KARBOHIDRAT
Adelya Desi Kurniawati, STP., Mp., M.Sc
SUMBER
▪ Sumber karbon
▪ Penyusun struktur asam nukleat
▪ Penyusun kerangka luar (eksoskeleton)
▪ Penyusun dinding sel
▪ Sebagai cadangan makanan
▪ Pelumas sendi kerangka
▪ Senyawa perekat di antara sel
Proyeksi Haworth
Proyeksi Fisher
Klasifikasi
▪ Monosakarida :
Karbohidrat yang paling sederhana dan tidak
dapat dihidrolisis lebih lanjut
▪ Disakarida
Karbohidrat yang mengandung 2 satuan
monosakarida
▪ Oligosakarida
Karbohidrat yang jika dihidrolisis menghasilkan 3
– 8 satuan monosakarida
▪ Polisakarida
Karbohidrat yang jika dihidrolisis menghasilkan
banyak satuan monosakarida
www.themegallery.com
MONOSAKARIDA
www.themegallery.com
www.themegallery.com
Monosakarida
www.themegallery.com
Glukosa
Fruktosa
Galaktosa
Sifat-sifat Fisik Monosakarida
www.themegallery.com
DISAKARIDA
Pada maltosa, ikatan glikosidik terjadi pada atom C-1’ dari satu
glukosa dengan atom C-4 dari glukosa yang lain, sehingga
ikatannya disebut ikatan glikosidik--1,4
www.themegallery.com
SELOBIOSA
CH2OH
H O OH
CH2OH
OH *
O o 4
H
OH * 1'
H OH
OH
OH Ikatan -1',4 glikosidik
HOH2C
O H
HO
O HO
HO
OH H ()
1'
OH 4
H OH
H CH2OH
O
4-O-(−D-glukopiranosil)-−D-glukopiranosa
(Selubiosa)
LAKTOSA
www.themegallery.com
SUKROSA
Amilosa Amilopektin
▪ (17-30%), kec ‘Sweet ▪ (70-80%), kec ‘waxy
corn & peas’: 70% starch’ e.g Waxy corn
▪ Struktur: rantai lurus: − kernel’: 100%
−glikosidik ▪ Struktur : bercabang - …
▪ Larut dalam air + -1,6 Glikosidik
▪ Hidrolis dengn -amilase ▪ Tak laruk dalam air
→ 100% dextrin → ▪ Hidrolisis dengan -
glukosa amilase → 60% glukosa
www.themegallery.com
Amilosa
Amilopektin
Peran pati pada pangan
▪ adhesive (bread)
▪ binding (formed meats)
▪ clouding (cream fillings);
▪ dusting (bread)
▪ film forming; foam strengthening (marshmallows)
▪ gelling (gum drops)
▪ glazing (nuts); moisture retaining (breading)
▪ thickening (soups)
Gelatinisasi
Gambar 2
Pati jagung konsentrasi 5% didalam 95% air akan mengalami sedikit perubahan pada awal
pemanasan. Sejumlah kecil air mungkin akan di adsorbsi pada permukaan granula. Inisiasi
adsorpsi pada granula pati terjadi pada suhu ruang (27oC).
Gambar 3
Jika dispersi pati jagung sebesar 5% dipanaskan sampai 40oC, akan lebih banyak air yang
diadsorbsi pada permukaan granula. Ikatan hidrogen antar polimer-polimer pati dalam
granula mungkin mulai melemah. Pada beberapa jenis pati, air mungkin sudah di absorbsi
kedalam granula.
Gambar 4
Jika dispersi pati jagung konsentrasi 5% dipanaskan sampai 50oC, akan lebih banyak air
yang diadsorbsi di permukaan granula dan ikatan hidrogen antar polimer-polimer pati
didalam granula mulai hilang. Kondisi ini memungkinkan air berpenetrasi kedalam granula
dan diabsorbsi oleh granula. Beberapa ami-losa mulai lepas dan berada di permukaan
granula sehingga struktur granula menjadi lebih terbuka.
Gambar 5
Jika dispersi pati jagung sebesar 5% ini dipanaskan sampai 60 – 65oC, akan lebih banyak air diadsorbsi
di permukaan granula, ikatan hidrogen antar poli-mer-polimer pati dalam granula menghilang.Kondisi
ini menyebabkan air yang berpenetrasi kedalam gra-nula akan diabsorbsi oleh granula. Beberapa ami-
losa mulai lepas dan berada di permukaan granula sehingga struktur granula menjadi lebih terbuka.
Kondisi ini menyebabkan lebih banyak air yang terabsorbsi dan makin banyak amilosa yang keluar dan
membentuk dispersi koloid diluar granula
Gambar 6
Ini adalah kondisi intermediet pada 60 – 70oC. Peru-bahan yang terjadi dipengaruhi oleh kecepatan
pemanasan, kondisi pati dan faktor lainnya.
Gambar 7
•Jika dispersi pati jagung sebesar 5% dipanaskan sampai 60 – 90oC, maka proses adsorbsi, absorb-si
dan keluarnya amilosa akan lebih intensif.
•Pada beberapa titik akan terjadi gelatinisasi yang terlihat sebagai meningkatnya viskositas, kejernihan
dan kepekaan terhadap aktivitas enzim, perubahan difraksi sinar-x. Pada kondisi ini, granula pati akan
mengembang sebesar mungkin dan terbentuk sol pati.
Gambar 8
Pada beberapa kasus, granula pati yang dipanaskan sampai 90oC akan mencapai gelatinisasi optimum
dan granula membengkak maksimal. Pada kasus yang lain menyebabkan rusaknya granula sehingga
isinya keluar. Kondisi ini disebabkan oleh ketidak-mampuan struktur dan ikatan hidrogen untuk mem-
pertahankan polimer pati untuk tetap bersama-sama. Kondisi ini terjadi pada pemasakan pasta pati
yang berlebihan, sehingga viskositas sol pasta menurun.
GLIKOGEN