematika Penulisan

Penjelasan lebih lanjut mengenai isi dari setiap bab dapat dilihat dari

sistematika penulisan proposal berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan

dilaksanakannya penelitian, manfaat penelitian untuk beberapa pihak serta

sistematika penulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan beberapa penelitian terdahulu yang sejenis dengan

penelitian ini, landasan teori-teori yang berkaitan dangan penelitian serta

digunakan sebagai dasar referensi masalah dan kerangka pikir penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

7
Bab ini menjabarkan mengenai langkah-langkah yang digunakan untuk

mengidentifikasi, menganalisa serta memecahkan masalah yang diteliti. Bab ini

berisi tentang jenis penelitian, objek penelitian, waktu penelitian, populasi dan

sampel, teknik penarikan sampel, ukuran sampel, jenis dan sumber data, teknik

penarikan data, instrumen pengumpulan data, definisi operasional variabel

penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini terbagi menjadi dua bagian yaitu hasil dan pembahasan. Hasil

penelitian dikhususkan untuk menyajikan hasil penelitian serta hasil perhitungan

datanya. Bagian pembahasan dikhususkan untuk membahas masalah penelitian

dan analisis hasil penelitian

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran peneliti atas penelitian yang akan

dilakukan.

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian pertama dilakukan oleh Fitriana (2015) mengenai “Analisis TAM

Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nasabah Menggunakan Layanan

Internet Banking BCA”. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat menggunakan internet banking

oleh penggunanya dan dapat menjadi masukan bagi pihak manajemen bank untuk

mengevaluasi penggunaan internet banking. Kuesioner dibatasi pada nasabah

bank BCA dan sebagai pengguna internet banking BCA yang berada di Pontianak.

Skala pengukuran menggunakan Skala Likert. Penelitian ini membuktikan bahwa

secara parsial ketiga faktor Perceived Usefulness (persepsi manfaat), Perceived

Ease of Use (persepsi kemudahan), dan Perceived Credibility (persepsi

kredibilitas) terbukti mempengaruhi minat nasabah bank BCA untuk

menggunakan internet banking. Dengan faktor perceive ease of use sebagai faktor

penarik minat utama nasabah untuk memanfaatkan fasilitas internet banking.

Faktor yang menempati urutan kedua adalah faktor perceived credibility

(keamanan), sedangkan faktor manfaat baru dirasakan oleh nasabah jika fitur

internet banking BCA semakin mempermudah transaksi perbankan mereka dan

juga adanya jaminan keamanan selama bertransaksi menggunakan internet

banking, dan secara simultan ketiga faktor tersebut juga memiliki pengaruh yang

positif terhadap minat nasabah menggunakan internet banking bank BCA.

9
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Ramadani (2016) mengenai

“Pengaruh Penggunan Kartu Debit dan Uang Elektronik (e-Money) Terhadap

Pengeluaran Konsumsi Mahasiswa”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh penggunaan kartu debit dan uang eletronik terhadap pengeluaran

konsumsi mahasiswa Ekonomi Pembangunan, Universitas Negeri Malang. Jenis

penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dan data yang digunakan adalah

analisis regresi linier berganda. Sampel dalam penelitian ini adalah 150

mahasiswa dari 240 mahasiswa di jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa menurut uji hipotesis terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara penggunaan kartu debit dan uang elektronik terhadap

pengeluaran konsumsi mahasiswa Ekonomi Pembangunan, mahasiswa

Universitas Negeri Malang tahun 2014. Penggunaan kartu debit dan uang

elektronik juga mempengaruhi pengeluaran konsumsi mahasiswa. Hal ini

disebabkan oleh pembayaran non tunai yang mudah digunakan. Secara psikologis,

siapa pun akan menghabiskan uang mereka lebih mudah dalam pembayaran non-

tunai daripada dalam bentuk tunai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

mahasiswa Ekonomi Pembangunan di Universitas Negeri Malang bersifat

konsumtif.

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Wulandari dan Moeliono (2017)

mengenai “Analisis Faktor-faktor Penggunaan Layanan Mobile Banking di

Bandung”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif.

Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada 273 responden

10
yang menggunakan layanan mobile banking dengan menggunakan teknik

sampling non probability sampling. Dalam penelitian ini menggunakan 14

variabel dari Technology Acceptance Model (TAM) yang telah melalui proses

perkembangan. Analisis faktor variabel-variabel yang diajukan dan menghasilkan

dua faktor baru yaitu Flexibility and Bank Image dengan nilai eigenvalues sebesar

4,752 dan memiliki varian sebesar 33,943%, dan Perceived Benefit dengan nilai

eigenvalues sebesar 1.075 dan memiliki varian sebesar 7,678%.

Penelitian yang keempat dilakukan oleh Fitriana dan Wingdes (2017)

tentang “Analisis TAM Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumen

Menggunakan e-Money Indomaret Card di Pontianak”. Tujuan penelitian ini

adalah untuk memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

minat konsumen Indomaret menggunakan e-Money dan dapat menjadi masukan

bagi pihak manajemen Indomaret di Pontianak untuk mengevaluasi efektivitas

penggunaan e-Money. Kuesioner dibatasi pada konsumen Indomaret di Pontianak

sebagai pengguna e-Money. Penelitian ini membuktikan bahwa secara parsial

ketiga faktor Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, dan Perceived

Creibility terbukti mempengaruhi minat konsumen Indomaret untuk

menggunakan e-Money. Faktor perceived of usefulness (manfaat) sebagai faktor

penarik minat utama konsumen untuk memanfaatkan fasilitas e-Money. Faktor

yang menempati urutan kedua adalah faktor perceived ease of use (kemudahan),

sedangkan faktor perceived credibility (keamanan) baru dirasakan oleh konsumen

jika e-Money dilengkapi dengan PIN dan juga adanya jaminan keamanan selama

bertransaksi jika menggunakan e-Money. Secara simultan ketiga faktor tersebut

11
juga memiliki pengaruh yang positif terhadap minat konsumen menggunakan e-

Money di Indomaret Pontianak.

Penelitian yang kelima dilakukan oleh Setiobudi,A & Wiradinata,T ,2018,

mengenai fintech di Indonesia menghasilkan beberapa penemuan, yaitu (1)

pertumbuhan jumlah startup fintech mulai melamban, hal ini ditunjukkan dengan

persentasi pertumbuhan yang menurun, tahun 2016 sebesar 78%, sedangkan di

tahun 2017 menjadi 39%. (2) Masyarakat Indonesia semakin mengenal istilah

fintech. Hal ini terbukti dari respon survei yang meningkat di tahun 2017 adalah

sebesar 67.20% dari total responden yang pernah mendengar istilah fintech,

dibandingkan tahun 2016 yang hanya sebesar 28.34% dari keseluruhan responden.

(3) Di antara berbagai perusahaan fintech yang telah telusuri, segmen terbesar

tercakup dalam subkategori Online Lending (termasuk P2P-Lending), yaitu

sebesar26.2%. Perkembangan tersebut terbukti dari berkembangnya produk

financial technology di Indonesia. Berdasarkan fungsi dan kategorinya, produk

financial technology dibagi menjadi 6 produk utama, yaitu: (1) deposit and

lending, (2) payment, (3) capital raising, (4) insurance, (5) market provisioning,

(6) investment management

TABEL 2.1

Penelitian Terdahulu

No Penelitian/Peneliti Perbedaan
1. Fitriana (2015)meneliti 1. Objek Penelitian
tentang “Analisis TAM
Terhadap Faktor-faktor yang 2. Jumlah Responden
Mempengaruhi Nasabah yang diteliti 100
Menggunakan Layanan Responden
Internet Banking BCA” 3. Alat Analisis yang

12
No Penelitian/Peneliti Perbedaan

digunakan Regresi
Linear Berganda
2. Ramadani (2016)meneliti 1. Objek yang diteliti
tentang “Pengaruh
Penggunan Kartu Debit dan 2. Jumlah Responden
Uang Elektronik (E-Money) yang diteliti 240
Terhadap Pengeluaran Responden
Konsumsi Mahasiswa” 3. Teknik Analisis yaitu
Menggunakan Analisis
Regresi Linear
Berganda
3. Wulandari dan Moeliono 1. Objek yang diteliti
(2017) meneliti tentang
“Analisis Faktor-faktor 2. Teknik Pengambilan
Penggunaan Layanan Mobile SampelNonprobability
Banking di Bandung” Sampling
3. Jumlah Responden
yang diteliti 273
Responden
4. Fitriana dan Wingdes 1. Objek penelitian
(2017)meneliti tentang
“Analisis TAM Terhadap 2. Alat Analisis yang
Faktor-faktor yang digunakan yaitu
Mempengaruhi Konsumen Regresi Linear
Menggunakan E-money Berganda
Indomaret Card di 3. Jumlah Responden
Pontianak” sebanyak 50 Orang
5. Intensi UKM dalam adopsi Analisis trianggulasi sumber
financial technology di jawa menggunakan metode kualitatif
timur. deskriptif dengan wawancara
Setiobudi,A&Wiradinata,T semiterstruktur kepada
(2018) responden.
Sumber Data diolah kembali 2019

13
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Fintech
Teknologi finansial (Financial Technology) disingkat atau disebut dengan

TekFin atau Fintech. Teknologi Finansial dalam peraturan Bank Indonesia Nomor

19/12/PBI/2017 merupakan penggunaan teknologi sistem keuangan yang

menghasilkan produk, layanan, teknologi, atau model bisnis baru serta dapat

berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, efesiensi,

kelancaran, kemananan dan keandalan sistem pembayaran. Penyelenggara

teknologi finansial yakni meliputi sistem pembayaran, pendukung pasar,

manajemen investasi dan manajemen resiko, pinjaman, pembiayaan dan penyedia

modal, dan jasa finansial lainnya.

Fintech bukan merupakan layanan yang diberikan oleh perbankan

melainkan model bisnis baru yang saat ini sangat membantu kebutuhan

masyarakat. Jasa-jasa yang diberikan oleh perusahaan penyelenggara fintech

membantu masyarakat dalam melaksanakan transaksi keuangan tanpa memiliki

rekening seperti yang ada pada perbankan pada umumnya, sehingga masyarakat

tidak perlu menggunakan identitas pribadi dalam melaksanakan transaksi

keuangan. Meskipun fintech bukan merupakan lembaga keuangan seperti

perbankan, namun fintech tetap diatur oleh Bank Indonesia agar konsumen atau

masyarakat dapat terlindungi. Oleh karena itu perusahaan penyelenggara fintech

wajib mendaftarkan perusahaannya pada Bank Indonesia ataupun Otoritas Jasa

Keuangan.

Perusahaan penyelenggara fintech telah banyak berdiri di Indonesia dan

dimanfaatkan oleh masyarakat.Namun hanya beberapa perusahaan yang telah

14
resmi terdaftar dan mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan. Hingga maret

2018, sebanyak 40 perusahaan penyelenggara layanan pinjam-meminjam uang

berbasis teknologi informasi (fintech) yang telah resmi terdaftar, sehingga

masyarakat tidak perlu khawatir karena mendapatkan perlindungan konsumen

dalam pemanfaatan jasa fintech di beberapa perusahaan yang telah resmi terdaftar

tersebut.

Perusahaan fintech yang terdaftar dan dipisahkan dengan beberapa kategori

menurut Bank Indonesia antara lain sistem pembayaran, pendukung pasar,

manajemen investasi dan manajemen resiko, pinjaman, pembiayaan dan

penyedian modal, dan jasa financial lainnya. Data di atas menujukkan bahwa

kategori fintech yang paling banyak yaitu payment (sistem pembayaran) sebesar

32% dan kategori paling sedikit yakni personal finance.

Salah satu fintech yang sudah dinikmati oleh masyarakat yakni perusahaan

starup berupa ojek online yang pembayarannya berupa go-pay maupun grab-pay.

Jasa pembayaran yang dikenal dengan paytren, ovo, dll. Dilihat dari

perkembangan data bahwa semakin banyak fintech yang hadir di Indonesia dan

dapat dinikmati langsung oleh berbagai lapisan masyarakat. Dengan berbagai

kemudahan-kemudahan penggunanannya, masyarakat tanpa menyadari telah

menggunakan fintech dalam transaksi keuangannya. Sehingga menimbulkan

persepsi masyarakat terhadap penggunaan fintech. Hal yang menimbulkan

seseorang memberikan suatu persepsi ketika menggunakan atau mengkonsumsi

sesuatu yakni berupa sikap, motivasi, minat, pengalaman dan harapan. Untuk itu,

15
penulis bertujuan untuk melihat persepsi masyarakat terhadap penggunaan

financial technology (fintech).

Setiobudi,A&Wiradinata,T (2018) mengemukakan bahwa Usaha Kecil dan

Menengah (UKM) merupakan salah satu pilar dan kekuatan yang berkontribusi

dalam perekonomian Indonesia. UKM di Indonesia mulai bertumbuh karena

semakin berkembangnya teknologi. Salah satu faktor pendukungnya adalah

adanya bisnis Financial Technology (fintech).

Bruggink dan Mouilleron (2016) menyatakan bahwa finance technology

(Fintech) adalah usaha untuk memfasilitasi inovasi dalam layanan jasa keuangan

dengan memanfaatkan Teknologi Informasi. Campenon (2016) menambahkan

bahwa fintech akan memainkan peran penting sebagai disruptive innovation dalam

jasa keuangan. Salah satu perkembangan teknologi yang menjadi bahan kajian

terkini di Indonesia adalah Teknologi Finansial atau Financial Technology

(Fintech) dalam lembaga perbankan. Menurut definisi yang dijabarkan oleh

National Digital Research Centre (NDRC), teknologi finansial adalah istilah yang

digunakan untuk menyebut suatu inovasi di bidang jasa finansial, di mana istilah

tersebut berasal dari kata “financial” dan “technology” (Fintech) yang mengacu

pada inovasi finansial dengan sentuhan teknologi modern (Sukma, 2016). Konsep

fintech tersebut mengadaptasi perkembangan teknologi yang dipadukan dengan

bidang financial pada lembaga perbankan, sehingga diharapkan bisa memfasilitasi

proses transaksi keuangan yang lebih praktis, aman serta modern, meliputi

layanan keuangan berbasis digital yang saat ini telah berkembang di Indonesia,

yaitu payment channel system, digital banking,online digital insurance, Peer to

16
Peer (P2P) Lending, serta crowd funding (Siregar 2016). Gambar berikut

menunjukkan evolusi fintech dari tahun ke tahun.

Gambar 2.1: Evolusi Fintech


Sumber: Desai, 2015

Data menarik justru hadir dari penetrasi pengguna yang ada saat ini.Dua

layanan dengan pengguna tertinggi (sekitar 10 juta pengguna) ialah GO-PAY dan

T-Cash, dua layanan dengan tahun kelahiran paling awal dan akhir. Layanan lain

yang mulai mendapatkan pertumbuhan pengguna signifikan adalah PayPro dan

OVO. Jika mengamati lebih dalam, layanan tersebut dapat memiliki pengguna

yang banyak karena cakupan layanan yang lebih luas.

Layanan mobile payment akan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh,

secara khusus pada vertikal fintech dan secara umum pada lanskap keuangan. Hal

ini didasari dengan sebuah statistik yang menunjukkan bahwa pertumbuhan

smartphone sudah melampaui kepemilikan akun bank oleh masyarakat. Tantangan

yang sejak dulu ada ialah mengedukasi masyarakat sebagai nasabah untuk

mengoptimalkan jasa keuangan berbasis perbankan, namun dengan pendekatan

berbasis aplikasi tampaknya mampu menjadikan masyarakat teredukasi secara

17
sendirinya. Hal yang ditawarkan aplikasi adalah pengalaman pengguna secara

spesifik untuk menyelesaikan masalah tertentu. Misalnya yang dilakukan GO-

PAY untuk jasa layanan transportasi. Mobile payment disuguhkan menyatu

dengan layanan utama mereka. Teknologi juga berpengaruh terhadap penerimaan

pengguna terhadap layanan mobile payment. Hal ini berkaitan dengan cara dalam

melakukan bertransaksi. Kebutuhannya cukup unik, sehingga bisa disimpulkan

bahwa teknologi tertentu tidak serta-merta cocok digunakan untuk semua layanan.

Dari yang ada saat ini, rata-rata mobile payment memanfaatkan tiga platform

untuk pembayaran, yakni QR Code, NFC (Near-Field Communication), dan OTP

(One-Time Password). Klasifikasi dan pemetaan platform, contoh produk dan

model transaksi dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Sumber: MDI Ventures & Mandiri Sekuritas Research

(Setiobudi,A&Wiradinata,T ,2018)

Gambar 2.2 Klasifikasi dan Pemetaan Mobile Wallet di Indonesia

18
Berdasarkan kegunaannya, MDI Ventures & Mandiri Sekuritas Research

membagi beberapa kegiatan yang sering dilakukan dalam transaksi elektronik.

Pembagian dan jenis kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber: MDI Ventures & Mandiri Securitas Research (Setiobudi,A &

Wiradinata,T ,2018.

Gambar 2.3 Pemetaan PenggunaanTransaksi Elektronik


2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
TCASH

DOMPETKU PAYPRO

XL TUNAI

CIMB REKENING PONSEL

BBM MONEY N.A DANA

MANDIRI ECASH

UANGKU

SAKUKU
GOPAY

OVO

YAP
Sumber: Daily Social.id
Klasifikasi Produk Financial Technology

19
2.2.2 Pengertian layanan

Pelayanan adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu

pihak kepada pihak lain yang pada intinya tidak terwujud dan tidak menghasilkan

kepemilikan apapun. (Kotler dan Keller, 2009:65). Pelayanan adalah aspek yang

tidak bisa disepelehkan dalam persaingan bisnis manapun, karena dengan

pelayanan konsumen akan menilai kemudian menimbang apakah selanjutnya dia

akan loyal kepada pemberi layanan tersebut. Hingga tak jarang para pebisnis

memaksimalkan layanannya untuk menarik konsumen sebesar-besarnya. Maka

dari itu, bila ingin menarik konsumen dengan sebanyak-banyaknya harus

mengetahui arti dari layanan itu sendiri.

2.2.3 Dimensi Layanan

Kualitas memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepuasan pelanggan,

yaitu kualitas memberikan suatu dorongan khusus bagi para pelanggan untuk

menjalin hubungan kerja atau partner yang saling menguntungkan dalam jangka

panjang dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini

memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan

serta kebutuhan mereka. Dengan demikian, perusahaan dapat meningkatkan

kepuasan pelanggan, yang pada gilirannya kepuasan pelanggan dapat menciptakan

kerjasama yang baik antara pelanggan dengan perusahaan yang memberikan

kualitas memuaskan.

20
2.2.4 Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran adalah bagian yang sangat penting dari perekonomian

dan infrastruktur keuangan. Keberhasilan sistem pembayaran untuk melakukan

transaksi pembayaran secara cepat, aman, dan efisien akan menunjang

perkembangan sistem keuangan dan perbankan. Untuk menjamin

terselenggaranya sistem pembayaran yang aman, handal, dan efisien maka

berbagai aspek pembayaran perlu selalu dikembangkan, diatur dan diawasi oleh

otoritas terkait yang umumnya merupakan Bank Sentral.

Commodity money dan fiat money dikelompokkan menjadi sistem

pembayaran tunai. Sistem pembayaran ini merupakan sistem pembayaran yang

paling sederhana dan paling banyak digunakan untuk sebagian besar transaksi

dalam perekonomian, terutama di negara-negara berkembang. Hal ini dikarenakan

sistem pembayaran tunai dapat dengan mudah ditransferkan secara instan tanpa

ada biaya lain seperti waktu, transaksi dan sebagainya (Lisfield dan Montes-

Negret,1994).

2.2.5 Sistem Pembayaran di Indonesia

1. Tunai (cash)

Penggunaan instrumen tunai dalam transaksi pembayaran banyak dipilih

dengan alasan kemudahan, karena dengan menggunakan uang tunai pada saat

seseorang melakukan jual beli barang atau jasa maka pada saat itu juga uang tunai

dapat digunakan sebagai alat pembayarannya untuk diterima. Jika semua

pembelian barang atau jasa menggunakan uang tunai maka semua pelaku ekonomi

akan menyimpan persediaan uang tunai dalam jumlah relatif besar untuk

21
memenuhi semua kewajiban pembayarannya. Agar lebih efisien dan lebih aman,

maka digunakan alat pembayaran non-tunai yang penggunaannya melibatkan

lembaga perantara yaitu Bank.

2. Non-Tunai (cashless)

Pembayaran non-tunai melibatkan jasa perbankan dalam penggunaannya.

Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat pada

umumnya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran bagi nasabahnya. Jasa

dalam lalu lintas pembayaran yang diberikan oleh bank tersebut antara lain

melalui penelitian cek/bilyet giro untuk penarikan simpanan giro, transfer dana

dari satu rekening simpanan kepada rekening simpanan lainnya pada bank yang

sama atau pada bank yang berbeda, penerbitan kartu debet, penerbitan kartu

kredit, dan lain-lain.

Pembayaran antar bank dengan cek dan bilyer giro diproses melalui SKNBI

(Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia). SKNBI adalah sistem net settlement

multilateral tangguhan (deffered multilateral net settlement). Untuk instrumen

pembayaran berbasis kartu (kredit dan kartu kredit/ATM), penyelesaian pada level

antar bank juga dilakukan secara net multilateral melalui sistem BI-RTGS (Bank

Indonesia- Real Time Gross Settlement) atau bank komersial melalui rekening di

bank-bank komersial yang ditunjuk sebagai bank pembayaran (Bank

Indonesia,2018)

Salah satu manfaat dari perkembangan teknologi digital adalah kecepatan.

Dalam hal transaksi keuangan, beberapa tahun lalu pembayaran tunai masih

menjadi pilihan utama tetapi kini masyarakat mulai melakukan transaksi secara

22
non-tunai dengan alasan kecepatan dan kepraktisan. Teknologi finansial (financial

technology) menyediakan suatu terobosan untuk memenuhi kebutuhan terhadap

perubahan. Selain itu, adanya smartphone yang semakin canggih dengan harga

yang semakin terjangkau, serta layanan infrastruktur telekomunikasi yang

senantiasa ditingkatkan kualitasnya, turut mengubah kebiasaan masyarakat seperti

yang dapat dilihat pada Gambar berikut ini mengenai survei yang dilakukan oleh

Mobile terhadap 2.384 responden di seluruh Indonesia, lebih dari separuh

responden melakukan transaksi non-tunai untuk melakukan isi ulang pulsa atau

beli paket data, membayar jasa pesan antar makanan dan membayar transportasi

umum

Gambar 2.4 Layanan Pembayaran Transaksi Non Tunai


Sumber: Transaksi Non-Tunai (Setiobudi,A&Wiradinata,T ,2018)

23
2.2.6 Aspek Teknologi

Konteks teknologi mengacu pada teknologi internal dan eksternal, termasuk

peralatan dan proses. Konteks ini juga mendeskripsikan baik teknologi baru

maupun teknologi lama yang relevan dengan organisasi tersebut. Hasil penelitian

menunjukan bahwa pada aspek teknologi:

a. Relative advantage

Menurut Rogers (1983), relative advantage merupakan faktor teknologi

yang dapat dirasakan sebagai penyedia manfaat untuk perusahaan.

b. Compability

Rogers (2003) berpendapat bahwa compabilty merupakan sejauh

mana suatu inovasi dirasakan sebagai konsisten dengan nilai-nilai yang

ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi potensial.

c. Complexity

Complexity merupakan tingkat kesulitan dalam memahami dan

menggunakan sistem (Sonnenwald, 2001)

2.2.7 Aspek Organisasi

Konteks organisasi meliputi berbagai karakteristik organisasi, termasuk

struktur, sumber daya ( Human Capital), dan otonomi yang juga meliputi

pengukuran organisasi seperti daya jangkau, jumlah sumber daya, jumlah sumber

daya yang belum optimal, dan sebagainya. Beberapa temuan variabel dalam

konteks ini adalah:

24
a. Organizational Competency

Organiational Competency menurut Tan et al (2007)

menggambarkan kesiapan organisasi sebagai persepsi dan evaluasi

manajer tentang sejauh mana mereka percaya bahwa organisasi mereka

memiliki kesadaran, sumber daya, komitmen, dan tata kelola untuk

mengadopsi TI.

b. Top Management Support

Top Management Support merupakan persepsi dan tindakan

pejabat tinggi tentang kegunaan inovasi teknologi dalam menciptakan

nilai-nilai bagi perusahaan.( Setiobudi & wiradinata,T 2018.)

c. Training and education

Schilewaert et al (2005) dalam setiobudi & wijadinata,T 2018

berpendapat bahwa training merupakan sejauh mana perusahaan

mengintruksikan karyawan dalam menggunakan alat dalam hal kualitas

dan kuantitas.

2.2.8 Aspek Lingkungan

Konteks lingkungan berkaitan dengan industri, pengaturan kompetitif, dan

masalah regulasi yang merujuk pada pertimbangan industri dan dukungan

pemerintah. Beberapa variabel yang termasuk dalam konteks ini adalah:

a. Competitive pressure

Menurut Zhu dan Kraemer (2005), competitive pressure adalah

tingkat tekanan yang dirasakan perusahaan dari pesaing dalam industri.

b. Trading partner support

25
Trading partnet support (Gangwar, 2014) terkait dengan

penyedia layanan atau mitra.

2.2.9 Kerangka Pemikiran

Sesuai dengan latar belakang permasalahan dan definisi konsep yang telah

dipaparkan, penelitian ini akan meneliti bagaimanakah mengidentifikasi

pembayaran pemilik merchant dalam mengadopsi layanan pembayaran YAP!

BNI.

Adopsi Layanan
Financial
Techologi oleh
Merchant

1. Aspek Teknologi Layanan


2. Aspek Organisasi Pembayaran YAP!
3. Aspek Lingkungan BNI

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran

26
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Sugiyono (2016)

mengemukakan bahwa metode kualitatif ialah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada obyek

yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan

sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik penelitian

trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena peneliti menganggap

permasalahan yang diteliti cukup kompleks dan dinamis sehingga data yang

diperoleh dari para narasumber tersebut dijaring dengan metode yang lebih

alamiah yakni interview langsung dengan narasumber sehingga didapatkan

jawaban yang alamiah. Selain itu, peneliti bermaksud untuk memahami situasi

sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis, dan teori yang sesuai dengan

data yang diperoleh di lapangan.

Sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui dan menganalisis sejauh

mana perkembangan metode pembayaran YAP! BNI di Kota Palu. Penelitian ini

dilakukan dengan pendekatan deskriptif kuantitatif dan jenis penelitiannya

didukung dengan survei. Tipe penelitian ini adalah penelitian penjelasan

(Explanatoring Research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk memaparkan dan

27
menjelaskan sifat suatu keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian

dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tersebut.

3.2 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah metode

pembayaran YAP! pada toko/cafe di Kota Palu.

3.3 Lokasi penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah toko/cafe yang menggunakan aplikasi

YAP! Seperti Refresho Coffee, Aweng Durian, Warung Mas Rusdi, Warung

Mama Dhafa, Next Door, Cafe dan Resto 189, Palu Mitra Utama (PMU) yang

berada di Kota Palu.

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

a. Kualitatif, adalah data informasi yang berbentuk kalimat verbal bukan

berupa simbol angka atau bilangan. Data kualitatif didapat melalui sesuatu

proses menggunakan teknik analisi mendalam dan tidak bisa di peroleh

secara langsung, dengan kata lain untuk mendapatkan data kualitatif lebih

banyak membutuhkan waktu dan sulit dikerjakan karena harus melakukan

wawancara, observasi, diskusi atau pengamatan.

b. Kuantitatif, adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang

diangkakan (scoring). Dalam penelitian ini kebenaran itu diluar dirinya,

sehingga hubungan antara peneliti dengan yang diteliti harus dijaga jaraknya

supaya lebih independen. Dengan menggunakan kuesioner sebagai teknik

28
pengumpulan data, maka peneliti kuantitatif hampir tidak mengenal siapa

yang diteliti atau responden yang memberikan data.

3.4.2 Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari narasumber atau

responden. Data primer penelitian ini diperoleh dari merchant yang

menggunakan aplikasi YAP!

b. Data Sekunder

Data sekunder penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari pihak

ketiga yang tidak terkait langsung dengan penelitian yaitu data seperti

dokumen publikasi laporan penelitian.

3.5 Populasi, dan Teknik Penarikan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah merchant yang menggunakan aplikasi YAP!

untuk menerima pembayaran atas transaksi penjualannya.Adapun jumlah populasi

yang menggunakan aplikasi YAP! tidak diketahui dengan pasti, karena tidak

tersedia data merchant pengguna aplikasi YAP! yang diterbitkan oleh PT. Bank

BNI Kantor Cabang Palu.

29
3.5.2 Sampel dan Informan

Berdasarkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif,

maka jumlah sampel dalam penelitian saya berjumlah 14 orang di 7 merchant

dengan jumlah informan sebanyak 2 orang dari masing-masing sampel.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah

observasi participant, wawancara mendalam studi dokumentasi, dan gabungan

ketiganya atau trianggulasi (Sugiyono,2008)

Dalam melakukan pengumpulan data, penliti menggunakan 3 metode

pengumpulan data yaitu:

a. Observasi, yaitu memperoleh data yang dilakukan dengan pengamatan

langsung pada objek penelitian untuk mengetahui sejauh mana pelayanan yang

dilakukan perusahaan kepada konsumen.

b. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan proses

Tanya jawab terhadap responden secara lisan baik terhadap konsumen yang

dipilih sebagai responden maupum yang dimulai bisa memberikan informasi

mengenai data yang dibutuhkan.

c. Dokumentasi, yaitu sekumpulan berkas yakni mencari data mengenai hal-

halberupa catatan yang tersimpan baik itu berupa catatan transkip, buku, surat

kabar, dan lain sebagainya.

30
3.6.1 Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen utama karena:

a. Peneliti dapat berinteraksi dengan responden dan lingkungan yang ada,

memiliki kepekaan dan dapat berinteraksi terhadap segala stimulus yang

diperkirakan bermakna bagi penelitian.

b. Peneliti dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat

memahami situasi dalam segala seluk beluknya.

c. Peneliti dapat merasakan, memahami, dan menghayati secara konsektual

atau melalui proses interaksi. Sehingga peneliti dapat menganalisis,

menafsirkan dan merumuskan kesimpulan sementara dalam menentukan

arah wawancara dan pengamatan selanjutnya terhadap responden untuk

memperdalam atau memperjelas temuan penelitian.

d. Peneliti memungkinkan dapat menggali lebih jauh dan dalam tentang

fenomena dan respon yang aneh dan menyimpang atau bahkan bertentangan

dengan penelitian.

3.6.2 Metode Pengumpulan Data

Sumber data diperoleh dari hasil wawancara mendalam terhadap perorangan

yaitu secara langsung antara pewawancara dengan responden penelitian.

Menurut Sugiyono (2008), ada 3 macam wawancara yakni wawancara

terstruktur, wawancara semiterstruktur, dan wawancara tidak terstuktur. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara semiterstruktur, yaitu

wawancara yang dilakukan secara lebiih bebas bila dibandingkan dengan

wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

31
permasalahan yang lebih terbuka dimana pihak yang diajak wawancara diminta

pendapat dan ide-idenya. Wawancara dilakukan secara terbuka di mana para

subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui apa maksud

wawancara. Wawancara dilakukan sampai peneliti tidk menemukan informasi

baru lagi (jenuh).

3.7 Metode Analisis

Metode analisis kualitatif merupakan kajian yang menggunakan data-data

teks, persepsi, dan bahan-bahan tertulis lain untuk mengetahui hal-hal yang tidak

terukur dengan pasti (intangible). Analisis data secara kualitatif bersifat hasil

temuan secara mendalam melalui pendekatan bukan angka atau nonstatistik

(Istijanto, 2008).Jadi, penelitan kualitatif tidak memiliki rumus atau aturan absolut

untuk mengolah dan menganalisis data.

Penulisan kualitatif menggunakan analisis data secara induktif karena

beberapa alasan. Pertama, proses induktif dapat lebih bisa menemukan kenyataan-

kenyataan jamak yang terdapat pada data. Kedua, analisis induktif lebih bisa

membuat hubungan peneliti ke responden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan

akuntabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh

dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat atau tidaknya pengalihan

suatu latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh

bersama yang mempertajam hubungan-hubungan. Kelima, analisis demikian dapat

memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.

Dalam penelitian kualitatif, metode analisis data lebih banyak dilakukan

bersamaan dengan pengumpulan data. Menurut Miles dan Huberman dalam

32
Sugiyono (2008), analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif melalui proses

data reduction, data display, dan verification.

3.7.1 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

a. Coding

Peneliti membaca dan mengidentifikasi topik penting seluruh hasil

wawancara.Peneliti juga melakukan coding terhadap istilah-istilah atau

penggunaan kata atau kalimat yang relevan.Dalam hal pemberian coding

perlu juga dicatat konteks mana istilah itu muncul.

b. Klasifikasi data

Klasifikasi terhadap coding dilakukan dengan melihat sejauh mana satuan

makna berhubungan.Klasifikasi ini dilakukan untuk membangun kategori

dari setiap klasifikasi.

c. Kategorisasi

Data yang telah diklasifikasi kemudian dibuat kategori. Jika dalam suatu

kategori terdapat terlalu banyak data sehingga pencapaian saturasi akan

lama maka dapat dibuat sub kategori.

d. Menganalisis satuan makna dalam kategori

e. Mencari hubungan antar kategori

f. Membuat laporan di mana hasil analisis dideskripsikan dalam bentuk draf

laporan penelitian.

3.7.2 Validasi Data

Untuk mendapatkan tingkat kepercayaan atau kredibilitas yang tinggi sesuai

dengan fakta di lapangan, maka validasi internal data penelitian dilakukan melalui

33
teknik memberchek oleh responden setelah peneliti menuliskan hasil wawancara

ke dalam tabulasi data. Menurut Sugiyono (2008), memberchek adalah proses

pengecekan data oleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan memberchek adalah

untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang

diberikan oleh pemberi data.

Teknik memberchek juga sekaligus untuk menguji validitas eksternal untuk

menguji tingkat transferability. Bila pembaca mendapatkan gambaran dan

pemahaman yang jelas tentang konteks penelitian, maka penelitian dikatakan

memiliki standar transferabilitas yang tinggi. Validitas eksternal menunjukan

derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana

sampel itu diambil.

34

Anda mungkin juga menyukai