Penyiapan sampel
Sebelum memulai isolasi senyawa dari sampel, maka dilakukan tahap penyiapan sampel.
Persiapan sampel merupakan tahap yang penting dalam proses isolasi senyawa dari bahan
alam. Kesalahan kecil dalam proses penyiapan sampel bisa berakibat fatal dalam proses dan
identifikasi senyawa dari tumbuhan. Proses tahapan yang dilakukan dalam penyiapan sampel
yaitu diawali dengan pemilihan sampel, pengambilan, dan identifikasi sampel kemudian
dilanjutkan dengan sortasi basah, perajangan, pengeringan, dan penghalusan. Sampel yang
kami pilih adalah Tanaman (Zingiber purpureum Roxb, dengan taksonomi sebagai berikut :
Kerajaan : Tumbuhan
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Zingiber
Jenis : Zingiber cassumunar Roxb
Dari satu tanaman ini ada 2 bagian yang dapat dimanfaatkan sebagai obat, yaitu daun dan
rimpang. Kelompok kami memilih bagian Rimpang bangle sebagai bahan isolasi karena
bagian rimpang bangle memiliki banyak senyawa fitokimia antara lain adalah asam organik,
mineral, lemak, gom albumioid, gula, damar, dan minyak atsiri (sineol, pinen,
sisquiterpen).Selain itu bagian rimpang bangle (Zingiber cassumunar Roxb ) juga memiliki
banyak aktivitas, di antaranya sebagai antibakteri dengan Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) 12,5% dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) 25%, antinyeri dan antiradang,
antioksidan, relaksan otot, memberikan efek dingin (astringent), antihistamin, antijamur, dan
imunomodulator. Dilihat dari manfaatnya untuk kulit, terutama efek astringent, antibakteri dan
efek antiinflamasinya, rimpang bangle sangat potensial untuk dikembangkan menjadi suatu
sediaan farmasi.
Setelah menentukan sampel apa yang akan diisolasi dan telah dilakukan pengambilan
sampel maka langkah selanjutnya yaitu sortasi basah. Sortasi basah dilakukan dengan cara
mencuci sampel yang bertujuan untuk menghilangkan sampel dari tanah dan kotoran lainnya
yang melekat pada rimpang bangle (Zingiber cassumunar Roxb) karena diketahui tanah
mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi.. Kemudian setelah
dilakukan proses sortasi basah maka sampel memerlukan perajangan terlebih dahulu sebelum
di keringankan, yang bertujuan untuk membantu proses pengeringan. perajangan dilakukan
menggunakan pisau/gunting sehingga membentuk irisan tipis atau sesuai dengan bentuk yang
diinginkan. Irisan sebaiknya jangan terlalu tipis dan terlalu tebal karena jika terlalu tipis dapat
menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap, sehingga
mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang diinginkan tetapi jika terlalu tebal juga maka
proses pengeringan akan terlalu lama dan kemungkinan dapat membusuk atau berjamur.
Tahap terakhir yang dilakukan yaitu sortasi kering dan penghalusan. Sortasi setelah
pengeringan dari pembutan simplisia bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang yang masih ada
dan tertinggal pada simplisia kering sebelum simplisia dihaluskan. Setelah itu dilakukan
penghalusan agar simplisia yang selanjutnya akan diuji ataupun dilakukan ekstraksi dengan
pelarut, akan lebih memudahkan kontak pelarut dengan senyawa yang terdapat pada simplisia
untuk berpenetrasi atau pelarut dapat meresap pada serbuk sehingga senyawa yang terkandung
pada simplisia dapat diikat oleh zat pelarut. Penghalusan dapat dilakukan dengan
menggunakan blender. Proses blender juga dilakukan tidak terlalu lama agar bangle tidak
terlalu halus karena dikhawatirkan akan berakibat rusaknya kandungan kimia yang disebabkan
oleh oksidasi atau reduksi. Setelah simplisia rimpang bangle menjadi serbuk kemudiaan
diayakdan ditimbang untuk mengetahui berat akhir serbuk simplisia bangle tersebut, maka
didapatkan berat akhir simplisia yaitu sebesar 324,5 gram.
Pemeriksaan secara makroskopik didapatkan berat simplisia sebesar 324,5 gram dari
bobot awal sebesar 1200 gram. Secara organoleptis berupa serbuk berwana kuning, rasa pahit,
dan aroma khas rimpang bangle. Adapun perhitungan rendemen yang didapatkan adalah
27,04% dimana hasil tersebut diperoleh dari pembagian bobot sampel kering 324,5 gram
dibagi bobot sampel basah 1200 gram dikalikan 100%. Dari hasil tersebut dapat kita ketahui
kandungan air yang dikandung dan telah hilang sebanyak 72.96%.
2. Skrining fitokimia
Setelah dilakukan persiapan sampel yang telah menjadi bentuk serbuk dilakukan
skrining fitokimi. Skrining fitokimia merupakan metode awal yang dilakukan untuk
memeriksa kandungan kimia dari suatu bahan alam. Uji tersebut dapat digunakan untuk
membuktikan ada tidaknya senyawa kimia tertentu di dalam suatu tumbuhan, khususnya
bangle (Zingiber purpureum Roxb) dan untuk dapat dikaitkan dengan aktivitas bioliginya
sehingga dapat membantu langkah-langkah fitofarmakologi (Farnsworth, 1966).Uji
skrining fitokimia yang dilakukan terdiri dari 7 golongan senyawa yang meliputi alkaloid,
flavonoid, steroid dan triterpenoid, saponin, tanin, kuinon, dan kumarin.
a. Identifikasi alkaloid
Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian reaksi identifikasi terhadap alkaloid
dengan mereaksikan serbuk bangle dengan ammonia 25% kemudian digerus dalam mortar,
ditambah 20 mL etil asetat dan digerus kuat-kuat. Campuran disaring dan filtrat digunakan
untuk percobaan (Larutan A). Penambahan amonia 25% untuk melepaskan alkaloid
menjadi basa bebas kemudian ditambahkan kloroform yang merupakan pelarut semipolar.
Larutan A diteteskan pada kertas saring dan diberi pereaksi Dragendorff. Warna jingga
yang timbul pada kertas saring menunjukkan alkaloid positif.
Sisa larutan A diekstraksi dua kali dengan HCl 10% lalu lapisan air atau fraksi
asamnya dipisahkan (Larutan B). Filtrat di ekstraksi cair-cair dengan HCl karena alkaloid
bersifat basa sehingga biasanya diekstrak dengan pelarut yang mengandung asam
(Harborn, 1996). Setelah dipisahkan, larutan B dibagi menjadi 2 kedalam 2 tabung reaksi
yang masing-masing diberikan pereaksi dragendorff dan pereaksi mayer. Pada tabung
reaksi dengan pereaksi dragendorff didapatkan larutan berwarna kuning keemasan yang
jernih yang menunjukan hasil negatif alkaloid. Dan pada tabung reaksi dengan pereaksi
mayer didapatkan larutan berwarna kuning pucat yang jernih yang menunjukan bahwa
hasil negatif alkaloid. Hasil percobaan ini menyimpang dari literatur, karena rimpang
bangle (Zingiber purpureum Roxb) diketahui mengandung senyawa golongan alkaloid.
Seperti yang diketahui bahwa Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang dapat
menimbulkan busa jika dikocok dalam air. Hal tersebut terjadi karena saponin memiliki
gugus polar dan non polar yang akan membentuk misel. Pada saat misel terbentuk maka
gugus polar akan menghadap ke luar dan gugus nonpolar menghadap ke dalam dan keadaan
inilah yang tampak seperti busa (Robinson, 1991; Sangi dkk., 2008). Timbulnya busa pada
uji saponin menunjukkan adanya saponin yang mempunyai kemampuan menjadi glukosa
dan senyawa lainnya (Rusdi, 1990).
Pada uji tanin digunakan pelarut air, hal ini dikarenakan gugus hidroksil pada tanin
akan membentuk ikatan hidrogen dengan air. Pemanasan larutan bertujuan melarutkan
tanin pada filtrat rimpang bangle dan memecah ikatan-ikatan pada tannin sehingga
membentuk monomer-monomer yang bebas. Kemudian disaring dan ditambahkan FeCl3
1% sebagai sumber kompleks atom pusat, dimana tanin membutuhkan ligan yang
membutuhkan atom pusat untuk membentuk kompleks satbil sehingga terbentuk kompleks
antara atom pusat dengan Fe3+ dengan ligan tannin. Pengujian tannin pada serbuk
simplisia bangle menunjukan hasil negative karena tidak terbentuknya warna biru tua atau
hitam kehijauan
Pada skrining fitokimia uji kandungan kumarin pada simplisia rimpang bangle
(Zingeber purpureum). Kumarin merupakan golongan senyawa fenilpropanoid yang
memiliki cincin lakton lingkar enam dan memiliki inti 2H-1-benzopiran-2-on dengan
rumus molekul C9H5O2. Indentifikasi kandungan senyawa kumarin dengan ekstrak
diuapkan sampai kering etil asetat kemudian ditambahkan 10 ml air panas dan didinginkan.
Setelah dingin, larutan tersebut ditambahkan ammonia hidroksida 10% sebanyak 0,5 ml
dan diamati dengan menggunakan lampu UV pada panjang gelombang 365nm. Kumarin
dinyatakan positif jika terjadi flouresensi warna biru atau hijau pada larutan.
Seperti dijelaskan bahwa kandungan kimia dari rimpang bangle adalah minyak
atsiri (sineol, pinen), damar, pati dan tannin selain itu Rimpang bangle juga mengandung
saponin, flavonoid dan minyak atsiri (DepKes RI, 1991).Tetapi dari identifikasi secara
skrining fitokimia yang dilakukan hasil hanya menunjukkan positif pada senyawa saponin
dan flavonoid .Sedangkan untuk hasil uji alkaloid, tannin, kumarin, steroid dan triterpenoid
hasil menunjkan negatif. Hasil percobaan yang menyimpang dari literatur, bisa saja
disebabkan oleh kurang ketelitiannya praktikan saat melakukan pengujian. Selain itu juga
bisa disebabkan karena pereaksi yang digunakan sudah terlalu lama atau kurang bagus
kualitasnya sehingga mempengaruhi hasil percobaan.
Ekstraksi si adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut dengan bahan
pelarut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Ekstraksi memiliki
beberapa metode yang dapat digunakan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
metode ekstrak tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang akan diisolasi (Mukhriani,
2014).
Ekstrak yang didapatkan pada percobaan metode ini ialah berupa masa kental berwarna
coklat pekat dan memiliki bau khas bangl. Ekstrak yang didapat kemudian dilapisi aluminium
agar tidak menguap dan ditaruh dalam lemari asam. Setelah diperoleh ekstrak kental maka
dapat dihitung randemennya. Rendemen dihitug dengan cara bobot ekstrak yang diperoleh
dibagi dengan jumlah simplisia yang ditimbang kemudian dikalikan dengan 100 dan diperoleh
hasil randemennya yaitu sebesar 8,019 %. Jika dibandingkan dengan hasil metode lain yaitu
metode sokhletasi sebesar 12,44 % dan metode sonikasi sebesar 5,34 %. Pada metode
perkolasi kelompok kami, hasil randemen yang didapat cukup baik. Pada metode sokletasi
didapatkan hasil rendeman terbanyak karena pengekstraksian dilakukan hingga pelarut
terakhir yang melarutkan sampel sudah bening, yang artinya sudah tidak ada ekstrak yang
tertinggal di dalam simplisia.
Keuntungan dari metode perkolasi yang kami lakukan yaitu tidak terjadi kejenuhan
karena pelarut yang digunakan dialirkan secara kontinyu. Pengaliran pada metode perkolasi
dapat meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti terdorong u/
keluar dari sel). Sedangkan kerugian dari metode ini adalah membutuhkan pelarut yang lebih
banyak.
Kesimpulan
Dari dentifikasi secara skrining fitokimia yang dilakukan hasil hanya menunjukkan positif
pada senyawa saponin dan flavonoid .Sedangkan untuk hasil uji alkaloid, tannin, kumarin,
steroid dan triterpenoid hasil menunjkan negatif.
Hasil percobaan yang menyimpang dari literatur, bisa saja disebabkan oleh kurang
ketelitiannya praktikan saat melakukan pengujian. Selain itu juga bisa disebabkan karena
pereaksi yang digunakan sudah terlalu lama atau kurang bagus kualitasnya sehingga
mempengaruhi hasil percobaan.
Tahap penyiapan sampel antara lain, pemilihan sampel, pengambilan dan identifikasi
sampel, sortasi basah, perajangan, pengeringan, sortasi kering dan penghalusan. Pada
praktikum ini sampel yang digunakan yaitu Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb).
Pemeriksaan secara makroskopik didapatkan berat simplisia sebesar 324,5 gram dari bobot
awal sebesar 1200 gram. Secara organoleptis berupa serbuk berwana kuning, rasa pahit,
dan aroma khas rimpang bangle.
Pada praktikum ini diperoleh ekstrak kental dari hasil ekstraksi serbuk bangle 24,058 gram.
Dari bobot ekstrak yang didapat maka praktikan dapat menghitung randemennya dan kali
ini randemen yang diperoleh sebesar 8,019 %.
Jika dibandingkan dengan hasil metode lain yaitu metode sokhletasi sebesar 12,44 % dan
metode sonikasi sebesar 5,34 %. Pada metode perkolasi kelompok kami, hasil randemen
yang didapat cukup baik
Daftar pustaka