Anda di halaman 1dari 4

ALAT KONTRASEPSI DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM


BAB I
A.      PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang sempurna dengan segala konsep ajarannya. Tidak ada
satupun dari perkara di dunia ini, kecuali Islam pasti dapat menjelaskannya, baik perkara tersebut
adalah perkara yang terdapat pada zaman Rasulullah SAW atau baru muncul belakangan ini
(kontemporer).
                Salah satu isu kontemporer yang menuai banyak kontoversi belakangan ini adalah
seputar penggunaan alat kontrasepsi[1] sebagai upaya pencegah atau penunda kehamilan. Hal
tersebut cukup banyak memancing polemik yang panjang di berbagai kalangan dalam event-
event dialog. Disebabkan penulis memandang urgen-nya masalah tersebut, maka dalam makalah
ini penulis mencoba memaparkannya dalam perspektif Islam.      

B.       DASAR PEMBAHASAN


Berkata Imam Bukhori –rahimahullah-
‫قبل القول و العمل‬  ‫العلم‬
“ilmu itu harus didahulukan sebelum perkataan dan perbuatan”

C.       POKOK BAHASAN


1.       Urgensi memiliki dan memperbanyak keturunan
2.       Deskripsi singkat macam-macam alat kontrasepsi
3.       Pembahasan hukum halal-haram seputar alat kontrasepsi

BAB II
I.                    URGENSI MEMILIKI DAN MEMPERBANYAK KETURUNAN

1.       Ma’qil bin Yasar radhiallahu ‘anhu berkata: Seseorang datang menemui Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, lalu ia berkata: “Sesungguhnya aku mendapatkan seorang wanita cantik dan
memiliki kedudukan, namun ia tidak dapat melahirkan anak, apakah boleh aku menikahinya?”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak boleh.” Orang itu datang lagi kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutarakan keinginan yang sama, namun Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam tetap melarangnya. Kemudian ketika ia datang untuk ketiga kalinya, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫تَزَ َّوجُوْ ا ال َو ُدوْ َد ْال َولُوْ َد فَِإنَِّي ُم َكاثِ ٌر بِ ُك ُم ْاُأل َمم‬
“Nikahilah oleh kalian wanita yang penyayang lagi subur (dapat melahirkan anak yang banyak)
karena sesungguhnya aku berbangga-bangga dengan banyaknya kalian di hadapan umat-umat
yang lain.” [2]

II.                  DESKRIPSI SINGKAT SEPUTAR ALAT KONTRASEPSI


Secara global, alat kontrasepsi terbagi dalam tiga bagian besar. Yaitu kontrasepsi mekanik,
hormonal, dan kontrasepsi mantap.
a.       KONTRASEPSI MEKANIK
Dinamakan mekanik karena sifatnya sebagai pelindung. Maksudnya adalah kontrasepsi ini
mencegah bertemunya sperma dan sel telur dalam rahim. Ada beberapa kontrasepsi yang
termasuk dalam kategori ini:

 Kondom

Kondom terbuat dari bahan karet yang tipis dan elastis. Bentuknya seperti kantong.
Fungsi kondom untuk menampung sperma sehingga tidak masuk ke dalam vagina.
Perlindungan tersebut efektif 90 persen. Rata-rata, dari 100 pasangan dalam setahun, sekitar 4
wanita yang hamil

 Diafragma

Bentuk mirip kondom. Terbuat dari bahan karet dan agak tebal. Kontrasepsi ini dimasukkan
ke dalam vagina, semacam sekat yang dapat mencegah masuknya sperma ke dalam rahim.
Karena bahannya lebih tebal dari kondom, kontrasepsi ini tidak mungkin bocor.

 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Alat Kontrasepsi dalam Rahim/AKDR/IUD lebih dikenal dengan nama spiral. Berbentuk alat
kecil dan banyak macamnya. Ada yang terbuat dari plastik seperti bentuk huruf S (Lippes Loop).
Ada pula yang terbuat dari logam tembaga berbentuk seperti angka tujuh (Copper Seven) dan
mirip huruf T (Copper T). Selain itu, ada berbentuk sepatu kuda (Multiload).
Alat  ini dimasukkan ke dalam rahim oleh dokter dengan bantuan alat. Benda asing dalam
rahim ini akan menimbulkan reaksi yang dapat mencegah bersarangnya sel telur yang telah
dibuahi di dalam rahim. Alat ini dapat bertahan dalam rahim selama 2-5 tahun,

 Spermisida

Kontrasepsi ini merupakan senyawa kimia yang dapat melumpuhkan sampai membunuh
sperma. Bentuknya bisa busa, jeli, krim, tablet vagina, tablet, atau aerosol. Sebelum melakukan
hubungan seksual, alat ini dimasukkan ke dalam vagina. Setelah kira-kira 5-10 menit hubungan
seksual dapat dilakukan. Penggunaan spermisida ini kurang efektif bila tidak dikombinasi
dengan alat lain, seperti kondom atau diafragma.
b.       KONTRASEPSI HORMONAL
Kontrasepsi ini menggunakan hormon, dari progesteron sampai kombinasi estrogen dan
progesteron. Penggunaan kontrasepsi ini dilakukan dalam bentuk pil, suntikan, atau susuk.
Pada prinsipnya, mekanisme kerja hormon progesteron adalah mencegah pengeluaran sel
telur dari indung telur, mengentalkan cairan di leher rahim sehingga sulit ditembus sperma,
membuat lapisan dalam rahim menjadi tipis dan tidak layak untuk pertumbuhan hasil konsepsi,
saluran telur menjadi lambat sehingga mengganggu saat bertemunya sperma dan sel telur.

 Pil atau Tablet


Cara menggunakannya, diminum setiap hari secara teratur. Ada dua cara meminumnya yaitu
sistem 28 dan sistem 22/21. Untuk sistem 28, pil diminum terus tanpa pernah berhenti (21 tablet
pil kombinasi dan 7 tablet plasebo). Sedangkan sistem 22/21, minum pil terus-menerus,
kemudian dihentikan selama 7-8 hari untuk mendapat kesempatan menstruasi. Jadi, dibuat
dengan pola pengaturan haid (sekuensial).

 Suntikan

Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam
sebulan. Suntikan setiap 3 bulan *(Depoprovera)*, setiap 10 minggu *(Norigest)*, dan setiap
bulan *(Cyclofem)*.

 Susuk

Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan kiri atas.
Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus silastik (plastik berongga) dan
ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul.
Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon tersebut sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya
menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma.
c.        KONTRASEPSI MANTAP
Dipilih dengan alasan sudah merasa cukup dengan jumlah anak yang dimiliki. Caranya,
suami-istri dioperasi (vasektomi untuk pria dan tubektomi untuk wanita). Tindakan dilakukan
pada saluran bibit pada pria dan saluran telur pada wanita, sehingga pasangan tersebut tidak akan
mendapat keturunan lagi.

III.                PEMBAHASAN HUKUM HALAL-HARAM ALAT KONTRASEPSI

Ada 3 macam penggunan alat pencegah kehamilan:

1. Penggunaan alat yang dapat mencegah kehamilan untuk selamanya.Hukumnya tidak boleh,
sebab menghentikan kehamilan berarti mengakibatkan berkurangnya jumlah keturunan. Hal ini
jelas bertentangan dengan anjuran Rasulullah untuk memperbanyak jumlah umat islam, selain itu
bisa saja anak-anak yang sudah ada meninggal dunia, akibatnya akan lebih parah dengan hidup
tanpa keturunan.
Adapun jiika seseorang membatasi kelahiran karena alasan duniawi , takut rizki misalnya, maka
ia benar-benar telah keliru. Karena Rabbul ‘Izzah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:
ِ ْ‫َو َما ِم ْن دَابَّ ٍة فِي اَْألر‬
‫ض ِإالَّ َعلَى هللاِ ِر ْزقُهَا‬
“Dan tidak ada satu makhluk melata pun di bumi ini kecuali Allah-lah yang menanggung
rizkinya.” (Hud: 6)
Dan juga firman-Nya:
‫ هللاُ يَرْ ُزقُهَا َوِإيَّا ُك ْم‬،‫َو َكَأي ِّْن ِم ْن دَابَّ ٍة الَ تَحْ ِم ُل ِر ْزقَهَا‬
“Berapa banyak hewan yang tidak dapat membawa (mengurus) sendiri rizkinya tapi
Allah lah yang memberikan rizkinya dan juga memberikan rizki kepada kalian.” (Al-Ankabut:
60)
2. Penggunaan alat yang dapat mencegah kehamilan, namun sifatnya hanya sementara. Misalnya
seorang wanita ingin mengatur jarak kehamilannya menjadi 2 tahun sekali untuk meringankan
dirinya dalam mengasuh anak-anak dan atau anggota keluarganya yang lain, maka hal ini
diperbolehkan. Dengan syarat atas izin suami dan penggunaan alat itu tidak membahayakan
dirinya. Dalilnya adalah para sahabat dulu melakukan 'azl[3] terhadap istrinya untuk
menghindari kehamilan dan Nabi tidak melarang perbuatan tersebut.

3.       Penggunaan alat yang berfungsi membunuh embrio[4] manusia maka hukumnya haram atau
tidak boleh. Contoh: IUD/spiral

BAB III

KESIMPULAN
1.          Dalam hidupnya, manusia diperintahkan untuk memelihara dan memperbanyak keturunan.
2.          Kontrasepsi memiliki banyak varian serta fungsi yang berbeda-beda satu dengan yang lain.
Kategori Halal-Haram kontrasepsi terbagi menjadi 3 bagian
a.     Jika untuk mencegah kehamilan secara permanen, tanpa alasan syar’i, maka hukumnya haram.
b.       Jika untuk menunda kehamilan dengan dalih syar’i maka diperbolehkan
Jika membunuh embrio, maka hukumnya haram.

PENUTUP
Sebagai Paripurna makalah ini. Penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan khilaf
yang terjadi, baik berupa penyampaian, diksi kalimat makalah, sistematika penulisan dsb.
Terakhir tidak lupa penulis memohon saran dan kritik yang konstruktif guna pembelajaran di
kemudian hari

Anda mungkin juga menyukai