NAMA : ..................................................
NIM : ..................................................
KELAS/KELOMPOK : ..................................................
HARI/TANGGAL : ………………………………………
Pendahuluan
Bahan pangan yang digunakan untuk membuat masakan atau sajian menu tidak
selamanya berupa bahan pangan freshatau segar, karena sifat bahan pangan yang mudah
rusak baik karena kerusakan fisik, kimia maupun mikrobiolgi, maka terdapat metode
pengawetan makanan dengan mengemas makanan tersebut, dengan kaleng, tetrapack, botol,
plastik maupun yang lainnya.
Pengalengan merupakan salah satu metode pengawetan makanan yang paling
populer saat ini. Makanan yang di awetkan dengan proses pengalengan inilah yang
kemudian disebut makanan kaleng. Saat ini setelah teknologi makanan kaleng menjadi
populer dan merupakan salah satu proses pengawetan makanan tingkat tinggi, proses nya
menjadi sedikit lebih rumit, dan memerlukan kejelian serta keahlian untuk dapat memilih
serta menggunakan makanan kaleng sebagai bahan baku pembuatan masakan tertentu.
Bahan makanan yang biasa dikalengkan adalah daging, ikan, buah atau sayur, dan terkadang
makanan fermentasi.
Karena makanan kaleng dapat menyebabkan keracunan bahkan kematian, apabila
tidak berhati- hati dalam penggunaannya. Oleh sebab itumemerlukan pengetahuan dan
ketrampilann
yang baik sebelum menggunakannya, mutu organoleptik, fisik, kimia dan mikrobiologi
pada
makanan kaleng tersebut perlu diamati, agar tenaga ahli gizi dapat menggunakan bahan
makanan yang awet dan aman untuk disajikan.
Dalam pengawasan makanan kaleng terdapat dua macam pengawetan yaitu dengan
suhu tinggi dan penyimpanan anaerob dalam wadah tertutup. Kerusakan makanan kaleng
dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu kerusakan fisik, kerusakan kimia, dan
kerusakan mikrobiologi.
Selain disebabkan oleh reaksi kimia, pembentukan warna hitam di dalam makanan kaleng
juga dapat disebabkan oleh kerusakan mikrobiologi yaitu tumbuhnya bakteri pembentuk spora
yang bersifat termofilik, misalnya Clostridium nigrificans yang bersifat anaerobic dan
Bacillus betanigrificans yang bersifat anaerobic fakultatif. Bakteri ini bersifat proteolitik dan
memproduksi H2S sehingga makanan kaleng menjadi busuk dan berwarna hitam karena
terjadinya reaksi antara sulfide dengan besi. Karena H2S larut di dalam produk, kaleng biasanya
tidak menjadi kembung. Secara visual, pembentukan warna hitam secara mikrobiologi sukar
dibedakan dari pembentukan warna hitam secara kimia, kecuali dilakukan uji mikrobiologi
dengan pemupukan. Oleh karena itu, makanan kaleng yang berwarna hitam sebaiknya jangan
dikonsumsi.
Pada makanan kaleng berasam tinggi dengan pH di bawah 4,0 kerusakan oleh
mikroorganisme biasanya disebabkan oleh jenis-jenis mikroorganisme yang tergolong
mikrokoki, bakteri pembentuk batang yang tidak berspora, kapang, dan khamir. Karena
mikroroganisme-mikroorganisme tersebut biasanya tidak tahan panas, kontaminasi
biasanya disebabkan oleh kebocoran kaleng.
Pengujian beberapa atribut mutu makanan kaleng yang telah ditetapkan menurut
Tujuan Praktikum
Mengamati mutu organoleptik, fisik, kimia, dan mikrobiologi dari daging kaleng, ikan
kaleng, buah kaleng, sayur asin, dan yoghurt.
Pelaksanaan Praktikum
Alat
- Saringan
- Alat tulis
- Timbangan
Bahan
- Daging kaleng/ kornet
- Ikan kaleng
- Buah kaleng
- Sayur asin
Tiap kelompok mendiskusikan hasil yang diamati dari sampel yang didapatkan,
kemudian hasil diskusi diisikan pada tabel diatas. Skor diisikan dari angka 1-4 dimana 4
adalah yang paling jauh keadaaannya, dan 1 adalah paling mirip keadaannya antara aspek
yang diamati dengan sampel yang didapat. Kemudian hasil dari tabel dibahas dengan mengacu
pada literatur.
% BT = (BT/BB) x 100%
*Lakukan pertihungan bobot bersih dan bobot tuntas berdasarkan rumus di atas. Bandingkan apakah
terdapat perbedaan dengan hasil penimbangan. Diskusikan dalam kelompok.
Keterangan :
WA = Berat mie sebelum direbus (g)
WB = Berat mie sesudah direbus (g)
2. Daya Kembang
Pengukuran daya kembang mie kering dilakukan dengan metode pengukuran
volume.
Pengukuran daya kembang mie dilakukan dengan cara
a. Sediakan 50 mL air dalam gelas ukur 100 mL.
b. Masukkan mie kering sebelum direbus kedalam gelas ukur yang sebelumnya
telah diisi air, kemudian diukur kenaikan volume air setelah ditambah mie kering
(a mL).
c. Mie tersebut kemudian direbus selama 5 menit dengan air mendidih,
kemudian tiriskan hingga tidak ada air menetes.
d. Sediakan lagi air 50 mL dalam gelas ukur 100 mL
e. Masukkan mie basah pada gelas ukur yang sebelumnya telah diisi air dan
ukurlah kenaikan volumenya (b mL).
3. Elastisitas
Uji elastisitas dilakukan pada mie basah. Dalam percobaan ini, daya tarik dilakukan
menggunakan daya tarik tangan hingga mie putus. Hasil pengukuran diperoleh
dari selisih dari panjang mie sebelum dan sesudah ditarik. Apabila rata-rata putusnya
sebesar 4 cm maka mie basah memiliki elastisitas yang baik. Sedangkan apabila
rerata putusnya sebesar 2 cm, maka mie basah memiliki elastisitas kurang.
Prosedur pengujian elastisitas mie :
a. Mie kering dilakukan perebusan pada air mendidih selama 5 menit
b. Ambil sehelai mie basah/ mie yang telah direbus, kemudian rentangkan pada
bidang tarik yang telah diukur panjangnya.
c. Potong mie basah sepanjang 15 cm (A)
Elastisitas (cm) = B - A
C. Daya Oles
Daya oles biasanya dilakukan pada produk-produk semi solid yang biasa digunakan
sebagai olesan, seperti selai, mentega, margarin, butter, peanut butter, dll. Pengukuran daya
oles dilakukan dengan mengoleskan sampel pada bidang oles tanpa putus. Daya oles
dinyatakan sebagai jarak terjauh yang mampu dicapai sampel tanpa terputus (cm). Lakukan
sebanyak 2-3 kali ulangan untuk masing-masing sampel, kemudian hitung rerata daya oles.
Alat
- Bidang oles (kaca/ plastik) → bagian warna biru (2 cm)
- Bidang pembatas (kaca/ penggaris)
- Mistar 30 cm
- Pisau oles/ sendok