Anda di halaman 1dari 11

REVIEW JURNAL

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN NILAI TUKAR

DOSEN PENGAMPU:
Mufidah Said, S.E., M.M.
KELAS:
Manajemen Sumber Daya Manusia (RM. (03)
DISUSUN OLEH :
Nur Hafizah (223402516171)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2024
The balance of trade and exchange rates: Theory and contemporary evidence from
tourism
Tarik Dogru, Cem Isik, Ercan Sirakaya-Turk

Introduction
Liberalisasi perdagangan global membuka peluang pertumbuhan ekonomi melalui
perdagangan barang dan jasa, tetapi juga meningkatkan persaingan antara perusahaan
lokal dan asing, berpotensi memengaruhi neraca perdagangan nasional. Kebijakan
ekonomi seperti tarif, subsidi, dan nilai tukar dapat mempengaruhi neraca perdagangan,
termasuk di sektor pariwisata. Teori kurva J menunjukkan bahwa depresiasi atau
apresiasi mata uang bisa berdampak berbeda pada neraca perdagangan, namun hasil
penelitian bervariasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh
depresiasi dan apresiasi nilai tukar terhadap neraca perdagangan pariwisata.

Literatur review
Studi tentang nilai tukar dan neraca perdagangan berfokus pada dampak
depresiasi dan apresiasi mata uang terhadap neraca perdagangan. Teori Marshall-Lerner
menyarankan bahwa depresiasi dapat mempengaruhi neraca perdagangan positif, namun
pendekatan empiris sering menunjukkan hasil yang beragam. Beberapa penelitian
menunjukkan pola kurva-J dengan fase penurunan dan perbaikan neraca perdagangan,
tetapi hasilnya bervariasi. Penelitian terbaru menggunakan pendekatan nonlinier untuk
memahami hubungan ini lebih baik, terutama dalam konteks perdagangan pariwisata,
yang masih perlu perhatian lebih lanjut.

Method
Meneliti hubungan antara nilai tukar dan neraca perdagangan. Dalam model
penelitian tersebut neraca perdagangan pariwisata AS dipahami sebagai fungsi nilai
tukar bilateral antara AS, Kanada, Meksiko, dan Inggris, bersama dengan tingkat
pendapatan masing-masing negara. Model ini menunjukkan neraca perdagangan sebagai
hasil dari nilai tukar antara dua negara serta pendapatan dari masing-masing negara
tersebut.
Result dan discussion
Penelitian ini menunjukkan bahwa depresiasi dolar AS dapat memengaruhi neraca
perdagangan pariwisata AS dengan negara mitra, namun tidak sesuai dengan teori kurva
J yang menyatakan bahwa depresiasi awalnya memperburuk kemudian memperbaiki
neraca perdagangan. Sebaliknya, neraca perdagangan pariwisata AS cenderung
membaik segera setelah depresiasi. Meskipun depresiasi dolar AS memperburuk neraca
perdagangan pariwisata AS dengan Kanada dan Inggris, hal ini tidak berdampak pada
perdagangan pariwisata bilateral AS dengan Meksiko dalam jangka panjang. Ini
menunjukkan bahwa hubungan antara nilai tukar dan neraca perdagangan pariwisata
tidak selalu simetris, menantang teori kurva J. Implikasi dari temuan ini menyoroti
perlunya analisis asimetris untuk hubungan nilai tukar dan neraca perdagangan, serta
pentingnya mempertimbangkan kondisi ML dalam perdagangan internasional dan
pariwisata.

Conclusion
Kesimpulannya menurut saya, nilai tukar dan neraca perdagangan pariwisata
sangat terkait, dimana depresiasi dolar AS meningkatkan neraca perdagangan bilateral
dengan Kanada, Meksiko, dan Inggris, sedangkan apresiasi dolar AS memperburuk
neraca perdagangan dengan Kanada dan Inggris. Namun, nilai tukar tidak secara
signifikan mempengaruhi neraca perdagangan AS-Meksiko.

Program di Indonesia
Program implementasi dalam sektor pariwisata fokus pada beberapa strategi
utama. Stabilisasi nilai tukar menjadi kunci untuk mengurangi ketidakpastian bagi
pelaku usaha pariwisata. Strategi promosi ditujukan pada negara dengan mata uang kuat
untuk menarik wisatawan premium, sementara peningkatan daya saing destinasi
pariwisata melalui infrastruktur dan layanan berusaha bersaing secara global.
Diversifikasi produk wisata seperti nichestourism dan pariwisata berkelanjutan
ditujukan untuk menarik segmen wisatawan yang kurang terpengaruh oleh harga.
Pemberdayaan masyarakat lokal menjadi fokus untuk memastikan manfaat ekonomi
pariwisata merata. Contoh implementasi termasuk program "Wonderful Indonesia" dan
"Pesona Indonesia" oleh Kemenparekraf, kebijakan stabilitas Rupiah dan intervensi
pasar valas oleh Bank Indonesia, pembangunan infrastruktur oleh Kementrian PUPR,
serta upaya pengembangan pariwisata berkelanjutan oleh Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.
Exchange-rate volatility and international trade performance: Evidence from 12
African countries
Mohsen Bahmani-Oskooee, Abera Gelan

Introduction
Dampak volatilitas nilai tukar riil terhadap arus perdagangan, terutama di negara-
negara Afrika yang berkembang, telah menjadi fokus penting bagi pembuat kebijakan
dan akademisi sejak jatuhnya perjanjian Bretton Woods pada 1973. Stabilitas nilai tukar
sangat krusial bagi pertumbuhan ekonomi negara-negara ini yang bergantung pada
perdagangan internasional. Meskipun meningkatnya volatilitas dapat mendorong
pedagang untuk meningkatkan volume perdagangan guna menangani ketidakpastian,
dampaknya masih belum jelas. Studi ini menginvestigasi hubungan antara volatilitas
nilai tukar dengan ekspor dan impor di dua belas negara Afrika, mengatasi keterbatasan
data dengan pembangunan nilai tukar efektif riil yang baru. Pendekatan ini penting
karena sebelumnya, kasus-kasus semacam ini sering diabaikan dalam literatur,
membatasi pemahaman terhadap pengaruhnya pada pertumbuhan ekonomi di wilayah
tersebut.

Literatur review
Kontroversi mengenai dampak volatilitas nilai tukar terhadap arus perdagangan
berkisar pada prediksi perilaku pedagang. Sebagian meyakini volatilitas menyebabkan
sikap pesimis pedagang, menurunkan output dan arus perdagangan, didukung oleh
sejumlah penelitian. Namun, pandangan lain menyatakan pedagang ingin tingkatkan
volume perdagangan untuk atasi ketidakpastian, bertentangan dengan pandangan
sebelumnya. Keterbatasan data, terutama di negara-negara Afrika, membatasi
pemahaman lebih lanjut. Studi oleh Medhora (1990) pada impor enam negara Afrika
Barat menunjukkan dampak volatilitas terhadap impor tidak signifikan, namun masih
banyak yang perlu dieksplorasi dalam hal ini.

Method
Metode kuantitatif dengan pemodelan dampak volatilitas nilai tukar di dua belas
negara Afrika.
Result dan discussion
Penelitian ini menggunakan pendekatan pengujian batas untuk membedakan
dampak jangka pendek dan jangka panjang dari volatilitas nilai tukar riil terhadap
ekspor dan impor di 12 negara Afrika, area yang jarang diteliti. Ditemukan bahwa
volatilitas nilai tukar memberikan dampak yang beragam, dengan efek jangka pendek
yang berbeda dari dampak jangka panjang. Beberapa negara, seperti Mesir dan Lesotho,
mengalami dampak positif jangka pendek yang berubah menjadi dampak negatif jangka
panjang. Faktor seperti pendapatan dunia menjadi penentu utama ekspor di sebagian
besar negara, tanpa adanya efek substitusi yang ditemukan di Afrika. Di sektor impor,
volatilitas juga memiliki dampak yang signifikan, tetapi hanya Afrika Selatan yang
mengalami dampak negatif jangka panjang.

Conclusion
Kesimpulan dari jurnal ini dari yang saya pahami yaitu menyoroti kompleksitas
dampak jangka pendek yang bisa berubah menjadi dampak jangka panjang yang
berbeda. Negara seperti Mesir dan Lesotho mengalami perubahan dampak dari positif
menjadi negatif seiring waktu. Faktor seperti pendapatan dunia menjadi penentu utama
dalam ekspor tanpa adanya efek substitusi yang terlihat di wilayah ini. Di sektor impor,
dampaknya signifikan, namun hanya Afrika Selatan yang mengalami dampak negatif
jangka panjang. Kesimpulan ini menekankan pentingnya memahami dinamika
volatilitas nilai tukar dalam kerangka jangka pendek dan panjang untuk merencanakan
kebijakan ekonomi yang lebih tepat di negara-negara Afrika.

Program di Indonesia
Indonesia menerapkan sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed
floating exchange rate), di mana nilai tukar rupiah dapat berfluktuasi di pasar bebas
namun Bank Indonesia tetap memiliki wewenang untuk intervensi guna menjaga
stabilitas nilai tukar. Bank Indonesia melakukan intervensi dalam pasar valuta asing
melalui berbagai metode, seperti menjual atau membeli mata uang asing, penyesuaian
suku bunga, dan penggunaan instrumen keuangan lain seperti surat berharga. Program
ini memungkinkan Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar sesuai kebutuhan
ekonomi nasionalnya.
The Share of Systematic Variation in Bilateral Exchange Rates
Adrien Verdelhan

Introduction
Verdelhan mengkaji pergerakan nilai tukar bilateral antara mata uang negara-
negara maju. Ia berpendapat bahwa sebagian besar variasi nilai tukar ini berasal dari
faktor sistematis global, bukan hanya dinamika individual tiap negara. Penelitian ini
bertujuan mengukur besarnya pengaruh faktor sistematis tersebut dan mengidentifikasi
karakteristiknya.

Literatur review
Verdelhan membahas teori portofolio internasional dan model faktor risiko terkait
nilai tukar, seperti "carry trade" dan "yield differentials". Ia menyoroti keterbatasan
model-model tersebut dalam menjelaskan keseluruhan variasi nilai tukar.

Method
Verdelhan menggunakan data nilai tukar bulanan bilateral dari 13 negara maju
terhadap Dolar AS dari 1973 hingga 2015. Ia menerapkan analisis faktor untuk
mengidentifikasi faktor-faktor sistematis yang menjelaskan pergerakan nilai tukar.
Kemudian, ia menganalisis karakteristik faktor-faktor tersebut dan menguji
kemampuannya dalam memprediksi perubahan nilai tukar.

Result dan discussion


Pentingnya faktor "slope" dan "carry trade" dalam menjelaskan variasi nilai tukar
sangat menarik. Faktor "slope" yang terhubung dengan sensitivitas mata uang terhadap
Dolar AS menjadi indikator kunci. Mata uang dengan tingkat responsivitas yang lebih
tinggi terhadap Dolar AS cenderung bergerak searah, sementara yang memiliki
sensitivitas lebih rendah menunjukkan kecenderungan berlawanan. Di sisi lain, faktor
"carry trade" yang berdasarkan perbedaan suku bunga antar negara juga memiliki peran
vital. Mata uang dengan suku bunga yang relatif lebih tinggi cenderung menguat,
sementara mata uang dengan suku bunga yang lebih rendah akan cenderung melemah.
Menariknya, kedua faktor ini beroperasi secara independen, yang berarti pergerakan
nilai tukar dipengaruhi oleh keduanya secara bersamaan, memberikan pemahaman yang
lebih lengkap terhadap dinamika nilai tukar.

Conclusion
Saya menyimpulkan bahwa faktor sistematis global berperan signifikan dalam
pergerakan nilai tukar bilateral. Ia menekankan pentingnya mempertimbangkan faktor-
faktor ini dalam model keuangan internasional dan strategi investasi valuta asing.
Penelitian ini memberi kontribusi penting dalam memahami dinamika pasar valuta asing
dan memprediksi perubahan nilai tukar.

Program di Indonesia
Bank Indonesia memiliki wewenang untuk melakukan intervensi di pasar valuta
asing guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, sementara Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bertugas mempromosikan pariwisata Indonesia ke
pasar internasional, terutama di negara-negara dengan mata uang yang kuat terhadap
rupiah. Sebagai tambahan, Kementerian PUPR bertanggung jawab untuk membangun
infrastruktur pariwisata seperti bandara, jalan tol, dan pelabuhan guna meningkatkan
daya saing sektor pariwisata Indonesia. Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan memiliki peran dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan dan
ekowisata untuk menarik segmen wisatawan yang memiliki kepedulian terhadap
lingkungan.
International trade and exchange rates
Jong Woo Kang &Suzette Dagli

Introduction
Kang dan Dagli meneliti hubungan antara tingkat pertukaran dan volume
perdagangan internasional, dengan fokus pada dampak krisis keuangan global dan peran
rantai nilai global (GVC). Mereka menggunakan data bilateral untuk 72 negara dari
tahun 2001 hingga 2015 untuk menguji hipotesis mereka.

Literatur review
Penulis membahas teori-teori tradisional tentang hubungan nilai tukar dan
perdagangan, serta penelitian empiris sebelumnya. Mereka menyoroti keterbatasan
pendekatan sebelumnya yang tidak mempertimbangkan GFC dan GVC.

Method
Penelitian menggunakan data bilateral perdagangan dan nilai tukar untuk 72
negara antara 2001 dan 2015. Penulis menerapkan model gravitasi dinamis untuk
mengestimasi pengaruh nilai tukar terhadap volume ekspor, serta meneliti dampak GFC
dan partisipasi GVC.

Result dan discussion


Sebelum krisis keuangan global, terdapat korelasi positif yang jelas antara nilai
tukar riil dan volume ekspor. Depresiasi mata uang, yang membuatnya lebih murah
dibandingkan dengan Dolar AS, sering kali dikaitkan dengan peningkatan ekspor.
Namun, setelah krisis, hubungan positif ini mulai melemah bahkan hilang. Penulis
menyoroti beberapa faktor yang dapat menjelaskan perubahan ini. Pertama, peningkatan
partisipasi dalam rantai nilai global (GVC) telah menyebabkan produksi di banyak
negara yang terlibat dalam proses produksi, mengurangi ketergantungan langsung
ekspor terhadap perubahan nilai tukar. Hal ini mempengaruhi sensitivitas ekspor
terhadap fluktuasi nilai tukar. Selain itu, perubahan dalam komposisi impor menuju
barang modal yang kurang responsif terhadap perubahan harga juga menjadi faktor
penting. Selanjutnya, peningkatan utang eksternal jangka pendek telah melemahkan
respons ekspor terhadap depresiasi mata uang. Kombinasi dari faktor-faktor ini telah
meruntuhkan atau setidaknya mengurangi dampak nilai tukar riil terhadap volume
ekspor pasca-krisis keuangan global.

Conclusion
Dari jurnal ini kesimpulan yang dapat diambil yaitu hubungan antara nilai tukar
dan perdagangan internasional lebih kompleks dari yang diperkirakan sebelumnya. GFC
dan GVC telah mengubah dinamika ini, sehingga kebijakan nilai tukar mungkin tidak
lagi menjadi alat efektif untuk mendorong ekspor. Penulis menekankan pentingnya
mempertimbangkan faktor-faktor struktural lainnya seperti komposisi perdagangan,
utang eksternal, dan partisipasi GVC saat menganalisis perdagangan internasional.

Program di Indonesia
Kebijakan moneter yang stabil dapat mengurangi ketidakpastian bagi pelaku
usaha dan investor di perdagangan internasional, sementara kebijakan fiskal yang
mendukung investasi dan ekspor dapat meningkatkan daya saing produk lokal serta
mengurangi ketergantungan terhadap impor. Perjanjian perdagangan bebas berpotensi
menurunkan tarif dan hambatan perdagangan, membuka akses pasar yang lebih baik
bagi eksportir. Harmonisasi standar dan regulasi perdagangan internasional juga
berperan dalam melancarkan arus barang dan jasa di pasar global.
Referensi

Bahmani-Oskooee, M., & Gelan, A. (2018). Exchange-rate volatility and international


trade performance: Evidence from 12 African countries. Economic Analysis and
Policy, 58, 14-21.
Dogru, T., Isik, C., & Sirakaya-Turk, E. (2019). The balance of trade and exchange
rates: Theory and contemporary evidence from tourism. Tourism
Management, 74, 12-23.
Kang, J. W., & Dagli, S. (2018). International trade and exchange rates. Journal of
Applied Economics, 21(1), 84-105.
Verdelhan, A. (2018). The share of systematic variation in bilateral exchange rates. The
Journal of Finance, 73(1), 375-418.

Anda mungkin juga menyukai