id
BAB IV
B. Tahap Ekstraksi
Daun awar-awar yang telah dicuci bersih dikeringkan secara alami di bawah
sinar matahari dengan ditutup kain ngan kain hitam. Penutupan sampel dengan
kain hitam untuk mencegah kerusakan senyawa akibat paparan sinar UV, proses
oksidasi atau reaksi enzimatis lain seperti dekomposisi, perubahan pH yang akan
Tujuan dari pembuatan serbuk pada simplisia kering untuk meningkatkan luas
permukaan sehingga sampel kontak dengan pelarut semakin luas (Cannell, 1998).
perkolasi. Cara ini dipilih karena lebih efektif menyari zat aktif daripada maserasi.
Keunggulan perkolasi daripada maserasi adalah pelarut tidak akan mengalami fase
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
jenuh karena pelarut akan diganti hingga penyarian sempurna. Prinsip dari
perkolasi adalah pelarut yang dialirkan secara kontinyu dari atas, akan mengalir
secara lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar. Melalui
pergantian pelarut secara kontinyu, akan terjadi proses maserasi bertahap. Jika
pada maserasi tidak terjadi ekstraksi sempurna dari simplisia karena terjadi
Proses ini memerlukan 300 gram serbuk simplisia daun awar-awar dan
3000 ml pelarut. Waktu yang diperlukan untuk perkolasi adalah 2 minggu. Pelarut
pelarut tersebut belum pernah diteliti untuk pelarut senyawa antimikrobial yang
(Baumgartner et al., 1990). Senyawa alkaloid itu sendiri merupakan zat aktif
yang bersifat polar sehingga diperlukan pelarut yang bersifat polar atau semipolar.
Pelarut kloroform bersifat semipolar yang dapat menyari senyawa polar maupun
dahulu hingga merata. Proses pembasahan bertujuan agar rongga sel pada dinding
sel serbuk simplisia terbuka lebih luas sehingga mudah untuk menyari zat aktif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
yang ada di dalam serbuk simplisia. Pada proses ini pembasahan didiamkan
perkolator diberi kapas untuk mencegah serbuk keluar. Serbuk yang telah
konsentrasi. Serbuk yang sudah padat, bagian atas dilapisi kertas saring dan
ditimpa oleh batu untuk menjaga kepadatan serbuk dan untuk mencegah serbuk
ikut naik ke atas ketika ditambahkan pelarut. Pelarut ditambahkan hingga selapis
di atas serbuk simplisia, agar serbuk dapat tersari sempurna seluruh bagiannya.
pelarut dapat menyari seluruh bagian serbuk simplisia yang ada di perkolator
pelarut yang telah menyari zat aktif. Apabila terlalu cepat pelarut tidak akan
menyari dengan sempurna serta tidak dapat menjaga pelarut selapis di atas serbuk.
Tetesan pelarut akan mengurangi pelarut yang ada di perkolator, sehingga harus
ada penambahan pelarut untuk menjaga agar pelarut selapis di atas serbuk
simplisia.
ini menunjukkan bahwa pelarut telah menyari sempurna zat aktif yang terdapat
Hasil dari perkolasi didapat cairan hijau sebanyak 1500 ml. Selanjutnya
evaporator adalah penurunan titik didik solven akibat hisapan pompa vakum,
Perkolat kloroform dievaporasi pada suhu 500C hingga ekstrak kental. Titik didih
kloroform adalah 610C (Wilson dan Gisvold, 1982). Digunakan suhu di bawah
titik didih pada saat evaporasi dikarenakan pada rotary evaporator terdapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
C. Skrining Fitokimia
kandungan senyawa di dalamnya menggunakan uji fitokimia. Tujuan uji ini untuk
mengetahui senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak yang terkandung dalam
flavonoid, alkaloid, saponin, dan steroid. Hasil uji skrining fitokimia dapat dilihat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
Tabel IV. Hasil uji identifikasi kandungan kimia ekstrak kloroform daun awar-awar
No. Senyawa Ekstrak kloroform daun Reaksi
awar-awar
1. Saponin - Tidak terbentuk busa
2. Alkaloid
+ reagen Mayer + Endapan
putih
+ reagen Wagner - Jernih tanpa
endapan
+ reagen Dragendrof + Endapan
jingga
3. Flavonoid - Jernih
4. Steroid + Terbentuk warna biru
Keterangan : (+) = ada golongan senyawa kimia
Senyawa saponin tidak dapat dideteksi dengan tidak adanya busa ketika
dikocok selama 30 detik dan busa tidak terbentuk secara konstan setelah ditambah
HCl encer. Tidak timbulnya busa pada uji Forth menunjukkan tidak adanya
pengamatan tidak didapatkan busa baik sebelum dan setelah ditambah asam
kepolaran saponin tidak dapat tersari oleh kepolaran kloroform yang bersifat
semipolar. Gambar hasil uji senyawa saponin dapat dilihat pada gambar 6. sebagai
berikut:
terbentuk cairan kuning namun terbentuk cairan jernih. Gambar hasil uji flavonoid
tetes H2SO4 2N. Campuran dikocok dengan teratur, dibiarkan beberapa menit
sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas dipisahkan dan dibagi menjadi 3 tabung,
commit
dragendorf terbentuk warna jingga, to user
dengan pereaksi mayer menunjukkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
Alkaloida dianggap positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau
Gambar hasil uji alkaloid dengan tiga pereaksi dapat dilihat pada gambar
8. sebagai berikut:
a. b. c.
kloroform daun awar-awar dilarutkan dalam kloroform dalam tabung reaksi yang
kering. Kemudian ke dalam larutan ditambahkan asam asetat glasial dan asam
sulfat pekat. Terbentuknya larutan berwarna biru dan hijau menunjukkan reaksi
positif (Sangi, 2008). Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak kloroform daun awar-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
Gambar hasil uji steroid dapat dilihat pada gambar 9. sebagai berikut:
Sterilisasi adalah tahap awal yang penting dari proses pengujian mikrobiologi.
hidup dan spora-sporanya (Stefanus, 2006). Alat berbahan gelas dan logam
disterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210C dan tekanan 1 atm selama 15 menit,
waktu dihitung setelah suhu yang diinginkan tercapai (Dewi, 2010). Prinsip kerja
dan rusak. Alasan digunakan suhu 1210C dikarenakan air mendidih pada suhu
tersebut pada tekanan 1 atm. Alat-alat sebelum diautoklaf dibungkus dan ditutup
rapat dengan kertas, alumunium dan kapas agar tidak terkontaminasi lagi. Untuk
jarum ose, pelubang gabus dan syringe disterilkan dengan direndam alkohol 70%
commit
Radiasi UV dapat merusak endospora to user
bakteri yang terdapat pada LAF, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
proses kerja steril. Pada LAF terdapat blower yang meniup udara keluar yang
bertujuan agar bakteri dari luar tidak dapat masuk ke dalam LAF karena bakteri
dengan metode difusi agar terhadap bakteri Gram negatif yaitu Klebsiella
pneumoniae. Metode ini dipilih karena lebih praktis namun tetap memberikan
hasil yang diharapkan. Prinsip metode difusi agar adalah terbentuknya daerah
hambatan di sekitar sumuran karena difusi larutan ekstrak pada media agar yang
kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 18-24 jam. Besar kecilnya daerah
hambatan terhadap bakteri uji dapat teramati dari besar kecilnya nilai diameter
daya hambatnya (DDH). Semakin besar DDH semakin efektif ekstrak tersebut
sebagai antibakteri.
pelubang gabus yang telah disterilkan terlebih dahulu. Melalui lubang sumuran
tersebut maka ekstrak yang diberikan dapat langsung terserap ke dalam medium
bakteri (Pratiwi, 2008). Media uji antibakteri yang digunakan adalah media
Nutrient Agar (NA) yang mengandung nutrisi yang diperlukan bakteri uji.
Ekstrak kloroform dibuat 7 seri konsentrasi yaitu 12,5 % (0,25 gram/2 ml);
25% (0,25 gram/ml); 37,5 % (0,375 gram/ml); 50% (0,5 gram/ml); 62,5% (0,625
gram/ml); 75% (0,75 gram/ml); dan 87,5% (0,875 gram/ml) dengan dilarutkan
yang menggunakan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25% , dengan DDH yang
DMSO dikarenakan dapat mensuspensikan zat aktif yang terdapat pada ekstrak,
cincin beta laktam, golongan fluroquinolon dengan spektrum luas bekerja sebagai
dan Neisseria ssp. juga terhadap bakteri Staphylococcus dan beberapa bakteri
DNA bakteri kerena mekanisme kerjanya spesifik maka tidak terjadi resistensi
dkk (2010) yang menyatakan beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
Bakteri uji diambil dari regenerasi kultur murni dan diperbanyak sebagai
inokula dengan menggunakan nutrien agar (NA) pada tabung reaksi. Inokula
diinkubasi selama 18 jam pada suhu 37°C, kemudian disimpan dalam lemari
Dalam penelitian dibuat 500 ml larutan NA, sehingga menimbang 11,5 gram
tersebut ditutup dengan kapas dan alumunium foil. Selanjutnya media tersebut
menit. Media yang telah steril dituangkan dalam masing-masing cawan petri steril
memadat. NA yang terdapat pada tabung reaksi dipadatkan dalam posisi miring
sehingga didapatkan 19 media dalam cawan petri dan 5 media dalam tabung
reaksi.
kekeruhan bakteri sama dengan 108 CFU/ml. Cara membuat larutan standart
625 nm dan harus dalam kisaran 0,08-0,13. Larutan standart disegel dan disimpan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
dalam ruang gelap pada suhu kamar. Sebelum digunakan, larutan standart
Dicampur kedua larutan tersebut dalam tabung reaksi dikocok dan dihomogenkan.
standart McFarland yang terdapat pada fakultas kedokteran. Hal ini sesuai
suspensi standart, berarti konsentrasi suspensi bakteri adalah sekitar 108 CFU/ml.
menggunakan kapas lidi yang steril, dan pada media tersebut dibuat sumuran
dengan diameter 6 mm. Sumuran diisi ekstrak (25μl) dengan berbagai konsentrasi,
diinkubasi selam 18 jam pada suhu 37°C, sesuai suhu optimum pertumbuhan
Daerah Daya Hambat Bakteri (DDH) ditandai dengan adanya daerah bening di
sekitar sumuran yang menandakan bahwa tidak ada koloni bakteri Klebsiella
pneumoniae yang tumbuh akibat adanya aktivitas antibakteri yang dihasilkan oleh
diameternya sebanyak 3 kali pengulangan dari sisi yang berbeda-beda dan hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
Tabel V. Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak kloroform daun awar-awar terhadap
pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae
a. b. c.
d. e.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
Gambar 10. DDH ekstrak kloroform daun awar-awar serta kontrol positif dan negatif
Keterangan:
a. DDH seri konsentrasi ekstrak 12,5%-25%
b. DDH seri konsentrasi ekstrak 37,5%; 50%; 62,5%; 75%; 87,5%
c. DDH kontrol positif
d. DDH kontrol negatif DMSO
e. DDH kontrol negatif kloroform
Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak kloroform daun awar-awar memiliki
yaitu daerah hambatan 20 mm atau lebih termasuk kategori sangat kuat, daerah
Kontrol negatif DMSO dan kloroform menghasilkan DDH 0±0 mm. Dapat
Neisseria ssp. juga terhadap bakteri Staphylococcus dan beberapa bakteri Gram
positif (Anonim,1995).
0,58 mm. Sedangkan DDH yang paling kecil adalah konsentrasi 12,5% yaitu
5,15±0,74 mm.
terhadap bakteri Klebsiella pneumoniae dapat dilihat pada gambar 11. sebagai
berikut:
DAYA HAMBAT
12
10
D 8
D 6 Series1
H
4
2
0
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi Ekstrak
Gambar 11. Grafik uji daya hambat ekstrak kloroform daun awar-awar
DDH menyatakan bahwa pada konsentrasi ekstrak 75% merupakan titik puncak
semakin besar konsentrasi maka zona hambat yang terbentuk semakin besar pula,
karena semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula zat aktif yang terdapat
juga semakin besar. Pada kedua konsentrasi tersebut terjadi titik optimal aktivitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
tersuspensi sempurna terhadap pelarutnya karena telah terjadi fase jenuh terhadap
pelarutnya.
Hal ini dialami juga oleh Elifah (2010) yang menyatakan diameter zona
pada media agar serta jenis dan konsentrasi senyawa antibakteri yang berbeda
juga memberikan diameter zona hambat yang berbeda pada lama waktu tertentu.
Hal ini dapat terjadi karena perbedaan kecepatan difusi senyawa antibakteri pada
media agar.
commit to user